Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
2018
LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA
A. Konsep Hemodialisa
1. Definisi
Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hasil metabolik
esensial (sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane semi permiabel.
2. Epidemiologi
Hemodialisis di Indonesia mulai tahun 1970 dan sampai sekarang telah dapat dilaksanakan
di banyak rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang
tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Indonesia termasuk Negara dengan tingkat penderita gagal
ginjal yang cukup tinggi.Saat ini jumlah penderita gagal ginjal mencapai 4500 orang. Dari jumlah
itu banyak penderita yang meninggal dunia akibat tidak mampu berobat atau cuci darah
3. Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari :
cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan
sindrom hepatorenal.
4. Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk
menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer ataupun
sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya gagal
ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab gagal
ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan
salah satu modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal
memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal akut yang
tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk indikasi tunggal seperti hiperkalemia.
5. Tujuan
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan
sebagai urin saat ginjal sehat.
Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisis dengan konsenterasi
yang lebih rendah.
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain
bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih
rendah (cairan dialist).
Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai
ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat fasilitasi pengeluaran air. Karena
pasien tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan untuk mengeluarkan cairan hingga
tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).
7. Komponen Hemodialisa
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi kedua
ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan
racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi
hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan demikian ginjal
buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal alami yang normal. Macam-macam
ginjal buatan :
1) Dialisis lempeng paralel, terdiri dari dua lapisan churophane yang dijepit oleh dua
penyokong yang kaku untuk membentuk suatu amplop yang disusun secara paralel.
Dimana darah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan dialisis dapat
mengalir dalam arah yang sama, atau dengan alat yang berlawanan.
2) Hollow Fibre Dialyzer (dialisis serabut berongga), terdiri dari ribuan serabut mempunyai
dinding setebal 30 µm, dan diameter sebesar 200 µm, dan panjangnya 20 cm.. darah
mengalir dari bagian tengah tabung tabung kecil, dan cairan dialisis membasahi bagian
b. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai tekanan
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan 1 : 34 hingga
120 L dimasukan dalam tangki air kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan
kecepatan 500 – 600 cc/menit.
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampur secara konstan oleh porpropotioning
dari mesin cuci darah dengan perbandingan air : dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah
dicampur tersebut dialirkan keginjal buatan secara langsung dan langsung dibuang,
sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.
Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangka panjang, maka perlu ada jalan masuk ke dalam
sistem vascular penderita. Darah harus keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200
a) Pirau arteriovenosa (AV) atau system kanula diciptakan dengan menempatkan ujung
kanula dari Teflon dalam arteri dan sebuah vena yang berdekatan.Ujung kanula
dihubungkan dengan selang karet silicon dan suatu sambungan teflon yang
melengkapi pirau. Pada waktu dilakukan dialisis, maka selang pirau eksternal dipisahkan
dan dibuat hubungan dengan alat dialisis. Darah kemudian mengalir dari ujung arteri,
melalui alat dialisis dan kembali ke vena. Kesulitan utama pirau eksternal adalah masa
pemakaian yang panjang (9 bulan). Pirau eksternal dapat digunakan bila terapi dialitik
diperlukan dalam jangka waktu pendek seperti pada dialisis karena keracunan, keebihan
dosis obat, gagal ginjal akut, dan fase permulaan pada pengobatan gagal ginjal kronik.
b) Kateter vena femoralis sering dipakai pada kasus gagal ginjal akut bila diperlukan akses
vascular sementara, atau bila teknik akses vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapat
dua tipe kateter dialysis femoralis. Kateter shaldon adalah kateter berlumen tunggal
yang memerlukan akses kedua. Tipe kateter femoralis yang lebih baru memiliki lumen
ganda, satu lumen untuk mengeluarkan darah menuju alat dialysis dan satu lagi untuk
pemasangan yang mudah dan komplikasinya lebih sedikit dibanding kateter vena
femoralis. Kateter vena subklavia mempunyai lumen
ganda untuk aliran masuk dan keluar. Kateter
vena subklavia dapat digunakan sampai empat minggu sedangkan kateter vena
femoralis dibuang setelah satu sampai dua hari setelah pemasangan. Komplikasi
yang disebabkan oleh katerisasi vena subklavia serupa dengan katerisasi vena femoralis
yang termasuk pneumotoraks robeknya arteria subklavia, perdarahan, thrombosis,
a) Fistula, yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang (biasanya dilakukan
pembuluh aretri dengan vena secara side to-side (dihubungkan antar-sisi) atau end-to-
side (dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah). Segmen-arteri fistula
diganakan untuk aliran darah arteri dan segmen vena digunakan untuk memasukan
kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis. Umur fistula AV
adalah empat tahun dan komplikasinya lebihsedikit dengan pirau AV. Masalah yang
b) Tandur, dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis, sebuah
tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi,
material Gore-Tex (heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya
tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan
fistula.Tandur biasanya dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas.
