Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
diaplikasikan pada perubahan digeneratif yang terjadi pada janin yang berada di
setiap tahunnya diperkirakan terjadi 7,6 juta kematian perinatal diseluruh dunia, dari
data pusat statistik kesehatan nasional tahun 2013 menunjukkan diseluruh dunia
harus dilakukan otopsi. dalam referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai proses
1.2 Tujuan
(IUFD).
1
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.2 Mengetahui proses atau perubahan pada bayi dengan Intrauterine Fetal
Death.
1.3 Manfaat
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
diaplikasikan pada perubahan digeneratif yang terjadi pada janin yang berada di
Maserasi (berasal dari bahasa latin yaitu macerare yang berarti melembut oleh
karena direndam) merupakan pelunakan pada jaringan padat yang direndam dan
diaplikasikan pada perubahan digeneratif yang terjadi pada janin yang berada di
rahim setelah kematian. Pencatatan yang cermat tentang luas dan tampilan maserasi
kulit dapat memberikan informasi yang berguna tentang waktu kematian. Autolisis
oleh karena enzim proteolitik endogen berkontribusi pada pelunakan atau pelembutan
dari jaringan dan seharusnya tidak disalahartikan dengan maserasi (Moore, 2007).
Tanda awal dari maserasi dapat dilihat pada kulit yaitu terdapatnya skin
slipping (kulit yang terkelupas), sekitar 6 jam dan pastinya 12 jam setelah terjadinya
intrauterine death (IUD). Epidermis dapat dengan mudah terpisah dari bagian dermis
oleh karena adanya tekanan oblik (Knieling, 2017). Oleh karena lepasnya epidermis,
permukaan kulit akan terlihat berwarna merah, mengkilap dan lembab. Hal ini
terutama terlihat pada bagian-bagian yang terdapat penonjolan tulang. Sekitar 24 jam
3
setelah IUD, kulit akan terisi cairan dalam bentuk bula. Epidermis fetus akan
kehilangan integritasnya dalam 3-4 hari pertama dan edema kulit kepala dapat dilihat
4
Sekitar 48 jam setelah kematian, organ internal fetus dan jaringan ikatnya
dan penghancuran sel darah merah. Cairan berwarna gelap dan merah terakumulasi
pada kavitas serosa. Ini harus dibedakan dari effusi serosa pada antemortem.
permeabilitas pembuluh darah pada janin yang mengalami maserasi (Moore, 2007).
Perubahan warna serupa juga terlihat pada cairan amnion, yang memiliki
bentukan merah gelap seperti “tabacco juice”, atau pada tempat lewatnya mekonium;
gambaran berwarna coklat tebal. Volume dari cairan amnion berkurang mengikuti
dari kematian fetus, dan level dari dari alfa-fetoprotein yang dapat meningkat oleh
5
karena efek dari konsentrasinya dan peningkatan permeabilitas dari kulit fetus
(Moore, 2007).
kurangnya definisi margin permukaan organ padat yang dipotong. Organ abdomen
dapat memperlihatkan perubahan warna hijau oleh karena bocornya pigmen bilirubin
dari kandung empedu. Pada IUD tidak kurang dari 1 minggu, mekonium dapat keluar
kedalam rongga abdomen melalui dinding usus yang hancur. Kadang-kadang, massa
hati yang autolisis dapat menghasilkan pemeriksaan USG yang abnormal yang dapat
Setelah 4 sampai 5 hari, tulang kranial terpisah dari dura dan periosteum.
Overlapping dari tulang tersebut membentuk spalding sign pada pemeriksaan USG.
Maserasi dapat memungkinkan distorsi tengkorak selama persalinan per vaginam dan
6
Ketika fetus masih bertahan di uterus selama 7 sampai 10 hari, akan terjadi
perubahan warna yaitu dari ungu menjadi coklat. Selama retensi dari fetus selama
beberap minggu, akan terjadi perubahan warna kuning menjadi abu. Hilangnya cairan
dari fetus yang progresif akan membentuk “fetus papyraceous”. Dehidrasi dapat
membentuk apa yang disebut lithopedion (ldalam bahasa Yunani, litho berarti batu
dan paidon berarti anak kecil), kalsifikasi dari fetus pada rongga abdomen (Moore,
2007).
7
2.3 TEMUAN OTOPSI
Pemeriksaan Luar
kematian. Menurut Barness (2005), pada awal kematian, yaitu perkiraan saat
kematian 4-6 jam akan ditemukan kulit kemerahan (hiperemia) pada fetus dan
adanya bintik perdarahan (petechial hemorrhages) dan keadaan dari kulit licin
jam setelah kematian. Deskuamasi terjadi pada wajah, perut dan punggung terjadi
pada lebih dari 12 jam. Deskuamasi pada lebih dari 5% permukaan tubuh terjadi
lebih dari 18 jam. Bentukan bulla terjadi setelah 24 jam. Perubahan warna menjadi
kecoklatan juga terjadi setelah 24 jam. Terjadi pengelupasan pada kulit secara luas
Kelainan yang dapat ditemukan pada janin yang meninggal dalam rahim
2016).
