You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIK II

KINETIKA REAKSI ION PERMANGANAT DENGAN ASAM OKSLAT

Nama : Ainul Avida


NIM : 141810301042
Kelompok/Kelas : VI /Kelas B
Fakultas/Jurusan : MIPA/Kimia
Asisten : Diah Ayu Noor S
\

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi – reaksi kimia banyak yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
reaksi pembakaran pada bensin. Bensin lebih cepat habis dibakar dari pada pembakaran
pada minyak tanah. Reaksi yang berlangsung lambat lainnya yang terjadi dalam kehidupan
manusia misalnya, reaksi perkaratan besi. Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju
yang berbeda-beda. Reaksi tersebut ada yang berlangsung sangat cepat misalnya reaksi
penetralan antara larutan asam klorida dan larutan natrium hidroksida. Reaksi kimia yang
berlangsung sangat cepat, misalnya reaksi bahan peledak. Reaksi-reaksi yang menyangkut
proses geologi berlangsung sangat lambat misalnya pelapukan kimia yang di alami batu
karang yang di sebabkan oleh pengaruh air dan gas-gas yang terdapat di atmosfer. Salah
satu faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi tersebut adalah tingkat reaksi masing-
masing reaksi tersebut.
Reaksi ion permanganat biasa disebut dengan permanganometri. Permanganometri
adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Reaksi yang terjadi pada ion MnO4-
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana
asam. Permanganometri merupakan salah satu metode volumetri yang didasarkan pada
reaksi oksidasi- reduksi, dimana kalium permanganat digunakan sebagai titran sekaligus
sebagai indikator sehingga disebut sebagai autoindikator. Kalium permanganat mudah
dipengaruhi oleh cahaya dan reduktor-reduktor pengganggu sehingga kelarutannya selalu
bergantung pada pH karena kalium permanganat mempunyai beberapa tingkat reduksi
Percobaan ini mengamati laju reaksi antara ion permanganat dengan asam okslat
melalui metode titrasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan kemudian
ditentukan tingkat reaksi MnO4- dengan H2C2O4. Reaksi antara ion permangat dengan
asam oksalat akan berlangsung lambat bila di lakukan pada suhu kamar, dengan demikian
maka laju reaksinya dapat di amati melalui percobaan.

1.2 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi MnO4- dengan H2C2O4.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet


2.1.1 Kalium Permanganat
Kalium permanganat merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul KmnO4.
Senyawa ini merupakan garam anorganik yang terdiri dari ion K+ dan ion MnO4-. Kalium
permanganat merupakan salah satu bahan kimia yang berupa kristal berwarna ungu. Bahan
ini tidak berbau dan memiliki nilai pH antara 7-9. Kalium permanganat merupakan salah
satu oksidator yang cukup kuat sehingga mampu membantu dalam proses pembakaran.
Senyawa ini berbentuk padat, sangat reaktif dengan bahan-bahan organik, logam,
asam. KMnO4 dapat bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, ammonia, ammonium
garam, phosphor. Sifat fisiknya tidak berbau, berat molekul 158,03 g/mol dengan
warna ungu. Titik didihnya 150°C. Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi yang kuat.
Kalium permanganat biasa digunakan dalam larutan netral atau larutan yang bersifat basa
dalam kimia organik (Scincelab, 2016).
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kontak antara kulit dengan
senyawa ini yaitu kulit segera dibasuh dengan banyak air selama minimal 15 menit.
Pertolongan untuk mata jika terkena senyawa ini, mata segera dibasuh dengan air yang
banyak selama minimal 15 menit, sesekali kelopak mata dikedip-kedipkan. Senyawa yang
terhirup dalam jumlah yang cukup banyak sebaiknya segera berpindah ke tempat yang
udaranya lebih segar (Scincelab, 2016).
2.1.2 Asam Oksalat
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Berat molekul asam oksalat yaitu 90,04 g/mol. Asam
oksalat tidak berwarna dan memiliki titik didih yaitu 189,5 ˚C atau setara dengan 373 ˚F
dan tekanan uapnya 4,62 (air = 1). Asam oksalat dapat larut dalam air dingin, dietil eter,
alkohol dan gliserol dan tidak dapat larut dalam benzene. Asam Oksalat kelarutannya
dalam air yaitu 9,5 g/100 mL (15°C), 14,3 g /100 mL (25°C), dan 120 g/100 mL (100°C).
Asam oksalat berbahaya jika mengenai kulit karena dapat menyebabkan gatal atau iritasi
begitu juga jika terkena mata. (Scincelab, 2016).
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kontak antara kulit dengan
senyawa ini yaitu kulit segera dibasuh dengan banyak air selama minimal 15 menit.
Kontak langsung dengan mata segera dibasuh dengan air yang banyak selama minimal 15
menit, sesekali kelopak mata dikedip-kedipkan. Kontak langsung dengan sistem pernpasan
dalam jumlah yang cukup banyak sebaiknya segera berpindah ke tempat yang udaranya
lebih segar. Jika tidak bisa bernafas, napas buatan dapat diberikan. Selama iritasi atau efek
yang dihasilkan semakin parah, sebaiknya segera meminta pertolongan medis (Scincelab,
2016).
2.1.3 Akuades
Akuades berwujud cair, tidak berbau dan tidak berwarna. Akuades mempunyai berat
molekul 18,02 g/mol. Akuades mempunyai pH netral yaitu 7. Titik didih akuades sebesar
100oC (212°F). Akuades mempunyai tekanan uap 2,3kPa pada suhu 200C dan mempunyai
densitas uap 0,62. Akuades tidak berbahaya apabila terkena kulit, mata, terhirup maupun
tertelan. Akuades tidak korosif untuk kulit dan tidak memyebabkan iritasi apabila terkena
mata. Penanganan khusus apabila terkena akuades tidak ada (Scincelab, 2016).
Akuades ini memiliki allotrop berupa es dan uap. Senyawa ini tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak meiliki rasa. Aquasdes merupakan elektrolit lemah. Air dihasilkan dari
pengoksidasian 4ydrogen dan banyak digunakan sebagai bahan pelarut bagi kebanyakan
senyawa dan sumber listrik (Sciencelab, 2016).
2.2 Dasar Teori
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu
ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan
dengan minyak tanah. Reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti pembakaran dinamit
yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya
besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Kinetika kimia
mempelajari cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya
(Syukri,1999).
Laju reaksi suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai fungsi konsentrasi zat – zat
pereaksi yang berperan serta dalam reaksi tersebut. Mekanisme reaksi merupakan factor
yang sangat berperan pada penetuan tingkat reaksi suatu reaksi kimia. Mekanisme ini
tiidak dapat ditentukan hanya dengan meninjau saja, melainkan harus ditentukan secara
experimental. Oleh karena itu tingkat reaksi suatu reaksi kimia harus ditentukan percobaan
(Hiskia,1992).
Istilah laju reaksi bukan kata yang asing dalam kimia. Laju reaksi biasanya
berhubungan dengan jalannya suatu reaksi. Laju reaksi yang sebanding dengan konsentrasi
dua reaktan A dan B sehingga dapat dituliskan:
V = k [A][B] (2.1)
koefisien k disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi
bergantung pada temperatur). Lain halnya dengan ordo dari suatu reaksi kimia, ordo reaksi
nilainya ditentukan secara percobaan dan tidak dapat diturunkan secara teori, walaupun
stokhiometrinya telah diketahui (Atkins, 1994).
Besar kecilnya nilai dari laju dari suatu reaksi kimia dapat ditentukan dalam
beberapa faktor, antara lain sifat pereaksi, suhu, katalis dan konsentrasi pereaksi. Faktor-
faktor yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
 Sifat dan Keadaan Zat
Reaksi kimia melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan, dimana jenis katan
yang dimiliki oleh rea-ban dapat mempengaruhi laju reaksi.Luas permukaan zat-zat yang
bereaksi juga sangat berpengaruh terhadap laju reaksi, sehingga suatu zar dalam benruk
serbuk dan bongkahan/kepingan akan memiliki laju reaksi yang berbeda.
 Konsentrasi
Konsentrasi zat reaktan semakin besar berarti besar kemungkinan terjadinya
tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat. Tumbukan yang
efektif adalah tumbukan antar molekul yang menghasilkan reaksi, dan hanya dapar terjadi
hila molekul yang, bertumbukan tersebut memiliki energi aktivasi yang cukup. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang hanls dimiliki molekul agar tumbukannya
menghasilkan reaksi.
 Temperatur
Kenaikan suhu berarti penambahan energi, sehingga energi kinetik molekul-
molekul akan meningkat. Akibat hal ini molekul-molekul yang bereaksi menjadi lebih
aktif mengadakan turnbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu menyebabkan gerakan
molekul makin cepat sehingga kemungkinan tumbukan yang efektif makin banyak
terjadi.
 Katalisator
Katalisator adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi. Katalis
akan menurunkan energi aktivasi (Ea) dari suatu reaksi, sehingga lebih mudah dilampaui
oleh molekul-molekul reaktan akibatnya It;aKsi menjadi lebih cepat (Kristianingrum dan
Suwardi, 2012).
Larutan yang mempunyai keasaman tinggi atau kadar iodida yang tinggi akan
didapatkan kecepatan reaksi yang lebih besar. Untuk menghitung kecepatan reaksi, yang
dapat dihitung adalah penjabaran kecepatan reaksi yang memerlukan besarnya konstanta
kecepatan reaksi (Syukri, 1999).
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai
perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Laju rekasi suatu
reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut:
A+B AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:
R = k [A]m [B]n
K sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi (Petrucci,
1987).
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang
berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde
reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam
hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari
hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi
masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan
pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan
pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan
grafik garis lurus (Hiskia, 1996).
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi.
a. Orde reaksi nol.
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu reaktan, jika perubahan
konsentrasi reaktan tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan terdapat
dalam jumlah tertentu; perubahan konsentrasi reaktan itu tidak mempengaruhi laju
reaksi. Besarnya laju reaksi hanya dipengaruhi oleh besarnya konstanta laju reaksi ( k).
v  k .X   k
0

