You are on page 1of 9

BAB IV

AGITASI MEKANIK DAN PENCAMPURAN CAIRAN

4.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan agitasi mekanik dan percampuran cairan ini adalah
untuk menentukan pola percampuran, kebutuhan daya, waktu percampuran,
menghitung bilangan Reynold, bilangan Power, dan bilangan Froud dari fluida
yang bercampur.

4.2 Tinjauan Pustaka


Agitasi dan mixing sebernarnya tidak sinonim. Agitasi mengacu pada
gerakan yang diinduksi dari bahan secara khusus, biasanya dalam pola peredaran
di dalam wadah. Mixing atau pencampuran adalah distribusi acak, dua atau lebih
bahan yang dimasukkan dalam suatu wadah yang menjadikan campuran yang
homogen (Christie J, 1993).
Tujuan dari proses mixing ini adalah untuk menghasilkan keseragaman statis
ataupun dinamis pada sistem multi fase, memfasilitasi perpindahan massa atau
energi di antara bagian-bagian dari sistem yang tidak seragam, menunjukkan
perubahan fasa pada sistem multi komponen dengan atau tanpa perubahan
komposisi (Fachruddin Ali dkk, 2015). Peralatan agitasi menggunakan tangki
yang biasanya berbentuk silindris dengan sumbu vertikal, bagian atas tangki bisa
terbuka, proposi tangki sangat bervariasi tergantung pada penggunaannya.

Gambar IV.1 Tangki dan peralatan lainnya dalam proses mixing


Impeller berfungsi untuk menggerakkan fluida disekelilingnya biasanya
dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu : axial flow impeller dan radial flow
impeller. Axial flow impeller menghasilkan aliran sepanjang pusat aliran, paralel
terhadap poros impeller. Radial flow impeller meghasilkan aliran sepanjang jari-
jari poros impeller. Terdapat tiga tipe impellers yaitu propellers (baling-baling),
paddles (dayung), turbines (turbin).
- Propellers (baling-baling) merupakan aliran aksial, impeller dengan
kecepatan tinggi untuk cairan yang memiliki viskositas rendah. Baling-
baling kecil dengan kecepatan penuh 1150 r/min atau 1750 r/min, baling-
baling yang lebih besar mampu menghasilkan kecepatan 400 r/min atau
800 r/min. Arah arus yang meninggalkan impeller dilanjutkan dengan
melalui cairan di arah tertentu sampai dibelokkan oleh dasar atau dinding
tangki.
- Paddles (dayung) merupakan agigator yang efektif terdiri dari dayung datar
yang berputar pada poros vertikal, ada dua dayung berbilah dan pada
umumnya empat dayung berbilah. Dayung berputar pada kecepatan lambat
hingga sedang di tengah sebuah tangki.
Turbines (turbin) dapat digunakan pada rentang viskositas yang sangat luas,
didalam turbin cairan yang memiliki viskositas rendah akan menghasilkan
arus yang kuat (Christie J, 1993).

Gambar IV.2 Jenis-jenis impeller

Konsumsi power yang dibutuhkan untuk memutar impeller adalah


pertimbangan penting dalam mendisign peralatan mixing. Power yang diperlukan
tidak dapat diperkirakan secara teori. Hubungan antara power agigator dan
variabel-variabel operasi dinyatakan dalam suatu persamaan tak berdimensi yang
disebut impeller power number Np (Herlianti, 2012). Pergerakan cairan di dalam
tangki berpengaduk dapat digambarkan dengan bilangan tak berdimensi lain, yaitu
bilangan reynolds (NRe). Bilangan Reynolds merupakan rasio antara inersia
dengan kekentalan. Bilangan Fraude merupakan bilangan tak berdimensi ini
menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya gravitasi. Bilangan
Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan, bilangan ini hanya
diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Sistem ini
bentuk permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi sehingga
membentuk pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya
gravitasi dengan gaya inersia. Hubungan antara bilangan Power (Np) dengan
bilangan Reynolds (NRe) biasanya digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara konsumsi energi dengan kecepatan pengadukan. Hubungan ini
digambarkan dalam bentuk kurva tenaga (power curve). Kurva ini diperoleh
dengan cara memplotkan nilai-nilai Np dan NRe berdasarkan data hasil percobaan
yang meragamkan nilai kecepatan pengaduk (N), diameter pengaduk (D), densitas
(𝜌), dan viskositas (η ) cairan pada tiap-tiap pengaduk yang mempunyai kesamaan
geometrik tertentu. Berdasarkan nilai Bilangan Reynolds diperoleh tiga pola
aliran, yaitu :
1) Aliran Laminer (viscous flow), pada NRe < 10 ( aliran didominasi oleh
tingginya kekentalan cairan ).
2) Aliran transisi (transient) pada NRe 10 - 104 )
3) Aliran turbulen (turbulent flow) pada NRe > 104 ( pencampuran
terjadi lebih cepat ).
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan. Laju pencampuran (rate of mixing) adalah
laju dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir.
Operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh , yang berkaitan dengan alat, seperti :
• Ada tidaknya baffle atau cruciform vaffle.
• Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel).
• Ukuran pengaduk (diameter, tinggi).
• Laju putaran pengaduk.
• Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti :
a. Jarak pengaduk terhadap dasar tangki.
b. Pola pemasangan.
c. Jumlah daun pengaduk.
d. Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk .
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran
(proses mixing) diantaranya ialah jenis pengaduk, kecepatan putar pengaduk,
ukuran serta perbandingan ( proporsi ) tangki, sekat dan agitator serta karakteistik
fluida (Fachruddin Ali dkk, 2015). Operasi mixing banyak dijumpai di industri,
seperti di industri kimia, minyak, gas, pulp and paper, dan di industri fermentasi.
Mixing disebut dengan “core process” karena keberhasilan proses keseluruhan
tergantung pada proses mixing yang efektif antara fluida-fluida yang terlibat
(Christie J, 1993).