8
Waktu Kematian Penemuan
>4 jam Belum ditemukan kelainan pada pemeriksaan luar
>6 jam Deskuamasi >1 cm dengan perubahan warna pada talipusat
yang hebat
>36 jam Terjadi kompresi kranial
>48 jam Deskuamasi pada 10% bagian tubuh
> 72 jam Deskuamasi lebih dari 75% bagian tubuh
>96 jam Sutura pada kranial saling tumpang tindih
>1 minggu Mulut terbuka lebar
>2 minggu Terjadi mummifikasi
9
Gambar Maserasi pada IUFD
(Barness, 2005)
Pemeriksaan Dalam
10
Otopsi perinatal menjadi baku emas untuk menginvestigasi adanya IUFD.
Fungsi dari otopsi adalah untuk mengidentifikasi penyebab dari IUFD ketika adanya
adanya perkiraan waktu kematian fetus. Selain itu, dapat juga untuk mengidentifikasi
(Battistini, 2013):
11
Kulit Masih intak Melunak Mengelupas Eksfoliasi Sama H+9
hingga epidermal
stratum meluas
pultaceous bagian
Paru Merah gelap Sama Warna Warna sama Rapuh
keunguan seperti
jaringan yg
lain
Hati Hamper Lebih gelap Menjadi Lebih Lebih
bagian kekuningan,
dalamnya dengan
kehitaman robek
12
Cairan Normal Warna Warna Warna cairan Warna
granulasi
nuclear
Dada Datar
ICS sempit
Diafragma Costae 3-4
Paru
Posisi Menempel pada bagian belakang rongga thorax dibelakang
jantung
Firm
13
Liver-like
Alveoli Tidak terisi udara
Cut section Terdapat eksudasi darah minimal tanpa buih kecuali pada saat
medikolegal
Pemeriksaan Tambahan
1. HistoPA (Krishan, 2011)
Kulit dermis
12 jam - Terbentuk dermis-epidermal vesikel
- Menghilangnya ‘perinuclear halo’ pada sel epidermis
48 jam Rupture demis-epidermal vesikel
96 jam Mulai terjadi penurunan basophil
150 jam Minimal basophil
90 menit Ductus nuclei pada Bellini menjadi ireguler
6-12 jam Sel dari ductus Bellini terpisah dari basal membrane
Ginjal 30 jam Pelepasan sel endotel dari pembuluh darah ginjal
48 jam Persisten basofil pada glomerular
150 jam Basofil menghilang
90 menit Penurunan kohesi pada struktur hati
9-24 jam Kehilangan progesif sel darah merah
12-15 jam Disintegrasi dari epitel ductus biliaris
Hati 15 jam Mulai penurunan basophil
120 jam Basofil menghilang
6 jam - Mulai terjadi pemisahan dari epitel bronkus dan epitel
pembuluh darah
Paru
- Mulai berkurangnya sel darah merah
72 jam Disorganinasi pada struktur organ
150 jam Basofil menetap
14
1. Gambaran Histopatologi
Gambar 2.1. plasenta yg mengalami autolisis disertai adanya sel-sel degenerasi yg
Gambar 2.2. potongan pada paru memperlihatkan debris squamous dan granuler yang
15
Gambar 2.3. pada organ ginjal didapat gambaran multiple kistik dalam berbagai ukuran
dan ada bagian yg hilang pada zona nefrogenik (Ernst, 2013).
Gambar 2.4. pada organ hepar didapatkan gambaran malformasi ductus yang ditandai
dengan gambaran cincin pada ductus biliaris yang terdiri dari sel sel epitel (Ernst, 2013).
16
Gambar 2.5. pada pericardium didapatkan gambaran massa glandular (Ernst, 2013).
17
hidung; Tanduk kulit
aksila bilateral; Ectopia
cordis; Omphalocoele
Teratoma kistik j / E-jinak
-Pulm. busung; atelektasis
berat dengan penyakit
membran hialin di paru-
paru.
-fibrosis jantung dalam
hati; sumbatan, edema dan
spongiosis di otak
18
menunjukkan chorangiosis;
mildchorioamnionitis;
menurunnya kematangan
membran syncytiovascular
Infeksi Gross-unremarkable (UR) Cord menunjukkan
inflamasi mononuklear
M / E-sebagian besar
ringan dengan intervillious
organ parenkim
menunjukkan Menyusup
mononuklear interstisial
berat
infiltrasi inflamasi
19
periventrikular, degenerasi
kistik dan neuronal fokal
degenerasi.
Ketidak kecukupan Terdapat dari IUGR Memvariasikan
plasenta kematangan plasenta,
meningkatkan simpul
syncytial,
penurunan pembuluh
darah, infark, nekrosis,
fibrosis,
kalsifikasi distrofik dan
penebalan membran basal.