Laju Reaksi
(v)

Konsentrasi
Orde Reaksi Nol
b. Orde reaksi satu.
Suatu reaksi dikatakan ber’orde satu terhadap salah satu reaktan, jika laju
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan itu. Jika konsentrasi reaktan itu
dilipat-tigakan maka laju reaksinya akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar.
v  k .X   k .X 
1

Laju Reaksi
(v)

Konsentrasi
Orde Reaksi Satu

c. Orde reaksi dua.


Suatu reaksi dikatakan ber’orde dua terhadap salah satu reaktan, jika laju reaksi
merupakan pangkat dua dari konsentrasi reaktan itu. Jika konsentrasi reaktan itu
dilipat-tigakan, maka laju reaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.
v  k . X 
2

Laju Reaksi
(v)

Konsentrasi
Orde Reaksi Dua

(Anonim, 2012).

Jumlah molekul pereaksi yang ikut dalam reaksi disebut Molekul Aritas. Jumlah
molekul pereaksi yang konsentrasinya menentukan kecepatan reaksi, disebut tingkat
reaksi. Molekularitas dan tingkat reaksi tidak selalu sama. Sebab tingkat reaksi tergantung
dari mekanisme reaksinya. Di samping itu juga perlu diketahui bahwa molekularitas selalu
merupakan bilangan bulat. Sedangkan tingkat reaksi dapat pecahan bahkan nol (Sukardjo,
1989).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Erlenmeyer 50 mL
 Stopwatch atau penghitung waktu
 Pipet Mohr
 Pipet tetes

3.1.2 Bahan
 Larutan KMnO4 0,01 N
 Larutan H2C2O4 0,7 N
 Aquades

3.2 Skema Kerja

Larutan 0.7 N H2C2O4

- Disiapkan 10 buah erlenmeyer 50 ml yang bersih


- Diisikan ke 5 erlenmeyer dengan variasi volume yang telah
ditentukan
- Ditambahkan 1 mL akuades ke dalam masing-masing
erlenmeyer
- Ditambahkan KMnO4 ke dalam setiap erlemeyer sesuai dengan
volume yang ditentukan pada tabel
- Dicatat waktu yang diperlukanm sejak penambahan KMnO4
sampai warna ungu larutan menghilang
- Diamati apa yang terjadi
- Dilakukan percobaan secara duplo untuk setiap variasi volume

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1. Data percobaan
Percobaan H2C2O4 KMnO4 Waktu
pada
(mL) 0,1 M (mL) Rata-rata (sekon)
erlenmeyer
1. 4 0,5 1328,5
2. 5 1 1188
3. 7 1,5 1085,5
4. 8,5 2 931
5. 5 0,5 1285,5

4.1.2. Penentuan konsentrasi


Erlenmeyer 1 Konsentrasi asam Konsentrasi campuran
Ke- t oksalat dan air atau KMnO4(M)
atau H2C2O4(M)
1 0,000753 0,28 0,254
2 0,000842 0,29 0,248
3 0,000921 0,3 0,253
4 0,001074 0,31 0,256
5 0,000778 0,29 0,268

