You are on page 1of 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI : RELAKSASI DISTRAKSI

Oleh :
VIKA RAHMAWATI
NIM. P1337420918145

PRODI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok bahasan : Relaksasi Distraksi


2. Tempat : Bangsal Rajawali 3B
3. Sasaran : Tn. N
4. Waktu Pertemuan :
 Hari / Tanggal : Jumat, 07 September 2018
 Pukul : 09.30- selesai WIB
5. Media : Leaflet
6. Metode : mengajarkan dan membimbing
7. Tujuan :
a. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah mengikuti dan mempraktekkan teknik relakasasi distraksi klien
dapat melakukan menajemen nyeri dan mengurangi nyeri
b. Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah dilakukan manajemen nyeri teknik relaksasi distraksi diharapkan
dapat:
1. Mengurangi atau menghilangkan nyeri
2. Menurunkan ketegangan otot
3. Menimbulkan perasaan yang aman, tenang dan damai

KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap
Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Media
Kegiatan
Pembukaan • Membuka kegiatan • Menjawab salam Ceramah
(5 menit) dengan mengucapkan • Mendengarkan
salam pernyataan dari
• Memperkenalkan diri perawat
• Menjelaskan tujuan
dan manfaat dari
teknik relaksasi
distraksi
• Menggali penge-
tahuan klien tentang
manajemen nyeri dan
teknik relaksasi
distraksi dengan cara
mengajukan pertan-
yaan
Penyajian • Menjelaskan • Memperhatikan dan Ceramah
( 15 menit ) manajemen nyeri dan mendengarkan ket- Tanya jawab
teknik relaksasi erangan penyaji
distraksi • Memberi pertanyaan
• Melakukan teknik tentang hal-hal yang
relaksasi distraksi. belum dimengerti
yang bergubungan
dengan materi yang
disampaikan
Penutup • Menanyakan kembali Mendengarkan dan ber- Tanya jawab,
( 10 menit ) pada klien tentang tanya serta menjawab per- leaflet
teknik relaksasi tanyaan
distraksi yang telah
disampaikan dan
berikan rewards
kepada klien yang te-
lah menjawab per-
tanyaan
• Klien
mempraktekkan
kembali teknik
relaksasi distraksi
yang telah diajarkan
• Memberi kesimpulan
• Membagikan leaflet
• Mengucapkan ter-
imakasih atas peran
serta klien
• Mengucapkan salam
• Penutup
MANAJEMEN NYERI : TEKNIK RELAKSASI DAN DISTRAKSI

A. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan keluhan yang subjektif, hanya penderita yang mampu
mendefinisikan nyeri yang dialami, dan kemungkinan akan sangat berbeda
dengan nyeri yang dialami oleh penderita yang lain walaupun merupakan hal
yang sangat mungkin nyeri itu di sebabkan oleh stimulus yang sama.
B. Skala Ukur Nyeri
1. Skala Wajah (Wong-Baker Faces Pain Rating Scale)
Skala Wong-Baker (berdasarkan eksperesi wajah) dapat dilihat dibawah:

 ekspresi wajah 1 : tidak merasa nyeri sama sekali


 ekspresi wajah 2 : nyeri hanya sedikit
 ekspresi wajah 3 : sedikit lebih nyeri
 ekspresi wajah 4 : jauh lebih nyeri
 ekspresi wajah 5 : jauh lebih nyeri sangat
 ekspersi wajah 6 : sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis

2. Skala Angka nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)

0 : tidakada rasa nyeri / normal


1 : nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk,
2 : tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit
3 : bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian wajah atau
disuntik
4 : menyedihkan (kuat, myeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri disen-
gat tawon
5 : sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti terkilir,
keseleo
6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya
mempengaruhi salah satu dari panca indra)menyebabkan tidak fokus dan
komunikasi terganggu.
7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan merasa-
kan rasa nyeri yang sangat mendominasi indra sipenderita yang menyebabkan
tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan perawa-
tan sendiri.
8 : benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga menyebabkan
sipenderita tidak dapat berfikir jernih, dan sering mengalami perubahan
kepribadian yang parah jika nyeri datang dan berlansung lama.
9 : menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga sipenderita
tidak bisa mentoleransinya dan ingin segera menghilangkan nyerinya
bagaimanapun caranya tanpa peduli dengan efek samping atau resiko nya.
10: sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan (nyeri begitu kuat
tidak sadarkan diri) biasanya pada skala ini sipenderita tidak lagi merasakan
nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri yang sangat luar biasa
seperi pada kasus kecelakaan parah, multi fraktur.

