Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : An. Wildan
Jumlah Anak :-
1
4. Riwayat Penyakit Dahulu/penyakit keluarga :
Riwayat penyakit yang sama (+) sejak 2 tahun yang lalu
Tidak ada keluarga menderita keluhan yang sama
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36,5°C
Berat Badan: 16 kg
Pemeriksaan Organ :
2
Conjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
Kornea : Normal
3
8. Abdomen :
9. Ekstremitas.
Atas : Edema (-), akral hangat
7 . Usulan pemeriksaan :
Darah rutin
Tonsilektomi
8. Diagnosis :
Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut
9. Diagnosis banding :
Tonsilitis Akut
Faringitis
Tonsilofaringitis
10. Manajemen
a. Promotif :
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan yang cukup
bergizi.
Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika sakit berulang.
4
b. Preventif :
Menghindari makanan berminyak
Menjaga Higiene mulut
Hindari kontak dengan Alergen (iritasi kronis dari alergen)
Menjaga daya tahan tubuh dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
c. Kuratif :
Non Farmakologi :
Farmakologi :
Obat tradisional:
Bahannya :
- 2 gelas air
5
Cara membuatnya :
Setelah dicuci bersih, lalu rebus hingga air tersisa 1 1/2 gelas. Setelah
dingin, saring dan gunakan untuk berkumur dan langsung diminum. Cukup
sekali teguk. Lakukan 3-4 kali dalam sehari, ulangi sampai benar-benar
sembuh.
PENULISAN RESEP
6
RESEP ALTERNATIF 1 RESEP ALTERNATIF 2
Puskesmas Perawatan III Pakuan Baru Puskesmas Perawatan III Pakuan Baru
Dr. Yuli nopita SIP. GIA106011 STR.230789 Dr. Yuli nopita SIP. GIA106011 STR.230789
Jl. Jenderal Sudirman Thehok Jambi Jl. Jenderal Sudirman Thehok Jambi
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
d. Rehabilitatif
Istirahat yang cukup
Makan makanan yang bergizi
Hindari kontak dengan alergen
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung
sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam,
2006).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus
beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat
juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang.
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan
akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap
membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan
infeksi.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat
sering ditemukan, terutama pada anak-anak.
8
Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak
jarang tonsil tampak sehat.Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat
membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila
tonsil ditekan keluar detritus.
2.2 ETIOLOGI
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease bekerja sama dengan Surgeon General
of the Army America dimana dari 169 kasus didapatkan data sebagai berikut :
9
4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
5. Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
6. Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat.
2.4 EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia 3,8% setelah nasofaring akut yaitu tahun 1994-1996
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwento dan sering terjadi pada anak-
anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun.
2.5 PATOFISIOLOGI
Terjadinya proses radang berulang disebabkan oleh rokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan
pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat (Eviaty, 2001).
Proses keradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena
proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga
pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut.
Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte akan melebar (Adam’s, 1997).
Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel
yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat
yang berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus
kapsul sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada
anak-anak, proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula
(Ugras, 2008).
10
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis yang
mungkin tampak, yakni :
2.7 DIAGNOSIS
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50%
diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja.Penderita sering datang
dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu
menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada
demam dan nyeri pada leher.
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut.Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat
diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut.Pada beberapa kasus, kripta
11
membesar, dan suatu bahan seperti keju atau dempul amat banyak terlihat
pada kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang
kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagai “kuburan”
dimana tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis
terlihat pada kripta.
3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan
apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman
dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptokokus hemolitikus,
Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.
12
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut,
gigi dan kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan
hipersalivasi.Pada pemeriksaan tampak membran putih keabuan di tonsil,
uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolaris.Mukosa mulut dan
faring hiperemis.Mulut yang berbau (foetor ex ore) dan kelenjar
submandibula membesar.
c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral.Membran
semu yang menutup ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan,
terdapat pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan regio
inguinal.Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit mononukleosis
dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul
Bunnel).
b. Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer,
sekunder atau tersier.Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial
yang sembuh disertai pembentukan jaringan ikat.Sekuele dari gumma
bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar tonsil.
c. Lepra (Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring
kemudian menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas
dan timbulnya jaringan ikat.
13
d. Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak
nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat
mengakibatkan ulserasi faring yang ireguler, superfisial, dengan dasar
jaringan granulasi yang lunak.
2.9 TATALAKSANA
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengandiberikan eritromisin
atau klidomisin
14
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obatsimptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindarikomplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapantenggorok 3 kali negatif
4) Pemberian antipiretik
a. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harusdipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
b. Teknik pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leherdalam keadaan ekstensi
mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup danlidah didorong keluar dari jalan.
Penyedotan harus dapat diperoleh untukmencegah inflamasi dari darah. Tonsil
diangkat dengan diseksi /quillotine.Metode apapun yang digunakan penting untuk
mengangkat tonsilsecara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi
suatu pakkasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelahpembedahan.
Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani denganmengadakan ligasi pembuluh
darah pada dasar tonsil.
c.Perawatan paska-bedah
15
iii. Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
3)Diet
16
BAB III
ANALISA KASUS
17
Keadaan rumah terawat bersih, terdapat ventilasi udara, wc bersih serta
lingkungan sekitar rumah juga terawat.
Belum ada hubungan antara keadaan rumah pasien dengan penyakit yang
diderita
Penyakit ini mempunyai hubungan kebiasaan pasien yang sering jajan dan
minum es sewaktu berada disekolah yang tanpa pengawasan ibu. Sehingga
karna faktor perilaku pasien ini sendiri yang bisa menimbulkan radang pada
tonsil.
Lingkungan sekitar mempunyai pengaruh yang penting dalam perbaikan
dan motivasi tercapainya terapi pada pasien seperti dalam menghindari
makan makanan yang bisa mengakibatkan radang kembali pada tonsil.,
melakukan terapi dan pengobatan pada pasien.
Terdapat hubungan antara perilaku pasien dengan penyakit yang diderita
pasien.
18
Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Pada pasien ini dari anamnesis yang dilakukan terhadap berbagai faktor
yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit ini didapatkan kesimpulan
bahwa merupakan dari faktor rangsangan kronis karena faktor makanan dan
minuman yang sembarangan sewaktu berada disekolah dan karena higiene
mulut yang buruk serta kelelahan fisik pada pasien.
Analisis untuk mengurangi paparan
Ibu Pasien kita edukasi untuk Menjaga Higiene mulut, Hindari kontak
dengan Alergen (iritasi kronis dari alergen), Menghindari makanan
berminyak, Menghindari minum es dan jajan makanan sembarangan,
Menghindari makan makanan kemasan yang mengandung pengawet.
19