Chorioamnionitis Gross & M / E-non- Daerah bruto dari deposit
spesifik, kecuali dan infark fibrinous, M /
peradangan non-spesifik E-funisitis dan Villitis
ringan di paru-paru
20
21
Gambaran Plasenta pada IUFD
c. Faktor Maternal
22
serangkaian pemeriksaan, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik hingga
dari faktor maternal diaharapkan penyebab dapat tertangani dan IUFD tidak
- Obesitas
- Anemia kroniss
- Riwayat epilepsi
- Penyakit autoimun
- Inkompatibilitas RH
- Thrombofilia
- Trauma
23
d. Faktor iatrogenik
terjadi baik karena tindakan medis maupun tindakan non medis yang bersifat
- Syok spinal
- Henti jantung
- Trauma surgikal
- Perforasi intestinal
Ada berbagai faktor dan mekanisme yang dapat mengakibatkan kematian janin di
plasenta previa (plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta
24
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena beberapa faktor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan
janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada
janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang
Maserasi merupakan autolisis yang aseptik pada fetus yang sudah mati dan
tersisa di dalam kantung amnion. Bakteri pembusuk tidak terlibat dalam proses ini.
Perubahan maserasi hanya dapat terlihat ketika fetus sudah mati beberapa hari
sebelum pengiriman. Normalnya, perubahan terjadi dalam satu minggu (Pounder, D.J.
1995).
25
Adapun kriteria terjadinya maserasi intrauterin adalah (Karmakar, 2006) :
Fetus telah mati dan sisanya masih tersimpan dalam uterus dalam waktu lebih
dari 24 jam, bahkan akan lebih baik jika pembentukan maserasi terjadi dalam
3-4 hari atau lebih (jika fetus mati dalam uterus dan dikeluarkan dalam 24
jam, maka sulit untuk mengetahui apakah fetus mati sebelum atau selama
sedikit, kekurangan darah, dan tidak ada sirkulasi udara dalam uterus, maka
26
- Tubuh yang sudah mati akan halus, odematous, faksid, dan mendatar. Jika
diletakkan pada permukaan yang datar, fetus yang sudah mati akan terlihat lurus
- Tubuh berbau asam yang khas (racid odour) tapi tidak ada gas yang terbentuk.
fetus yang sudah mati tersebut dianggap sebagai benda asing dan uterus akan
Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada kehamilan yang telah
1) Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas
kembali.
2) Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi
3) Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
27
4) Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin
sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar edema di bawah
Menurut United States National Center for Health Statistic tahun 2013
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
28
3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam) : timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-
mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah dan mulai
mengelupas.
4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan
Maserasi Grade II
(Kriebs Gegor, 2012)
5. Maserasi grade III (durasi >8 hari) : Hepar kuning kecoklatan, efusi
29
Maserasi Grade III
(Sumber : Varney, Kriebs, Gegor, 2012)
30
BAB 3
KESIMPULAN.
bahwa :
2. Maserasi pada janin yang mengalami Intra uterin fetal death diawali
dengan Rigor mortis yang berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian
lemas kembali, setelah itu timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini
di bawah kulit.
Maserasi jika fetus telah mati dan masih tersimpan dalam uterus dalam
waktu lebih dari 24 jam, fetus dikelilingi banyak cairan amnion dan
tidak ada sirkulasi udara sehingga tidak terjadi proses mummifikasi, dan
31
DAFTAR PUSTAKA
Battistini, A., 2013, Intrauterine Fetal Death: A Forensic Pathology Study about The
Barness, Enid Gilbert et al., 2005, Handbook of Pediatric Autopsy Pathology, Human
Press.
United of Kingdom.
Cunningham GF., 2007, Fetal Death, in Williams Obstetrics 22st Edition. McGraw
Hill, USA
Fatima U. et al, 2014, Foetal Autopsy Categories and Causes of Death, Journal of
Finkbeiner CA., 2016, Postmortem Examination of Fetuses and Infants dalam buku
Gajbhiye R., 2015, Intrauterine Fetal Death, Mauli Women’s Hospital, Nagpur
32
Hoediyanto, 2012, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal,. Departemen Ilmu
Airlangga, Surabaya
Karmakar. R. N., 2006. Forensics Medicine and Toxicology. Diakses dari: Academic
Publisher.com
Khaskheli M., et al, 2014, Iatrogenic Risk and Maternal Health: Issues and
Melinte P., et al, 2015, Intreuterine Antepartum Fetal Death. Medical, Social, and
Moore IE., 2007, Macerated Stillbirth, Fetal and Neonatal Pathology, pp. 224-239.
www.elsevier.com/lokai/sayajgo.
Petersson K., 2012, Diagnostic Evaluation of Fetal Death with Special Reference to
33
of Obstetrics and Gynecology, Karolinska Institutet, Huddinge University
Pounder. D. J., 1995, Post Mortem Changes and Time of Death, University of Dunde.
Medika
Winknjosastro H., 2007, Kematian Perinatal Dalam Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga.
Penerbit FK UI : Jakarta.
34