You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCEMARAN LAUT

MICROPLASTIK PADA SEDIMEN

OLEH:
NAMA:
MUZAKI GUPRON
NIM:
08051381621052
KELOMPOK/KELAS:
VI/B
`

LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI


KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plastik merupakan salah satu material yang paling banyak digunakan oleh
manusia. Aplikasinya sangat luas, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam
hal komersial. Manusia sangat menikmati penggunaan plastik dalam berbagai
aplikasi tanpa menyadari dampak jangka panjang yang ditimbulkannya. Sampah
plastik yang dihasilkan oleh manusia pada akhirnya akan kembali dibuang ke
lingkungan. Semakin banyak plastik yang digunakan manusia (Agnes, 2017).
Semakin banyak pula sampah yang dibuang ke lingkungan Sampah
merupakan ancaman polusi yang saat ini menjadi masalah terbesar di dunia.
Sampah dapat berasal dari daratan, yang kemudian dibawa oleh aliran air laut dan
berakhir di daratan kembali. Sampah laut merupakan permasalahan yang sangat
penting, dikarenakan dampak yang ditimbulkan oleh sampah laut dapat
mengancam kelangsungan dan keberlanjutan hidup biota (Nugraha, 2009).
sampah laut atau sering disebut dengan istilah marine debris didefinisikan
sebagai bahan padat persisten yang diproduksi atau diproses secara langsung atau
tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan ke dalam
lingkungan laut seperti barang-barang yang digunakan misalnya kaca atau botol
plastik, kaleng, tas, balon, karet, logam, fiberglass, puntung rokok, dan bahan-
bahan lainnya yang berakhir di laut dan di sepanjang pantai. Selain itu alat
tangkap seperti jaring, tali, kait, pelampung dan bahan lainnya yang sengaja atau
tidak sengaja dibuang di laut (Sari, 2018).
Plastik adalah bahan sintesis dari hasil polimerisasi (polycondensation)
berbagai macam monomer (stirena, vinil klorida butadiene dan akrilonitril) .
Polimer plastik merupakan material yang sangat stabil sehingga akan tetap berada
dalam kondisi utuh sebagai polimer dalam jangka waktu yang lama. Dengan kata
lain, material plastik yang masuk ke lingkungan sebagai limbah plastik tidak akan
terurai dalam waktu dekat. Jika limbah tersebut masuk ke sungai, maka ia akan
terbawa arus sampai ke laut. Sungai dipandang sebagai kontributor utama plastik
dan mikroplastik ke laut (Dewi et al. 2015).
Hampir semua jenis plastik akan melayang ataupun mengapung dalam
badan air. Hal ini akan menyebabkan plastik terkoyak-koyak dan terdegradasi
oleh sinar matahari (foto degradasi), oksidasi, dan abrasi mekanik membentuk
partikel-partikel plastik. Partikel plastik yang berukuran kecil ≤ 5 mm disebut
mikroplastik. Mikroplastik yang tersebar di perairan akan mengendap dan terbawa
oleh arus sehingga bercampur dengan pasir atau sedimen. Hal ini menyebabkan
mikroplastik juga ditemukan pada sedimen di seluruh dunia (Assyuti et al. 2018).
Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel,
akan tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda Ukuran butir
sedimen diwakili oleh diameternya yang biasa disimbolkan dengan d, dan satuan
yang lazim digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah millimeter (mm) dan
micrometer (µm). Sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi
lempung, lumpur, pasir, butiran, kerikil, kerakal, dan bongkahan yang banyak
digunakan dalam bidang teknik pantai. Material sangat halus seperti lumpur dan
lempung berdiameter dibawah 0,063 mm dapat dikategorikan sebagai sedimen
kohesif (Fitriyah et al. 2017).
Sampah laut yang sangat mudah terbawa oleh aliran air akan tersebar di
perairan, sehingga dapat merusak habitat suatu organisme. Misalnya, terumbu
karang yang organisme simbiosisnya (zooxanthellae) memerlukan cahaya untuk
berfotosintesis, dengan adanya sampah yang menutupi badan karang akan
menyebabkan intensitas cahaya yang masuk akan berkurang. Selain itu sampah
yang terdapat di permukaan perairan akan menimbulkan masalah (Sari, 2018).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan jenis mikroplastik yang ada dalam sempel sedimen
2. Menghitung jumlah mikroplastik yang ada dalan sampel sedimen

