Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Amaylia Almas
16/399085/PT/07203
Kelompok XXXIX
Tinjauan Pustaka
Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang seara
fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi
kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pada umumnya
reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa
pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokri dan hormon-hormon
yang dihasilkannya Yusuf (2012) menyatakan bahwa sistem reproduksi
jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder dan assesori. Organ
kelamin primer adalah testis yang belokasi di dalam skrotum yang
menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Organ kelamin
sekunder terdiri dari jaringan-jaringan duktus sebagai transportasi
spermatozoa dari testis ke bagian luar, dan termasuk didalamnya duktus
efferent, epididimis, vasa differentia, penis dan uretra. Sedangkan organ
asesori terdiri dari kelenjar prostat, seminal vesicles dan kelenjar bulbo-
urethral (Cowper’s).
Testis
Testis terdiri dari banyak tubulus tubulus seminiferus yang dikelilingi
oleh kapsul berserabut atau trabekula melintas dari tunika albugenia untuk
membentuk kerangka atau stroma. Masing masing testis terdiri dari
banyak tubulus seminferosa yang di kelilingi oleh kapsul bereserabut atau
trabekula. Trabekula bergabung dengan bergabung membentuk korda
fibrosa, yaitu mediastinum testis Sel leydig menghasilkan hormon kelamin
jantan testosteron yang terdapat didalam jaringan pengikat diantara
tubulus seminferus (Frandson et al, 2009).
Feradis (2010) menyatakan bahwa suhu testis antara 5 atau 6
derajat celcius di bawah suhu tubuh. Dalam hal ini terdapat mekanisme
yang berbeda yang bekerja secara terpisah sehingga pengaturan suhu
tersebut dapat berhasil. Otot cremaster pada suhu dingin akan menarik
scrotum sehingga mendekati tubuh, sehingga suhu testis dapat
dipertahankan hangat. Otot tersebut pada suhu dingin akan mengendor
dan testis turun menjauhi tubuh, sehingga memungkinkan pelepasan
panas hingga suhu testis menjadi lebih dingin. Otot yang lain yaitu tunika
dartos yang mengelilingi kulit scrotum dapat mengekerut atau
mengendorkan permukaan scrotum dan hal ini akan memperluas
permukaan scrotum sehingga mempengaruhi kecepatan hilangnya panas.
Epidydymis
Epididymis merupakan saluran spermatozoa yang panjang dan
berbelit, terbagi atas caput, corpus, dan cauda epididymis, melekat erat
pada testis dan dipisahkan oleh tunika albugenia. Organ tersebut
berperan penting pada proses absorpsi cairan yang berasal dari tubulus
seminiferus testis, pematangan, penyimpanan dan penyaluran
spermatozoa ke ductus deferens sebelum bergabung dengan plasma
semen dan diejakulasikan ke dalam saluran reproduksi betina (Wahyuni,
2012). Feradis (2010) menambahkan epididimis mempunyai empat fungsi
utama, yaitu pengangkutan atau transportasi, konsentrasi atau
pengentalan, maturasi dan penyimpanan spermatozoa.
Ductus Deferens
Ductus deferens adalah sepasang saluran dari ujung distal cauda
masing-masing epididymis yang ujungnya didukung oleh lipatan
peritoneum, melewati sepanjang corda spermatika, melalui canalis
inguinalis ke daerah panggul. Ujung ductus deferens yang membesar
dekat urethra adalah ampulla. Ductus deferens memiliki lapisan tebal otot
polos di dinding dan tampaknya memiliki fungsi tunggal transportasi
spermatozoa (Yusuf, 2012).
Urethra
Feradis (2010) mengatakan bahwa panjang dari urethra adalah 15
sampai 20 cm. Urethra. Urethra merupakan saluran ekskretoris bersama
urin dan semen, urethra membentang dari daerah pelvis ke penis dan
berakhir pada ujung glasn sebagai orificium urethra externa. Urethra dapat
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu bagian pelvis, bulbourethralis, dan
bagian penis.
Kelenjar Tambahan
Kelenjar vesicularis. Feradis (2010) menyatakan bahwa kelenjar
vesikularis disebut vesikula seminalis karena disangka sebagai reservoir
semen. Sekresi kelenjar vesikularis merupakan cairan keruh lengket yang
mengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktosa dan beberapa enzim
yang konsentrasinya tinggi, kadang berwarna kuning karena mengandung
flavin. Saluran ini bermuara di dalam urethra.
