You are on page 1of 19

BAB I

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : An. Wildan

Umur : 6 Tahun 8 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Suko Rejo RT.06 No. 46

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


Status Perkawinan : Belum menikah

Jumlah Anak :-

Jumlah Saudara : Anak kedua dari dua bersaudara

Status Ekonomi Keluarga : Mampu

Kondisi Rumah : Pasien tinggal didaerah yang padat


penduduk, Rumah pasien berukuran 8 X 8 meter, lantai terbuat dari
marmer dengan dinding beton , beratap seng dan rumah memiliki ventilasi.
Memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga , 4 kamar tidur, 1 ruang makan
dan dapur. Mempunyai 1 kamar mandi yang terletak didalam rumah.
Sumber air dari sumur yang cukup bersih, jernih dan tidak berbau. Kamar
mandi menggunakan wc jongkok. Kondisi disekitar rumah tampak
terawat.

Kondisi Lingkungan Keluarga : Baik

3. Aspek Psikologis Keluarga :


tidak ada masalah psikologis dalam keluarga

1
4. Riwayat Penyakit Dahulu/penyakit keluarga :
 Riwayat penyakit yang sama (+) sejak 2 tahun yang lalu
 Tidak ada keluarga menderita keluhan yang sama

5. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu membawa pasien ke poli anak Puskesmas Pakuan Baru dengan
keluhan nyeri pada tenggorokan sejak ± 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan
pasien mengeluh nyeri saat menelan (+), tetapi makanan masih bisa masuk
dikit demi sedikit, nafas bau busuk (+), tidur ngorok (+), selain itu pasien
juga demam (+) demam naik turun, waktunya tidak tentu, mengiggil (-),
mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), nafsu makan kurang. BAK dan
BAB tidak ada keluhan. Ibu pasien hanya memberikan obat penurun panas
kepada pasien, panas hanya turun sebentar kemudian panas kembali.

6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis

Pengukuran Tanda Vital :


Nadi : 90x per menit, reguler, isi cukup

Suhu : 36,5°C

Respirasi : 20x/menit, reguler

Berat Badan: 16 kg

Pemeriksaan Organ :

1. Kepala Bentuk : Normocephal


Simetri : Simetris

2. Mata Exopthalmus/enophatlmus : (-)


Kelopak : Normal

2
Conjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)

Kornea : Normal

Pupil lensa : Bulat, isokor, reflex


cahaya +/+

Lensa : Normal, keruh


Gerakan bola mata : Baik

3. Hidung : Tak ada kelainan, nafas cuping hidung (-)


4. Telinga : Tak ada kelainan
5. Mulut : Bibir : lembab
Bau pernafasan : (+) berbau
Gigi geligi : lengkap
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selapu lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus
(-)
Tonsil : T3 & T2, hiperemis
(+)

6. Leher : KGB : tak ada pembengkakan


7. Thorax :
Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal

Cor : BJ I-II reguler, murmur (-/-). Gallop(-/-)

Pulmo : vesikuler, ronki (-/-), whezing(-/-)

3
8. Abdomen :

 Inspeksi : Bentuk datar, caput medusa (-), venektasi


(-).
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar
tidak teraba, lien dan hepar tidak teraba
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas.
Atas : Edema (-), akral hangat

Bawah : Edema (-), akral hangat

7 . Usulan pemeriksaan :

 Darah rutin

 Tonsilektomi

8. Diagnosis :
Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut

9. Diagnosis banding :
 Tonsilitis Akut
 Faringitis
 Tonsilofaringitis

10. Manajemen

a. Promotif :
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan yang cukup
bergizi.
 Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika sakit berulang.

