Professional Documents
Culture Documents
KANKER
DISUSUN OLEH :
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
atas kasih sayang dan karunia Nya karena dengan izinnya kita masih diberi
kesempatan dalam menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “
KANKER“. Dan tak lupa penulis haturkan shalawat serta salam atas junjungan
kita Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat, sahabat serta para
pengikutnya sampai akhir zaman.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Epidemiologi …………………………………………………………….
B. Definisi kanker …………………………………………………………
C. Jenis-Jenis Kanker ………………………………………………………
D. Etiologi dan Faktor Resiko ……………………………………………..
E. Gejala dan Tanda Kanker ……………………………………………..
F. Patogenesis ………………………………………………………….
G. Diagnosa dan Manifestasi Klinik ……………………………………
BAB II ISI
A. Epidemiologi
Dari data WHO diketahui, setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
bertambah menjadi 6,25 juta orang. Di negara maju, kanker merupakan
penyebab kematian nomor dua setalah penyaki-penyakit kardiovaskuler.
Sepuluh tahun mendatang, diperkirakan 9 juta orang diseluruh dunia akan
meninggal karena kanker setiap tahunnya (familiy’s Doctor, 2006).
B. Definisi Kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan
cepat, tidak terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke
jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat,
darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang. Dalam
keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel
yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan membelah terus
meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel
baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal,
sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan, 2009).
Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan jaringan yang
tidak terkendali kerena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga
pertumbuhan menjadi tidak normal. Penyakit ini dapat menyerang semua
bagian organ tubuh. Baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi,
lebih sering menyerang orang yang berusia 40 tahun (Uripi, 2002).
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan
pertumbuhan sel - sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan
tidak terkendali), menginfiltrasi/ merembes, dan menekan jaringan tubuh
sehingga mempengaruhi organ tubuh (Akmal, dkk., 2010: 187).
Penyakit kanker menurut Sunaryati merupakan penyakit yang ditandai
pembelahan sel tidak terkendali dan kemampuan sel - sel tersebut menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasi)
(Sunaryati, 2011: 12).
Penyakit kanker adalah suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali (Diananda, 2009: 3). Penyakit kanker adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel - sel jaringan tubuh yang
tidak normal, berkembang cepat dan terus membelah diri, hingga menjadi
penyakit berat (Maharani, 2009:12).
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan
kanker adalah pertumbuhan sel - sel baru secara abnormal yang tumbuh
melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah
tubuh dan menyebar ke organ lain.
Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah suatu istilah
untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan
dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut metastasis.
Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).
Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma
ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak bersifat kanker
(Priceet al., 2006).
C. Jenis-jenis Kanker
1. Kanker Paru-paru dan Bronkial
Penyebab utama terjadinya kanker paru-paru dan bronkial adalah
kebiasaan merokok dan penggunaan produk tembakau. Ada dua jenis
utama kanker paru-paru yaitu kanker paru-Paru non-sel kecil (paling
umum) dan kanker paru-paru sel kecil (menyebar lebih cepat).
2. Kanker prostat
adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar
dalam sistem reproduksi lelaki.
3. Leukemia (kanker darah)
Ada banyak jenis leukemia, tetapi semua mempengaruhi darah terutama
jaringan pembentukan tubuh seperti sumsum tulang dan sistem limfatik.
Leukimia mengakibatkan kelebihan produksi sel darah putih yang
abnormal.
4. Kanker serviks
Kanker serviks terjadi saat sel abnormal tumbuh tak terkontrol dalam
serviks atau leher rahim. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi human
papillomavirus (HPV) yang menyerang leher rahim.
5. Kanker tiroid
Kanker yang terbentuk di kelenjar tiroid (organ di dasar tenggorokan
yang membuat hormon yang membantu mengontrol detak jantung, tekanan
darah, suhu tubuh, dan berat). Empat jenis utama kankertiroid papiler,
folikular, meduler, dan kanker tiroid anaplastik. Keempat jenis tersebut
didasarkan pada bagaimana sel-sel kanker terlihat di bawah mikroskop.