4.3 Metodologi Percobaan


Percobaan ini dilakukan untuk menghomogenkan suatu campuran dengan
perlakuan mekanik berupa kecepatan putar pada impeller. Isi dari subab ini adalah
uraian bahan-bahan dan alat yang digunakan selama praktikum serta diagram
prosedur kerja.

4.3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel IV.1
Tabel I.1 Daftar alat dan bahan
Alat Bahan
Tachometer Air
Konduktometer Kapur
Satu set alat mixing Asam Sitrat
Voltmeter
Neraca Analitik
Beaker Glass
Piknometer
4.3.2 Prosedur Percobaan

Memasukkan air di dalam tangki sebanyak 10 L

Menghubungkan peralatan tangki pengaduk ke sumber listrik

Mengatur kecepatan pengaduk

Mengamati konduktivitas air di konduktometer

Memasukkan kapur sebanyak 50 gram

Mencatat nilai konduktivitas larutan air dan kapur selama


proses pencampuran hingga nilai konduktivitas konstan

Mengukur besar arus listrik pada kabel merah, kuning, biru,


hitam

Menambahkan asam sitrat sebanyak 40,5 gram

Mencatat nilai konduktivitas campuran air, kapur, dan asam


sitrat selama proses pencampuran hingga nilai konduktivitas
konstan

Mengurangi kecepatan putar lalu matikan alat

Mencari densitas dari hasil pencampuran

Mengulangi langkah dengan kecepatan putar yang berbeda

Gambar IV.3 Diagram alir praktikum agitasi mekanik dan pencampuran cairan
4.4 Hasil dan Pembahasan
Praktikum mixing kali ini dilakukan pencampuran antara kapur, asam sitrat
dengan air. Praktikum ini diberi dua variabel bebas yaitu kecepatan putar impeller
dalam satuan rpm. Nilai kecepatan putar impeller otomatis dapat dibaca dengan
alat yang memanfaatkan sinar infrared alat tersebut adalah tachometer. Kecepatan
impeller berputar yang terbaca pada alat tidak stabil namun kita ambil angka
kecepatan yang terbaca paling konstan.
Percobaan pertama menggunakan kecepatan putar sebesar 343,8 rpm.
Konduktivitas air sebesar 6,03 mS/cmsetelah itu ditambahkan kapur, maka
konduktivitas akan berubah, pada 0 detik konduktivitas campuran air dengan
kapur adalah 6,03 mS/cm. Harga konduktivitas konstan pada nilai 6 mS/cm
dimulai dari detik ke 50. Gambar IV.4 terlihat bahwa konduktivitas terus
meningkat seiring dengan bertambahnya waktu, menunjukkan bahwa campuran
tersebut telah homogen. Menemukan waktu mixing yang dibutuhkan sampai
bahan tercampur sempurna atau ketika konduktivitasnya konstan dibuat terlebih
dahulu grafik antara waktu dengan konduktivitas. Harga konduktivitas konstan itu
dimasukkan dalam rumus lalu ditemukanlah waktu mixing yang diperlukan
sampai bahan tercampur sempurna yaitu selama 116,5 sekon.

6.080
6.070
Konduktivitas (mS/cm)

6.060 y = -0.0002x + 6.0233


6.050 R² = 0.3144
6.040
6.030 Konduktivitas
6.020 (mS/cm)
6.010
6.000
5.990
0 50 100 150
Waktu (sekon)

Gambar IV.4 Kurva hubungan konduktivitas dengan waktu


Penambahan asam sitrat pada campuran air dan kapur, konduktivitas air
dengan kapur yang awalnya 6 mS/cm, maka setelah ditambahkan asam sitrat
konduktivasnya akan berubah, pada nol detik pertama campuran tersebut memiliki
konduktivitas sebesar 5,46 mS/cm. Harga konduktivitas konstan pada nilai 7,02
mS/cm dimulai dari menit ke 42. Gambar IV.5 terlihat bahwa konduktivitas terus
meningkat seiring dengan bertambahnya waktu, menunjukkan bahwa campuran
tersebut telah homogen. Harga konduktivitas konstan itu dimasukkan dalam
rumus lalu ditemukanlah waktu mixing yang diperlukan sampai bahan tercampur
sempurna yaitu selama 2757 sekon. Densitas pada campuran tersebut adalah 0,998
g/ml.