4.1.3. Penetuan orde reaksi


No. Zat Orde
1. H2C2O4 1
2. KMnO4 1
Orde total 2

4.2 Pembahasan
Percobaan keempat pada praktikum kimia fisik II ini tentang kinetika reaksi kimia.
Percobaan ini mengamati kinetika reaksi pada ion permanganat (MnO4-) dengan asam
oksalat (H2C2O4). Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan asam oksalat
sebagai pereaksi dan larutan kalium permanganat berperan sebagai penentu reaksi. Kalium
permanganat digunakan karena karena berfungsi sebagai zat pengoksidasi kuat yang dapat
mengoksidasi asam oksalat menjadi CO2 dan H2O.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tingkat (orde) reaksi dari ion
permanganat (MnO4-) dan asam oksalat (H2C2O4). Metode yang digunakan untuk
menentukan orde reaksi pada percobaan ini yaitu dengan metode awal yaitu dengan cara
mengukur kecepatan reaksi permanganat dengan asam oksalat pada konesentrasi KMnO4
dan asam oksalat yang berbeda-beda, tetapi terdapat 1 konsentrasi asam oksalat yang sama.
Prosedur secara umum yang dilakukan pada percobaan ini yaitu asam oksalat
dengan konsentrasi 0,7 N disiapkan dalam erlenmeyer dengan variasi volume 4, 5, 7, 8.5
dan 5 mL. Setiap erlenmeyer berisi asam oksalat tersebut diberi akuades 1 mL.
Penambahan akuades ini bertujuan untuk membentuk ion oksalat yang nantinya akan
bereaksi dengan ion-ion dari kalium permanganat, hal itu dikarenakan asam oksalat
merupakan asam lemah yang akan terionisasi sebagian menjadi ion H+ dan ion C2O4- .
Berikut ini adalah proses pengionan asam oksalat menjadi:
H2C2O4 (aq)  H+ (aq) + HC2O4- (aq)
HC2O4- (aq)  H+ (aq) + C2O4- (aq)

Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, dapat dilihat bahwa asam oksalat merupakan asam
poliprotik yang tahapan ionisasinya terjadi 2 kali sehingga menghasilkan H+ 2 mol.

Tahapan selanjutnya yaitu penambahan KMnO4 0,1 N ke dalam setiap erlenmeyer


dengan volume berturut-turut yaitu 0.5, 0.5, 1.5, 2 dan 1 mL. Penambahan ini seharusnya
dilakukan dengan menggunakan buret, namun karena volume penambahannya sangat
sedikit sehingga agar lebih teliti dilakukan menggunakan pipet mohr. Penambahan kalium
permanganat disertai dengan mulainya penghitungan waktu pada stopwatch untuk
menghitung waktu pada stopwatch yang dibutuhkan pada reaksi asam oksalat dengan
kalium permanganat. Warna awal dari kalium permanganat adalah ungu. Warna ungu dari
kalium permangat tersebut disebabkan oleh kandungan unsur Mn yang memiliki bilangan
oksidasi +7 yang menyerap energi pada panjang gelombang di sekitar 560-590 nm.
Penyerapan pada panjang gelombang tersebut merupakan penyerapan pada daerah panjang
gelombang visibel dengan warna serapnya adalah kuning dan warna yang terlihat
(komplementernya) adalah ungu atau violet.

Penambahan larutan KMnO4 diikuti dengan penggoyangan untuk menghomogenkan


campuran, kemudian didiamkan bebrapa saat. Selama pendiaman beberapa menit terjadi
terdapat gelembung-gelembung dan warna ungu dari larutan lama kelamaan berubah
menjadi warna coklat dan pudar. Perubahan warna yang terjadi serta munculnya
gelembung menandakan terjadinya reaksi antara kalium permanganat dengan asam oksalat.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi redoks dengan kalium permanganat bertindak
sebagai oksidator (mengalami reduksi) dan asam oksalat sebagai reduktor (mengalami
oksidasi). Persamaan serta penyetaraan reaksi redoks pada kalium permanganat dengan
asam oksalat dapat diuraikan berikut ini:
Oksidasi : C2O42-( (aq) → 2CO2 (g) + 2H+(aq) + 2e- (x5)

Reduksi : MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e- → Mn2+(aq) + H2O(l) (x2)

Oksidasi : 5 C2O42- (aq) → 10CO2(g) + 10H+(aq) + 10 e-


Reduksi : 2 MnO4-(aq) + 16H+(aq)+ 10e → 2Mn2+(aq) + 2H2O(l)
Reaksi sel : 5C2O42-(aq) + 2MnO4–(aq) +6 H+(aq) → 10CO2(g) + 2H2O(l) + 2Mn2+(aq)