4
b. Preventif :
 Menghindari makanan berminyak
 Menjaga Higiene mulut
 Hindari kontak dengan Alergen (iritasi kronis dari alergen)
 Menjaga daya tahan tubuh dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
c. Kuratif :
Non Farmakologi :

• Menjaga Higiene mulut


• Hindari kontak dengan Alergen (iritasi kronis dari alergen)
• Menghindari makanan berminyak
• Menghindari minum es
• Menghindari jajan makanan yang di pinggir jalan
• Menghindari makan makanan kemasan yang mengandung
pengawet
• Menjaga daya tahan tubuh dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi

Farmakologi :

 Paracetamol sirup 3 x 2 cth


 Amoxicillin sirup 2 x 2 cth

Obat tradisional:

Bahannya :

- 1 genggam daun Waru segar

- 2 gelas air

5
Cara membuatnya :

Setelah dicuci bersih, lalu rebus hingga air tersisa 1 1/2 gelas. Setelah
dingin, saring dan gunakan untuk berkumur dan langsung diminum. Cukup
sekali teguk. Lakukan 3-4 kali dalam sehari, ulangi sampai benar-benar
sembuh.

PENULISAN RESEP

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Perawatan III Pakuan Baru

Dr. Yuli nopita SIP. GIA106011 STR.230789

Jl. Jenderal Sudirman Thehok Jambi


Tanggal : 26 November 2013

R/ Paracetamol Syrp no XII


S3dd2 cth
R/Amoxicillin syrp no XII
S3dd2 cth

Pro : An. Wildan


Umur : 6,8 tahun
Alamat : Jln. Suko Rejo RT.06 No. 46

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

6
RESEP ALTERNATIF 1 RESEP ALTERNATIF 2

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Perawatan III Pakuan Baru Puskesmas Perawatan III Pakuan Baru

Dr. Yuli nopita SIP. GIA106011 STR.230789 Dr. Yuli nopita SIP. GIA106011 STR.230789

Jl. Jenderal Sudirman Thehok Jambi Jl. Jenderal Sudirman Thehok Jambi

Tanggal : 26 November 2013 Tanggal : 26 November 2013

R/ Betadine bottle no I R/ Betadine bottle no I


S3dd1 cth S3dd1 cth
R/ Paracetamol Syrp no I R/ Paracetamol tab no X
S3dd2 cth S3dd ½ tab
R/ Dexametason tab no X R/Amoxicillin tab no X
S3dd ½ tab S3dd ½ tab

Pro : An. Wildan Pro : An. Wildan


Umur : 6,8 tahun Umur : 6,8 tahun
Alamat : Jln. Suko Rejo RT.06 No. 46 Alamat : Jln. Suko Rejo RT.06 No. 46

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

d. Rehabilitatif
 Istirahat yang cukup
 Makan makanan yang bergizi
 Hindari kontak dengan alergen

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
 Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung
sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam,
2006).

 Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus
beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat
juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).

 Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang.
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan
akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap
membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan
infeksi.

 Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A


streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis
lain atau oleh infeksi virus.

 Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat
sering ditemukan, terutama pada anak-anak.

 Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi.

Jadi Tonsilitis kronis merupakan keradangan kronis yang mengenai seluruh


jaringan tonsil yang umumnya didahului oleh suatu keradangan di bagian tubuh lain,
misalnya sinusitis, rhinitis, infeksi umum seperti morbili, dan sebagainya. Sedangkan
Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis Tonsil setelah serangan akut yang terjadi
berulang-ulang atau infeksi subklinis.

8
Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak
jarang tonsil tampak sehat.Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat
membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila
tonsil ditekan keluar detritus.

2.2 ETIOLOGI
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease bekerja sama dengan Surgeon General
of the Army America dimana dari 169 kasus didapatkan data sebagai berikut :

 25% disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus yang pada masa


penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam
serum penderita.
 25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain yang tidak menunjukkan
kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita.
 Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza.

Adapula yang menyatakan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut :

11. Streptokokus β hemolitikus Grup A


12. Hemofilus influenza
13. Streptokokus pneumonia
14. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
15. Tuberkulosis(pada keadaanimmunocompromise)

2.3 FAKTOR RESIKO


Adapun beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis,
yaitu :

1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)


2. Higiene mulut yang buruk
3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)

9
4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
5. Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
6. Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat.

2.4 EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia 3,8% setelah nasofaring akut yaitu tahun 1994-1996
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwento dan sering terjadi pada anak-
anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun.

2.5 PATOFISIOLOGI
Terjadinya proses radang berulang disebabkan oleh rokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan
pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat (Eviaty, 2001).

