You are on page 1of 3

Atrisi

Atrisi adalah keausan yang disebabkan oleh kontaknya gigi geligi. Biasanya terjadi
pada kelainan bruxism (kebiasaan menggesek-gesekkan gigi), dan pada orang tua (karena
penggunaan gigi tiruan yang sudah berlangsung lama). Pada keadaan ringan sering ditemukan
terbentuknya facet pada puncak kaninus dan hilangnya tuberkel di tepi insisal. Keausan yang
terus berlanjut yang menyebabkan tubulus dentin terbuka, pulpa akan mengadakan reaksi
terbentuk kalsifikasi pada tubulus dan pembentukan dentin reaksioner (tertier dentin). Jika
kecepatan keausan melebihi kecepatan pembentukan dentin reaksionernya, pulpa mungkin
akan terbuka sehingga harus dilakukan perawatan saluran akar. Atrisi diawali dengan proses
kehilangan struktur email pada bagian insisal atau oklusal gigi, yang semakin lama akan
mengenai struktur dentin di bawahnya. Pada saat melewati email maka proses atrisi akan
dengan cepat menghancurkan struktur dentin yang memiliki konsistensi lebih lunak
dibandingkan email.
Atrisi fisiologis terjadi secara konstan dan seiring dengan proses penuaan setiap
individu akibat mastikasi. Proses atrisi fisiologis dimulai dari keausan pada tepi insisal gigi
insisivus kemudian tonjol palatal dan tonjol bukal gigi posterior rahang atas. Atrisi juga dapat
terjadi pada permukaan proksimal gigi pada area kontak. Atrisi patologis terjadi karena adanya
abnormalitas oklusi, pola mastikasi, dan kerusakan struktur gigi individual. Pada atrisi jenis
tersebut, keausan yang terjadi melibatkan struktur gigi yang banyak sehingga fungsi mastikasi
dan estetikanya terganggu (Purkait, 2011). Maloklusi gigi merupakan salah satu faktor resiko
penyebab terjadinya atrisi gigi.

penyebaran atrisi dipengaruhi oleh tipe oklusi, geometri sistem


stomatognatik (sistem yang menggabungkan sistem-sistem yang berada dalam rongga
mulut, seperti mastikasi, bicara, oklusi, artikulasi dan sebagainya) serta karakeristik
pengunyahan dari masing-masing individu. Paling sering kita menemukan dipermukaan
oklusal , insisal dan lingual gigi anterior rahang atas dan bukal gigi rahang bawah.

Gambaran klinis pada lesi atrisi, yaitu :


 Biasanya terlihat pada permukaan kunyah seperti insisal, oklusal, dan proksimal.
 Biasanya menyebabkan permukaan melengkung sampai rata, mahkotanya
memendek dan permukaan enamel oklusal/ insisal menghilang.
 Menyebabkan tepi enamel menjadi tajam
 Pada gigi anterior, ujung insisal tampak melebar
 Pada gigi posterior, bagian yang mengalami atrisi terutama adalah cusp.
 Pada gigi rahangatas, yang paling mudah terkena atrisi adalah cusp lingual,
sementara pada gigi rahang bawah adalah cusp bukal.
 Jika sudah terkena dentin, warna menjadi kekuning-kuningan serta terbuka.
 Pada atrisi patologis ( bruxisem, maloklusi, bentuk gigi, dll), keausan batas (fecet)
meluas lebih cepat dibandingkan atrisi karna fisiologis.

Etiologi
Pada saat gigi berkontak, maka ketika itu timbul keausan gigi. Makin sering kontak
terjadi makin besar keausannya. Oleh karena itu, lazim sekali dijumpai adanya keausan di
permukaan oklusal dan proksimal pada gigi yang telah berada dalam mulut bertahun-tahun
lamanya. Keausan yang disebabkan oleh kontaknya gigi disebut atrisi. Penyebab atrisi
dipengaruhi oleh oklusi, geometri dari system stomatognati. Keausan yang terus berlanjut akan
membuka tubulus dentin dan pulpa akan mengadakan raeksi dengan membentuk kalsifikasi
pada tubulus di daerah yang terkena dan dengan pembentukan dentin reaksioner. Keausan
yang ditimbulkan hanya oleh kebiasaan mengerotkan gigi menyebabkan keausan yang merata
pada email dan dentin. Jika dijumpai cekungan dangkal dan dikelilingi oleh lingkaran email,
maka biasanya ini terjadi karena adanya erosi yang tumpah tindih dengan atrisi. Pada tahapan
yang masih dini, pengamatan dan nasehat yang tepat merupakan tindakan paling tepat untuk
kavitasnya yang belum bisa menerima tumpatan. Akan tetapi kadang-kadang terlihat keausan
yang hebat sekali. Sering kali hal ini disebabkan oleh kebiasaan pasien mengerotkan giginya
tanpa sadar, terutama di waktu malam ketika saliva yang berfungsi sebagai pelumas sedang
sedikit. Kalau keausan menjadi sangat luas sehingga banyak jaringan gigi yang hilang dan jika
kecepatan keausan melebihi kecepatan pembentukan dentin reaksionernya, pulpa mungkin
akan terbuka sehingga harus dilakukan perawatan saluran akar. Intervensi perlu dilakukan jika
keausan sudah mencapai pulpa.

Dakpus
1. Ran C, Hui Y. Dental Erosion and Severe Tooth Decay Related to Soft Drinks: A Case
Report and Literature Review. Jof Zhejiang Univ Sci 2009;10(5): 395-9.
2. Gandara BK. 1999. Diagnosis and Management of Dental Erosion. J Contemp
DentPract; Vol. 1. Hal 1-17

You might also like