You are on page 1of 3

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Semua peserta belum memiliki panduan ataupun acuan baku dalam proses preceptorship.
2. Preceptorship belum tersedia disetiap unit sehingga satu preceptor harus mengikuti rotasi
preceptee diruangan yang berbeda-beda.
3. Rasio antara jumlah preceptor dengan preceptee yang belum jelas peraturan bakunya.
4. Preceptor masih memiliki peran ganda dan memegang jabatan lain seperti komite
keperawatan atau kepala ruang.
5. Perawat pelaksanan diruangan terkadang kurang mendukung proses preceptorship dengan
menunjukan sikap kerja yang berbeda dengan arahan preceptor sehingga preceptee
menjadi kebingungan dalam menentukan sikap.
6. Proses preceptorship terkadang tidak konsisten sesuai waktu yang telah ditentukan
dikarenakan alasan kebutuhan tenaga yang mendesak dari unit.
7. Kesenjangan dalam pembimbingan preceptee yang lebih senior, lebih berpengalaman
atau memiliki kompetesi khusus dibandingkan dengan preceptor nya.
8. Belum konsisten melaksanakan pre dan post bimbingan karena preceptor tidak memiliki
waktu yang adekuat selama proses bimbingan.
RANGKUMAN MATERI HARI-1

1. Preceptorship: proses bimbingan yang terstruktur dan terencana yang dilakukan baik
kepada perawat baru maupun mahasiswa praktikan.
2. Preceptor: seorang perawat yang berpengalaman dan berkualifikasi serta bersedia bekerja
dalam kemitraan dengan perawat baru untuk mendampingi dan mendukung perawat baru.
3. Preceptee: seorang perawat baru baik fresh graduate ataupun yang sudah berpengalaman
yang baru memasuki pelayanan kesehatan tertentu untuk bekerja dalam pelayanan.
4. Preceptor memfasilitasi preceptee dalam masa transisi dari mahasiswa menjadi staf atau
dari staf di perusahaan sebelumnya dengan yang sekarang, masa transisi terkadang berat
dirasakan dengan adanya perubahan lingkungan, perubahan status baru, perubahan ebban
kerja, tuntutan kerja cepat shock realita.
5. Proses bimbingan yang tidak baik  preceptee menjadi bingung dan merasa menanggung
bebanya sendiri  resign  meningkatkan turn over  perekrutan karyawan baru lagi 
menurunya tenaga senior atau kompeten  kualitas pelayanan.
6. Dalam jenajang karir keperawatan preceptee masuk dalam kategori PRA-PK, sedangkan
PRA-PK tidak diatur dalam PMK No. 40 Tahun 2017 sehingga kompetensi preceptee
adalah adopsi dari kompetensi PK-1 yang disesuaikan dengan kemampuan dengan
keterangan semua kompetensi berada dibawah bimbingan preceptor.
7. Sebelum dilakukan preceptorship harus ada proses induksi, biasa lama 3-7 hari dimana
preceptee diorientasikan tentang visi, misis, falsafah, sejarah RS, dlll sehingga preceptee
merasa seperti dirumah sendiri dan sudah kenal dengan lingkungan umum RS selama
proses preceptorship.
8. Alasan perlu adanya preceptor:
a. Ketidaksesuaian antara permintaan manajer dengan realita dilapangan.
b. Kesulitan menjalin komunikasi yang baik antara perawat senior dengan junior.
c. Tidak adanya data dasar atau kriteria yang konsisten untuk mengukur kinerja staf
baru.
d. Kurangnya dukungan emosional bagi staf baru dalam menghadapi fase krisis dan
shock realita (1 tahun pertama).
e. Penanganan shock realita.
9. Tujuan preceptorship:
a. Mengurangi stress preceptee
b. Meminimalkan risiko bagi pasien dan preceptor sendiri
c. Meningkatkan kualitas asuhan pasien
d. Melindungi masyarakat dari pemberi asuhan yang belum berpengalaman.
10. Kriteria Preceptor:
a. Staff kompeten
b. Pengalaman minimal 2 tahun ditempat yang sama
c. Memiliki minat
d. Memiliki pelatihan dalam mengajar/mengkaji
e. Memiliki surat keputusan/surat tugas dari instansi

You might also like