2. Kanker Prostat
a. Epidemiologi dan Etiologi
Kanker prostat merupakan kanker yang paling sering terdapat di
kalangan pria Amerika dan mewakili penyebab utama kedua dari
kematian terkait-kanker pada semua lelaki. Di Amerika Serikat sendiri,
diestimasikan bahwa 234.460 kasus baru karsinoma prostat akan
didiagnosa dan lebih dari27.350 pria akan meninggal dari penyakit
ini dalam tahun 2006. Meskipun timbulnya penyakit kanker prostat
bertambah selama akhir tahun 1980 dan awal tahun 1990 mempunyai
skrining prostate-specific antigen (PSA) yang tersebar luas,
kematiankematian dari kanker prostat telah menurun secara berlanjut
sejak tahun 1995.
Penyakit ini jarang pada yang berusia di bawah 40 tahun, tetapi
timbulnya penyakit meningkat dengan tajam pada tiap dekade
selanjutnya.
b. Faktor Resiko
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang tampaknya
meningkatkan resiko terkena karsinoma prostat, termasuk :
Usia
Jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, namun insidensi
meningkat dengan cepat pada usia di atasnya.
Ras
Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Afrika
Amerika di Amerika dan laki-laki Karibia . Di Amerika Serikat,
ras Afrika memiliki risiko lebih tinggi dari jenis kanker,
dibandingkan orang Asia.
Diet dan gaya hidup
Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah dan
sedikit sayuran, rendah tomat, rendah ikan dan atau rendah
kedelai meningkatkan resiko terkena kanker prostat. Diet
tinggi kalsium juga berhubungan dengan peningkatan resiko
kanker prostat. Hubungan kanker prostat dengan obesitas
masih kontroversial, namun obesitas berhubungan dengan
tingginya grading kanker prostat.
Riwayat keluarga
Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat
meningkatkan risiko penyakit. Seorang laki-laki yang memiliki
ayah atau saudara laki laki yang terdiagnosa kanker pada usia 50
tahun memiliki resiko 2 kali lipat lebih tinggi terkena
karsinoma prostat. Resiko meningkat menjadi tujuh samapi
delapan kali lipat lebih tinggi pada laki laki yang memiliki
dua ata u lebih keluarga yang menderita kanker prostat.
5. Kanker tiroid.
a. Etiologi
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :
1. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon)
dari kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi
hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya
intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat
berubah menjadi kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian
atas terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di
leher dan mediastinum.
3. Faktor genetik (adanya riwayat keturunan dari keluaraga).
b. Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker tiroid masih belum diketahui, tapi terdapat
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini,
antara lain:
Mengalami gangguan tiroid. Orang yang pernah mengalami
penyakit tiroid jinak, seperti peradangan kelenjar tiroid atau
penyakit gondok, memiliki risiko kanker tiroid yang lebih besar
dibanding mereka yang belum pernah mengalaminya.
Riwayat kesehatan keluarga. Kelainan genetik yang
diturunkan menjadi penyebab dari beberapa kasus karsinoma
tiroid menduler. Risiko kanker tiroid meningkat apabila
seseorang memiliki keluarga yang pernah menderita kanker ini.
Tinggi dan berat badan. Risiko kanker tiroid akan meningkat
jika seseorang memiliki berat badan berlebih. Risiko juga akan
meningkat pada orang dewasa dengan tinggi badan di atas rata-
rata.
Pajanan terhadap radiasi. Radiasi dari nuklir atau radiasi dari
pengobatan medis tertentu dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami kanker tiroid, terutama jika radiasi itu
mengenai bagian leher dan kepala.
Gangguan pencernaan. Jika seseorang mengalami gangguan
pencernaan familial adenomatous polyposis (FAP), dia lebih
berisiko mengalami kanker tiroid. FAP merupakan penyakit
turunan yang disebabkan oleh gen yang cacat.
Jenis kelamin. Wanita memiliki risiko kanker tiroid 2-3 kali
lipat dibandingkan pria. Kondisi ini mungkin berkaitan dengan
hormon yang dilepaskan pada saat wanita mengalami
menstruasi atau ketika sedang hamil.
Akromegali. Ini adalah kondisi langka dimana tubuh
menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan. Kondisi ini
menyebabkan orang yang mengalami akromegali lebih berisiko
terkena kanker tiroid.
E. Gejala dan Tanda Kanker
1. Kanker paru-paru
Gejala klinis penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari
penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subjektif dan gejala objektif.
Menurut Van Cleave dan Cooley (2004), sebagian kecil pasien datang
dengan gejala lokal yang berkaitan dengan tumor primer, tetapi
kebanyakan hadir dengan gejala sistemik atau gejala metastasis
nonspesifik.
