Professional Documents
Culture Documents
EJAAN
KELOMPOK 3
NAMA-NAMA ANGGOTA:
Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SW yang mana atas berkat
dan pertolongan-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga saya
ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Machnunah Ani Zulfah yang turut yang telah
membimbing saya sehingga bias menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di
tentukan. Terimakasih juga kepada teman-teman yang turut andil dalam terselesainya
makalah ini.
Sholawat serta salam senantiasa saya haturkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Makalah ini saya buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai EJAAN dengan harapan agar para mahasiswa bias lebih memperdalam
pengetahuan tentang EJAAN. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata
Kuliah Bahasa Indonesia.
Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya
dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik
dan sarannya saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.
1.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................3
2. Rumusan Masalah.....................................................................3
3. Tujuan Penulisan.....................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Ejaan......................................................................5
2. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia..............................................6
3. Sejarah Perkembangan dalam Bahasa Indonesia.................................6
4. Ejaan yang Diresmikan...............................................................7
5. Ejaan yang Tidak Diresmikan........................................................11
6. Ruang Lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia....................................12
DAFTAR PUSTAKA
2.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertiaan dari ejaan?
2. Bagaiman fungsi dari ejaan?
3. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan?
4. Apa saja ruang lingkup ejaan?
3.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian ejaan
2. Untuk memahami fungsi ejaan
3. Untuk memahami sejarah perkembangan ejaan
4. Untuk mengetahui ruang lingkup ejaan
4.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ejaan
Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran
–an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa
lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan terutama yang tidak
baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab untuk
menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa
melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah
kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu
lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai
bahasa dengan ejaan. Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang
disempurnakan (EYD).EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan
dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan
sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu
5.
diresmikan pada tahun 1947).
2. Fungsi Ejaan
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.
8.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya
e. Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata
diftong
f. Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi
g. Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan
cara tulis
h. Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai
suku-suku kata yang terpisah
9.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan itu adalah sebagai berikut :
Ø Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut
a. /dj/ djalan menjadi /j/ jalan
b. /j/ pajung menjadi /y/ payung
c. /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
d. /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
e. /tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
f. /ch/ achir menjdi /kh/ akhir
Ø Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikut:
a. pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q
b. pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X
Ø Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan dilakukan
seperti berikut :
a. penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang mengikutinya, seperti
dimakan, dijumpai
b. penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang mengikutinya, seperti di
muka, di pojok, di antara.
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu terdapat pembicaraan
yang lengkap, yaitu:
1. pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf
2. pembicaraan tentang pemakaian huruf
10.
3. pembicaraan tentang penulisan kata
4. pembicaraan tentang penulisan unsur serapan
5. pembicaraan tentang pemakaian tanda baca
Dengan lahirnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu kini kita dapat
merasakan bahwa ejaan bahasa kita sudah tidak perlu diubah lagi. Jika ada hal-hal yang
perlu dimasukkan ke dalam ejaan yang selama ini tidak diatur dalam ejaan tersebut,
cukup ejaan itu direvisi dalam edisi berikutnya.
1. Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang
terdapat pada Ejaan Republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu penulisan
karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj,
ng, dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi. Gagasan
tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Dari
pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia dan Melayu
(Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan sebagi ketua
perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa dilambangkan
dengan satu huruf. Salah satu lambing itu adalah huruf j sebagai pengganti dj, huruf c
sebagai pengganti huruf tj, huruf η sebagai pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti
nj. Sebagai contoh :
1. sejajar sebagai pengganti sedjadjar
2. mencuci sebagai pengganti mentjutji
3. meηaηa sebagai pengganti dari menganga
4. berήaήi sebagai pengganti berjanji
11.
Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping terdapat beberapa kesukaran
teknis untuk menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi pada kedua negara antara
Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk meresmikan ejaan tersebut.
Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan Melindo, yaitu penyamaan lambang
ujaran antara kedua negara, tidak dapat diwujudkan. Perencanaan kedua, yaitu
pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang, juga tidak dapat dilaksanakan.
Berbagai gagasan tersebut dapat dituangkan dalam Ejaan bahasa Indonensia yang
disempurnakan yang berlaku saat ini.
Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada
juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau
penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan
fonemis dimana hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris
yang satu lambang memiliki beberapa bunyi. Karena bahasa Indonesia menggunakan
satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf
secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata), (1)menggunakan
tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis bawah, (3)hindari penggalan
satu huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan
nama pertama dan nama kedua.Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
B. Penulisan Huruf
1. Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
2. Huruf kapital digunakan sebagai:
3. Huruf pertama awal kalimat
12.
4. Huruf pertama petikan langsung
5. Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan
6. Huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang
7. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
8. Huruf pertama nama orang
9. Huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai
sebagai kata ganti.
10. Huruf miring digunakan untuk:
-menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan
-menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata
-menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.
C. Penulisan Kata
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Penulisan kata turunan:
1. imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar
2. kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikutinya.
3. kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut
4. kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi:
Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi
tanda hubung.
Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka
ditulis terpisah.
Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.
Penulisan partikel:
1. partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
2. partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.
14.
3. penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
4. Penulisan bilangan tingkat, misalnya : pada abad XX
5. penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan angka atau dengan
ejaan, misalnya : tahun 1998-an.
6. Angka yang digunakan untuk menomori kitab suci, misalnya : Surah Yasin: 9
7. Angka yang digunakan untuk menomori jalan, rumah, apartemen atau kamar,
misalnya : Jalan Tanah Abang I No. 15, Apartemen No. 8 Hotel Mahameru, Kamar 111
8. Aangka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lenih
mudah dibaca, misalnya : Perusahaan itu baru saja dapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Bahsa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
dan relatif konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita harus memperhatikan:
1. unsur mad (panjang) ditiadakan.
2. konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem
yang berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti:
rizq(rezeki). Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.
Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang
dalam memahami bacaan.
1. Tanda titik (.) digunakan pada akhir kalimat, contohnya : Sungha Jung sedang
bermain gitar.
2. Tanda koma (,) digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan, contohnya : Maudy, Ayunda dan Wira merupakan tiga bersaudara.
3. Tanda titik koma (;) dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dengan kalimat setara lainnya dalam kalimat
majemuk, contohnya : Ayah baru saja pulang; anak-anak masih belum tidur.
15.
4. Tanda titik dua (: ) digunakan untuk pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan, contohnya : Saya membeli: pensil, buku, penghapus
5. Tanda hubung (-) digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris
6. Tanda tanya (?) digunakan untuk akhir kalimat tanya, contohnya : Apakah kamu bisa
bermain gitar?
7. Tanda seru (!) digunakan pada akhir kalimat seruan, contohnya : Tolong ambilkan
gitar ku!
8. Tanda kurung ((…)) digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan,
contohnya : Lembaga pengkreditan tersebut menyediakan jasa pengkreditan dengan
jaminan surat bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB)
9. Tanda garis miring ( / ) digunakan untuk pengganti kata dan, atau, serta setiap,
contohnya : pisang rebus/goreng/bakar.
10. Tanda petik ganda ("“…” ") dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan, naskah, dialog dan sejenisnya, contohnya : “Jam berapa ini?”, tanya
Sungha pada Jung
11. Tanda pisah (--) digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberikan penjelasan selain yang telah disebut di bangun kalimat, contohnya : Rani
terjatuh—saya yakin dia menangis—dari sepedah kumbangnya dan masuk ke got depan
komplek.
12. Tanda elipsis (...…) digunakan untuk menulis perkataan yang tidak selesai dalam
dialog, contohnya : “Bagaimana jika kita … Bukankah itu lebih baik?”
13. Tanda kurung siku ([ ]) digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang terdapat dalam tanda kurung, contohnya : Persamaan antara kedua hal
tersebut (perbedaannya telah disebutkan pada Bad ke II [lihat halaman 73-74]) akan
dikupas pada bab ini.
14. Tanda petik tunggal (‘…’) digunakan untuk mengapit makna atau terjemahan,
contohnya : ‘yang didakwa’.
16.
15. Tanda penyingkat ( ‘' ) digunakan untuk penghilangan bagian kata atau angka tahun
dalam konteks tertentu, contohnya : Libur ‘lah tiba (libur telah tiba)
17.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
18.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari :
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
2. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan
kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik
dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses
pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.Dengan mempelajari ejaan yang
disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa
Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan
dengan sungguh agar dapat dimengerti.
19.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan.
Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta.
:KawanPustaka
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di
Peruruan Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta: Hi-Fest Publishing.
Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
20.