You are on page 1of 30

MAKALAH

PRE, INTRA DAN POST HEMODIALISA


(MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN ON HEMODIALISA)

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :

Dwi Setyo Anggraeni


NIM P.170672

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA

2018
LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

A. Konsep Hemodialisa

1. Definisi

Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hasil metabolik
esensial (sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane semi permiabel.
2. Epidemiologi

Hemodialisis di Indonesia mulai tahun 1970 dan sampai sekarang telah dapat dilaksanakan

di banyak rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang

tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Indonesia termasuk Negara dengan tingkat penderita gagal

ginjal yang cukup tinggi.Saat ini jumlah penderita gagal ginjal mencapai 4500 orang. Dari jumlah

itu banyak penderita yang meninggal dunia akibat tidak mampu berobat atau cuci darah

(hemodialisis) karena biaya yang sangat mahal.

3. Etiologi

Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari :

azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan

cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan
sindrom hepatorenal.

4. Patofisiologi

Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk

menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer ataupun

sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya gagal

ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab gagal
ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan

salah satu modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal
memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal akut yang

tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk indikasi tunggal seperti hiperkalemia.

5. Tujuan
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme

dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.

b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan
sebagai urin saat ginjal sehat.

c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.

d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.


6. Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisis

Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra filtrasi.

Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara

bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisis dengan konsenterasi
yang lebih rendah.
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain
bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih
rendah (cairan dialist).

Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai

ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat fasilitasi pengeluaran air. Karena
pasien tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan untuk mengeluarkan cairan hingga
tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).

7. Komponen Hemodialisa

a. Dialyzer / Ginjal Buatan

Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi kedua

ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan

racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi

hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan demikian ginjal

buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal alami yang normal. Macam-macam
ginjal buatan :

1) Dialisis lempeng paralel, terdiri dari dua lapisan churophane yang dijepit oleh dua

penyokong yang kaku untuk membentuk suatu amplop yang disusun secara paralel.

Dimana darah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan dialisis dapat
mengalir dalam arah yang sama, atau dengan alat yang berlawanan.

2) Hollow Fibre Dialyzer (dialisis serabut berongga), terdiri dari ribuan serabut mempunyai

dinding setebal 30 µm, dan diameter sebesar 200 µm, dan panjangnya 20 cm.. darah
mengalir dari bagian tengah tabung tabung kecil, dan cairan dialisis membasahi bagian

luarnya. Aliran cairan dialisis berlawanan dengan aliran darah.

b. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai tekanan

osmotik yang sama dengan darah. Fungsi Dialisat pada dialisit:


1) Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme

2) Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa


Tabel perbandingan darah dan dialisat :

Komponen elektrolit Darah Dialisat

Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L

Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L

Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L

Chloride 106mEq/L 106mEq/L

Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L

Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :


 Batch Recirculating

Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan 1 : 34 hingga

120 L dimasukan dalam tangki air kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan
kecepatan 500 – 600 cc/menit.

 Batch Recirculating/single pas

Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
 Proportioning Single pas

Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampur secara konstan oleh porpropotioning
dari mesin cuci darah dengan perbandingan air : dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah

dicampur tersebut dialirkan keginjal buatan secara langsung dan langsung dibuang,
sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.

c. Akses Vaskular Hemodialisis

Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangka panjang, maka perlu ada jalan masuk ke dalam
sistem vascular penderita. Darah harus keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200

sampai 400 ml/menit. Teknik akses vascular diklasifikasikan sebagai berikut:


1) Akses Vaskuler Eksternal (sementara)

a) Pirau arteriovenosa (AV) atau system kanula diciptakan dengan menempatkan ujung
kanula dari Teflon dalam arteri dan sebuah vena yang berdekatan.Ujung kanula

dihubungkan dengan selang karet silicon dan suatu sambungan teflon yang
melengkapi pirau. Pada waktu dilakukan dialisis, maka selang pirau eksternal dipisahkan

dan dibuat hubungan dengan alat dialisis. Darah kemudian mengalir dari ujung arteri,
melalui alat dialisis dan kembali ke vena. Kesulitan utama pirau eksternal adalah masa
pemakaian yang panjang (9 bulan). Pirau eksternal dapat digunakan bila terapi dialitik

diperlukan dalam jangka waktu pendek seperti pada dialisis karena keracunan, keebihan

dosis obat, gagal ginjal akut, dan fase permulaan pada pengobatan gagal ginjal kronik.
b) Kateter vena femoralis sering dipakai pada kasus gagal ginjal akut bila diperlukan akses
vascular sementara, atau bila teknik akses vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapat
dua tipe kateter dialysis femoralis. Kateter shaldon adalah kateter berlumen tunggal
yang memerlukan akses kedua. Tipe kateter femoralis yang lebih baru memiliki lumen

ganda, satu lumen untuk mengeluarkan darah menuju alat dialysis dan satu lagi untuk

mengembalikan darah ketubuh penderita. Komplikasi pada kateter vena

femoralis adalah laserasi arteria femoralis, perdarahan, thrombosis, emboli, hematoma,


dan infeksi.
c) KateterVena subklavia semakin banyak dipakai sebagai alat akses vascular karena

pemasangan yang mudah dan komplikasinya lebih sedikit dibanding kateter vena
femoralis. Kateter vena subklavia mempunyai lumen
ganda untuk aliran masuk dan keluar. Kateter

vena subklavia dapat digunakan sampai empat minggu sedangkan kateter vena

femoralis dibuang setelah satu sampai dua hari setelah pemasangan. Komplikasi
yang disebabkan oleh katerisasi vena subklavia serupa dengan katerisasi vena femoralis
yang termasuk pneumotoraks robeknya arteria subklavia, perdarahan, thrombosis,

embolus, hematoma, dan infeksi.