Tanda atau gejala berikut ini bisa mengindikasikan adanya penyakit
kanker paru-paru, antara lain :
a. Rasa lelah secara berkepanjangan
b. Nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan
c. Batuk kronis
d. Mengi
e. Dahak dengan darah dan nyeri dada (batuk/tarik nafas)
Pasien yang menderita kanker paru-paru stadium lanjut juga bisa
mengalami hal-hal berikut ini: pembengkakan kelenjar di leher,
pembengkakan di leher, wajah, dan tangan; distensi abdomen, nyeri
tulang, sakit kepala, epilepsi parsial atau hemiplegia (kelumpuhan satu
sisi tubuh)
2. Kanker Prostat
Biasanya kanker prostat berkembang secara perlahan dan tidak
menimbulkan gejala sampai kanker telah mencapai stadium lanjut.
Kadang gejalanya menyerupai :
a. Berupa kesulitan dalam berkemih dan sering berkemih. Gejala
tersebut timbul karena kanker menyebabkan penyumbatan
parsial pada aliran air kemih melalui uretra.
b. Kanker prostat bisa menyebabkan air kemih berwarna merah
(karena mengandung darah) atau menyebabkan terjadinya
penahanan air kemih mendadak.
c. Setelah kanker menyebar, biasanya penderita akan mengalami
anemia.
d. Kanker prostat juga bisa menyebar ke otak dan menyebabkan
kejang serta gejala mental atau neurologis lainnya.
4. Kanker serviks
Berikut 5 tanda dan gejala kanker serviks:
a. Tanda bahaya awal kanker rahim yaitu pendarahan vagina yang tidak
normal atau terjadinya berkepanjangan. Pendarahan vagina tidak
normal termasuk keluar darah di antara waktu menstruasi dan
pendarahan setelah kamu mengalami menopause.
b. Rasa nyeri saat berhubungan seksual.
c. Sakit pada area panggul dan perut.
d. Berat badan berkurang secara tiba-tiba.
e. Terasa nyeri saat buang air kecil.
5. Kanker tiroid.
Pada tahapan awal, kanker tiroid jarang menimbulkan gejala, bahkan
cenderung tidak ada sama sekali. Namun, jika sudah memasuki tahap
lanjutan, kanker tiroid seringkali ditandai dengan munculnya benjolan atau
pembengkakan pada bagian depan leher, lebih tepatnya di bawah jakun, dan
biasanya tidak terasa sakit.
Ada beberapa gejala lain yang muncul setelah kanker memasuki stadium
lanjutan, di antaranya:
a. Sakit tenggorokan.
b. Kesulitan dalam menelan.
c. Suara menjadi serak dan tidak membaik setelah beberapa minggu.
d. Rasa sakit pada bagian leher.
e. Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher.
Tidak semua benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid disebabkan oleh
kanker tiroid. Sebagian besar pembengkakan kelenjar tiroid disebabkan oleh
kondisi yang dikenal dengan istilah penyakit gondok. Kondisi ini disebabkan
oleh hipertiroidisme (terlalu banyak hormon T3 dan T4) atau hipotiroidisme
(kekurangan hormon T3 dan T4).
F. Pathogenesis
1. Kanker paru-paru
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan
oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan
korpusvertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang
bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral
dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
2. Kanker Prostat
Keganasan prostate 90% biasanya berupa Adenocarsinoma yang
berasal dari kelenjar prostate yang menjadi hipotrofik pada usia decade
kelima sampai ketujuh. Agaknya proses menjadi ganas sudah mulai pada
jaringan prostate yang masih muda. Karsinoma prostate paling sering
terjadi pada zona perifer (75%).
Dengan berkembangnya tumor dapat terjadi perluasan langsung ke
urethra, leher kandung kemih, dan vesikula seminalis. Karsinoma prostate
dapat juga menyebar melalui jalur limfatik dan hematogen.
4. Kanker serviks
Patogenesis penyakit ini erat kaitannya dengan pajanan karsinofen
pada jaringan yang rentan, yaitu zona transformasi. Sambungan
skuamokolumnar dipengaruhi oleh perubahan hormonal dan anatomis saat
pubertas., kehamilan dan menopause. Sebelum pubertas, sambungan
tersebut terletak pada ostium sevikalis eksterna. Saat pubertas, perubahan
bentuk dan volume serviks yang diinduksi estrogen membawa sambungan
skuamokolumnar ke bagian luar ektoserviks. Pajanan lingkungan vagina
yang asam pada epitel yang mensekresi musin sederhana menginduksi
denaturasi kimia pada ujung vili epitel kolumnar. Proses perbaikan yang
terjadi setelahnya menghasilkan sel skuamosa yang matur.
