You are on page 1of 4

A.

Pengertian
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, keju, kemeng,
cangkul, dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi
diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah.
Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang
harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri.

Nyeri terbagi atas 2, yaitu :

1. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung tiba-tiba dan
umumnya berhubungan dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik.
Nyeri akut mengindikasi adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru
saja terjadi.
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara
konstan atau intermiten dan menetap sepanjang suatu periode waktu.
Nyeri kronis adalah suatu keadaan ketidaknyamanan yang dialami
individu yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.

B. Etiologi

Adapun Etiologi Nyeri yaitu:

1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah


atau cidera.
2. Iskemik jaringan.
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau
tak terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya
terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya
ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi
yang tetap dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan
lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif
lainnya.
5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.
C. Patofisiologi

Reseptor nyeri disebut nosireseptor.Nosireseptor mencakup ujung-


ujung saraf bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk
tekanan mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan
kimia.Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan
Pacini dan Meissner juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai
nyeri.Zat-zat kimia yang merangsang terjadinya nyeri antara lain adalah
histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion
hydrogen.Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia,
atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh
serat A delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat
C lambat.
Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P
sewaktu bersinaps di korda spinalis.Setelah di korda spinalis, sebagian besar
serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen.Namun,
sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di korda
spinalis sebelum bersinaps.Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis,
informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh satu dari dua saraf ke
otak- traktus neospinotalamikus atau traktus paleospinotalamikus. (Corwin,
2000 : 225)
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A delta di
salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus. Sebagian dari
serat tersebut berakhir di reticular activating system dan menyiagakan
individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke
thalamus.Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatik
tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti. (Corwin, 2000 : 225).
Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan
sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus
paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang
otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisea
periakuaduktus.Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui daerah
reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system limbik.Nyeri
yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki lokalisasi yang difus
dan berperan menyebabkan distress emosi yang berkaitan dengan nyeri.
(Corwin, 2000 : 225)
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-
zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan
di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga individu mengalami nyeri.
Selain dihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi
terhadap reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri. (Wahit Chayatin,N.Mubarak,2007)
D. Manifestasi Klinis

1. Gangguam tidur

2. Posisi menghindari nyeri

3. Gerakan meng hindari nyeri

4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)

5. Perubahan nafsu makan

6. Tekanan darah meningkat

7. Nadi meningkat

8. Pernafasan meningkat

9. Depresi

E. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
a. Distraksi,mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
b. Relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
c. Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
1) Kompres dingin
2) Counteriritan, seperti plester hangat.
3) Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang
berlawanan dengan area yang nyeri.
2. Farmakologi
Pemberian Obat sesuai tingkatan nyeri.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak

You might also like