Kelenjar prostat. Feradis (2010) menyatakan bahwa kelenjar
prostata pada domba mengelilingi urethra dan terdiri dari dua bagian yaitu
badan prostata (corpus prostatae) dan prostata disseminata atau prostata
yang cryptik (pars disseminata prostatae). Sekresi kedua bagian ini
berjalan melalui saluran kecil dan banyak yang bermuara ke dalam urethra
pada beberapa deretan. Widayati (2008) menambahkan sekresinya
banyak mengandung ion anorganik (Na, Cl, Ca, Mg). Domba
menyekresikannya sangat encer dan mempunyai pH yang basa antara
7,5 sampai 8, 2.
Kelenjar cowperi. Widayati (2008) menyatakan bahwa pada sapi,
kelenjar cowper memiliki panjang 2,5 cm dan lebar 1 cm. Kelenjar cowperi
terdapat sepasang berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal dan
pada sapi terlihat lebih kecil dari pada kelenjar cowper kuda. Kelenjar
bulbourethralis terletak diatas urethra dekat jalan keluarnya dari cavum
pelvis. Saluran saluran sekretoris dari setiap kelenjar bergabung
membentuk satu saluran ekskretoris kelenjar cowper mempunyai muara
kecil terpisah di tepi lipatan mucosa urethra (Feradis, 2010)
Penis
Penis merupakan alat untuk melakukan kopulasi. Penis berbentuk
silinder pipa panjang sifatnya menegang karena memiliki jaringan yang
dapat diisi oleh darah dengan tekanan yang tinggi sewaktu birahi (Yulianto
dan saparinto, 2014). Penis mempunyai fungsi menyemprotkan sperma
kedalam alat reproduksi betina dan juga sebagai tempat lewatnya urin.
Penis dapat melakukan aktivitas memanjang dan memendek dengan
dilengkapi muskulus retractor penis yang dapat merelaks dan mengkerut
dan corpus cavernosum penis yaitu oto yang dapat menegangkan penis.
Praeputium
Frandson (2009) menyatakan bahwa praeputium adalah lipatan
kulit disekitar gland penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak
khas sementara lapisan dalamnya menyerupai membran mukosa yang
terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penis yang menutup permukaan
ekskremitias bebas dari penis. Praeputium babi mempunyai divertikulum
disebelah dorsal dari orifisium prepeutial (Frandson, 2009)
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum acara anatomi organ
reproduksi jantan adalah pita ukur.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum acara anatomi
organ reproduksi jantan adalah preparat anatomi organ reproduksi domba
jantan berumur 1,5 tahun dengan berat badan 26 kg.
Metode
Metode yang digunakan pada praktikum anatomi organ reproduksi
jantan adaah pengamatan organ reproduksi domba jantan. Preparat
tersebut dibedakan bagian-bagiannya dan diketahui fungsi-fungsi
bagiannya. Masing-masing organ diukur dan ditimbang dan hasil
pengukuran dicatat.
Hasil dan Pembahasan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder
dan assesori. Organ kelamin primer adalah testis yang belokasi di dalam
skrotum yang menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Organ
kelamin sekunder terdiri dari jaringan-jaringan duktus sebagai transportasi
spermatozoa dari testis ke bagian luar, dan termasuk didalamnya duktus
efferent, epididimis, vasa differentia, penis dan uretra. Sedangkan organ
asesori terdiri dari kelenjar prostat, seminal vesicles dan kelenjar bulbo-
urethral (Cowper’s). Hasil pengukuran organ reproduksi jantan domba
umur 2,5 tahun dengan bobot badan 35 kg yang dilakukan pada saat
praktikum disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil pengukuran organ reproduksi jantan
Rete testis
mediastenum testis
Caput
Corpus
Cauda
Urethra
Urethra adalah saluran ekskretoris bersama untuk urine dan
semen. Urethra membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir
pada ujung glans sebagai orificium urethrae eksterna. Urethra dibedakan
atas tiga bagian yaitu bagian pelvis, merupakan saluran silindrik dengan
panjang 15-20 cm diselubungi oleh otot urethra yang kuat dan terletak pad
lantai pelvis. Bulbus Urethrae adalah bagian melengkung seputar arcus
ischiadicus dan bagian penis (Ismudiono et al., 2009).
Kelenjar tambahan
Kelenjar vesicularis. Hasil pengukuran pada pengamatan adalah
panjang kelenjar vesikularis 2,3 cm, lebar 1,3 cm dan tinggi 2,4 cm.
Ismudiono et al. (2009) menyatakan bahwa kelenjar vesikularis pada tiap
spesies berbeda. Pada sapi berukuran 10-15 cm dan diameter 2-4 cm.
Kelenjar ini terdapat sepasang, mengapit kedua ampula. Lumen kelenjar
ini bermuara ke dalam urethra. Sekresi kelenjar ini merupakan cairan
keruh dan lengket mengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktosa dan
beberapa enzim dalam konsetrasi tinggi.
Gambar 4. Kelenjar
vesikularis