Tanda pertama proses perbaikan adalah terdapatnya sel cadangan
yang diaktivasi di bawah epitel kolumnar. Sel cadangan secara bertahap
menjadi berlapis di bawah sel kolumnar dan menggantikan sel tersebut,
membentuk zona transformasi. Setelah menopause, sambungan
skuamokolumnar kembali naik ke posisi di dalam kanal endoserviks.
Agen kausatif kanker serviks yang dapat disebarkan secara seksual
adalah HPV. HPV dapat dideteksi degan metode molekular hampir pada
semua lesi prekanker dan neoplasma invasif. Dari seratus lebih tipe HPV,
yang paling beresiko tinggi menyebabkan karsinoma serviks adalah HPV
tipe 16, 18, 45 dan 31. Tipe lain yang lebih jarang adalah HPV tipe 33,
35, 39, 45, 52, 56, 58, dan 59. Sementara itu, lesi ringan seperti
kondiloma berkaitan dengan infeksi HPV resiko rendah seperti tipe 6, 11,
42, dan 44.
Pada lesi ringan, DNA virus tidak berintegrasi dengan genome host
dan tetap dalam bentuk episom bebas. Sementara itu, HPV tipe 16 dan 18
biasanya akan berintegrasi ke dalam genom host dan mengekspresikan
protein E6 dan E7 dalam jumlah besar sehingga gen p53 dan RB yang
berfungsi sebagai supressor tumor akan terinaktivasi atau terhambat.
Akibatnya terjadi perubahan fenotip sel yang bertransformasi,
memungkinkan pertumbuhan otonom dan bisa terjadi mutasi lebih jauh
lagi.
Walaupun banyak wanita yang memiliki virus tersebut, hanya sedikit
yang berkembang menjadi kanker. Hal tersebut berarti terdapat faktor lain
yang mempengaruhi perkembangan kanker. Faktor resiko yang
2
terdefinisikan dengan baik adalah merokok dan imunodefisiensi.
Terdapat prevalensi tinggi DNA HPV pada kulit normal dari orang
dewasa sehat. Kutil dapat menghilang secara spontan seiring waktu.
Namun, pada penderita imunodefisiensi seperti HIV, dapat berkembang
ke arah yang lebih berat.
Untuk memonitor penyakitnya, follow up serta biopsi berulang perlu
dilakukan. Dalam mencegah kanker, deteksi prekusor dengan
pemeriksaan sitologis dan eradikasi dengan laser vaporization maupun
cone biopsy dapat dilakukan sebagai metode yang paling efektif.
5. Kanker tiroid
Terdapat beberapa faktor genetik dan lingkungan, yang berdampak
pada patogenesis kanker tiroid. Faktor genetik penting pada kedua bentuk
familial dan nonfamilial (“sporadik”) dari kanker tiroid. Sedangkan faktor
lingkungan penyebab resiko utama yang menjadi predisposisi kanker
tiroid adalah paparan radiasi ionik.
2. Kanker Prostat
o Diagnosa
Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala.
Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti:
nyeri tulang, fraktur patologis ataupun penekanan sumsum tulang.
Untuk itu dianjurkan pemeriksaan PSA usia 50 tahun, sedangkan
yang mempunyai riwayat keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan
PSA lebih awal yaitu 40 tahun.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau
spesimen operasi berupa adenokarsinoma. Selain itu pemeriksaan
histopatologis akan menentukan derajat dan penyebaran tumor.
o Manifestasi Klinik
Karsinoma prostat stadium dini dan lanjut mungkin
asimptomatik pada saat diagnosis, dan lebih dari 80 persen pasien
menderita penyakit stadium C dan D pada saat diagnosis. Pada
orang yang simptomatis, keluhan yang sering ditemui adalah
disuria, kesulitan berkemih, mengedan jika ingin berkemih,
peningkatan frekuensi berkemih, retensi urin total, nyeri punggung
atau pinggang dan hematuria. Setiap laki-laki berusia diatas 40
tahun yang mengeluh disuria, sering berkemih atau kesulitan
berkemih tanpa obstruksi uretra mekanis harus dicurigai menderita
kanker prostat.