1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui jumlah mikroplastik pada suatu sedimen di perairan
2. Dapat mengetahui dampak mikroplastik pada suatu sedimen di perairan
II. TINJAUAN PUSTAKA

Plastik menjadi serpihan dengan ukuran kurang dari lima milimeter karena
faktor panas, gelombang, sinar ultraviolet, dan bakteri. Tidak hanya plastik dalam
bentuk makro yang terdegradasi, limbah cair rumah tangga yang langsung ke
sungai dan berakhir di laut tanpa diolah oleh Industri Pengelolaaan Air Limbah
turut kondisi mikroplastik di perairan Indonesia,. Setiap aktifitas manusia pasti
menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding
dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang digunakan sehari-
hari (Hapitasiri, 2016).
Salah satu limbah plastik yang dapat mempengaruhi siklus makanan di
wilayah pesisir dan laut adalah mikroplastik. Mikroplastik merupakan salah satu
bagian dari sampah lautan yang apabila menumpuk di wilayah perairan akan
menyebabkan terganggunya rantai makanan pada ikan. Mikroplastik berpotensi
mengancam lebih serius dibanding dengan material plastik yang berukuran besar,
seperti plankton yang mempunyai partikel rentan terhadap proses pencernaan
mikroplastik sebagai akibatnya dapat mempengaruhi organisme tropik tingkat
tinggi melalui proses bioakumulasi. Hasil uji laboratorium menunjukan bahwa
mikroplastik dapat dicerna oleh organisme laut ketika salah satu partikel dari
mikroplastik dapat menyerupai makanan (Dewi et al. 2015).
Mikroplastik juga banyak terdapat di deterjen, sabun muka, sabun cair, dan
sampo. Berbentuk bintil-bintil mungil yang berfungsi sebagai scrub, Mikroplastik
hadir di berbagai macam kelompok yang sangat bervariasi dalam hal ukuran,
bentuk, warna, komposisi, massa jenis dan sifat lainnya. Ada banyak hewan laut
yang menjadI korban dari limbah akibat rasa acuh manusia. Buruknya, hewan laut
juga dikonsumsi manusia (Sari, 2018).
Manusia melakukan aktivitas untuk menghasikan sesuatu barang produksi,
maka akan timbul suatu limbah. Hal tersebut dikarenakan belum adanya
pengolahan yang dilakukan oleh manusia menggunakan mesin dan juga sulitnya
untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang yang biasa
dimanfaatkan. Akibat belum adanya pengelolaan limbah dengan baik, maka
limbah akan semakin menumpuk. Penumpukan limbah dapat dipicu oleh
pembuangan limbah yang sembarangan dan tempat penampung sampah yang
kurang memadai, sehingga sampah menumpuk di suatu tempat yang berdampak
pada penurunan kualitas lingkungan sekitar (Assyuti et al. 2018).
Mikroplastik merupakan partikel plastik dengan diameter berukuran kurang
lebih 5 mm. Batas bawah ukuran partikel yang termasuk dalam kelompok
mikroplastik belum didefenisikan secara pasti namun kebanyakan penelitian
mengambil objek minimal 300 μm. Mikroplastik terbagi menjadi 2 kategori
ukuran besar yaitu (1-5 mm) dan kecil (<1 mm) (Sari, 2018).
Dampak mikroplastik pada biota di perairan yaitu berpotensi menyebabkan
kerusakan bagi biota. Masuknya mikroplastik ke dalam tubuh biota dapat merusak
fungsi ada organ-organ seperti : saluran pencernaan, mengurangi tingkat
pertumbuhan, menghambat produksi enzim, menurunkan kadar hormon steroid,
mempengaruhi reproduksi, dan dapat menyebabkan paparan aditif plastik lebih
besar sifat toksik (Dewi et al. 2015).
Mikroplastik tidak terlihat secara kasat mata akan tetapi berpotensi memberi
dampak negatif baik bagi biota maupun perairan. Masalah kesehatan manusia
dicurigai melalui akumulasi mikroplastik dalam rantai makanan danatau
penyerapan racun ke plastik saat terbawa melalui arus laut. Mikroplastik primer
adalah plastik yang langsung dilepaskan ke lingkungan dalam bentuk partikel
kecil, yang berasal dari produk–produk yang mengandung partikel plastik
(misalnya gel mandi), juga dapat berasal dari proses degradasi benda plastik besar
