You are on page 1of 5

Dea Aulia Larasati

180341663069
B
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME, KOGNITIF, & KONTRUKTIVISME
A. Teori Belajar Behaviorisme
1. Ivan Pavlov (1849 – 1936): Classical Conditioning
Dalam tahun terakhir dari abad ke-19 dan tahun permulaan abad ke-20 Pavlov dan kawannya
mempelajari proses pencernan dalam anjing. Selama penelitian mereka para ahli ini
memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur. Dalam eksperimen
ini Pavlov dan kawannya menunjukkan, bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang
selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan seperti pengeluaran air liur. Berikut
ialah ilustrasi pengamatan Pavlov dan kawannya kepada Anjing.
2. J. B Watson (1878-1958): Behavioral Psychology
Watson mengembangkan teori behaviorisme berdasarkan penelitian Pavlov dan merupakan
orang yang pertama kali mengaplikasikan temuan Pavlov kepada manusia, melalui pembentukan
refleks yang terbentuk dari hubungan stimulus-respon yang telah dikondisikan. Oleh karena itu
ia mendefinisikan manusia tidak ubahnya seperti mesin yang dapt datur kegiatannya secara
mekanik
3. Edward Lee Thorndike (1874-1049): Hukum Pengaruh
Dari eksperimen ini, Thorndike mengembangkan hukumnya yang dikenal dengan Hukum
Pengaruh atau “Law of Effect.”Hukum pengaruh Thorndike mengemukakan bahwa jika suatu
tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan bahwa
tindakan itu diulangi dalam situasi yang mirip, akan meningkat, begitu juga sebaliknya.
4. E.R Guthrie
Pendapat Thorndike dan Pavlov ini ditegaskan lagi oleh Guthrie, dimana ia menyatakan dengan
hukumnya yaitu “The Law of Association”, yang berbunyi : “A combination of stimuli which has
accompanied a movement will on its recurrence tend to be followed by that movement”. Secara
sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu kelas stimuli yang menyertai
atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada kecenderungan bahwa gerakan itu akan diulangi
lagi pada situasi/stimuli yang sama.
5. F. Skinner (1904 – 1990): Operant Conditioning
Studi Skinner terpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensinya. Sebagai contoh
misalnya bila perilaku seseorang segera diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, orang itu
akan terlibat dalam perilaku itu lebih kerap kali. Penggunaan konsekuensi yang menyenangkan
itu dan tak menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut Operant Conditioning.
B. Teori Belajar Kognitif
1. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget merupakan salah satu teori perkembangan yang
menjelaskan bagaimana seorang individu dapat beradaptasi dengan cara menginterpretasikan
obyek dan kejadian disekitarnya. Beberapa istilah perkembangan kognitif yang sering digunakan
oleh Jean Piaget (Wisudawati, 2015) adalah skema , asimilasi, akomodasi, disekuilibrium,
ekuilibrium, dan adaptasi.
Tahapan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget terbagi menjadi empat yaitu sebagai
berikut.
a. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun,
Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
b. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan
telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.
c. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan
anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d. Tahap formal –operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15
tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis.
Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara
simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi.
2. Teori perkembangan kognitif Bruner
Bruner mengatakan pada penyajian materi ada 3 tahapan yang harus diperhatikan dalam
mengaplikasikan teori belajar ini yaitu:
a. Tahapan Enaktif (0-2 tahun)
Enaktif yaitu tahap pembelajaran suatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkrit.
b. Tahapan Ikonik (2-4 tahun)
Ikonik yaitu tahap pembelajaran suatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan
atau diwujudkan dalam bentuk bayangan visual, gambar dan diagram yang menggambarkan
kegiatan kongkrit atau situasi yang terdapat pada tahap enaktif.
c. Tahapan simbolik (5-7)
Simbolik yaitu suatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol abstrak baik simbol lambang-lambang matematika maupun lambang abstrak
lainnya.

3. Teori perkembangan kognitif Ausubel


Menurut Ausubel ada dua jenis belajar yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan
belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai
bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Menurut Ausubel supaya proses
belajar siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri
semuanya. Malah, ada bahaya bahwa siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak
menebak dan mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti
baginya..Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh
Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur
kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi
barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan belajar
penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan informasinya bermakna
bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik.
C. Teori Belajar Konstruktivisme
1. Jean Piaget
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa pengetahuan
tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali
struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat.
Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema
baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga
cocok dengan rangsangan itu.
2. Vygotsky
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam
mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh
Vygotsky disebut konstruktivisme sosial. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu
Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.
a. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat
yang lebih mampu.
b. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil
alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1991).
Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan
masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan
masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan
lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Daftar Rujukan
Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.
Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Antar Universitas.
Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon

QUESTION &ANSWER
1. Seorang anak memiliki skema bahwa daun bewarna hijau karena memiliki klorofil. Skema tersebut
diperoleh dari pengamatannya terhadap daun yang ia jumpai dan dari penjelasan guru di sekolah. Pada
suatu ketika ia berjalan ke taman dan menemukan banyak tanaman yang daunnya bewarna ungu, merah
dsb. Anak tersebut merasakan bahwa skema lamanya tidak cocok lagi dan terjadi konflik dalam
pikirannya. Kondisi anak tersebut termasuk dalam ZPD (Zone of Proximental Development). Setujukan
anda terhadap pendapat tersebut? Berikan alasan!
Jawab: Tidak setuju karena pada contoh diatas seorang anak tersbut masih berusaha memecahkan
masalah secara mandiri. Sedangkan menurut ZPD ada satu tingkat /tahapan lagi (perkembangan
potensial) yang tampak dalam menyelesaikan tugas/pemecahan masalah dibawah bimbingan orang
dewasa.
2. Perhatikan skema di bawah ini!
Berdasarkan skema diatas, bagaimana pengaplikasian keterkaitan antara stimulus-respon-penguatan dalam
pembelajaran menurut teori behavioristik?
Jawab:
Stimulus : Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik.
Respon : Peserta didik menjawab pertanyaa.
Reinforcement : Jika jawaban peserta didik benar maka ia akan diberi reward sedangkan jika salah akan
diminta untuk mempelajarinya lagi.
3. Perhatikan gambar dibawah ini!

Berdasarkan gambar diatas bagaiamanakah keterkaitan/hubungan antar komponen dalam teori belajar
kognitif tersebut!
Jawab: Seseorang awalnya masih memiliki perpsepsi yang masih sederhana kemudian persepsi
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan alam & lingkungan sosial. Selanjutnya stimulus tersebut
ditangkap oleh siswa, sehingga timbul proses berpikir metakognitif. Selanjutnya pemikiran tersebut
diasimilasi & diakomodasi untuk memperoleh keseimbangan antara penyatuan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya.

You might also like