4. Kanker serviks
o Diagnosa
1. Pap Smear. Prosedur ini dilakukan dengan membuka
vagina menggunakan alat khusus yang dinamakan
spekulum atau cocor bebek, kemudian mengambil sampel
sel dari leher rahim dengan mengikis jaringan serviks
dengan sikat khusus untuk diteliti di laboratorium. Melalui
pap smear, keberadaan sel-sel abnormal yang dapat
berkembang menjadi kanker dapat dideteksi.
2. Biopsi. dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak
suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
3. Kolposkopi. adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan
leher rahims oleh seorang dokter yang berpengalaman
dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher
rahims, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas
dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam
pemeriksaan 'Pap Smear'.
o Manifestasi Klinik
Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-
gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturan
siklus haid (irregularitas), amenorrhe, hiperamenorrhe, juga
adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual dan pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan
yang khas terjadi pada penyakit yaitu darah yang keluar berbentuk
makoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian
bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut gejala yang mungkin
dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina berwarna
kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva.
Perdarahan pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri
semakin progresif.
Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi
vistulvesika vagina. Sehingga urine dan faeces dapat keluar
melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea,
muntah, demam, dan anemia.
5. Kanker tiroid
o Diagnosa
Untuk mendiagnosis kanker tiroid, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik sebagai tahap awal pemeriksaan. Dokter juga akan
menanyakan tentang riwayat kesehatan keluarga serta gejala-gejala
yang dialami pasien, salah satunya adalah suara serak yang tidak
kunjung menghilang.
Beberapa tes lanjutan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis
kanker tiroid adalah:
a. Tes fungsi tiroid. Ini merupakan jenis tes darah yang
berfungsi untuk memeriksa apakah terdapat gangguan pada
fungsi kelenjar tiroid, dengan mengukur kadar hormon-
hormon tiroid di dalam darah.
b. Sitologi aspirasi jarum halus. Pada tes ini, sebuah jarum
yang sangat kecil dimasukkan ke benjolan pada leher untuk
mengambil sampel jaringan yang kemudian diteliti dengan
mikroskop. Tes ini bisa mendeteksi keberadaan sel abnormal
dan sel kanker.
c. Pemindaian. Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk
memastikan apakah kanker yang muncul sudah menyebar ke
luar dari kelenjar tiroid. Pemindaian bisa dilakukan melalui CT
scan, USG, atau PET (positron emission tomography).
d. Tes penyakit turunan. Dokter mungkin perlu melakukan
pemeriksaan genetik pada pasien untuk mencari adanya
kelainan gen yang bisa meningkatkan risiko kanker tiroid
medular.
o Manifestasi Klinik
Tirotoksikosis merupakan manifestai klinik dari
berlebihnya hormon tiroid di sirkulasi darah, sedangkan
hipertiroidisme merupakan suatu tirotoksikosis akibat
hipermetabolisme. Berdasarkan letak anatomi hipertiroid dibagi
menjadi hipertiroid primer apabila kelainan terjadi di kelenjar
tiroid dan hipertiroid sekunder apabila letak kelainan di luar
kelenjar tiroid. Kelainan ini bisa timbul secara spontan ataupun
akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan (Wartofsky, 2013).
Terdapat dua macam hipertiroidisme yang paling sering
dijumpai yaitu : penyakit Graves dan Goiter nodular toksik.
Penyakit Graves paling sering terjadi pada usia sekitar dekade
ketiga atau keempat walaupun bisa terdapat pada semua umur
dengan angka kejadian lebih sering pada perempuan dari pada
laki-laki.
Pada pasien dengan hipertiroidisme 60 – 80 %
mengalami penyakit graves. Manifestasi yang paling sering
tampak adalah trias Graves seperti : 1) Hipertiroidisme dan
goiter, 2) Optalmopati, 3) Dermopati. Dermatopati tiroid terjadi
pada 2 – 3% pasien dengan penyakit Graves dan menyebabkan
penebalan kulit di sekitar kulit tibia bawah tanpa piting (Luiz,
et.al., 2013).