2) AksesVaskular Internal (permanen)

a) Fistula, yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang (biasanya dilakukan

pada lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau menyambungkan (anastomosis)

pembuluh aretri dengan vena secara side to-side (dihubungkan antar-sisi) atau end-to-

side (dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah). Segmen-arteri fistula

diganakan untuk aliran darah arteri dan segmen vena digunakan untuk memasukan
kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis. Umur fistula AV

adalah empat tahun dan komplikasinya lebihsedikit dengan pirau AV. Masalah yang

paling utama adalah nyeri pada pungsi vena

terbentuknya aneurisma,trombosis,kesulitan hemostatis pascadialisis, dan iskemia pada


tangan.

b) Tandur, dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis, sebuah

tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi,
material Gore-Tex (heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya

tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan

fistula.Tandur biasanya dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas.
Pasien dengan sistem vaskuler yang terganggu, seperti pasien diabetes, biasanya

memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis. Karena tandur


tersebut merupakan pembuluh darah artifisial risiko infeksi akan

meningkat. Komplikasi tandur AV sama dengan fistula AV. trombosis, infeksi,


aneurisma dan iskemia tangan yang disebabkan oleh pirau darah melalui prosthesis
dan jauh dari sirkulasi distal.
8. Indikasi

a. Gagal ginjal akut

b. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit

c. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l


d. Ureum lebih dari 200 mg/dl
e. pH darah kurang dari 7,1

f. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari


g. Intoksikasi obat dan zat kimia
h. Sindrom Hepatorenal

i. Fluid overload

9. Kontra Indikasi
a. Gangguan pembekuan darah
b. Anemia berat

c. Trombosis/emboli pembuluh darah yang berat

d. Suhu tubuh yang tinggi

10. Penatalaksanaan pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Jangka Panjang

Diet dan masalah cairan, diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani

hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu

mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk

dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang terjadi akibat
penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremik dan akan mempengaruhi

setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul. Diet

rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian

meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal
jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan

bagian dengan resep diet untuk pasien ini.

Pertimbangan medikasi, banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui
ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia,

antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam

darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.


11. Komplikasi

a. Kram otot, kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa
sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada

ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.


b. Hipotensi, terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya

dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan

tambahan berat cairan.

c. Aritmia, hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan


kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap
aritmia pada pasien hemodialisa.

d. Sindrom ketidakseimbangan dialisa, sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara


primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara

kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke

dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi
pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
e. Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien

yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

f. Perdarahan, uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai

dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga

merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.

g. Ganguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena

hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

h. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.


i. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat

ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

a. Data demografi : berisi tentang nama, umur, alamat, jenis kelamin, pendidikan

b. Keluhan utama : klien dengan hemodialisa biasanya mengeluhkan; lemas, pusing, gata, baal-
baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan,

susah tidur berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada,

nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, nyeri otot, keringat dingin
c. Riwayat kesehatan saat ini : penderita gagal ginjal akut maupun kronik, ketidak seimbangan

elektrolit dalam tubuh, oedema, keracunan.


d. Riwayat kesehatan dahulu; menanyakan adanya infeksi saluran kemih atau infeksi organ lain,

riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat mengkonsumsi oba-obatan atau jamu, riwayat


trauma ginjal, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat penyakit endokrin, riwayat dehidrasi.
e. Riwayat kesehatan keluarga; apakah keluarga mempunyai riwayat penyakit diabetes,

hipertensi, penyakit ginjal. Dan mencantumkan genogram 3 generasi.

f. Psikospiritual : Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi

penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan
dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi,
dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Prosedur kecemasan

merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
g. Pengkajian persistem
 Respirasi; sesak nafas, ronchi

 Kardiovaskuler; lelah, lemah/malaise, letih, nyeri dada, anemia, hiperlipidemia,

trombositopenia, pericarditis, aterosklerosis, CHF, palpitasi, angina, hipertensi, distensi


vena jugularis, disritmia, pallor, nadi lemah/halus
 Digestif; edema/ peningkatan berat badan, dehidrasi/penurunan berat badan, mual,

muntah, anorexia, nyeri ulu hati, perhatikan turgor kulit, perdarahan gusi, lemak subkutan

menurun, distensi abdomen, rasa haus, ascites, diare, konstipasi

 Neurosensiori; insomnia, tonus otot menururn, ROM berkurang, sakit kepala penglihatan

kabur, sakit kepala

 Integumen; iritasi kulit, kram, baal-baal

 Reproduksi; penurunan libido, gangguan fungsi ereksi, infertil

 Urinari;edema periorbital-peritibial, poliuri pada awal gangguan ginjal, oliguri, dan anuri
pada fase lanjut, kaji warna urin, riwayat batu saluran kencing, uremia, asidosis metabolik,

kejang-kejang

 reaksi transfusi, demam, infeksi berulang, penurunann daya tahan tubuh.