8
7 y = 0.0001x + 6.7443
Konduktivitas (mS/cm)

6 R² = 0.1176
5
4
Konduktivitas
3
(mS/cm)
2
1
0
0 1000 2000 3000 4000
Waktu (sekon)

Gambar IV.5 Hubungan konduktivitas dengan waktu


Percobaan kedua menggunakan kecepatan putar sebesar 570 rpm.
Konduktivitas air sebesar 6,03 mS/cm setelah itu ditambahkan kapur, maka
konduktivitas akan berubah, pada 0 detik konduktivitas campuran air dengan
kapur adalah 6,06 mS/cm. Harga konduktivitas konstan pada nilai 6,03 mS/cm
dimulai dari detik ke 45. Gambar IV.6 terlihat bahwa konduktivitas terus
meningkat seiring dengan bertambahnya waktu, menunjukkan bahwa campuran
tersebut telah homogen. Menemukan waktu mixing yang dibutuhkan sampai
bahan tercampur sempurna atau ketika konduktivitasnya konstan dibuat terlebih
dahulu grafik antara waktu dengan konduktivitas. Harga konduktivitas konstan itu
dimasukkan dalam rumus lalu ditemukanlah waktu mixing yang diperlukan
sampai bahan tercampur sempurna yaitu selama 68,5 sekon.
6.065
6.060

Konduktivitas (mS/cm)
6.055
y = -0.0002x + 6.0437
6.050
R² = 0.5175
6.045
6.040 Konduktivitas
6.035 (mS/cm)
6.030
6.025
6.020
0 50 100 150
Waktu (sekon)

Gambar IV.6 Hubungan konduktivitas dengan waktu

8
7
Konduktivitas (mS/cm)

6 y = 1E-04x + 7.0696
R² = 0.0727
5
4
Konduktivitas
3
(mS/cm)
2
1
0
0 1000 2000 3000 4000
Waktu (sekon)

Gambar IV.7 Hubungan konduktivitas dengan waktu


Penambahan asam sitrat pada campuran air dan kapur, konduktivitas air
dengan kapur yang awalnya 6,03 mS/cm, maka setelah ditambahkan asam sitrat
konduktivasnya akan berubah, pada nol detik pertama campuran tersebut memiliki
konduktivitas sebesar 5,02 mS/cm. Harga konduktivitas konstan pada nilai 7,29
mS/cm dimulai dari menit ke 48. Gambar IV.7 terlihat bahwa konduktivitas terus
meningkat seiring dengan bertambahnya waktu, menunjukkan bahwa campuran
tersebut telah homogen. Harga konduktivitas konstan itu dimasukkan dalam
rumus lalu ditemukanlah waktu mixing yang diperlukan sampai bahan tercampur
sempurna yaitu selama 2204 sekon. Densitas pada campuran tersebut adalah 0,998
g/ml.
Seharusnya secara teori semakin cepat kecepatan putar impeller waktu yang
dibutuhkan untuk membuat bahan tersebut tercampur sempurna akan lebih cepat.
Namun yang didapatkan dari hasil percobaan dengan kecepatan putar yang lebih
besar justru waktu mixing nya lebih lama. Penyimpangan ini terjadi disebabkan
kecepatan putar terlalu besar maka akan mudah pula tecipta vortex yang besar
sehingga akan mengganggu pencampuran suatu bahan, dan vortex ini muncul
dimungkinkan disebabkan oleh kecepatan putar yang besar, tidak adanya baffle di
sisi dinding tabung mixer, dan impeller diletakkan tepat di tengah sehingga mudah
tercipta vortex.

4.5 Kesimpulan
1. Mixing adalah proses pencampuran 2 zat yang diharapkan bisa saling
menghomogenkan.
2. Semakin besar kecepatan impeller maka semakin cepat waktu yang
diperlukan untuk mecampur bahan baku menjadi homogen.
3. Kecepatan yang terlalu cepat pada saat proses mixing dapat mengakibatkan
terbentuknya vortex yang menyebabkan dead zone (zona dimana zat yang
akan dicampur tidak dapat homogen dan mengumpul pada satu titik).

4.6 Referensi
Fachruddin Ali, Irfan Syarif Arief ST, MT, dan Ir. Toni Bambang M, PGD, 2015,
‘Analisa Aliran Fluida pada Mixing Crude Oil Storage Tank dengan CFD’,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Geankoplis, Christie J. 1993. Transport Processes and Unit Operations 3 rd


edition. Prentice Hall : New Jersey.

Herliati, 2015, “Aplikasi Mixing di Industri (Reaktor Tanki Berpengaduk)”,


Universitas Jayabaya.

You might also like