BAB II
TERAPI
A. Sasaran Terapi
1. Kanker paru-paru
Sasaran terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-
paru pada stadium III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada
dua macam sasaran terapi yang paling umum digunakan, sebagai berikut :
Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal
Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk
membelah. Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk
menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat
diberikan pada pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan
hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau
wanita usia lebih muda (sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi
setiap hari karena berbentuk pil.
Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan
protein untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru.
Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC
stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan
kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa
diberikan melalui intravena infus dan umumnya memiliki efek
samping berupa perdarahan pada paru-paru.
2. Kanker Prostat
Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa
faktor yaitu grading tumor, staging, ko-morbiditas, preferensi penderita,
usia. Mengingat data untuk menentukkan usia harapan hidup saat
diagnosis belum ada di Indonesia, maka digunakan batasan usia
sebagai salah satu parameter untuk menentukan pilihan terapi.
3. Leukemia (kanker darah)
Terapi target: ditujukan pada ‘target tertentu’ yang spesifik pada beberapa
jenis leukemia. Pembunuhan sel kanker oleh karenanya bersifat selektif,
dan menyelamatkan sel yang normal di tubuh pasien.
4. Kanker serviks
Pengobatan dan pencegahan kanker serviks bertujuan unutk membunuh sel
kanker dan pemulihan kembali penderita kanker serviks. Sasaran terapi
yaitu gejala, penyebab dan pertumbuhan sel kanker serviks.
5. Kanker tiroid
Tujuan terapi pada gangguan tiroid antara lain menormalkan hormon
Tiroid dan meredakan gejala.
B. Strategi Terapi
1. Kanker paru-paru
a. Pembedahan
Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan
pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar getah bening disekitarnya.
Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker yang belum
menyebar hingga ke jaringan lain diluar paru-paru.
b. Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi
karena tindakan pembedahan biasanya tidak terpengaruh
besar terhadap survival(kelangsungan hidup). Kemoterapi primer
biasanya juga diberikan paada kasus NSCLC yang sudah
bermetastasis atau menyebar.
c. Radioterapi
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama
kanker paru-paru. Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup
sehat untuk menjalani operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi
dilakukan untuk mengecilkan kankernya (dilakukan sebelum
operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi juga dapat
digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan
kesulitan menelan. Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT)
untuk mengobati kanker paru-paru yang dapat dioperasi. Dan
berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak
terlihat pada pemeriksaan X-ray dada.
2. Kanker Prostat
Androgen Deprivation Therapy(ADT) merupakan baku emas
terapi. Terapi ini dapat berupa kastrasi dengan obat atau pembedahan
(orkhidektomi). Tingkat kastrasi yang diinginkan adalah kadar
testosteron < 20ng/dL.
Bermacam-macam strategi yang digunakan dalam penggunaan
ADT ini, menurut jenis blokadenya dapat komplit (Complete
Androgen Blokade/CAB) LHRH agonis ditambah anti-androgen
ataupun tunggal (hanya LHRH agonis saja). Menurut lama waktu
pemberian terbagi atas: kontinyu dan intermiten.
5. Kanker tiroid
Melaksanakan terapi berdasarkan tipe dan keparahan penyakit, usia
dan jenis kelamin pasien, adanya kondisi nontiroidal dan respon
terhadap terapi sebelumnya (Dipiro, 2015).
A. KESIMPULAN
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan
cepat, tidak terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke
jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat,
darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang.
Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai dengan jenis
kanker, gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara terus menerus,
demam akibat sel kanker mempengaruhi sistem pertahanan tubuh sebagai
respon dari kerja sistem imun tubuh tidak sesuai.
Mekanisme dari aksi pada obatnya akan bervariasi tergantung proses
pertumbuhan sel kanker tertentu yang ditargetkan. Saat mengobati kanker
menggunakan terapi target, baik sendiri maupun bersamaan dengan
pengobatan lain seperti kemoterapi atau terapi radiasi , tujuan utama dari
pengobatan yang bergantung kepada jenis dan stadium kanker yang
ditargetkan, adalah: Untuk menyembuhkan kanker, Untuk mencegah
pertumbuhan sel kanker, Untuk menghancurkan sel kanker yang bisa
menyebar ke bagian tubuh lain, Untuk membantu meringkankan gejala-gejala
yang diakibatkan oleh kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalimartha, S. 2004 .Deteksi Dini Kanker Dan Simplisia Anti kanker: Penebar
Swadaya. Jakarta.