h. Pemeriksaan penunjang : Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada
perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

2. Daftar Diagnosa

a. Pre HD
1. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit

2. kerusakan integritas kulit

3. ansietas
b. Intra HD

1. Hambatan mobilitas fisik


2. Nyeri akut

3. Risiko Infeksi
4. Risiko perdarahan
c. Post HD

1. Harga diri rendah : situasional

2. Risiko infeksi

Intervensi Keperawatan
1. Pre Hemodialisa

No Daftar Diagnosa NOC NIC

1 Resiko - Keseimbangan Manajemen elektrolit

ketidakseimbangan elektrolit dan asam - Lakukan dialisis jika perlu


elektrolit (00195) basa - Konsultasikan dengan ahli gizi

Domain : nutrisi - Keseimbangan untuk memberikan diet

Kelas : hidrasi cairan pembatasan natrium.


Definisi : Beresiko - Hidrasi - Pantau hasil laboratorium yang

mengalami perubahan Setelah dilakukan relevan terhadap retensicairan

kadar elektrolit serum tindakan keperawatan (misalnya, peningkatan berat


yang dapat mengganggu selama 1x24 jam jenis urine, peningkatan BUN,

kesehatan pasien mampu untuk: penuranan hematocrit dan


Faktor resiko 1. Tercapainya peningkatan kadar osmolalitas

o Defisiensi volume keseimbangan urine)


cairan elektrolit dan asam- - Observasi khususnya terhadap

o Kelebihan volume basa, dengan indikator: kehilangan cairan yang tinggi

cairan - Jumlah elektrolit elektrolit (misalnya diare,

o Gangguan mekanisme serum dalam batas drainasse luka, pengisapan

regulasi (mis, diabetes normal nasogastric, diaphoresis, dan


insipidus, sindrom - Tanda-tanda vital drainasse ileustomi)

ketidaktepatan sekresi seperti nadi dan - Laporkan abnormalitas


hormon antidiuretik) pernapasan dalam elektrolit

o Muntah batas normal. Pemantauan elektrolit


o Disfungsi ginjal - pH urine dalam batas - Observasi khususnya terhadap

normal kehilangan cairan yang tinggi


2. Tercapainya elektrolit (misalnya diare,
keseimbangan cairan, drainase luka, pengisapan

dengan indikator: nasogastrik, diaforesis, draninase

- Tidak ada asites ileostomi)


- Tidak ada edema - Kaji ekstremitas atau bagian
perifer tubuh yang edema terhadap
- Berat badan dalam gangguan sirkulasi dan integritas
keadaan stabil kulit

- Mempertahankan - Pantau secara teratur lingkar


output urine yang abdomen dan ekstremitas

sesuai dengan usia dan Manajemen cairan


BB, BJ urine normal, HT - Pantau status hidrasi (misalnya,

normal kelembapan membran


3. Mempertahankan mukosa, keadekuatan nadi,

hidrasi yang adekuat, dan tekanan darah ortostatik)


dengan indikator: - Timbang berat badan setiap

- Tidak mengalami hari dan pantau

haus yang tidak normal kecenderungannya


- Menunjukkan hidrasi - Pertahankan keakuratan

yang baik (membran catatan asupan dan haluaran

mukosa lembab, - Pantau indikasi kelebihan atau

mampu berkeringat) retensi cairan (misalnya crakcle,

- Tidak ada tanda- peningkatan CVP atau tekanan


tanda dehidrasi baji kapiler paru, edema,

- Tidak demam distensi vena leher, dan asites),


sesuai dengan keperluan

- Berikan terapi IV, sesuai

program
- Konsultasi ke dokter jika tanda

dan gejala kelebihan volume


cairan menetap atau

memburuk
- Pasang kateter urine, jika perlu

- Berikan cairan, sesuai dengan


keperluan

Manajemen cairan/elektrolit
- Identifikasi faktor terhadap
bertambah buruknya dehidrasi

(misalnya obat-obatan,

demam, stres, dan program


pengobatan)
- Kaji adanya vertigo ataun
hipotensi postural
- Tentukan lokasi dan derajat

edema
- Kaji komplikasi pulmonal atau

kardiovaskular yang
diindikasikan dengan

peningkatan tanda gawat


nafas, peningkatan frekuensi

nadi, peningkatan tekanan


darah, bunyi jantung tidak

normal, atau suara nafas tidak

normal.
- Kaji efek pengobatan (misalnya

steroid, diuretik, litium) pada

edema

- Berikan terapi IV sesuai

program
- Health Education:

- Ajarkan pasien tentang


penyebab dan cara mengatasi

edema;pembatasan diit;dan

peggunaan, dosis, dan efek


samping obat yang digunakan

- Anjurkan pasien untuk


menginformasikan perawat

bila haus
Terapi intravena (IV)

- Observasi daerah pemasangan


infus secara kontinyu

- Monitor tetesan infus


- Hindarkan pasien dari trauma
selama terapi IV

- Berikan posisi yang nyaman

untuk pasien
- Kolaborasi dalam pemberian
cairan IV
- Health education:
- Anjurkan pasien untuk

melaporkan ketidaknyamanan
selama pemasangan terapi

intravena.
- Anjurkan pasien melaporkan

jika adanya nyeri dan bengkak


pada daerah sekitar

pemasangan infus.
Pemantauan cairan

- Kaji riwayat jumlah dan jenis

intake cairan dan eliminasi


- Pantau warna, jumlah dan

frekuensi kehilangan cairan

2 Kerusakan Integritas Kulit - Tissue Integrity : Skin NIC

(00046) and Mucous Pressure Management

Domain : Membranes - Kaji lingkungan dan peralatan

keamanan/perlindungan - Wound Healing : primer yang menyebabkan terjadinya

Kelas : cedera fisik dan sekunder tekanan.