Berdasarkan persamaan reaksi diatas dapat diketahui bahwa perubahan warna coklat
serta gelembung yang terbentuk disebabkan oleh reduksi pada MnO4– menjadi Mn2+.
Reaksi reduksi tersebut dapat diketahui berdasarkan perubahan bilangan oksidasi Mn dari
7+ menjadi 2+, dimana Mn2+ akan menyerap energi pada panjang gelombang 430-480nm
sehingga warna komplementer yang terlihat oleh mata adalah coklat. Warna cokelat pada
larutan lama-kelamaan akan memudar dan menjadi jernih (tidak berwanra) seperti semula,
hal ini karena C2O42- mengalami oksidasi oleh MnO4- menjadi CO2 dan H2O sehingga
larutan menjadi jernih karena menghasilkan H2O tersebut.
Setiap erlenmeyer yang berisi larutan asam oksalat dengan 3 varian konsentrasi
berbeda dan 2 konsentrasi yang sama dihitung waktu yang dibutuhkan dari awal penetesan
kalium permanganat hingga warna ungu yang terbentuk memudar dan menjadi jernih
seperti semula. Waktu yang diperlukan untuk reaksi antara ion permanganat (MnO4 -)
(dengan volume yang telah ditentukan) dan asam oksalat dengan urutan variasi volume
asam oksalat 4, 5, 7, 8.5 dan 5 mL berturut-turut yaitu 1328.5;1188;1085.5;931 dan 1285.5
sekon.
Beradsarkan data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar
konsentrasi asam oksalat, maka reaksi yang terjadi semakin cepat, serta semakin besar
konsentrasi KMnO4 yang ditambahkan maka reaksi yang terjadi juga semakin cepat. Hal
itu dikarenakan semakin besar konsentrasi atau semakin banyak volume asam oksalat dan
kalium permanganat yang digunakan maka semakin banyak partikel-partikel yang berada
dalam larutan tersebut. Partikel-partikel yang semakin banyak menyebabkan peluang
tumbukan yang terjadi juga semakin banyak. Tumbukan yang semakin banyak itulah yang
menyebabkan asam oksalat cepat bereaksi dengan KMnO4 sehingga warna ungu juga cepat
berubah menjadi coklat. Erlenmeyer 2 dan 5 dengan konsentrasi asam oksalat sama, namun
konsentrasi KMnO4 lebih besar pada erlenmeyer 5, reaksi lebih cepat terjadi pada
erlenmeyer 5. Kalium permanganat merupakan garam yang mengandung kation golongan
alkali yang terdisosiasi dalam air membentuk ion kalium (K+), ion permanganat (MnO4-)
dan mangan oksida (MnO2) serta diikuti terbentuknya molekul oksigen
elemental. Berdasarkan hal tersebut sehingga kalium permanganat berperan sebagai katalis
dan oksidator yang dapat mengoksidasi asam oksalat sehingga mempercepat laju reaksi.
Penambahan kalium permanganat juga berpengaruh pada endapan putih yang
dibentuk pada setiap labu erlenmeyer. Labu erlenmeyer 4 dengan volume asam oksalat 8,5
mL dan kalium permanganat 2 mL menghasilkan endapan paling banyak diantara
erlenmeyer lainnya hal tersebut dikarenakan jumlah oksidator pada kalium permanganat
yang ditambahkan paling banyak sehingga KMnO4 paling banyak mengoksidasi asam
oksalat. Hal tersebut membuat reaksi antara KMnO4 dan asam oksalat sudah lewat jenuh
dan endapan yang diperoleh juga paling banyak. Erlenmeyer 1 dan 2 paling sedikit
menghasilkan endapan karena jumlah KMnO4 paling sedikit dan asam oksalat yang cukup
banyak sehingga reaksi yang terjadi tidak jenuh.
Data berupa waktu reaksi ion permanganat dengan asam okslat yang diperoleh pada
percobaan ini digunakan untuk membuat grafik antara konsentrasi (C) sebagai sumbu y
1
terhadap sebagai sumbu x serta grafik antara C2 (sebagai sumbu y) terhadap 1/t. Grafik
𝑡

ini dibuat untuk asam okslat yang hanya ditambah akuades saja dan konsentrasi campuran
1
asam oksalat yang telah ditambah KMnO4. Grafik antara konsentrasi (C) dengan 𝑡 untuk

asam oksalat yang ditambah akuades saja dapat dilihat berikut ini:

Kurva [asam oksalat] vs 1/t


0.315
y = 84.783x + 0.2199
0.31
R² = 0.9274
konsentrasi (molar)

0.305
0.3
0.295 Asam oksalat (C)

0.29
Linear (Asam oksalat
0.285
(C))
0.28
0.275
0 0.0005 0.001 0.0015
1/t

Gambar 4.1 grafik konsentrasi (C) asam oksalat vs 1/t


Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi (C) dengan
1/t adalah sebanding, dengan kata lain hubungan konsentrasi dengan waktu (t) berbanding
terbalik. Hal ini berarti semakin besar konsentrasi asam oksalat, maka semakin cepat waktu
yang diperlukan asam oksalat untuk bereaksi dengan KMnO4. Nilai R2 pada grafik tersebut
cukup baik, yaitu 0,927 yang berarti bahwa kelinieran grafik tersebut cukup baik. Grafik
berikutnya masih untuk asam oksalat yang hanya ditambah dengan air, namun setiap
konsentrasinya dikuadratkan. Penggambaran 2 grafik dengan sumbu y yang berbeda ini
dilakukan untuk mencari nilai R2 yang paling baik diantara keduanya. Grafik yang nilai R2
nya lebih baik, maka persamaannya digunakan untuk menentukan tingkat (orde) reaksi
tersebut terhadap asam oksalat (H2C2O4) . Grafik C2 terhadap 1/t untuk asam oksalat yang
ditambah dengan air saja dapat dilihat berikut ini:

