You are on page 1of 21

MAKALAH

EJAAN

KELOMPOK 3
NAMA-NAMA ANGGOTA:

1. Alifiansyah Yoga Pramono 1421700079


2. Ramadhani Firmansyah 1421700080
3. Kholid Bin W 1421700083
4. Revanda Bagus 1421700084
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA
29 MARET 2018

Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SW yang mana atas berkat
dan pertolongan-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga saya
ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Machnunah Ani Zulfah yang turut yang telah
membimbing saya sehingga bias menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di
tentukan. Terimakasih juga kepada teman-teman yang turut andil dalam terselesainya
makalah ini.

Sholawat serta salam senantiasa saya haturkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Makalah ini saya buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai EJAAN dengan harapan agar para mahasiswa bias lebih memperdalam
pengetahuan tentang EJAAN. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata
Kuliah Bahasa Indonesia.

Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya
dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik
dan sarannya saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Surabaya, 29 Maret 2018

1.
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................i


Kata Pengantar ...........................................................................ii
Daftar isi ...................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................3
2. Rumusan Masalah.....................................................................3
3. Tujuan Penulisan.....................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Ejaan......................................................................5
2. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia..............................................6
3. Sejarah Perkembangan dalam Bahasa Indonesia.................................6
4. Ejaan yang Diresmikan...............................................................7
5. Ejaan yang Tidak Diresmikan........................................................11
6. Ruang Lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia....................................12

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan ............................................................................18
2. Saran....................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

2.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan


sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi
demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami
infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan
pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian
informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara
tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan
benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran
aturan baku tersebut di gunakan dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik
hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik
dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan
Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa
secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di
fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut
dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa
Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertiaan dari ejaan?
2. Bagaiman fungsi dari ejaan?
3. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan?
4. Apa saja ruang lingkup ejaan?
3.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian ejaan
2. Untuk memahami fungsi ejaan
3. Untuk memahami sejarah perkembangan ejaan
4. Untuk mengetahui ruang lingkup ejaan

4.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ejaan

Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran
–an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa
lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan terutama yang tidak
baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab untuk
menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa
melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah
kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu
lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai
bahasa dengan ejaan. Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang
disempurnakan (EYD).EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan
dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan
sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu
5.
diresmikan pada tahun 1947).

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya
ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis.
Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

2. Fungsi Ejaan

Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan


tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat
penting.
Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sebagailandasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia

Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.

3. Sejarah Perkembangan Ejaan

Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasionalseperti dalam ikrar


sumpah pemuda sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan
bahasa negara yang tercantum dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa pengantar di
dunia pendidikan.
6.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang
terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi,
kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis
dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa
Melayu sudah memiliki aksara sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu.
Di Nusantara ini, bukan saja aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal
aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci,
aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti
aksara Kaganga dan aksara Rencong (incung).

3.1. Ejaan yang diresmikan

a. Ejaan Van Ophuijsen


Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan daerah-
daerah yang telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi, karena terjadi kontak
budaya dengan dunia Barat, sebagai akibat dari kedatangan orang Barat dalam
menjajah di Tanah Melayu itu, di sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara latin
secara tidak terpimpin. Oeh sebab itu, pada tahun 1900, menurut C.A. Mees (1956:30),
Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari Belanda mendapat perintah untuk merancang
suatu ejaan yang dapai dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan
pengajaran. Jika penyususnan ejaan itu tidak cepat-cepat dilakukan, dikhawatirkan
bahwa sekolah-sekolah tersebut akan menyusun dengan cara yang tidak terpimpin
sehingga akan muncul kekacauan dalam ejaan tersebut.
Dalam menyusun ejaan tersebut, Van Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar
bahasa dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib
Soetan Ibrahim. Dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan Ejaan Belanda,
Van Ophuijsen dan teman-teman berhasil membuat ejaan bahasa Melayu, yang ejaan
tersebut lazim disebut sebagai “Ejaan Van Ophuijsen”.
7.
Ejaan tersebut diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901. Ejaan van Ophuijsen dipakai
selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun
Indonesia merdeka.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai
berikut :
a. Huruf y ditulis dengan j (contoh : jang, pajah, sajang)
b. Huruf u ditulis dengan oe (contoh : goeroe, itoe, oemoer)
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas (contoh :
bapa’, ma’moer, ‘akal)
d. Huruf j ditulis dengan dj (contoh : djangan)
e. Huruf k ditulis dengan c (contoh : choesoes)

b. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)

Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa pendudukan


Jepang, pemerintah sudah mulai memikirkan keadaan ejaan kita yang sangat tidak
mampu mengikuti perkembangan ejaan internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah
melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk
menyempurnakan ejaan yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan
yang baru sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh
Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi,
pada tanggal 19 Maret 1947 yang disebut sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan yang diresmikan
itu disebut juga sebagai Ejaan Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi
atau Ejaan Republik itu adalah sebagai berikut :
a. Huruf /oe/ diganti dengan /u
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k
c. Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan

8.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya
e. Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata
diftong
f. Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi
g. Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan
cara tulis
h. Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai
suku-suku kata yang terpisah

c. Ejaan Yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak Soeharto)


meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim
disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 57 Tahun 1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang memuat berbagai patokan pemakaian ejaan yang baru. Buku yang
beredar yang memuat kaidah-kaidah ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu
badan yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang diketuai
oleh Prof. Dr. Amran Halim dengan dasar surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972, Nomor 156/P/1972. Hasil
kerja komisi tersebut adalah berupa sebuah buku yang berjudul Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diberlakukan dengan surat keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0196/1975. Bersama buku tersebut, lahir
pula sebuah buku yang berfungsi sebagai pendukung buku yang pertama, yaitu buku
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Badan itu bernama Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa yang sekarang bernama Pusat Bahasa.

9.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan itu adalah sebagai berikut :
Ø Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut
a. /dj/ djalan menjadi /j/ jalan
b. /j/ pajung menjadi /y/ payung
c. /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
d. /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
e. /tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
f. /ch/ achir menjdi /kh/ akhir

Ø Peresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya belum resmi adalah :


a. pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakir
b. pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valuta
c. pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeni

Ø Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikut:
a. pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q
b. pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X

Ø Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan dilakukan
seperti berikut :
a. penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang mengikutinya, seperti
dimakan, dijumpai
b. penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang mengikutinya, seperti di
muka, di pojok, di antara.
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu terdapat pembicaraan
yang lengkap, yaitu:
1. pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf
2. pembicaraan tentang pemakaian huruf

10.
3. pembicaraan tentang penulisan kata
4. pembicaraan tentang penulisan unsur serapan
5. pembicaraan tentang pemakaian tanda baca

Dengan lahirnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu kini kita dapat
merasakan bahwa ejaan bahasa kita sudah tidak perlu diubah lagi. Jika ada hal-hal yang
perlu dimasukkan ke dalam ejaan yang selama ini tidak diatur dalam ejaan tersebut,
cukup ejaan itu direvisi dalam edisi berikutnya.

3.2 Ejaan yang tidak diresmikan

1. Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang
terdapat pada Ejaan Republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu penulisan
karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj,
ng, dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi. Gagasan
tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Dari
pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia dan Melayu
(Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan sebagi ketua
perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa dilambangkan
dengan satu huruf. Salah satu lambing itu adalah huruf j sebagai pengganti dj, huruf c
sebagai pengganti huruf tj, huruf η sebagai pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti
nj. Sebagai contoh :
1. sejajar sebagai pengganti sedjadjar
2. mencuci sebagai pengganti mentjutji
3. meηaηa sebagai pengganti dari menganga
4. berήaήi sebagai pengganti berjanji

11.
Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping terdapat beberapa kesukaran
teknis untuk menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi pada kedua negara antara
Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk meresmikan ejaan tersebut.
Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan Melindo, yaitu penyamaan lambang
ujaran antara kedua negara, tidak dapat diwujudkan. Perencanaan kedua, yaitu
pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang, juga tidak dapat dilaksanakan.
Berbagai gagasan tersebut dapat dituangkan dalam Ejaan bahasa Indonensia yang
disempurnakan yang berlaku saat ini.

4. Ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut:
A.Pemakaian Huruf

Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada
juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau
penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan
fonemis dimana hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris
yang satu lambang memiliki beberapa bunyi. Karena bahasa Indonesia menggunakan
satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf
secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata), (1)menggunakan
tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis bawah, (3)hindari penggalan
satu huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan
nama pertama dan nama kedua.Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang
berlaku.

B. Penulisan Huruf
1. Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
2. Huruf kapital digunakan sebagai:
3. Huruf pertama awal kalimat
12.
4. Huruf pertama petikan langsung
5. Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan
6. Huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang
7. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
8. Huruf pertama nama orang
9. Huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai
sebagai kata ganti.
10. Huruf miring digunakan untuk:
-menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan
-menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata
-menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.

C. Penulisan Kata
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Penulisan kata turunan:
1. imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar
2. kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikutinya.
3. kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut
4. kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi:
Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi
tanda hubung.
Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka
ditulis terpisah.
Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.

Penulisan gabungan kata:


1. kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
2. istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung.
13.
3. kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Penulisan partikel:
1. partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
2. partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.