Definisi : Setelah dilakukan - Hindari adanya lipatan pada

Perubahan/gangguan tindakan keperawatan tempat tidur.

epidermis dan/atau selama 3 x 24 jam - Jaga kebersihan kulit agar


dermis. kerusakan integritas tetap bersih dan kering.

Batasan karakteristik kulit teratasi dengan - Lakukan mobilisasi pasien


- Kerusakan pada lapisan kriteria hasil : (ubah posisi pasien) setiap dua

kulit (dermis). - Capilarry refill < 3 jam sekali.


- Kerusakan pada detik - Monitor integritas kulit akan
permukaan kulit - Tidak ada pitting adanya kemerahan.

(epidermis) edema - Oleskan lotion atau

Faktor-faktor yang - Integritas kulit yang minyak/baby oil pada derah

berubungan baik bisa dipertahankan yang tertekan .


- Perubahan status (sensasi, elastisitas, - Monitor aktivitas dan

cairan temperatur, hidrasi, mobilisasi pasien.

- Perubahan tugor pigmentasi - Monitor status nutrisi pasien.


- Faktor perkembangan - Mandikan pasien dengan
- Ketidakseimbangan sabun dan air hangat.

nurtisi Healt Education


- Gangguan sirkulasi - Anjurkan pasien untuk

- Gangguan status menggunakan pakaian yang


metabolik longgar.

3 Ansietas (00146) - Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan

Kelas : - Coping kecemasan)


koping/toleransi stres - Gunakan pendekatan yang
Domain : respons koping Setelah dilakukan menenangkan
Definsi : Perasaan gelisah tindakan keperawatan - Nyatakan dengan jelas harapan

yang tak jelas dari selama 1x24 jam terhadap pelaku pasien
ketidaknyamanan atau diharapkan kecemasan - Jelaskan semua prosedur dan

ketakutan yang disertai yang dirasakan klien apa yang dirasakan selama

respon autonom (sumner berkurang prosedur

tidak spesifik atau tidak dengan Kriteria Hasil : - Temani pasien untuk
diketahui oleh individu); - Klien mampu memberikan keamanan dan

perasaan keprihatinan mengidentifikasi dan mengurangi takut

disebabkan dari mengungkapkan gejala - Berikan informasi faktual

antisipasi terhadap cemas mengenai diagnosis, tindakan

bahaya. Sinyal ini - Mengidentifikasi, prognosis


merupakan peringatan mengungkapkan dan - Dorong keluarga untuk

adanya ancaman yang menunjukkan tehnik menemani anak

akan datang dan untuk mengontol cemas - Lakukan back / neck rub
memungkinkan individu - Vital sign dalam batas - Dengarkan dengan penuh

untuk mengambil normal perhatian


langkah untuk - Postur tubuh, ekspresi - Identifikasi tingkat kecemasan

menyetujui terhadap wajah, bahasa tubuh - Bantu pasien mengenal situasi


tindakan dan tingkat aktivitas yang menimbulkan kecemasan
Batasan karakteristik menunjukkan - Dorong pasien untuk

- Gelisah berkurangnya mengungkapkan perasaan,

- Insomnia kecemasan ketakutan, persepsi

- Resah - Instruksikan pasien


- Ketakutan menggunakan teknik relaksasi

- Sedih - Barikan obat untuk

- Fokus pada diri mengurangi kecemasan


- Kekhawatiran
- Cemas
2. Intra Hemodialisa

N
Daftar Diagnosa NOC NIC
o

1 Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management

Kelas : - pain control, - Lakukan pengkajian nyeri


Domain : - comfort level secara komprehensif
Definisi : setelah dilakukan termasuk lokasi, karakteristik,
Sensori yang tidak tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas dan

