You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kosmetika adalah sediaan yang digosokan, dioleskan, dipercikan, diletakkan dan
digunakan pada bagian tubuh manusia yang diedarkan dan dipakai dengan tujuan
pemeliharaan kulit, mulut, gigi, rambut, kuku dan bagian badan lainnya serta yang tidak
mempunyai pengaruh therapeutik dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja,
1997).
Di dalam setiap satu jenis kosmetika biasanya terdapat berbagai macam zat kimia
yang digunakan dalam pembuatan, peenyimpanan dan pemeliharaan kosmetika. Seperti
penggunaan logam Fe, Zn, Cr, Mg, Cu. Pb juga digunakan dalam pembuatan shampo
yang digunakan untuk pewarna. Sedangkan Pb merupakan logam berat yang sangat
berbahaya pada tingkat pertama, dan bahaya keracunan Pb dapat menyebabkan kematian.
Kosmetika yang mengandung Pb dan terus menerus digunakan dan dioleskan
pada kulit, maka melalui penetrasi kulit akan masuk ke jaringan tubuh pemakai dan
seiring dengan lamanya pemakaian. Akumulasi logam berat yang masuk ke tubuh
manusia hingga batas tertentu akan dapat menyebabkan toksisitas (Darmono, 1995 &
Wasitaatmadja, 1997).
Shampo dikenal sebagai pembersih badan dipakai untuk membersihkan rambut
Rambut memang bisa dibersihkan dari kotoran yang melekat, debu, keringat stratum
kornium yang terlepas dengan sabun, tetapi rambut akan tampak kusam, kasar dan kering
sehingga sukar ditata atau disisir. Oleh karena itu dibutuhkan pembersih lain bagi rambut
yang tidak hanya membersihkan tetapi sekaligus membuat rambut menjadi indah. Saat ini
shampoo merupakan komoditi bisnis kosmetika terpenting dengan nilai penjualan
puluhan dolar setahun (Wasitaatmadja, 1997).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu yang dimaksud dengan logam berat Pb ?
2. Kegunaannya dalam kosmetika terutama shampoo ?
3. Metode apa yang digunakan untuk mengetahui besar kadar Pb yang terkandung
dalam shampoo ?
4. Bahaya apa yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan kosmetika yang mengandung
Pb ?
5. Berapa persen kadar Pb yang diperbolehkan dalam kosmetika oleh BPOM ?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa itu logam berat Pb.
2. Mengetahui kegunaan dari Pb dalam pembuatan kosmetika.
3. Metode apa yang digunakan dalam pemeriksaan Pb dalam kosmetika.
4. Mengetahui bahaya yang ditimbulkan pada penggunaan kosmetika yang mengandung
Pb.
5. Mengetahui persen kadar Pb boleh digunakan oleh BPOM.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Shampo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari
segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel – sel yang sudah mati dan
sebagainya (Latifah. F, 2007).
Shampo adalah sediaan yang mengandung sufkatan dalam bentuk yang cocok
dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan
kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.
Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air dengan
tujuan sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi
rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga
dapat meluruhkan kotoran.

B. Logam Pb
Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan
menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia,
biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk
kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di
bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena
dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat
berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut
dengan istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk,
memiliki sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar
tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan
mengkilat dan memiliki bilangan oksidasi +2 (Sunarya, 2007).

3
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk
hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka
waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981). Pb dapat
mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia (Widowati, 2008).
Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk dan
terakumulasi dalam tubuh manusia ataupun hewan, sehingga bahayanya terhadap tubuh
semakin meningkat (Kusnoputranto, 2006). Menurut Underwood dan Shuttle (1999), Pb
biasanya dianggap sebagai racun yang bersifat akumulatif dan akumulasinya tergantung
levelnya. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada ternak jika terdapat pada
jumlah di atas batas ambang (Palar, H., 2004)