Dinkes Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan Dinas Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009. Semarang : Dinkes Jawa tengah.
Kartikawati, E. 2013. Awas!!! Bahaya Kanker Payudara & Kanker Serviks.
Bandung : Buku Baru
Kemenkes, R.I. 2007. Hasil Riset kesehatan Dasar tahun 2007.
www.Infodokterku.com/component/content/article/25-data/datakesehatan/
145-data-riskesdas-perempuan-merupakan-kelompok-yangpaling
banyak-terserang-kanker.
Lemeshow,s,et al. 1997.Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan (Terjemahan).
Yogyakarta: Gajah Mada universitas Press.
Maharani, S. 2012 kanker : Mengenal 13 Jenis Kanker dan Pengobatannya
Jakarta: kata hati
Maysaroh, H. Kupas Tuntas Kanker Pada Perempuan & Penyembuhannya.
Klaten : Trimedia pustaka.
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta :
Pustaka Obor Populer.
Noor, N. N.2008. Epidemiologi.Jakarta: Rineka Cipta.
Novitasary M.D dkk. 2012 Hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada
Wanita Usia Subur peserta Jamkesmas di Puskesmas Wawonasa kecamatan
Singkil Manado. Skripsi. Universitas Samratulangi
Pratiknya, A. W. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Pratiwi, M. R. 2009. Pengaruh Pemakaian Alat Kontrasepsi Kombinasi
Progesteron Estrogen Terhadap Kejadian Kanker Leher Rahim di RSUD
DR. Moewardi Surakarta. Surakarta.
Rakhmawati A dan Fillah F.D. 2013 Hubungan Obesitas dengan kejadian
Gangguan siklus menstruasi pada wanita dewasa muda. Journal Nutrition
College, Vol.2 No.1 Th, 2013, hal 214-222. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Rasjidi. 2009. Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarata: Sagung
Seto
Romli M. I, dan Wawang S. S. 2011. Hubungan Antara Perempuan Perokok pasif
Dengan Gambaran Hasil Pap Smear di Yayasan Kanker Indonesia, Jawa
Barat, Periode April-Mei 2011. Prosiding SnaPP 2011 Sains, Tekhnologi,
dan Kesehatan. ISSN: 2089-3582.
RSUD Sukoharjo.2013. Rekapitulasi data Pasien Bangsal Bugenvile.
Sukoharjo:RSUD Sukoharjo.
Sabella,R. 2010.Libas Kanker Dengan Terapi Herbal, Buah, Dan Sayuran.
Klaten: Galmas Publisher
Sandina, D. 2011. 9 Penyakit Mematikan Mengenali & Tanda Pengobatannya,
Yogyakarta : Smart Pustaka.
Sastrasudarmo. 2011. Kanker The Sillent Killer.Garda Media.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D.Bandung: ALFABETA.
Supariasa, I Dewa Nyoman, 2011.Penilian Status Gizi. Jakarta : ECG.
Suryapratama, S. A, dan M.Besari Adi Pramono. 2010. Karakteristik penderita
kanker serviks di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010. Jurnal Media
Medika Muda.
Tira, D. S. 2008. Risiko Jumlah Perkawinan, Riwayat Abortus, Dan Pemakaian
Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Kejadian Kanker Serviks Di Rumah
Sakit Pelamonia Makassar Tahun 2006 – 2007. MKM. Vol. 03 No. 01 Juni
2008.
Wahyuni, C. U. 2005. Perbedaan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear dengan PCR
Infeksi HPV 16/18 serta Faktor Determinan Pada Ibu Rumah Tangga di
Surabaya (6-12). Info Kesehatan Masyarakat. ISSN 1410-6434 Volume X,
Nomor 1 Juni 2006, Hal 1-100 terakreditasi No.26/dikti.kep.2005.
Wijaya, D. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta :
Sinar Kejora.
World Health Organizattion .2013.Buletin Of The World Organization
2012;90:478-478 A.doi:10.2471/blt.12.103549.
www.exara.blogspot.com/2012. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013.
Yayasan Peduli Kanker Serviks Indonesia (YPKSI). 2011. www.yayasan Peduli
kanker serviks Indonesia. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013.
Yuniar Isma, S, dan Fitri Rohani. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Kanker Serviks di Puskesmas Karanganyar. Jurnal ilmiah
kesehatan keperawatan, Vol.5.No.2 Juni 2009.