menyenangkan dan selama 1x 24 jam faktor presipitasi


pengalaman emosional diharapkan nyeri - Observasi reaksi nonverbal

yang muncul secara berkurang dengan dari ketidaknyamanan

aktual atau potensial Kriteria Hasil: - Gunakan teknik komunikasi


kerusakan jaringan atau - Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui

menggambarkan adanya nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien


kerusakan (Asosiasi Studi nyeri, mampu - Kaji kultur yang

Nyeri Internasional): menggunakan tehnik mempengaruhi respon nyeri

serangan mendadak atau nonfarmakologi untuk - Evaluasi pengalaman nyeri


pelan intensitasnya dari mengurangi nyeri, masa lampau

ringan sampai berat yang mencari bantuan) - Evaluasi bersama pasien dan

dapat diantisipasi dengan - Melaporkan bahwa tim kesehatan lain tentang


akhir yang dapat nyeri berkurang dengan ketidakefektifan kontrol nyeri

diprediksi dan dengan menggunakan masa lampau

durasi kurang dari 6 manajemen nyeri - Bantu pasien dan keluarga

bulan. - Mampu mengenali untuk mencari dan


Batasan karakteristik : nyeri (skala, intensitas, menemukan dukungan

- Laporan secara verbal frekuensi dan tanda - Kontrol lingkungan yang


atau non verbal nyeri) dapat mempengaruhi nyeri

- Fakta dari observasi - Menyatakan rasa seperti suhu ruangan,

- Posisi antalgic untuk nyaman setelah nyeri pencahayaan dan kebisingan


menghindari nyeri berkurang - Kurangi faktor presipitasi

- Gerakan melindungi - Tanda vital dalam nyeri

- Tingkah laku berhati- rentang normal - Pilih dan lakukan penanganan

hati nyeri (farmakologi, non


- Muka topeng farmakologi dan inter
- Gangguan tidur (mata personal)

sayu, tampak capek, - Kaji tipe dan sumber nyeri


sulit atau gerakan untuk menentukan intervensi

kacau, menyeringai - Ajarkan tentang teknik non


- Terfokus pada diri farmakologi

sendiri - Berikan analgetik untuk


- Fokus menyempit mengurangi nyeri

(penurunan persepsi - Evaluasi keefektifan kontrol


waktu, kerusakan nyeri

proses berpikir, - Tingkatkan istirahat


penurunan interaksi - Kolaborasikan dengan dokter

dengan orang dan jika ada keluhan dan tindakan

lingkungan) nyeri tidak berhasil


- Tingkah laku distraksi, - Monitor penerimaan pasien

contoh : jalan-jalan, tentang manajemen nyeri

menemui orang lain Analgesic Administration

dan/atau aktivitas, - Tentukan lokasi, karakteristik,

aktivitas berulang- kualitas, dan derajat nyeri


ulang sebelum pemberian obat

- Respon autonom - Cek instruksi dokter tentang


(seperti diaphoresis, jenis obat, dosis, dan

perubahan tekanan frekuensi

darah, perubahan - Cek riwayat alergi


nafas, nadi dan dilatasi - Pilih analgesik yang

pupil) diperlukan atau kombinasi


- Perubahan autonomic dari analgesik ketika

dalam tonus otot pemberian lebih dari satu


(mungkin dalam - Tentukan pilihan analgesik

rentang dari lemah ke tergantung tipe dan beratnya


kaku) nyeri

- Tingkah laku ekspresif - Tentukan analgesik pilihan,


(contoh : gelisah, rute pemberian, dan dosis
merintih, menangis, optimal

waspada, iritabel, nafas - Pilih rute pemberian secara IV,

panjang/berkeluh IM untuk pengobatan nyeri


kesah) secara teratur
- Perubahan dalam - Monitor vital sign sebelum
nafsu makan dan dan sesudah pemberian
minum analgesik pertama kali

Faktor yg berhubungan : - Berikan analgesik tepat waktu


- Agen injuri (biologi, terutama saat nyeri hebat

kimia, fisik, psikologis) - Evaluasi efektivitas analgesik,


tanda dan gejala (efek

samping)

2 Hambatan mobilitas fisik Ambulasi Ambulasi


Definisi : Pergerakan 1. Kaji kebutuhan belajar klien

Keterbatasan dalam Terkoordinasi 2. Kaji kebutuhan terhadap


pergerakan fisik mandiri Mobilitas bantuan pelayanan kesehatan

dan terarah pada tubuh Tujuan dan Kriteria Hasil: daari lembaga kesehatan

atau satu ektremitas atau - Setelah dilakukan dirumah sakit dan alat

lebih. tindakan keperawatan kesehatan yang tahan lama


Tingkat 2 : memerlukan 2 x 24 jam mobilitas 3. Instrusikan klien untuk

bantuan dari orang lain fisik teratasi dengan menyangga berat badannya

untuk pertolongan, indicator : 4. Instrusikan dan dukung klien

pengawasan atau - Melakukan aktifitas untuk menggunakan trapeze

pengajaran. kehidupan sehari-hari atau pemberat untuk


- Kelas : secara mandiri dengan meningkatkan serta

- Domain : alat bantu misalnya mempertahankan kekuatan

Batasan Karakteristik : kursi roda ektremitas atas


- Penurunan waktu - Meminta bantuan 5. Instrusikan klien untuk

reaksi untuk aktifitas memperhatikan kesejajaran


- Kesulitan membolak- mobilisasi, jika tubuh yang benar

balik posisi tubuh diperlukan 6. Gunakan ahli terapi fisik dan


- Dispnea saat - Menggunakan kursi okupasi sebagai suatu sumber
beraktifitas roda secara efektif untuk mengembangkan

- Perubahan cara perencanaan dan

berjalan (misalnya mempertahankan atau

penurunan aktifitas meningkatkan mobilitas


dan kecepatan 7. Gunakan sabuk penyongkong

berjalan, kesulitan saat memberikan bantuan

untuk memulai ambulasi atau perpindahan


berjalan, langkah kecil, 8. Awasi seluruh upaya mobilitas
berjalan dengan dan bantu klien jika diperlukan

menyeret kaki, pada HE


saat berjalan badan 9. Ajarkan dan dukung klien

mengayuh ke dalam latihan ROM aktif atau


samping) pasif untuk mempertahankan

- Tremor yang diinduksi atau meningkatkan kekuatan


oleh pergerakan dan ketahanan otot

- Ketidakstabilan postur 10. Ajarkan dan bantu klien dalam


tubuh (saat melakukan proses berpindah (misalnya

rutinitas aktivitas dari tempat tidur ke kursi roda)


kehidupan sehari-hari) 11. Ajarkan tekhnik ambulasi dan

- Melambatnya berpindah yang aman

pergerakan
Faktor yg berhubungan :