C. Spektrofotometri Serapan Atom


Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk
mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali mengandalkan nyala
untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atomatom logam berbentuk gas
yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam dalam sampel (Rohman, 2007).
Prinsip dari spektrofotometri adalah terjadinya interaksi antara energi dan materi.
Pada spektroskopi serapan atom terjadi penyerapan energi oleh atom sehingga atom
mengalami transisi elektronik dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Dalam metode
ini, analisa didasarkan pada pengukuran intesitas sinar yang diserap oleh atom sehingga
terjadi eksitasi. Untuk dapat terjadinya proses absorbsi atom diperlukan sumber radiasi
monokromatik dan alat untuk menguapkan sampel sehingga diperoleh atom dalam
keadaan dasar dari unsur yang diinginkan. Spektrofotometri serapan atom merupakan
metode analisis yang tepat untuk analisis analit terutama logam-logam dengan
konsentrasi rendah (Pecsok, 1976).
Spektrofotometri serapan atom (SSA) didasarkan pada absorbsi atom pada suatu
unsur yang dapat mengabsorpsi energi pada panjang gelombang tertentu. Banyak energi
sinar yang diabsorpsi berbanding lurus dengan jumlah atom yang mengabsorpsi. Atom
terdiri atas inti atom yang mengandung proton bermuatan positif dan neutron berupa
partikel netral, dimana inti atom dikelilingi oleh elektron bermuatan negatif yang
memiliki tingkat energi berbeda. Jika energy diabsorpsi oleh atom, maka elektron yang

4
berada paling luar (elektron valensi) akan tereksitasi dari keadaan dasar atau tingkat
energi yang lebih rendah (ground state) ke keadaan tereksitasi yang memiliki tingkat
energi yang lebih tinggi (excited site). Jumlah energi yang dibutuhkan untuk
memindahkan elektron ke tingkat energi tertentu dikenal sebagai potensial eksitasi untuk
tingkat energi itu. Pada waktu kembali ke keadaan dasar, elektron melepaskan energi
panas atau energi sinar (Clark, 1979).

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; glassware,
Neraca mikro (Timbangan listrik) (Sartorius BP 160 P); Flakon; Spektrofotometer
Serapan Atom model AA – 300 P Produksi Rechtron, Australia dengan Changer.
Bahan yang digunakan sampel shampoo yang digunakan dengan perbedaan merk
yaitu merk A, B, C dan D, ; Aquadest. Shampoo dengan satu merck, tetapi warna berbeda
yaitu shampoo : I adalah Shampoo pantene warna pink; II : Shampoo pantene warna
kuning ; III : Shampoo pantene warna biru; IV : shampoo pantene warna hijau.

B. Metode Penelitian
Sejumlah 2,0 g sampel shampoo dengan neraca analitik, kemudian dipanaskan
dalam cawan porselin sambil ditambahkan HNO3P 10 ml kemudian diaduk, sehingga
diperoleh larutan jernih. Larutan jernih dimasukkan dalam labu takar volume 5,0 ml,
ditambahkan aquabidest hingga tanda. Selanjutnya dimasukkan dalamflakon tertutup
rapat, larutan yang di dapat kemudian diukur dengan spektrofotometri serapan atom guna
menetapkan kadar logam Pb. Dilakukan replikasi sampai 5 kali.
Penetapan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan menggunakan
larutan standar Pb(NO3)2, mencari panjang gelombang serapan maksimum.
Kurva baku dibuat seri kadar larutan Pb standar dengan konsentrasi 0,5 ; 1,0 ; 1,5;
2,0 ; 2,5 ppm, kemudian masing - masing larutan standar diukur absorbansinya dan
dibuat kurva absorbansi versus konsentrasi.

C. Hasil dan Pembahasan


a. Analisi Kualitatif
Analisa kualitatif dilakukan dengan cara :
1. Mereaksikan antara larutan hasil destruksi dengan HCl, terbentuk warna putih
dari PbCl2 dan dengan H2S terbentuk warna coklat kehitaman dari PbS.

6
2. Menggunakan Hallow Chatode Lampsternyata hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa pada sampel shampoo positif mengandung logam Pb, dengan adanya
respon Absorbansi pada panjang gelombang serapan maksimum.
Berdasarkan hasil pengukuran penetapan λ serapan maksimum diperoleh untuk
larutan Pb adalah 217,0 nm. Artinya pada panjang gelombang 217,0 nm senyawa Pb
memberikan absorbansi yang maksimal.

b. Analsis Kuantitatif
Untuk mendapatkan kadar Pb dalam shampo yang terpenting adalah penambahan
pada HNO3(pk) yang bertujuan untuk destruksi shampo sehingga diperoleh garam
timbal nitrat Pb(NO3)2 yang mudah larut.