Proses keradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena
proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga
pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut.
Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte akan melebar (Adam’s, 1997).

Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel
yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat
yang berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus
kapsul sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada
anak-anak, proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula
(Ugras, 2008).

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis
akut yang berulangulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada
tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal
di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasanberbau.

10
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis yang
mungkin tampak, yakni :

1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke


jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti
terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang
melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan


mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan
medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

2.7 DIAGNOSIS
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :

1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50%
diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja.Penderita sering datang
dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu
menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada
demam dan nyeri pada leher.

2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut.Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat
diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut.Pada beberapa kasus, kripta

11
membesar, dan suatu bahan seperti keju atau dempul amat banyak terlihat
pada kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang
kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagai “kuburan”
dimana tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis
terlihat pada kripta.

3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan
apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman
dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptokokus hemolitikus,
Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.

2.8 DIAGNOSIS BANDING


Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :

1. Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya


membran semu yang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)
a. Tonsilitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak
semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini
tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03
sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas.
Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum, lokal dan gejala
akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu
demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi
lambat dan keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa
tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin
meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat pada
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat
eksotoksin dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada
jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf
kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot
pernafasan dan pada ginjal dapat menimbulkan albuminuria.

12
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut,
gigi dan kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan
hipersalivasi.Pada pemeriksaan tampak membran putih keabuan di tonsil,
uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolaris.Mukosa mulut dan
faring hiperemis.Mulut yang berbau (foetor ex ore) dan kelenjar
submandibula membesar.

c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral.Membran
semu yang menutup ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan,
terdapat pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan regio
inguinal.Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit mononukleosis
dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul
Bunnel).

2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus


a. Faringitis Tuberkulosa
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum
pasien adalah buruk karena anoreksi dan odinofagi.Pasien juga mengeluh
nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga (otalgia) dan pembesaran
kelenjar limfa leher.

b. Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer,
sekunder atau tersier.Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial
yang sembuh disertai pembentukan jaringan ikat.Sekuele dari gumma
bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar tonsil.

c. Lepra (Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring
kemudian menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas
dan timbulnya jaringan ikat.

13
d. Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak
nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat
mengakibatkan ulserasi faring yang ireguler, superfisial, dengan dasar
jaringan granulasi yang lunak.

3. Penyakit-penyakit diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan


dengan nyeri tenggorokan (odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi).
Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan
atau kultur, foto X-ray dan biopsi jaringan.

2.9 TATALAKSANA
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:

a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama


10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalambentuk
suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurunwaktu 2
tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurunwaktu 3
tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan tonsillitis adalah:

a. Penatalaksanaan tonsillitis akut :

1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengandiberikan eritromisin
atau klidomisin

14
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obatsimptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindarikomplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapantenggorok 3 kali negatif
4) Pemberian antipiretik

b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik

1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.


2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atauterapi
konservatif tidak berhasil.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :

a. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harusdipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.

b. Teknik pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leherdalam keadaan ekstensi
mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup danlidah didorong keluar dari jalan.
Penyedotan harus dapat diperoleh untukmencegah inflamasi dari darah. Tonsil
diangkat dengan diseksi /quillotine.Metode apapun yang digunakan penting untuk
mengangkat tonsilsecara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi
suatu pakkasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelahpembedahan.
Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani denganmengadakan ligasi pembuluh
darah pada dasar tonsil.

c.Perawatan paska-bedah

1) Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.


2) Memantau tanda-tanda perdarahan:
i. Menelan berulang
ii. Muntah darah segar

15
iii. Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

3)Diet

a)Memberikan cairan bila muntah telah reda.

1. Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yangbesar (lebih


nyaman dari adanya kepingan kecil)
2. Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkanperdarahan)
b)Menawarkan makanan

1. Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.


2. Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebihdapat dinikmati
pada pagi hari setelah perdarahaan.
3. Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar ataubanyak bumbu
selama 1 minggu
c)Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan

1. Menggunakan ice color (kompres es) bila mau


2. Memberikan analgesik (hindari aspirin)
3. Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
4. Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.
d)Mengajari pasien mengenal hal berikut

1. Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak danmenyisi hidung


segera selama 1-2 minggu
2. Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karenadarah yang
tertelan.
3. Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antarahari ke-4 dan
ke-8 setelah operasi

16
BAB III

ANALISA KASUS

Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :

Pada pasien ini didiagnosa tonsillitis kronik eksaserbasi akut karena


berdasarkan anamnesa didapatkan keluhan berupa nyeri pada tenggorokan sejak ±
2 hari yang lalu.nyeri saat menelan (+), , nafas bau busuk (+), tidur ngorok (+),
selain itu pasien juga demam (+) demam naik turun, waktunya tidak tentu,
mengiggil (-), mual (-), batuk (-), pilek (-), nafsu makan kurang. Dan dengan
adanya riwayat “yang sama sejak 2 tahun yang lalu”. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan tonsil membesar T3 & T2, Hiperemis (+).

Terapi yang diberikan bersifat simptomatik untuk mengurangi gejala,


dengan pemberian analgetik antipiretik dan pemberian antibiotik. Pada pasien
diberikan edukasi untuk Menjaga Higiene mulut, Hindari kontak dengan Alergen
(iritasi kronis dari alergen) Menghindari makanan berminyak dan pedas, menghindari
minum es, menghindari makan makanan kemasan yang mengandung bahan pengawet,
dan Menjaga daya tahan tubuh dan mengkonsumsi makanan yang bergizi.

 Pasien tinggal didaerah yang padat penduduk, Rumah pasien berukuran 8 X 8


meter, lantai terbuat dari marmer dengan dinding beton , beratap seng dan
rumah memiliki ventilasi. Memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga , 4 kamar
tidur, 1 ruang makan dan dapur. Mempunyai 1 kamar mandi yang terletak
didalam rumah. Sumber air dari sumur yang cukup bersih, jernih dan tidak
berbau. Kamar mandi menggunakan wc jongkok. Kondisi disekitar rumah
tampak terawat.
 Penyakit ini tidak memiliki hubungan dengan keadaan rumah

17
 Keadaan rumah terawat bersih, terdapat ventilasi udara, wc bersih serta
lingkungan sekitar rumah juga terawat.
 Belum ada hubungan antara keadaan rumah pasien dengan penyakit yang
diderita

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

 Penyakit ini tidak mempunyai hubungan dengan status ekonomi keluarga.


dimana status ekonomi cukup sehingga pasien dapat diberikan makanan
yang sehat dan bergizi Namun karna kebiasaan pasien yang sering jajan dan
minum es sewaktu berada disekolah yang tanpa pengawasan ibu. Sehingga
karna faktor perilaku pasien ini sendiri yang bisa menimbulkan radang pada
tonsil. Status ekonomi dan latar pendidikan keluarga pasien baik.
 Belum ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang
diderita pasien
Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar

 Penyakit ini mempunyai hubungan kebiasaan pasien yang sering jajan dan
minum es sewaktu berada disekolah yang tanpa pengawasan ibu. Sehingga
karna faktor perilaku pasien ini sendiri yang bisa menimbulkan radang pada
tonsil.
 Lingkungan sekitar mempunyai pengaruh yang penting dalam perbaikan
dan motivasi tercapainya terapi pada pasien seperti dalam menghindari
makan makanan yang bisa mengakibatkan radang kembali pada tonsil.,
melakukan terapi dan pengobatan pada pasien.
 Terdapat hubungan antara perilaku pasien dengan penyakit yang diderita
pasien.

18
Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien

 Pada pasien ini dari anamnesis yang dilakukan terhadap berbagai faktor
yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit ini didapatkan kesimpulan
bahwa merupakan dari faktor rangsangan kronis karena faktor makanan dan
minuman yang sembarangan sewaktu berada disekolah dan karena higiene
mulut yang buruk serta kelelahan fisik pada pasien.
 Analisis untuk mengurangi paparan
Ibu Pasien kita edukasi untuk Menjaga Higiene mulut, Hindari kontak
dengan Alergen (iritasi kronis dari alergen), Menghindari makanan
berminyak, Menghindari minum es dan jajan makanan sembarangan,
Menghindari makan makanan kemasan yang mengandung pengawet.

19

You might also like