- Perubahan

metabolisme sel

- Intoleran aktivitas dan

penurunan kekuatan
dan ketahanan

- Nyeri
- Gangguan

neuromuscular

- Kaku sendi atau


kontraktur

2 Resiko Infeksi (00004) - Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)


Domain : - Knowledge : Infection - Bersihkan lingkungan setelah

keamanan/perlindungan control dipakai pasien lain


Kelas : infeksi - Risk control - Pertahankan teknik isolasi
Definisi : - Gunakan sabun antimikrobia

Peningkatan resiko Setelah dilakukan untuk cuci tangan

masuknya organisme tindakan keperawatan - Cuci tangan setiap sebelum

patogen. dalam 1x24 jam dan sesudah tindakan


Faktor-faktor resiko : diharapkan klien kperawtan

- Prosedur Infasif terhindar dari resiko - Gunakan baju, sarung tangan

- Trauma infeksi dengan Kriteria sebagai alat pelindung


- Kerusakan jaringan dan Hasil : - Pertahankan lingkungan
peningkatan paparan - Klien bebas dari tanda aseptik selama pemasangan

lingkungan dan gejala infeksi alat


- Agen farmasi - Jumlah leukosit dalam - Ganti letak IV perifer dan line

(imunosupresan) batas normal central dan dressing sesuai


- Peningkatan paparan dengan petunjuk umum

lingkungan patogen - Gunakan kateter intermiten


- Ketidakadekuatan imum untuk menurunkan infeksi

buatan kandung kencing


- Tidak adekuat - Tingktkan intake nutrisi

pertahanan sekunder - Berikan terapi antibiotik bila


(penurunan Hb, perlu

Leukopenia, penekanan Infection Protection (proteksi

respon inflamasi) terhadap infeksi)


- Tidak adekuat - Monitor tanda dan gejala

pertahanan tubuh infeksi sistemik dan lokal

primer (kulit tidak utuh, - Monitor hitung granulosit,

trauma jaringan, WBC

penurunan kerja silia, - Monitor kerentanan terhadap


cairan tubuh statis, infeksi

perubahan sekresi pH, - Inspeksi kulit dan membran


perubahan peristaltik) mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase

- Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

- Laporkan kecurigaan infeksi

2. Risiko Perdarahan (00206) - Status sirkulasi Pencegahan Perdarahan

Domain : - Status koagulasi - Memonitor pasien secara


keamanan/perlindungan - Prosedur pengobatan ketat untukperdarahan
Kelas : cedera fisik - Kontrol resiko - Catatan tingkat

Definisi : hemoglobin / hematokritsebel

Beresiko mengalami Setalah dilakukan um dan sesudah kehilangan

penurunan volume darah tindakan keperawatan darah, seperti yang


yang dapat mengganggu selama 1x24 jam ditunjukkanMemantau tanda-

kesehatan diharapkan klien tidak tanda dan gejala perdarahan

Faktor resiko mengalami perdarahan yang


- Aneurisme dengan kriteria hasil: persisten(misalnya memeriksa
- Defisiensi pengetahuan - TTV dalam batas normal semua sekresi atau

- Koagulopati - Adanya pembentukan darah okultisme)


inheren (mis., bekuan darah - Melindungi pasien dari

trombositoenia) - Pengetahuan mengenai trauma, yang


- Trauma tindakan pengobatan dapatmenyebabkan perdarah

- Efek samping terkait yang dijalani an


terapi - Resiko perdarahan - Menginstruksikan pasien

dapat dikenali untuk meningkatkan


asupan makanan yang

kaya vitamin K
- Menginstruksikan pasien

dan / atau keluarga

pada tanda-tanda perdarahan


dan tindakan yang

tepat (misalnya, memberitahu

kanperawat)

Perawatan Sirkulasi

- Lakukan penilaian yang


komprehensif dari sirkulasi

perifer (misalnya, memeriksa


denyut nadi perifer, edema,

pengisian kapiler, warna, dan

suhu ekstremitas)
- Evaluasi edema dan

tekanan perifer
- Turunkan ekstremitas untuk

meningkatkansirkulasi
arteri, yang sesuai

- Ubah posisi pasien minimal


setiap jam 2, yang

sesuaiMendorong berbagai
latihan gerak pasif atau aktif
selama istirahat di tempat

tidur, yang sesuai

- Mempertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mencegah viskositas darah
meningkat
- Memantau Status cairan,

termasuk intake dan output

3. Post Hemodialisa

No Daftar Diagnosa NOC NIC

1. Harga Diri rendah : - Adaptasi Adaptasi

situasional (00120) - Support system - Rencana memperkenalkan


Domain : persepsi diri - Manajemen perasaan pertemuan aktivitas sehari-
Kelas : harga diri Setelah dilakukan hari