Kurva [asam oksalat]2 vs 1/t


0.12
y = 50.26x + 0.0426
0.1 R² = 0.9336
konsentrasi (M)

0.08

0.06
C2
0.04
Linear (C2)
0.02

0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012
1/t

Gambar 4.1 grafik konsentrasi (C2) asam oksalat vs 1/t


Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa hubungan kuadrat dari konsentrasi
(C2) dengan 1/t sama dengan pada grafik sebelumnya, yaitu berbanding lurus. Hal ini
berarti bahwa hubungan C2 dengan waktu (t) berbanding terbalik atau dengan kata lain
semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka akan semakin cepat reaksi asam oksalat dan ion
permanganat berlangsung. Nilai R2 untuk grafik diatas lebih baik daripada grafik
sebelumnya yaitu 0,933. Hal ini berarti persamaan yang digunakan untuk menentukan
tingkat (orde) reaksi terhadap asam oksalat adalah y = 50,26x + 0,042. Berdasarkan
persamaan tersebut, diperoleh tingkat (orde) reaksi terhadap H2C2O4 yaitu 1,16 atau
ditaksir nilainya menjadi 1.
Grafik yang digambar selanjutnya yaitu grafik untuk campuran asam oksalat dan
kalium permanganat. Grafik ini juga terdapat 2 macam, yaitu antara konsentrasi (C)
sebagai sumbu y melawan 1/t sebagai sumbu x serta antara kuadrat konsentrasi (C2)
melawan 1/t. Pembuatan 2 macam grafik ini juga bertujuan untuk melihat kelinieran yang
paling baik diantara keduanya dengan cara membandingkan nilai R2 nya. Grafik antara
konsentrasi campuran asam oksalat dan kalium permanganat (C) terhadap 1/t dapat dilihat
berikut ini:
Kurva [Asam oksalat + KMNo4] vs 1/t
0.27

0.265 y = -11.856x + 0.2662


konsentrasi (molar) R² = 0.0427
0.26
Asam oksalat + KMNo4
0.255
Linear (Asam oksalat +
0.25 KMNo4)

0.245
0 0.0005 0.001 0.0015
1/t

Gambar 4.3 Grafik konsentrasi campuran (H2C2O4 dan KMnO4) terhadap 1/t

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara konsentrasi


campuran (H2C2O4 dan KMnO4) dengan 1/t sebanding atau dengan kata lain berbanding
terbalik dengan t (waktu reaksi). Hal ini berarti semakin besar konsentrasi campuran, maka
semakin cepat waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi asam oksalat dengan
kalium permanganat. Pada grafik tersebut juga terlihat adanya penyimpangan yaitu pada
campuran di erlenmeyer 1 dan 5. Campuran di erlenmeyer 1 memiliki konsentrasi yang
lebih besar daripada di erlenmeyer 2, namun waktu yang diperlukan lebih lama daripada
campuran di erlenmeyer 2. Hal ini terjadi karena kecepatan reaksi ini juga bergantung pada
konsentrasi KMnO4 yang ditambahkan, KMnO4 yang ditambahkan pada erlenmeyer 2
lebih banyak daripada di erlenmeyer 1. Perbandingan asam oksalat: kalium permanganat
yang ditambahkan di erlenmeyer 1 dan 2 berturut-turut yaitu 4:0.5 dan 5:1. Faktor tersebut
juga yang menyebabkan penyimpangan pada campuran di erlenmeyer 5 dimana
konsentrasi campurannya paling besar diantara campuran di erlenmeyer lainnya, namun
waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi tidak paling cepat dari yang lain. Hal
ini karena penambahan KMnO4 yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan yang lain
dengan perbandingan volume asam oksalat:kalium permanganat yaitu 5:0.5. Grafik
tersebut memiliki kelinierang yang sangat kurang baik karena nilai R2 nya adalah 0,042.
Grafik selanjutnya menggambarkan hubungan antara kuadrat dari konsentrasi
campuran (H2C2O4 dan KMnO4) terhadap 1/t. Grafik ini akan dibandingkan kelinierannya
dengan grafik sebelumnya, sehingga dapat menentukan persamaan grafik yang digunakan
untuk menghitung orde reaksi terhadap KMnO4. Grafik tersebut digambarkan sebagai
berikut:

Kurva [Asam oksalat + KMnO4]2 vs


1/t
0.074
0.072 y = -6.3064x + 0.071
konsentrasi (molar)

