Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama : Rukmiyati
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Berat badan : 80 kg
Tinggi : 160 cm
Alamat : Jln. Kyai Singaperbagasa Rt 02RW 02 Purwokerto
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Status pernikahan : Sudah menikah
ANAMNESIS
- Keluhan utama:
Terasa nyeri cenut-cenut dan kaku pada ektremitas superior, tepatnya
pada ruas-ruas sendi jari (interphalanx) tangan kanan dan kiri sejak 5
tahun yang lalu.
- Riwayat penyakit sekarang:
Frekuensi kekambuhan nyeri dan kaku terasa saat bangun pagi selama
<45menit serta saat setelah 1-2jam mengerjakan pekerjaan berat. Hal
tersebut berulang tiap hari jika saat kambuh.
Bila cuaca menjadi dingin, maka kambuh sering terjadi.
Rasa nyeri tidak berpindah-pindah.
Intensitas kambuh rasa nyeri 2-3 hari dalam seminggu.
Saat kambuh rasa nyeri tersebut dirasakan mengganggu aktivitas,
tetapi masih dapat melakukan pekerjaannya.
Pasien sudah pernah check ke dokter dan diresepi obat, tetapi pasien
lupa apa nama obatnya. Obat-obat tersebut diminum pada saat terasa
nyeri dan nyeri pun berangsur-angsur berkurang.
1
Rasa nyeri dirasa berlangsung sangat lama jika tidak meminum obat
tersebut.
- Riwayat penyakit dahulu:
Pasien menderita diabetes mellitus tetapi belum pernah rawat inap.
Trauma (-), hipertensi (-)
- Riwayat penyakit pada keluarga:
Bapak dan anak perempuan dari pasien mengalami sakit sendi yang
sama.
Diabetes mellitus heriditer dari bapak.
- Anamnesis sistem:
Serebrospinal : Demam(-), pusing(-)
Kardiovaskuler : Debar(-), nyeri dada(-), berkeringat(-)
Respirasi : Flu(+), sesak(-)
Gastrointestinal : Gastritis (-), Mual(-), muntah(-), BAB lancar
Urogenital : BAK lancar
Musculoskeletal : Jika kambuh => Nyeri interphalanx (+),
bengkak(+), nyeri tekan(+)
Integumentum : Jika kambuh => kulit memerah(+)
- Kebiasaan dan lingkungan sekitar:
Kurang olahraga waktu muda dan sering bantu suami di sawah
Kurang mengkonsumsi sayuran dan buah
Lingkungan sekitar baik dan bersih, tidak dekat pabrik
PEMERIKSAAN FISIK
- Dilakukan tanggal : 18 September 2009
- Pukul : 20.00 WITA
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compus mentis
- Tanda vital
Tensi : 170/100 mmHg
Nadi : 73/menit
Respirasi : 28/menit
2
Suhu : 37o C
- Status lokalis
3
4
Inspeksi : Kulit tangan agak memerah. Deformitas tidak terlihat.
Palpasi : Nampak deformitas saat diraba. Krepitasi minim.
Gerakan : Fleksi dan ekstensi jari-jari tangan masih dapat
dilakukan meski terbatas.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan
DIAGNOSIS BANDING
Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
DIAGNOSIS KERJA
Osteoarhtritis
USUL TERAPI
1. Terapi farmakologis
Pemberian obat analgesik dan anti inflamasi non-steroid (OAIN)
seperti ibuprofen 500mg 3x/hari untuk mengurangi nyeri saat sakit
dan menghambat proses inflamasi. Pemilihan dan penggunaan obat
tersebut melihat akan efikasi yang baik dan efek samping yang rendah
terhadap pasien tersebut.
Pemberian chondroprotective agent untuk menjaga dan merangsang
perbaikan tulang rawan sendi seperti glukosaminsulfat 500mg 3x/hari.
2. Terapi non-farmakologis
Edukasi tentang penyakit pasien. Menjaga agar tidak bertambah parah
dan agar tetap dapat digunakan beraktifitas.
5
Program penurunan berat badan agar beban pada persendian tidak
terlalu berat yang dimana dapat memperburuk penyakit OA ini.
