Professional Documents
Culture Documents
PENCEMARAN LAUT
OLEH:
NAMA:
MUZAKI GUPRON
NIM:
08051381621052
KELOMPOK/KELAS:
VI/B
`
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan jenis mikroplastik yang ada dalam sempel sedimen
2. Menghitung jumlah mikroplastik yang ada dalan sampel sedimen
1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui jumlah mikroplastik pada suatu sedimen di perairan
2. Dapat mengetahui dampak mikroplastik pada suatu sedimen di perairan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Plastik menjadi serpihan dengan ukuran kurang dari lima milimeter karena
faktor panas, gelombang, sinar ultraviolet, dan bakteri. Tidak hanya plastik dalam
bentuk makro yang terdegradasi, limbah cair rumah tangga yang langsung ke
sungai dan berakhir di laut tanpa diolah oleh Industri Pengelolaaan Air Limbah
turut kondisi mikroplastik di perairan Indonesia,. Setiap aktifitas manusia pasti
menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding
dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang digunakan sehari-
hari (Hapitasiri, 2016).
Salah satu limbah plastik yang dapat mempengaruhi siklus makanan di
wilayah pesisir dan laut adalah mikroplastik. Mikroplastik merupakan salah satu
bagian dari sampah lautan yang apabila menumpuk di wilayah perairan akan
menyebabkan terganggunya rantai makanan pada ikan. Mikroplastik berpotensi
mengancam lebih serius dibanding dengan material plastik yang berukuran besar,
seperti plankton yang mempunyai partikel rentan terhadap proses pencernaan
mikroplastik sebagai akibatnya dapat mempengaruhi organisme tropik tingkat
tinggi melalui proses bioakumulasi. Hasil uji laboratorium menunjukan bahwa
mikroplastik dapat dicerna oleh organisme laut ketika salah satu partikel dari
mikroplastik dapat menyerupai makanan (Dewi et al. 2015).
Mikroplastik juga banyak terdapat di deterjen, sabun muka, sabun cair, dan
sampo. Berbentuk bintil-bintil mungil yang berfungsi sebagai scrub, Mikroplastik
hadir di berbagai macam kelompok yang sangat bervariasi dalam hal ukuran,
bentuk, warna, komposisi, massa jenis dan sifat lainnya. Ada banyak hewan laut
yang menjadI korban dari limbah akibat rasa acuh manusia. Buruknya, hewan laut
juga dikonsumsi manusia (Sari, 2018).
Manusia melakukan aktivitas untuk menghasikan sesuatu barang produksi,
maka akan timbul suatu limbah. Hal tersebut dikarenakan belum adanya
pengolahan yang dilakukan oleh manusia menggunakan mesin dan juga sulitnya
untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang yang biasa
dimanfaatkan. Akibat belum adanya pengelolaan limbah dengan baik, maka
limbah akan semakin menumpuk. Penumpukan limbah dapat dipicu oleh
pembuangan limbah yang sembarangan dan tempat penampung sampah yang
kurang memadai, sehingga sampah menumpuk di suatu tempat yang berdampak
pada penurunan kualitas lingkungan sekitar (Assyuti et al. 2018).
Mikroplastik merupakan partikel plastik dengan diameter berukuran kurang
lebih 5 mm. Batas bawah ukuran partikel yang termasuk dalam kelompok
mikroplastik belum didefenisikan secara pasti namun kebanyakan penelitian
mengambil objek minimal 300 μm. Mikroplastik terbagi menjadi 2 kategori
ukuran besar yaitu (1-5 mm) dan kecil (<1 mm) (Sari, 2018).
Dampak mikroplastik pada biota di perairan yaitu berpotensi menyebabkan
kerusakan bagi biota. Masuknya mikroplastik ke dalam tubuh biota dapat merusak
fungsi ada organ-organ seperti : saluran pencernaan, mengurangi tingkat
pertumbuhan, menghambat produksi enzim, menurunkan kadar hormon steroid,
mempengaruhi reproduksi, dan dapat menyebabkan paparan aditif plastik lebih
besar sifat toksik (Dewi et al. 2015).
Mikroplastik tidak terlihat secara kasat mata akan tetapi berpotensi memberi
dampak negatif baik bagi biota maupun perairan. Masalah kesehatan manusia
dicurigai melalui akumulasi mikroplastik dalam rantai makanan danatau
penyerapan racun ke plastik saat terbawa melalui arus laut. Mikroplastik primer
adalah plastik yang langsung dilepaskan ke lingkungan dalam bentuk partikel
kecil, yang berasal dari produk–produk yang mengandung partikel plastik
(misalnya gel mandi), juga dapat berasal dari proses degradasi benda plastik besar
selama proses pembuatan, penggunaan atau perawatan seperti erosi ban atau
degradasi tekstil sintetis saat mencuci (Hapitasiri, 2016).