R² = 0.0451
0.07
0.068
0.066 C2
0.064 Linear (C2)
0.062
0.06
0 0.0005 0.001 0.0015
1/t

Gambar 4.4 grafik kuadrat dari konsentrasi campuran terhadap 1/t


Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa hubungan antara kuadrat
konsentrasi campuran (C2) dengan 1/t identik dengan grafik sebelumnya, penyimpangan
pada grafik ini juga terjadi pada campuran di erlenmeyer 1 dan 5. Penjelasan tentang faktor
yang menyebabkan hal ini sama dengan penjelasan pada grafik sebelumnya. Kelinieran
grafik ini sedikit lebih baik daripada grafik sebelumnya yaitu 0,045, sehingga persamaan
grafik yang digunakan untuk menentukan tingkat (orde) reaksi terhadap KMnO4 adalah y =
-6,306x + 0,071. Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh tingkat (orde) reaksi terhadap
KMnO4 yaitu 0.957 atau ditaksir nilainya menjadi 1.

Berdasarkan hasil tingkat reaksi yang diperoleh untuk masing-masing pereaksi, yaitu orde
1 terhadap asam oksalat dan orde 1 terhadap kalium permnganat, maka orde total dari
reaksi asam oksalat dan kaliumpermanganat adalah 2. Hal ini berarti reaksi yang terjadi
merupakan bimolekuler atau merupakan reaksi tingkat dua. Berdasarkan hal tersebut, jika
reaksi antara kalium permanganat dengan asam oksalat merupakan reaksi satu tahap maka
persamaan hukum lajunya dapat ditulis sebagai berikut:

v = k [H2C2O4]1 [KMnO4]1

Metode penentuan hukum laju serta oe]]rde reaksi yang digunakan pada percobaan ini
merupakan metode laju awal.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan kali ini yaitu orde reaksi dari asam
oksalat dan kalium permanganat dapat ditentukan secra eksperimen dengan metode laju
awal. Metode ini mengamati kecepatan reaksi antara kalium permanganat dengan asam
oksalat pada berbagai konsentrasi, namun terdapat 1 macam konsentrasi asam okslat yang
dibuat sama. Orde reaksi kemudian ditentukan secara matematis dengan uji coba-coba dari
grafik yang dihasilkan antara konsentrasi (C) dengan 1/t. Hasil perhitungan orde reaksi
asam oksalat yaitu 1,0 dan untuk kalium permanganat yaitu 1,0 sehingga orde reaksi total
asam oksalat dengan kalium permanganat adalah 2.
5.2 Saran
Saran untuk percobaan kali ini praktikan juga sebaiknya berhati-hati melakukan
perhitungan waktu pada reaksi asam oksalat dan kalium permanganat sehingga data yang
dihasilkan dapat lebih akurat. Praktikan sebaiknya teliti dalam mengukur kecepatan reaksi
dengan cara mengatur waktu pada stopwatch dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2016. Orde Reaksi 0 1 2 Nol Satu Dua, Negatif dan Persamaan Laju Reaksi.
[serial online].http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/06/orde-reaksi-0-1-2-
nol-satu-dua-negatif.html. diakses pada 15 November 2016
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Hiskia, A. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Kristianingrum dan Suwardi. 2012. Sintesis dan Karakteristik Biodiesel dari Minyak
Jelantah pada Berbagai Waktu dan Suhu. Paper disampaikan dalam Seminar
Nasional MIPA di FMIPA UNY
Petrucci, R. H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sciencelab. 2016. Oxalic Acid MSDS [serial online]. www.sciencelab.com (diakses tanggal
15 November 2016).
Sciencelab. 2016. Potassium Permanganate MSDS [serial online]. www.sciencelab.com
(diakses tanggal 15 November 2016).
Sciencelab. 2016. Water MSDS [serial online]. www.sciencelab.com (diakses diakses
tanggal 15 November 2016).
Sukardjo. 1989. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Syukri. 1999. Kimia Dasr II. Bandung : Institut Teknologi Bandung
LAMPIRAN GAMBAR
LEMBAR PENGAMATAN
LAMPIRAN PERHITUNGAN

