Professional Documents
Culture Documents
Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan
kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran dan sisa kulit kelapa yang ada di
dalamnya. Setelah itu, air kelapa dipanaskan untuk mensterilisasi air kelapa dari mikroorganisme,
seperti jamur dan bakteri lalu ditambahkan gula pasir, amonium sulfat, dan asam asetat glasial.
Gula pasir berguna untuk sumber makanan tambahan dan sumber karbon bagi bakteri Acetobacter
xylinum. Amonium sulfat berguna untuk sumber nitrogen bagi pertumbuhan bakteri sedangkan
asam asetat untuk mengatur pH pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, yaitu sekitar pH 5.
Pada pembuatan nata-de-coco ini, fermentasi dilakukan dengan inkubasi selama 4 hari dan
tidak boleh digoyang supaya dihasilkan pembentukan gel nata-de-coco yang baik. Gel yang
terbentuk disebut pellicle. Ketebalan pellicle bergantung pada masa pertumbuhan mikroba.
Semakin lama pendiaman proses fermentasi maka gel yang dihasilkan akan semakin tebal. Faktor-
faktor lain yang mempengaruhi proses pembentukan nata-de-coco, sangat berhubungan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, di antaranya adalah
dipengaruhi oleh sumber nutrisi bakteri (sumber nitrogen dan karbon), temperatur ruangan selama
fermentasi, tingkat keasaman medium (pH), dan oksigen. Selain itu diperlukan juga ketelitian dan
sterilitas alat dalam proses pembuatannya.
Proses terbentuknya pellicle merupakan rangkaian aktivitas bakteri Acetobacter
xylinum, yang merupakan bakteri paling subur penghasil selulosa dengan menggunakan
nutrien dalam medium air kelapa dan gula pasir berupa glukosa. Secara unik, barisan
pori-pori dalam bakteri, mengeluarkan kristal-kristal kecil rantai glukosa yang kemudian
bersatu ke dalam mikrofibril. Sekumpulan mikrofibril tersebut mengakibatkan suatu
susunan, yang membentuk pita (ribbon). Seiring waktu, pita ini menunjukkan sel
Acetobacter xylinum yang menghasilkan suatu rantai selulosa (Gambar 4.1).
CH2OH
O
CH2OH
OH
CH2OH OH O
OH enzim sukrase O
OH O + H2O
OH + OH
HOCH2 CH2OH OH OH
O
OH OH OH
CH2OH
OH
Sukrosa β-D-fruktosa α-D-glukosa
Gambar 4. 2 Reaksi hidrolisis sukrosa
Pada Gambar 4.2, sukrosa dihidrolisis dengan menggunakan enzim sukrase atau enzim
invertase, yaitu suatu jenis protein yang berperan sebagai katalis dalam pengubahan sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa (Poedjiadi, 1994).
Tahap kedua adalah reaksi perubahan intramolekular α-D-glukosa menjadi β-D-glukosa
dengan menggunakan enzim isomerase yang terdapat pada bakteri Acetobacter xylinum.
Proses pengubahan ini disebabkan glukosa yang berperan dalam pembentukan selulosa
adalah glukosa dalam bentuk β (Gambar 4.3).
CH2OH CH2OH
enzim isomerase
OH OH
α-D-glukosa β-D-glukosa
Tahap ketiga adalah reaksi intermolekul glukosa melalui ikatan 1,4 β-glikosida (Gambar
4.4).
CH2OH
O
OH OH
CH2OH CH2OH CH2OH
O O O O
OH OH
OH
OH +
OH OH
OH OH OH
OH OH OH
Tahap keempat yang merupakan tahap terakhir adalah reaksi polimerisasi. Reaksi
polimerisasi ini merupakan reaksi pembentukan selulosa bakteri nata-de-coco, dengan unit
ulangnya adalah selobiosa. Jenis polimerisasinya adalah polimerisasi kondensasi, dengan
mengeliminasi air (Gambar 4.5).
CH2OH
O
OH
CH2OH
O O
CH2OH OH
O CH2OH OH
+ H2O
OH OH O O
CH OH
2 polimerisasi OH
O O OH
OH O
OH
OH OH
OH