C. Manajemen nyeri
Manajemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari
disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri
atau pain relief.
Manajemen nyeri cukup efektif dalam mengatasi nyeri, yakni dengan
perasaan kontrol, mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa menjadi
metode pengalih yang menenangkan, serta menggangu siklus nyeri-ansietas-
ketegangan (Sloman, 1995).
Ada 2 macam manajemen nyeri, yaitu
1. Farmakologis
Penggunaan obat analgetik (antirasa sakit)
2. Non Farmakologis
Intervensi nonfarmakologis yang dapat membantu dalam menghilangkan
nyeri kelebihan metode pereda nyeri nonfarmakologis adalah resiko yang
sangat rendah. Berikut ini beberapa metode nonfarmakologis untuk
penanganan nyeri : Stimulasi dan Masase Kutanus, Terapi Es dan Panas,
Penggunaan panas, Stimulasi Saraf Elektris Transkutan, Distraksi, Teknik
Relaksasi, Imajinasi Terbimbing, Hipnosis.
a. Teknik Distraksi.
Distraksi, yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain pada nyeri, dapat menjadi stategi yang sangat berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif
efektif lainnya ( Arntz dkk., 1991; Devine dkk., 1990). Seseorang, yang
kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada
nyeri, akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap
nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem control desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit
stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi
tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan
input sensori selain nyeri. Peredaan nyeri secara umum meningkat dalam
hubungan langsung engan parsitipasi aktif individu, banyaknya modalitas
sensori yang dipakai dan minat individu dalam stimuli. Karenanya,
stimuli penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan efektif
dalam menurunkan nyeri disbanding stimuli satu indera saja.
Distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai
menggunakan aktivitas fisik an mental yang sangat kompleks.
` Kunjungan dari keluarga dan teman-teman sangat efektif dalam
meredakan nyeri. Melihat film layar lebar dengan ”surround sound”
melalui headphone dapat efektif (berikan yang dapat diterima oleh
pasien). Orang lainnya mungkin akan mendapat peredaan permainan dan
aktivitas yang membutuhkan konsentrasi. Tidak semua pasien mencapai
peredaan melalui distraksi, terutama mereka yang dalam nyeri hebat,
pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi cukup baik untuk ikut serta
dalam aktivitas fisik atau mental yang kompleks.

b. Teknik Relaksasi.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada banyak bukti
yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri
punggung (Tunner dan Jensen, 1993; Altmaier dkk. 1992). Beberapa
penelitian, bagaimanapun, telah menunjukkan bahwa relaksasi ecektif
dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Lorenti, 1991; Miller & Perry,
1990). Ini mungkin karena relatif kecilnya otot-otot skeletal dalam nyeri
pasca operatif atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
tersebut agar efektif. Teknik tersebut tidak mungkin dipraktekkan jika
hanya diajarkan sekali, segera sebelum operasi. Pasien yang sudah
mengetahui tentang teknik relaksasi mungkin hanya diingatkan untuk
menggunakan teknik tersebut untuk menurunkan atau mencegah
menigkatnya nyeri
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan
bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat
diprtahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap
inhalasi (” hirup, dua, tiga ”) dan ekhalasi (hembusakan, dua, tiga ). Pada
saat perawat mengajarkan teknik ini, akan sangat membantu bila
menghitung dengan keras bersama pasien oada awalanya. Napas yang
lambat, berirama juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi. Teknik
relaksasi, juga tindakan pereda nyeri noninvasif lainnya, mungkin
memerlukan latihan sebelum pasien menjadi terampil menggunkannya.
Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari
metode-metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu
untuk melawan keletihan dan ketegagan otot yang terjadi dengan nyeri
kronis dan yang meningkatkan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Black, M.J, Ester M & Jacobs. (1997). Medikal Surgical Nursing; Clinical
Management For Continvity of Care. WB Saunder Company. Tokyo
Corwin, E.J. (1997). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
ERB, Kozier, Blais & Wilkinson (1995) Fundamental Of Nursing ; Consepts,
Process, And Practice II, Addison Wesley Publishing Company.
Gabriel, F.J. (199 Description: 8)Fisika Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Howe, L.G & F.I.H Whitehead. (1992). Lokal Anaesthesia In Dentistry. Alih
Bahasa Lilian Yuwono. Penerbit Hipokrates. Jakarta
Junaidi, P (Et.Al). 1997. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius FKUI. Jakarta
Lee, M.Jenifer (1990). Segi Praktis Fisioterapi. Binarupa Aksara. Jakarta
Long, C.B. (1996). Medikal Surgical Nursing. Alih Bahasa Oleh Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung
Taylor, C, Carol L & Pricilla.L. (1997). Fundamental Of Nursing ; The Art and
Science of Nursing. Lippicott Philadelphia
PENGKAJIAN NYERI
(PQRST)