PROGNOSIS
Progresif lambat. Dubia, tergantung sendi yang terlibat dan tingkat
keparahan.
6
PEMBAHASAN KASUS
Definisi
Epidemiologi
7
Umur, dari semua faktor resiko timbulnya OA, faktor ketuaan adalah faktor
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. OA hampir tak pernah ada pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. (Soeroso dalam Sudoyo, 2006)
Jenis Kelamin, wanita lebih sering terkena OA. Di bawah 45 tahun frekuensi
OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah
menoupause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. (Soeroso dalam
Sudoyo, 2006)
Suku Bangsa dan Genetik, misalnya OA paha lebih jarang di antara orang-
orang kulit hitam dan asia daripada kaukasia. Pada ibu yang menderita OA anak-
anak peremuannya 3 kali lebih sering menderita OA. (Soeroso dalam Sudoyo, 2006)
Kegemukan dan Penyakit metabolik, berat badan yang berlebih nyata berkaitan
untuk timbunya OA. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan OA dan
kegemukan juga disokong oleh adanya ikatan antara OA dengan penyakit jantung
koroner diabetes mellitus dan hipertnsi. (Soeroso dalam Sudoyo, 2006)
Pekerjaan, Cedera sendi dan Olah Raga, aktivitas seperti pada seperti yang
dilakukan oleh operator mesin, pembor, pemintal kapas, penambang batu bara dan
lain-lain dibuktikan menimbulkan OA pada sendi yang sering digunakan untuk
bekerja. Demikian juga cedera sendi dan olah raga yang sering menimbulkan cedera
sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi. (Harrison, 2005)
Kelainan Pertumbuhan dan Faktor Lain, kelainan pertumbuhan misalnya
penyakit perthes dan dislokasi congenital paha telah dikaitkan dengan timbulnya OA
paha pada usia muda. Tingginya kepdatan tulang dikatakan dapat meningkatakan
resiko timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan seni.
(Soeroso dalam Sudoyo, 2006)
Etiologi
Berdasar asal penyebabnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan
OA sekunder. Osteoartritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kasusnya tidak diketahui kausanya dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoarthritis sekunder adalah
OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolic,
8
pertumbuhan, herediter, jejas makro maupun mikro. OA primer labih sering
ditemukan dibanding OA sekunder (Soeroso dalam Sudoyo, 2006).
Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses
ketuaan yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang
berpendapat bahwa oateoartritis ternyata merupakakn penyakit gangguan
homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan
kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui (Woodhead dalam Soeroso, 2006).
Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang merangsang
terbantuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago didalam cairan
sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi pada beberapa kasus
osteoartritis, kerusakan kondrosit dan nyeri, selain itu faktor umur, stress mekanis
atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anantomi, obesitas, genetik, humoral,
dan faktor kebudayaan (Soeroso dalam Sudoyo, 2006).
Berdasar data rekam medis hasil anamnesis di atas diperkirakan bahwa jenis
penyakit OA bu Rukmyati adalah OA primer yang disebabkan oleh proses penuaan,
mengingat umur pasien yang sudah berusia 59 tahun. Diabetes mellitus yang pasien
derita tidak begitu berperan terhadap penyakit OA primer ini, hanya saja obesitas
yang nampak dari diabetes mellitus yang memperberat kondisi penyakit OA pasien
karena beban terhadap sendipun bertambah. Hal tersebut juga tak lepas dari adanya
herediter OA dari bapak bu Rukmiyati. Selain itu, terjadi over use sendi yang terlihat
dari kegiatan pasien pasien sering membantu suami di sawah dan melakukan
pekerjaan rumah tangga lainnya sehingga gesekan antar sendi pun semakin sering
terjadi dan menimbulkan nyeri yang amat sangat.
Patogenesis
9
hilangnya kartilago lebih jauh. Dengan area hilangnya kartilago yang cukup besar
dan remodelling tulang yang terjadi, sendi menjadi miring dan terjadi malalignment.