Definisi : tindakan keperawatan - Support system yang baik dari

Perkembangan persepsi selama 1x 24 jam kelompok


negatif tentang harga diri diharapkan perasaan - Fasilitasi lingkungan dan
rendah sebagai respon harga diri rendah klien kegiatan yang akan

terhadap situasi saat ini dapat berkurang meningkatkan harga diri klien

(terapi). dengan kriteria hasil: - Pantau kegiatan yang

Batasan karakteristik - Klien dapat dilaksanakan klien

- Evaluasi diri bahwa menyesuaikan dengan - Membuat pernyataan positif

individu tidak mampu kemampuan verbal tentang klien/apa yang sudah

menghadapi peristiwa klien lakukan

- Evaluasi diri bahwa Support system


individu tidak mampu - Bantu klien mengenali

menghadapi situasi keuntungan dan

- Ekspresi ketidakuntungan masing-

ketidakberdayaan masing alternative support


Faktor yang system

berhubungan - Fasilitasi teman yang bisa

- Perubahan diajak kerjasama untuk


perkembangan membuat keputusan

- Gangguan citra tubuh - Menjalani hubungan antara

- Gangguan fungsional klien daan keluarga


- Perubahan peran sosial Manajemen Perasaan

- Pantau status fisik klien


- Ajarkan klien dalam

kemampuan membuat
keputusan sebagai
kebutuhannya
- Gunakan dengan simple,

konkret, belajar untuk


berinteraksi dengan

kesadaran yang disetujui


klien.

2. Resiko Infeksi (00004) - Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)


Domain : - Knowledge : Infection - Bersihkan lingkungan setelah
keamanan/perlindungan control dipakai pasien lain

Kelas : infeksi - Risk control - Pertahankan teknik isolasi


Definisi : - Gunakan sabun antimikrobia

Peningkatan resiko Setelah dilakukan untuk cuci tangan

masuknya organisme tindakan keperawatan - Cuci tangan setiap sebelum

patogen dalam 1x24 jam dan sesudah tindakan


Faktor-faktor resiko : diharapkan klien kperawtan

- Prosedur Infasif terhindar dari resiko - Gunakan baju, sarung tangan

- Trauma infeksi dengan Kriteria sebagai alat pelindung

- Kerusakan jaringan Hasil : - Pertahankan lingkungan

dan peningkatan - Klien bebas dari tanda aseptik selama pemasangan


paparan lingkungan dan gejala infeksi alat

- Agen farmasi - Jumlah leukosit dalam - Ganti letak IV perifer dan line

(imunosupresan) batas normal central dan dressing sesuai


- Peningkatan paparan dengan petunjuk umum

lingkungan patogen - Gunakan kateter intermiten


- Ketidakadekuatan untuk menurunkan infeksi

imum buatan kandung kencing


- Tidak adekuat - Tingktkan intake nutrisi
pertahanan sekunder - Berikan terapi antibiotik bila

(penurunan Hb, perlu

Leukopenia, Infection Protection (proteksi

penekanan respon terhadap infeksi)


inflamasi) - Monitor tanda dan gejala

- Tidak adekuat infeksi sistemik dan lokal

pertahanan tubuh - Monitor hitung granulosit,


primer (kulit tidak WBC
utuh, trauma jaringan, - Monitor kerentanan terhadap

penurunan kerja silia, infeksi


cairan tubuh statis, - Inspeksi kulit dan membran

perubahan sekresi pH, mukosa terhadap kemerahan,


perubahan peristaltik) panas, drainase

- Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

- Laporkan kecurigaan infeksi

SOP TINDAKAN HEMODIALISA

Pengertian

Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa metabolisme melalui

proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat melewati membran semi

permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi

Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati dengan terapi

konservatif

Kebijakan

Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat mempertahankan

fungsi ginjalnya secara optimal

Prosedur

A. PERSIAPAN SEBELUM HEMODIALISA

1. Persiapan pasien
a. Surat dari dokter penanggung jawab Ruang HD untuk tindakan HD (instruksi dokter)

b. Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak bisa dihubungi, surat
permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi
oleh dokter penanggung jawab HD.

c. Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat traveling dari RS asal.
d. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)

f. Keadaan umum pasien

g. Keadaan psikososial

h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
i. Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT, BT
j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD

2. Persiapan mesin
a. Listrik
b. Air yang sudah diubah dengan cara:

 Filtrasi

 Softening
 Deionisasi
 Reverse osmosis

c. Sistem sirkulasi dialisat

 Sistem proporsioning

 Acetate / bicarbonate

d. Sirkulasi darah

 Dializer / hollow fiber

 Priming

3. Persiapan alat
a. Dialyzer

b. Transfusi set

c. Normal saline 0.9%

d. AV blood line
e. AV fistula

f. Spuit

g. Heparin
h. Lidocain

i. Kassa steril

j. Duk
k. Sarung tangan

l. Mangkok kecil
m. Desinfektan (alkohol/betadine)

n. Klem
o. Matkan
p. Timbangan
q. Tensimeter

r. Termometer

s. Plastik

t. Perlak kecil
4. Langkah-langkah
a. Setting dan priming

1) Mesin dihidupkan
2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang
infus / transfusi set dan NaCl (perhatikan sterilitasnya)