No. Tahap Aktifitas Ya Tidak


1 Pra 1. Membaca status pasien
Interaksi 2. Menyiapkan diri dan alat yang dibutuhkan
2 Orientasi 3. Memberikan salam (senyum)
4. Mengenalkan diri
5. Mengklarifikasi masalah nyeri pasien
6. Menyampaikan tujuan kedatangan dan
tindakan
7. Menjelaskan prosedur
8. Meminta kesediaan pasien
3 Kerja 9. Menanyakan hal-hal yang memunculkan nyeri
10. Menanyakan hal-hal yang menyebabkan nyeri
meningkat
11. Menanyakan hal-hal yang membuat nyeri
berkurang
12. Menanyakan rasa nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk/ terbakar/ disayat-sayat/
tertekan benda berat/ berdenyut
13. Menanyakan berapa kali nyeri dirasakan
dalam sehari
14. Menanyakan tempat/lokasi nyeri dirasakan
15. Menanyakan apakah nyeri menjalar/
menyebar ke bagian lain
16. Menanyakan bagaimana pengaruh nyeri yang
dirasakan pada aktifitas sehari-hari
17. Menanyakan skala nyeri (0-10)
18. Menanyakan kapan terjadinya nyeri dan
berapa lama nyeri di rasakan
4 Terminasi 19. Memberitahukan
bahwapengkajian/wawancara sudah selesai
20. Mengevaluasi/ menyimpulkan hasil
pengkajian/ wawancara
21. Menyampaikan rencana tindak lanjut
22. Berpamitan, salam dan senyum
SPO Teknik Relaksasi

No. Tahap Aktifitas Ya Tidak


1 Pra 1. Membaca status pasien
Interaksi 2. Menyiapkan diri dan alat yang dibutuhkan
2 Orientasi 3. Memberikan salam (senyum)
4. Mengenalkan diri
5. Mengklarifikasi masalah nyeri pasien
6. Menyampaikan tujuan kedatangan dan tindakan
7. Menjelaskan prosedur
8. Meminta kesediaan pasien
3 Kerja 9. Menanyakan hal-hal yang memunculkan nyeri
10. Menanyakan hal-hal yang menyebabkan
nyeri meningkat
11. Menanyakan hal-hal yang membuat nyeri
berkurang
12. Menanyakan rasa nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk/ terbakar/ disayat-sayat/ tertekan
benda berat/ berdenyut
13. Menanyakan berapa kali nyeri dirasakan
dalam sehari
14. Menanyakan tempat/lokasi nyeri dirasakan
15. Menanyakan apakah nyeri menjalar/
menyebar ke bagian lain
16. Menanyakan bagaimana pengaruh nyeri
yang dirasakan pada aktifitas sehari-hari
17. Menanyakan skala nyeri (0-10)
18. Menanyakan kapan terjadinya nyeri dan
berapa lama nyeri di rasakan
4 Terminasi 19. Memberitahukan
bahwapengkajian/wawancara sudah selesai
20. Mengevaluasi/ menyimpulkan hasil
pengkajian/ wawancara
21. Menyampaikan rencana tindak lanjut
22. Berpamitan, salam dan senyum

You might also like