7
Kadar rata-rata logam Pb berdasarkan beda merk satu warna dapat dilihat pada
Tabel II sebagaiberikut :
Dari Tabel II diketahui bahwa kadar logam Pb berdasarkan perbedaan merk satu
warna shampo, menunjukkan kandungan yang berbeda. Shampo IV mempunyai
kadar Pb yang paling besar yaitu 0,9516 ppm dengan SD 0,0367 ppm. Dari harga CV
sesuai dengan syarat homogenitas atau keseragaman, yaitu kurang lebih 5%. Kadar
Pb di dalam sediaan shampo biasanya ditambahkan sebagai bahan pewarna, untuk
menambah daya tarik konsumen.
Selanjutnya sampel shampoo dengan merk x, dengan warna yang berbeda,
ditetapkan kadar Pb.

Kadar rata-rata logam Pb berdasarkan satu merk beda warna dapat dilihat pada
Tabel III.
Dari Tabel III, kadar Pb berdasarkan satu merk dengan warna yang berbeda
didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan diantara kadar Pb pada Shampo warna
pink, kuning, biru dan hijau. Sediaan shampoo warna pink memberikan hasil yang
paling tinggi yaitu 0,5428 ppm dengan simpangan deviasi 0,0192 ppm. Dalam bentuk
garam anorganik, Pb dapat membentuk warna kuning yaitu PbCrO4, warna abu-abu
sampai hitam PbS, warna putih PbCl2. Warna dalam sediaan shampo dimungkinkan
merupakan campuran senyawa organik dan anorganik yang ditambahkan dengan
tujuan salah satunya menambah estetika sediaan dan layanan konsumen.

8
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa semua sediaan sampel yang
digunakan dengan perbedaan merck ternyata mengandung logam Pb, begitu juga
dengan menggunakan warna samphoo yang berbeda dalam merk yang sama. Kadar
Pb yang diperoleh berkisar antara (0,1 – 0,9) ppm. Nilai ambang batas Pb ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu tidak melebihi dari 2 %
(BPOM RI., 2004).
Walaupun kadar Pb dalam sediaan shampo belum melebihi nilai ambang yang di
ijinkan, tetapi senyawa Pb tetap dapat menembus pori-pori kulit kepala, masuk ke
tubuh. Selanjutnya dikhawatirkan akan terjadi akumulasi kandungan Pb, karena
masih banyak lagi kemungkinan Pb dapat masuk selain dari shampo.

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam sediaan kosmetika shampoo dengan
berbagai merck mengandung logam Pb yaitu : Merk A (0,4838±0,0538) ppm, Merk B
(0,6935±0,3131) ppm, Merk C (0,8354±0,0405) ppm, Merk D (0,95170,0811 ) ppm.
 Sampel samphoo dengan satu merck dengan warna yang berbeda juga mengandung
logam Pb, yaitu : Shampoo I (warna pink) = (0,5428±0,0192) ppm, Shampoo II
(warna kuning) = (0,3606±0,0255) ppm, Shampoo III (warna biru) = (0,4385±0,0062)
ppm, Shampoo IV (warna hijau) = (0,1427±0,0133) ppm.
 Kadar Pb yang diperoleh pada setiap sampel berkisar antara (0,1 – 0,9). Dapat
disimpulkan kadar Pb yang terdapat pada sampel tidak lebih dari 2% sesuai dengan
ketentuan BPOM tahun 2004.

B. Saran
 Walaupun kadar Pb dalam sediaan shampoo belum melebihi dari nilai ambang yang
diijinkan, tetapi senyawa Pb dapat menembus pori-pori kulit kepala, masuk ke tubuh.
Dan dikhawatirkan akan terjadi akumulasi kandungan Pb, karena masih banyak lagi
kemungkinan Pb dapat masuk selain dari shampo.
 Hindarilah segala penggunaan kosmetika yang masih mengandung Pb dan beralihlah
dengan kosmetika yang terbuat dari bahan alam yang tentunya dapat menghindari
resiko penggunaan bahan kimia.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Darmono,2009,Farmasi forensik dan Toksikologi.jakarta : Penerbit Universitas Indonesia


(UI-Presss).
 Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu pengetahuan Kosmetik, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
 Palar,H.2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.jakarta.PT Rineka Cipta.
 Pecsok, R.L., Shields, L.D. ,Cairns, T., Mc. William, I.G., 1976, Modern Methods
ofChemicals Analysis, 2nd , John Willey and Sons Inc., New York , hal 41-42.
 Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
 Wasitaatmaja, SM, 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik medik, UI Press, Jakarta.
 Widowati; Astiana Sastiono; dan Raymond Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta
: Penerbit Andi.

11

You might also like