selama proses pembuatan, penggunaan atau perawatan seperti erosi ban atau
degradasi tekstil sintetis saat mencuci (Hapitasiri, 2016).
Jenis fiber pada dasarnya berasal dari pemukiman penduduk yang berada di
daerah pesisir dengan sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai nelayan.
Aktivitas nelayan seperti penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai alat
tangkap, kebanyakan alat tangkap yang dipergunakan nelayan berasal dari tali
(jenis fiber) atau karung plastik yang telah mengalami degradasi (Nugraha, 2009).
Jenis fragmen pada dasarnya berasal dari buangan limbah atau sampah dari
pertokoan dan warung-warung makanan yang ada di lingkungan sekitar
merupakan salah satu dari sumber mikroplastik. Sumber limbah mikroplastik yang
berasal dari pertokoan atau warung-warung makanan antara lain adalah: kantong-
kantong plastik baik kantong plastik yang berukuran besar maupun kecil, bungkus
nasi, kemasan-kemasan makanan siap saji sehingga sampah-sampah plastic yang
berasal dari makanan tersebut yang di buang kelaut akan menyebabkan
pencemaran (Hapitasiri, 2016).
Mikroplastik berasal dari berbagai sumber, termasuk dari puing plastik yang
lebih besar dan terdegradasi menjadi potongan yang lebih kecil. Selain itu,
microbeads, sejenis mikroplastik, adalah potongan plastik polietilen yang sangat
kecil yang ditambahkan sebagai exfoliant untuk produk kesehatan dan kecantikan,
seperti beberapa pembersih dan pasta gigi. Partikel kecil ini mudah melewati
sistem penyaringan air dan berakhir di laut ataupun sungai-sungai dan danau,
menimbulkan ancaman potensial bagi kehidupan di perairan (Nugraha, 2009).
Sumber mikroplastik terbagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
Mikroplastik primer merupakan butiran plastik murni yang mencapai wilayah laut
akibat kelalaian dalam penanganan. Sementara itu, mikroplastik sekunder
merupakan mikroplastik yang dihasilkan akibat fragmentasi plastik yang lebih
besar. Sumber primer mencakup kandungan plastik dalam produk-produk
pembersih dan kecantikan, pelet untuk pakan hewan, bubuk resin, dan umpan
produksi plastik. Mikroplastik yang masuk ke wilayah perairan melalui saluran
limbah rumah tangga, umumnya mencakup polietilen (Assyuti et al. 2018).
Sumber sekunder meliputi serat atau potongan hasil pemutusan rantai dari
plastik yang lebih besar yang mungkin terjadi sebelum mikroplastik memasuki
lingkungan. Potongan ini dapat berasal dari jala ikan, bahan baku industri, alat
rumah tangga, kantong plastik yang memang dirancang untuk terdegradasi di
lingkungan, serat sintetis dari pencucian pakaian, atau akibat pelapukan produk
plastik (Hapitasiri, 2016).
Mikroplastik dapat mengapung atau tenggelam karena berat massa jenis
mikroplastik lebih ringan daripada air laut seperti polypropylene yang akan
mengapung dan menyebar luas di lautan. Mikroplastik lainnya seperti akrilik lebih
padat daripada air laut dan kemungkinan besar terakumulasi di dasar laut, yang
berarti bahwa sejumlah besar mikroplastik pada akhirnya dapat terakumulasi di
laut dalam dan akhirnya akan mengganggu rantai makanan di perairan. Dampak
mikroplastik pada biota di perairan yaitu berpotensi menyebabkan kerugian
tambahan (Victoria, 2017).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis, pada tanggal 01
Nopember 2018 pada pukul 13:00 WIB sampai dengan selesai bertempat di
Laboratorium Oseanografi dan Instrumentasi Kelautan Program Studi Ilmu
Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang dgunakan pada praktikum ini adalah
No Alat Fungsi
1 Oven Untuk mengeringkan sampel
2 Larutan NaCl Untuk memisahkan mikroplastik dengan sedimen
3 Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan
4 Kertas saringan Untuk menyaring sampel
5 Plastik klip Sebagai wadah sampel
6 Sampel Sedimen Zat atau unsur yang akan di teliti
7 Software Ms. Excel Untuk mengolah data