Malalignment adalah faktor resiko kuat bagi deteriorasi struktural sendi (Felson,
2006).
Oleh karena hal-hal yang demikianlah maka pada pasien terdapat erosi sendi,
timbulnya osteofit, dan deformitas. Osteofit terbentuk selain karena proses
fibrinogenik yang meningkat juga karena adanya tekanan terhadap sendi tersebut
sehingga bentukan rawan sendi tidak terjadi di tempat yang semestinya (tonjolan).
Manifestasi Klinis
10
disebabkan oleh rheumatoid arthritis yang terjadi lebih lama. Gambaran lainnya
adalah keterbatasan dalam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri
tekan lokal, pembesaran tulang di sekitar sendi, dan krepitasi (Price, 2006).
Beberapa mekanisme terjadinya nyeri pada osteoartritis (kasper, et. al. 2004).
sumber Mekanisme
Sinovium Peradangan
Tulang subkondral Hipertensi medularis, mikrofraktur
Osteofit Peregangan ujung saraf periosteum
Ligamentum Peregangan
11
melakukan kerja berat dan berlangsung lama. Hal tersebut diperkuat lagi dengan
hasil rontgen dimana terlihat ada osteofit dan erosi pada sendi antar jari tersebut.
Penatalaksanaan
Terapi dalam penata laksanaan penyakit OA ini ada dua yaitu terapi
farmakologis dan non-farmakologi.
12
Anti Osteoarhtritis Drugs (SAADOs) atau Disease Modifying Anti
Osteoarthritis Drugs (DMAODs), sampai saat ini yang termasuk dalam
kelompok obat ini adalah:
Asam hialuronat, manfaat obat ini adalah dapat memperbaiki
viskositas cairan synovial, dan diberikan dengan jalan intra artikuler.
Pada hewan percobaan, asam hialuronat dapat mengurangi inflamasi
pada sinovium, menghambat angiogenesis dan khemotaksis sel-sel
inflamasi.
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan
dalam proses degradasi tulang rawan, antara lain: hialuronidase,
protease, elastase dan cathepsin B1 in vitro dan juga merangsang
sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan
sendi manusia.
Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas
enzim lisozim. Pada pengamatan terhadap vitamin C mempunyai
manfaat dalam terapi osteoarthritis.
2. Terapi non-farmakologis berkisar pada edukasi mengenai penyakit OA dan
bagaimana menjaga agar keadaan tidak semakin buruk dan terapi sendi.
Program penurunan berat badan menuju ke berat ideal sangat membantu
karena dengan mengurangi beban tubuh terhadap persendian maka proses
erosif akibat tekanan jadi terminimalisir (Soeroso dalam Sudoyo, 2006) .
13
Prognosis
Diagnosis banding
5. Nodul reumatoid
14
Meninjau gejala klinis yang timbul pada bu Rukmiyati dan kriteria penyakit
AR, maka diagnosis bu Rukmiyati terhadap AR dapat disingkirkan. Walaupun ada
beberapa yang sama, tetapi itu bukan sebagai kriteria emas dari AR yang timbul pada
bu Rukmiyati serta hal ini diperkuat dengan lebih banyaknya gejala OA yang timbul
daripada gejala AR.
15
DAFTAR PUSTAKA
Felson, David T. Osteoarthritis of the Knee. The new england journal o f medicine.
2006;354:841-8.
Kumar V., Cotran RS., Robbins SL. 2003. Robbins Basic Pathology (7th ed.).
Prasetyo A., U Brahm., Priiono T. 2007 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta
L. Kasper, Eugene Braunwald, Anthony Fauci, Stephen Hauser, Dan Longo, J. Larry
Jameson. 2004. Harrison's Principles of Internal Medicine 16th Edition. Mc
Graw Hill Book Co Inc, New York.
Muchid, Abdul et. al. Pharmaceutical Care Untuk Pasien penyakit Artritis Rematik.
Departemen Kesehatan, Jakarta.
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit (Pathophysiology. Clinical Concecpt of Disease Processes).
EGC, Jakarta.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2006. Ilmu
Penyakit Dalam Edisi 4. Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
16