3) Sambungkan normal saline dengan set infus, set infus dengan selang arteri, selang darah arteri

dengan dialyzer, dialyzer dengan selang darah venous


4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump dengan menekan tombol tanda V
atau Λ (pompa akan otomatis berputar sesuai arah jarum jam)

5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri, tampung cairan ke dalam

gelas ukur

6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem

b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah (inlet) di bawah

1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk menentukan angka yang

diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya kecepatan aliran darah 100 rpm)

2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline, habiskan cairan normal
sebanyak 500 cc

3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan rpm

4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous

5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin


6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan “preparation”, artinya:

consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai (normal:

13.8 – 14.2). Pada keadaan “preparation”, selang concentrate boleh disambung ke dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena

a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc

b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit


c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm

d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan ultrafiltrasi (cairan normal
saline akan berkurang sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit

e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached” artinya UFG sudah tercapai
8) Pemberian heparin pada selang arteri
Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5
menit agar heparin mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm

c. Dialyzer siap pakai ke pasien

Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate tidak boros

Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk membuang formalin
(UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal
saline sebanyak 2000 cc

B. PUNKSI AKSES VASKULER


1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt
2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi

3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam bak steril)

4. Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen


5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
6. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine dan alcohol

7. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan anestesi lokal, kemudian

desinfeksi

8. Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi

C. MEMULAI HEMODIALISA

Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan berat badan pre

hemodialisa

1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line diklem
2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin otomatis menunjukkan

angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left

3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar + jumlah makan saat
hemodialisa
4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik

5. Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram

6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena teknisi sudah

mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon. Na = 140 mmol)

7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)

8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien


9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm

10. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri


 Matikan (klem) selang infus

 Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)

 Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan kassa betadine sebagai
desinfektan

 Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur

 Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm

 Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika aliran tidak lancar, rubahlah
posisi jarum fistula
 Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾ bagian

 Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan sisa priming
 Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa darah
11. Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet

 Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi kassa betadine

sebagai desinfektan). Masing-masing sambungan dikencangkan)


 Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup
 Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah dari 100 rpm sampai

dengan yang diinginkan

 Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”

 Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu monitor, on, dialysis start,

pompa, heparin, UF dan Flow)

 Rapikan peralatan

D. PENATALAKSANAAN SELAMA HEMODIALISA

1. Memprogram dan memonitor mesin hemodialisa


a. Lamanya HD

b. QB (kecepatan aliran darah) 150 – 250 cc/menit

c. QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit


d. Temperatur dialisat 370C
e. UFR dan TMP otomatis

f. Heparinisasi

1) Dosis awal: 25 – 50 unit/kgBB

a) Diberikan pada waktu punksi

b) Sirkulasi extra corporeal 1500 unit

c) Dosis maintenance 500 – 2000 unit/jam diberikan pada waktu HD berlangsung


2) Dosis maintenance 500 – 2000 u/jam

Diberikan pada waktu HD berlangsung


Cara pemberian dosis maintenance

a) Kontinyu: diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa dari awal HD sampai dengan 1
jam sebelum HD berakhir
b) Intermitten: diberikan 1 jam setelah HD berlangsung dan pemberian selanjutnya dimasukkan tiap
selang waktu 1 jam, untuk 1 jam terakhir tidak berakhir

c) Minimal heparin: heparin dosis awal kurang lebih 200 unit, selanjutnya diberikan kalau perlu

g. Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll)

h. Pemberian obat-obatan, transfusi, dll


i. Monitor tekanan
1) Fistula pressure

2) Arterial pressure
3) Venous pressure
4) Dialisat pressure

5) Detektor (udara blood leak detektor)

2. Observasi pasien
a. Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran)
b. Fisik

c. Perdarahan

d. Sarana hubungan sirkulasi

e. Posisi dan aktivitas

f. Keluhan dan komplikasi hemosialisa

E. MENGAKHIRI HEMODIALISA

1. Persiapan alat

a. Piala ginjal
b. Kassa steril

c. Betadine solution

d. Sarung tangan tidak steril

e. Perban gulung
f. Band aid (pelekat)

g. Gunting

h. Nebacetin powder antibiotic


i. Thermometer

j. Micropore

2. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan

b. Perawat memakai sarung tangan


c. Mesin menggunakan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UV = angka UF)

d. Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca “Reinfusion”
e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital
f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu matikan
g. Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri

h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine, tutuplah bekas

tusukan dengan kassa betadine

i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline secukupnya sampai bersih dan
gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm
j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine

k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan tutuplah bekas tusukan
dengan Band Aid (K/p dibalut dengan perban gulung)
l. Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung

m. Observasi tanda-tanda vital pasien

n. Kembalikan alat-alat ke tempat semula


o. Perawat melepas sarung tangan
p. Perawat mencuci tangan

Unit Terkait

 I GD

HD

 Rawat Inap

 Laboratorium
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather. 2012.NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Ariany, Arin. 2013. Asuhan Keperawatan Hemodialisis. Di akses pada tanggal 23 Desember
2014 pada :http://arinariany.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-
hemodialisis.html

Setiawati, Wiwik. 2013. Laporan Pendahuluan Hemodialisa .Di Akses Pada Tanggal 23
Desember 2014 Pada :http://kesehatan-ilmu.blogspot.com/2012/01/laporan-
pendahuluan-hemodialisa.html

You might also like