Penulisan singkatan dan Akronim:


1. singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik, misalnya : Muh. Yamin, S.Pd., M.Sc., Sdr.
2. singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.
3. singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik,
misalnya:dkk.
4. singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik, misalnya : Cu, cm, kg, Rp.
5. akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan hruruf kapital, misalnya : Pramuka, Akabri, Iwapi.
6. akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari
deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil, misalnya : pemilu, rudal.

Penulisan angka lambang bilangan:


1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor, misalnya 0,5
sentimeter, tahun 1998
2. angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata
uang, nomor jalan, misalnya : 2.000 rupiah

14.
3. penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
4. Penulisan bilangan tingkat, misalnya : pada abad XX
5. penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan angka atau dengan
ejaan, misalnya : tahun 1998-an.
6. Angka yang digunakan untuk menomori kitab suci, misalnya : Surah Yasin: 9
7. Angka yang digunakan untuk menomori jalan, rumah, apartemen atau kamar,
misalnya : Jalan Tanah Abang I No. 15, Apartemen No. 8 Hotel Mahameru, Kamar 111
8. Aangka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lenih
mudah dibaca, misalnya : Perusahaan itu baru saja dapat pinjaman 550 miliar rupiah.

D. Penulisan Unsur Serapan

Bahsa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
dan relatif konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita harus memperhatikan:
1. unsur mad (panjang) ditiadakan.
2. konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem
yang berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti:
rizq(rezeki). Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.

E. Pemakaian Tanda Baca

Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang
dalam memahami bacaan.
1. Tanda titik (.) digunakan pada akhir kalimat, contohnya : Sungha Jung sedang
bermain gitar.
2. Tanda koma (,) digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan, contohnya : Maudy, Ayunda dan Wira merupakan tiga bersaudara.
3. Tanda titik koma (;) dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dengan kalimat setara lainnya dalam kalimat
majemuk, contohnya : Ayah baru saja pulang; anak-anak masih belum tidur.
15.
4. Tanda titik dua (: ) digunakan untuk pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan, contohnya : Saya membeli: pensil, buku, penghapus
5. Tanda hubung (-) digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris
6. Tanda tanya (?) digunakan untuk akhir kalimat tanya, contohnya : Apakah kamu bisa
bermain gitar?
7. Tanda seru (!) digunakan pada akhir kalimat seruan, contohnya : Tolong ambilkan
gitar ku!
8. Tanda kurung ((…)) digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan,
contohnya : Lembaga pengkreditan tersebut menyediakan jasa pengkreditan dengan
jaminan surat bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB)
9. Tanda garis miring ( / ) digunakan untuk pengganti kata dan, atau, serta setiap,
contohnya : pisang rebus/goreng/bakar.
10. Tanda petik ganda ("“…” ") dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan, naskah, dialog dan sejenisnya, contohnya : “Jam berapa ini?”, tanya
Sungha pada Jung
11. Tanda pisah (--) digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberikan penjelasan selain yang telah disebut di bangun kalimat, contohnya : Rani
terjatuh—saya yakin dia menangis—dari sepedah kumbangnya dan masuk ke got depan
komplek.
12. Tanda elipsis (...…) digunakan untuk menulis perkataan yang tidak selesai dalam
dialog, contohnya : “Bagaimana jika kita … Bukankah itu lebih baik?”
13. Tanda kurung siku ([ ]) digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang terdapat dalam tanda kurung, contohnya : Persamaan antara kedua hal
tersebut (perbedaannya telah disebutkan pada Bad ke II [lihat halaman 73-74]) akan
dikupas pada bab ini.
14. Tanda petik tunggal (‘…’) digunakan untuk mengapit makna atau terjemahan,
contohnya : ‘yang didakwa’.

16.
15. Tanda penyingkat ( ‘' ) digunakan untuk penghilangan bagian kata atau angka tahun
dalam konteks tertentu, contohnya : Libur ‘lah tiba (libur telah tiba)

Berikut produk yang disajikan untuk melengkapi pemahaman tentang Ejaan :

17.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan


menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia

1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa


2. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia

Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian, mulai dari


ejaan Van Ophuijsen, ejaan Soewandi (republik), dan ejaan yang disempurnakan.
Bahkan terdapat ejaan yang dirundingkan bersama antara Indonesia dan Malaysia, yakni
ejaan Melindo.Namun, karena faktor-faktor tertentu ejaan tersebut tidak dapat
diresmikan.

18.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari :
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Pemakaian Tanda Baca

2. Saran

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan
kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik
dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses
pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.Dengan mempelajari ejaan yang
disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa
Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan
dengan sungguh agar dapat dimengerti.

19.
DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan.
Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta.
:KawanPustaka
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di
Peruruan Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta: Hi-Fest Publishing.
Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

20.

You might also like