3.3 Cara Kerja


Ambil 1 kg sedimen dengan menggunakan ekmann grab di lokasi
praktikum

Masukkan sampel sedimen ke dalam plastic klip dan beri label, lalu Sampel
sedimen dikeringkan dengan oven 105 oC selama 72 jam

Sedimen yang telah kering dilakukan dengan penyaringan (ukuran 5 mm)


kemudian Sampel sedimen kering dicampurkan dengan NaCl jenuh dengan
komposisi campiran 1kg sampel : 3 liter NaCl jenuh

Campuran diaduk selama 2 menit kemudian Plastik yang mengapung


merupakan polystyrene, polyethylene, dan polypropylene
Sampel campuran disaring dengan menggunakan saringan 0,45 mikron,
Partikel mikroplastik dipilah secara visual menggunakan mikroskop dan
dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu film, fiber, fragmen, dan pellet

Parameter yang diambil adalah kelimpahan (partikel kg-1 sedimen kering)


dan terakhir Data kelimpahan mikroplastik dianalisis secara deskriptif
statistik dan menggunakan Microsoft excel
DAFTAR PUSTAKA

Assuyuti Y M, Zikrillah R B, Tanzil. MA. 2018. Distribusi dan jenis sampah laut
serta hubunganya terhadap ekosistem terumbu karang Pulau Pramuka ,
Panggang air dan kotok besar di Kepulauan Seribu Jakarta. Scientific
jurnal. Vol.35(2):91-93.

Dewi I S, Budiarsa A A, Ritonga I R. 2015. Distribusi Mikroplastik pada sedimen


di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Depik. 4(3) :121-124.

Fitriyah A W, Yudhi U, Irma K, Kusumaningrum. 2017. Analisis Logam Berat


(Pb, Hg, Dan As) Pada Kerang Hijau (Perna Viridis L.) Di Dua Lingkungan
Lokasi Daerah Teluk Jakarta. Jurnal Program Studi Farmasi, Institut Sains
Dan Teknologi Nasional Jakarta. Vol 1(2) : 1-11.

Hapitasari D N, 2016. Analisis kandungan mikroplastik pada pasir dan ikan


demersal: kakap (Lutjanus sp) dan kerapu (Epinephelus sp) di pantai
Ancol, Pelabuhan Ratu, dan Labuan. [sekripsi]. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.

Nugraha W A, 2009. Kandungan logam berat pada air dan sedimen di perairan
Socah dan Kawanyar Kabupaten Bangkalan. Jurnal ilmu kelautan.
Vol.2(2):1-2.

Sari K. 2018. Keberadaan mikroplastik pada hewan filterfeeder di padangLamun


Kepulauan Spermonde kota Makasar. [skripsi]. Universitas
Hasanudin:Makassar.

Victoria V A. 2017. Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar. Jurnal


Research Gate. Vol 1(1) : 1-10.

You might also like