a. Molaritas H2C2O4 dan KMnO4


H2C2O4 0,7 N
𝑁 0,7 𝑁
M = 𝐵𝐸 = = 0,35 𝑀
2

KMnO4 0,1 N
𝑁 0,1 𝑁
M = 𝐵𝐸 = = 0,10 𝑀
1

b. Molaritas Asam Oksalat + Air


Catatan:
M1= konsentrasi asam oksalat
V1 = volume asam oksalat
M2 = konsentrasi asam oksalat + air
V2 = volume asam oksalat + air
Erlenmeyer 1 volume oksalat 4 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,35 M x 4 mL = M2 x 5 mL
M2 = 0,28 M
Erlenmeyer 2 volume oksalat 5 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,35 M x 5 mL = M2 x 6 mL
M2 = 0,29 M
Erlenmeyer 3 volume oksalat 7 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,35 M x 7 mL = M2 x 8 mL
M2 = 0,30 M
Erlenmeyer 4 volume oksalat 8,5 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,35 M x 8,5 mL = M2 x 9,5 mL
M2 = 0,31M
Erlenmeyer 5 volume oksalat 5 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,35 M x 5 mL = M2 x 6 mL
M2 = 0,29 M
c. Konsentrasi Campuran
Catatan:
M1= konsentrasi campuran
V1 = volume KMnO4 + H2C2O4 + H2O
M2 = konsentrasi KMnO4
V2 = volume KMnO4
Erlenmeyer 1 volume KMnO4 0,5 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,28 M x 5 mL = M2 x 5,5 mL
M2 = 0,254 M
Erlenmeyer 2 volume KMnO4 1 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,29 M x 6 mL = M2 x 7 mL
M2 = 0,248 M
Erlenmeyer 3 volume KMnO4 1,5 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,30 M x 8 mL = M2 x 9,5 mL
M2 = 0,253 M
Erlenmeyer 4 volume KMnO4 2 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,31 M x 9,5 mL = M2 x 11,5 mL
M2 = 0,256 M
Erlenmeyer 5 volume KMnO4 0,5 mL
M1 x V1 = M2 x V2
0,29 M x 6 mL = M2 x 6,5 mL
M2 = 0,268 M
d. Grafik
Grafik C versus 1/t menggunakan konsentrasi (M) asam oksalat + air
1/t C
0,000753 0,28

0,000842 0,29

0,000921 0,3

0,001074 0,31

0,000778 0,29

Kurva [asam oksalat] vs 1/t


0.315
y = 84.783x + 0.2199
0.31
R² = 0.9274
konsentrasi (molar)

0.305
0.3
0.295 Asam oksalat (C)

0.29
Linear (Asam oksalat
0.285
(C))
0.28
0.275
0 0.0005 0.001 0.0015
1/t

Grafik 1/t versus C2 menggunakan konsentrasi (M) asam oksalat + air


1/t C2
0,000753 0,0784

0,000842 0,0841

0,000921 0,09

0,001074 0,0961

0,000778 0,0841
Kurva [asam oksalat]2 vs 1/t
0.12
y = 50.26x + 0.0426
0.1 R² = 0.9336
konsentrasi (M)

0.08

0.06
C2
0.04
Linear (C2)
0.02

0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012
1/t

Grafik C versus 1/t menggunakan konsentrasi (M) KMnO4 + asam oksalat + air
1/t C
0,000753 0,254

0,000842 0,248

0,000921 0,253

0,001074 0,256

0,000778 0,268

Kurva [Asam oksalat + KMNo4] vs 1/t


0.27

0.265 y = -11.856x + 0.2662


konsentrasi (molar)

R² = 0.0427
0.26
Asam oksalat + KMNo4
0.255
Linear (Asam oksalat +
0.25 KMNo4)

0.245
0 0.0005 0.001 0.0015
1/t

Grafik 1/t versus C2 menggunakan konsentrasi (M) KMnO4 + asam oksalat + air
1/t C2
0,000753 0,064516

0,000842 0,061504

0,000921 0,064009

0,001074 0,065536

0,000778 0,071824

Kurva [Asam oksalat + KMnO4]2 vs


1/t
0.074
0.072 y = -6.3064x + 0.071
konsentrasi (molar)

R² = 0.0451
0.07
0.068
0.066 C2
0.064 Linear (C2)
0.062
0.06
0 0.0005 0.001 0.0015
1/t

 Penentuan Orde atau Tingkat Reaksi H2C2O4


y = 50,26x + 0,042
R² = 0,933

R = [H2C2O4]m [MnO4-]n
y = 50,26x + 0,042
y = [H2C2O4]m+ c
0,0784 = 50,26[0,000753]m + 0,042
0,0364= 50,26 [0,000753]m
0,000724 = [0,000753]m
Log 0,999 = m log 0,000753
m = 1.005, Orde konsentrasi asam oksalat adalah 1
 Penentuan Orde atau Tingkat Reaksi KMnO4
y = -6,306x + 0,071
R² = 0,045

R = [H2C2O4]m [MnO4-]n
y = -6,306x + 0,071
y = [MnO4-]n+ c
0,064516 = -6,306[0,000753]n + 0,071
-0,006484 = -6,306 [0,000753]n
0,001028= [0,000753]n
Log 0,001028= n log[0,000753]
n = 0,957 . Orde konsentrasi MnO4- adalah 1

You might also like