Jenis fiber pada dasarnya berasal dari pemukiman penduduk yang berada di
daerah pesisir dengan sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai nelayan.
Aktivitas nelayan seperti penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai alat
tangkap, kebanyakan alat tangkap yang dipergunakan nelayan berasal dari tali
(jenis fiber) atau karung plastik yang telah mengalami degradasi (Nugraha, 2009).
Jenis fragmen pada dasarnya berasal dari buangan limbah atau sampah dari
pertokoan dan warung-warung makanan yang ada di lingkungan sekitar
merupakan salah satu dari sumber mikroplastik. Sumber limbah mikroplastik yang
berasal dari pertokoan atau warung-warung makanan antara lain adalah: kantong-
kantong plastik baik kantong plastik yang berukuran besar maupun kecil, bungkus
nasi, kemasan-kemasan makanan siap saji sehingga sampah-sampah plastic yang
berasal dari makanan tersebut yang di buang kelaut akan menyebabkan
pencemaran (Hapitasiri, 2016).
Mikroplastik berasal dari berbagai sumber, termasuk dari puing plastik yang
lebih besar dan terdegradasi menjadi potongan yang lebih kecil. Selain itu,
microbeads, sejenis mikroplastik, adalah potongan plastik polietilen yang sangat
kecil yang ditambahkan sebagai exfoliant untuk produk kesehatan dan kecantikan,
seperti beberapa pembersih dan pasta gigi. Partikel kecil ini mudah melewati
sistem penyaringan air dan berakhir di laut ataupun sungai-sungai dan danau,
menimbulkan ancaman potensial bagi kehidupan di perairan (Nugraha, 2009).
Sumber mikroplastik terbagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
Mikroplastik primer merupakan butiran plastik murni yang mencapai wilayah laut
akibat kelalaian dalam penanganan. Sementara itu, mikroplastik sekunder
merupakan mikroplastik yang dihasilkan akibat fragmentasi plastik yang lebih
besar. Sumber primer mencakup kandungan plastik dalam produk-produk
pembersih dan kecantikan, pelet untuk pakan hewan, bubuk resin, dan umpan
produksi plastik. Mikroplastik yang masuk ke wilayah perairan melalui saluran
limbah rumah tangga, umumnya mencakup polietilen (Assyuti et al. 2018).
Sumber sekunder meliputi serat atau potongan hasil pemutusan rantai dari
plastik yang lebih besar yang mungkin terjadi sebelum mikroplastik memasuki
lingkungan. Potongan ini dapat berasal dari jala ikan, bahan baku industri, alat
rumah tangga, kantong plastik yang memang dirancang untuk terdegradasi di
lingkungan, serat sintetis dari pencucian pakaian, atau akibat pelapukan produk
plastik (Hapitasiri, 2016).
Mikroplastik dapat mengapung atau tenggelam karena berat massa jenis
mikroplastik lebih ringan daripada air laut seperti polypropylene yang akan
mengapung dan menyebar luas di lautan. Mikroplastik lainnya seperti akrilik lebih
padat daripada air laut dan kemungkinan besar terakumulasi di dasar laut, yang
berarti bahwa sejumlah besar mikroplastik pada akhirnya dapat terakumulasi di
laut dalam dan akhirnya akan mengganggu rantai makanan di perairan. Dampak
mikroplastik pada biota di perairan yaitu berpotensi menyebabkan kerugian
tambahan (Victoria, 2017).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis, pada tanggal 01
Nopember 2018 pada pukul 13:00 WIB sampai dengan selesai bertempat di
Laboratorium Oseanografi dan Instrumentasi Kelautan Program Studi Ilmu
Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya.
Masukkan sampel sedimen ke dalam plastic klip dan beri label, lalu Sampel
sedimen dikeringkan dengan oven 105 oC selama 72 jam
Assuyuti Y M, Zikrillah R B, Tanzil. MA. 2018. Distribusi dan jenis sampah laut
serta hubunganya terhadap ekosistem terumbu karang Pulau Pramuka ,
Panggang air dan kotok besar di Kepulauan Seribu Jakarta. Scientific
jurnal. Vol.35(2):91-93.
Nugraha W A, 2009. Kandungan logam berat pada air dan sedimen di perairan
Socah dan Kawanyar Kabupaten Bangkalan. Jurnal ilmu kelautan.
Vol.2(2):1-2.