Pasien dengan sistem vaskuler yang terganggu, seperti pasien diabetes, biasanya
b. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
i. Fluid overload
9. Kontra Indikasi
a. Gangguan pembekuan darah
b. Anemia berat
Diet dan masalah cairan, diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani
hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk
dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang terjadi akibat
penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremik dan akan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul. Diet
rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian
meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal
jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan
Pertimbangan medikasi, banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui
ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia,
antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam
a. Kram otot, kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa
sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada
dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi
pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
e. Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
f. Perdarahan, uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai
g. Ganguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi : berisi tentang nama, umur, alamat, jenis kelamin, pendidikan
b. Keluhan utama : klien dengan hemodialisa biasanya mengeluhkan; lemas, pusing, gata, baal-
baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan,
susah tidur berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada,
nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, nyeri otot, keringat dingin
c. Riwayat kesehatan saat ini : penderita gagal ginjal akut maupun kronik, ketidak seimbangan
f. Psikospiritual : Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi
penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan
dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi,
dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Prosedur kecemasan
merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
g. Pengkajian persistem
Respirasi; sesak nafas, ronchi
muntah, anorexia, nyeri ulu hati, perhatikan turgor kulit, perdarahan gusi, lemak subkutan
Neurosensiori; insomnia, tonus otot menururn, ROM berkurang, sakit kepala penglihatan
Urinari;edema periorbital-peritibial, poliuri pada awal gangguan ginjal, oliguri, dan anuri
pada fase lanjut, kaji warna urin, riwayat batu saluran kencing, uremia, asidosis metabolik,
kejang-kejang
h. Pemeriksaan penunjang : Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada
perempuan, dan GFR 4 ml/detik.
2. Daftar Diagnosa
a. Pre HD
1. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit
3. ansietas
b. Intra HD
3. Risiko Infeksi
4. Risiko perdarahan
c. Post HD
2. Risiko infeksi
Intervensi Keperawatan
1. Pre Hemodialisa
program
- Konsultasi ke dokter jika tanda
memburuk
- Pasang kateter urine, jika perlu
Manajemen cairan/elektrolit
- Identifikasi faktor terhadap
bertambah buruknya dehidrasi
(misalnya obat-obatan,
edema
- Kaji komplikasi pulmonal atau
kardiovaskular yang
diindikasikan dengan
normal.
- Kaji efek pengobatan (misalnya
edema
program
- Health Education:
edema;pembatasan diit;dan
bila haus
Terapi intravena (IV)
untuk pasien
- Kolaborasi dalam pemberian
cairan IV
- Health education:
- Anjurkan pasien untuk
melaporkan ketidaknyamanan
selama pemasangan terapi
intravena.
- Anjurkan pasien melaporkan
pemasangan infus.
Pemantauan cairan
yang tak jelas dari selama 1x24 jam terhadap pelaku pasien
ketidaknyamanan atau diharapkan kecemasan - Jelaskan semua prosedur dan
ketakutan yang disertai yang dirasakan klien apa yang dirasakan selama
tidak spesifik atau tidak dengan Kriteria Hasil : - Temani pasien untuk
diketahui oleh individu); - Klien mampu memberikan keamanan dan
akan datang dan untuk mengontol cemas - Lakukan back / neck rub
memungkinkan individu - Vital sign dalam batas - Dengarkan dengan penuh
N
Daftar Diagnosa NOC NIC
o
ringan sampai berat yang mencari bantuan) - Evaluasi bersama pasien dan
samping)
dan terarah pada tubuh Tujuan dan Kriteria Hasil: daari lembaga kesehatan
atau satu ektremitas atau - Setelah dilakukan dirumah sakit dan alat
bantuan dari orang lain fisik teratasi dengan menyangga berat badannya
pergerakan
Faktor yg berhubungan :
- Perubahan
metabolisme sel
penurunan kekuatan
dan ketahanan
- Nyeri
- Gangguan
neuromuscular
panas, drainase
kaya vitamin K
- Menginstruksikan pasien
kanperawat)
Perawatan Sirkulasi
suhu ekstremitas)
- Evaluasi edema dan
tekanan perifer
- Turunkan ekstremitas untuk
meningkatkansirkulasi
arteri, yang sesuai
sesuaiMendorong berbagai
latihan gerak pasif atau aktif
selama istirahat di tempat
- Mempertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mencegah viskositas darah
meningkat
- Memantau Status cairan,
3. Post Hemodialisa
terhadap situasi saat ini dapat berkurang meningkatkan harga diri klien
kemampuan membuat
keputusan sebagai
kebutuhannya
- Gunakan dengan simple,
- Agen farmasi - Jumlah leukosit dalam - Ganti letak IV perifer dan line
Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa metabolisme melalui
proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat melewati membran semi
Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati dengan terapi
konservatif
Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat mempertahankan
Prosedur
1. Persiapan pasien
a. Surat dari dokter penanggung jawab Ruang HD untuk tindakan HD (instruksi dokter)
b. Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak bisa dihubungi, surat
permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi
oleh dokter penanggung jawab HD.
c. Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat traveling dari RS asal.
d. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
g. Keadaan psikososial
h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
i. Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT, BT
j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
2. Persiapan mesin
a. Listrik
b. Air yang sudah diubah dengan cara:
Filtrasi
Softening
Deionisasi
Reverse osmosis
Sistem proporsioning
Acetate / bicarbonate
d. Sirkulasi darah
Priming
3. Persiapan alat
a. Dialyzer
b. Transfusi set
d. AV blood line
e. AV fistula
f. Spuit
g. Heparin
h. Lidocain
i. Kassa steril
j. Duk
k. Sarung tangan
l. Mangkok kecil
m. Desinfektan (alkohol/betadine)
n. Klem
o. Matkan
p. Timbangan
q. Tensimeter
r. Termometer
s. Plastik
t. Perlak kecil
4. Langkah-langkah
a. Setting dan priming
1) Mesin dihidupkan
2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang
infus / transfusi set dan NaCl (perhatikan sterilitasnya)
3) Sambungkan normal saline dengan set infus, set infus dengan selang arteri, selang darah arteri
5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri, tampung cairan ke dalam
gelas ukur
b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah (inlet) di bawah
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk menentukan angka yang
diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya kecepatan aliran darah 100 rpm)
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline, habiskan cairan normal
sebanyak 500 cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai (normal:
13.8 – 14.2). Pada keadaan “preparation”, selang concentrate boleh disambung ke dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena
d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan ultrafiltrasi (cairan normal
saline akan berkurang sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit
e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached” artinya UFG sudah tercapai
8) Pemberian heparin pada selang arteri
Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5
menit agar heparin mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm
Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate tidak boros
Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk membuang formalin
(UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal
saline sebanyak 2000 cc
3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam bak steril)
7. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan anestesi lokal, kemudian
desinfeksi
C. MEMULAI HEMODIALISA
Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan berat badan pre
hemodialisa
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line diklem
2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin otomatis menunjukkan
angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left
3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar + jumlah makan saat
hemodialisa
4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena teknisi sudah
Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan kassa betadine sebagai
desinfektan
Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika aliran tidak lancar, rubahlah
posisi jarum fistula
Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾ bagian
Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan sisa priming
Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa darah
11. Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet
Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi kassa betadine
Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu monitor, on, dialysis start,
Rapikan peralatan
f. Heparinisasi
a) Kontinyu: diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa dari awal HD sampai dengan 1
jam sebelum HD berakhir
b) Intermitten: diberikan 1 jam setelah HD berlangsung dan pemberian selanjutnya dimasukkan tiap
selang waktu 1 jam, untuk 1 jam terakhir tidak berakhir
c) Minimal heparin: heparin dosis awal kurang lebih 200 unit, selanjutnya diberikan kalau perlu
2) Arterial pressure
3) Venous pressure
4) Dialisat pressure
2. Observasi pasien
a. Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran)
b. Fisik
c. Perdarahan
E. MENGAKHIRI HEMODIALISA
1. Persiapan alat
a. Piala ginjal
b. Kassa steril
c. Betadine solution
e. Perban gulung
f. Band aid (pelekat)
g. Gunting
j. Micropore
2. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan
d. Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca “Reinfusion”
e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital
f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu matikan
g. Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri
h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine, tutuplah bekas
i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline secukupnya sampai bersih dan
gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm
j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine
k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan tutuplah bekas tusukan
dengan Band Aid (K/p dibalut dengan perban gulung)
l. Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung
Unit Terkait
I GD
HD
Rawat Inap
Laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC
Ariany, Arin. 2013. Asuhan Keperawatan Hemodialisis. Di akses pada tanggal 23 Desember
2014 pada :http://arinariany.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-
hemodialisis.html
Setiawati, Wiwik. 2013. Laporan Pendahuluan Hemodialisa .Di Akses Pada Tanggal 23
Desember 2014 Pada :http://kesehatan-ilmu.blogspot.com/2012/01/laporan-
pendahuluan-hemodialisa.html