Professional Documents
Culture Documents
NIM : 16.005
Kelas : 2A
1. Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis diluar tubuh pada suhu optimum untuk produksi
spermatozoa.
a. Dua kantong skrotal, setiap skrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan oleh
septum internal.
b. Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk
membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai respon terhadap udara dingin atau
eksitasi seksual.
2. Testis adalah organ lunak, berbentuk oval dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5 inci
sampai 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci)
a. Tunika albuginea adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
b. Tunika seminiferous, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam
lobules. Epitelium germinal khusus yang melapisi tubulus seminiferus
mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma; sel-
sel Sertoli yang menopang dan memberi nutrisi sperma yang sedang berkembang;
dan sel-sel intetisial (leydig), yang memiliki fungsi endokrin.
3. Duktus pada saluran reproduksi laki-laki membawa sperma matur dari testis ke bagian
eksterior tubuh.
c. Duktus eferen adalah kelanjutan epididimis. Duktus ini adalah tuba lurus yang
terletak dalam korda spermatik yang juga mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik, saraf SSO, otot kremaster, dan jaringan ikat. Masing-masing
duktuds deferen meninggalkan skrotum, menanjak menuju dinding abdominal
kanal inguinal. Duktus ini mengalir di balik kandung kemih bagian bawah untuk
bergabung dengan duktus ejakulator.
d. Duktus ejakulator pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran (ampula)
di bagian ujung duktus deferen dan duktus dari vesikel seminalis. Setiap duktus
ejakulator panjangnya mencapai sekitar 2 cm dan menembus kelenjar prostat untuk
bergabung dengan uretra yang berasal dari kandung kemih.
e. Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari tiga
bagian.
4. Kelenjar aksesoris
3. Sepasang kelenjar bulbouretral (Cowper) adalah kelenjar kecil yang ukuran dan
bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang
mengandung mucus ke dalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta
ditambahkan pada semen.
4. Penis
Terdiri 3 bagian yaitu akar, badan dan glans penis yang membesar yang banyak
mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar
urine dan semen serta sebagai organ kopulasi.
a. Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali di dekat akar korban. Prepusium
(kulup) adalah lipatan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis
kecuali jika diangkat melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung proksimal glans
penis.
b. Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris; dua korpus
karvenosum dan satu korpus spongiosun ventral di sekitar uretra.
c. Jaringan erektil adalah jaring-jaring ruang darah irregular (venosasinusoid) yang
diperdarahi oleh arterior aferen dan kapilar, di grainase oleh venula dan dikelilingi
jaringan rapat yang disebut tunika albuginea
d. Korpus karvenosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat yang disebut tunika
albuginea
1. Proses Spermatogenesis
b. Sel Sertoli menyebar dari epitelium sampai lumen tubulus. Fungsi-fungsinya antara
lain :
5) Sel Sertoli mensekresi antigen H-Y, yaitu protein permukaan membrane sel
yang penting untuk menginduksi proses diferensiasi testis pada genetik
laki-laki.
d. Proses spermatogenesis
3. Enjakulasi disertai orgasme merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki.
Semen diejeksikan melalui serangkaian semprotan.
a. Implus simpatis dari pusat refleks medulla spinalis menjalar di sepanjang saraf
spinal lumbal (L1 dan L2) menuju organ genital dan menyebabkan kontraksi
peristaltik dalam duktus testis, epididimis, dan duktus deferen. Kontraksi ini
menggerakkan sperma di sepanjang saluan.
b. Implus parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan menyebabkan otot
bulbokavernosum pada dasar penis berkontraksi secara berirama.
c. Kontraksi yang stimulan pada vesikelseminalis, prostat,dan kelenjar bulbouretral
menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampur dengan sperma
untuk
a. Volume ejakulasi berkisar antara 1 ml sampai 10 ml; rata – rata 3 ml. Semen
terdiri dari 90% air dan mengandung 50 sampai 120 juta sperma per ml; volume
sperma mencapai 5% volume semen.
b. Semen diejakulasi dalam bentuk cairan kental berwarna abu – abu kekuningan
dengan pH 6,8 sampai 8,8. Cairan ini segera berkoagulasi setelah ejakulasi dan
mencair dengan spontan dalam 15 sampai 20 menit.
c. Bagian pertama ejakulasi mengandung spermatozoa, cairan epididimal, dan
sekresi kelenjar prostat dan bulbouretral. Bagian terakhir ejakulasi berisi sekresi
dari vesikel seminalis.
d. Semen mengandung berbagai zat yang ada dalam plasma darah juga zat tambahan
seperti prostaglandin, enzim proteolitik, inhibitor enzim, vitamin, dan sejumlah
hormon steroid serta gonadrotropin dalam konsentrasi yang berada dengan yang
ada di plasma darah.
Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan hidup hanya sekitar 24 sampai 72 jam dalam
saluran reproduksi perempuan. Sperma dapat disimpan selama beberapa hari pada
suhu rendah atau dibekukan jika akan disimpan selama lebih dari satu tahun.
1. Hormon testikular. Androgen utama yang diproduksi testis adalah testosteron. Testis
juga mensekresi sedikit androstenedion, yaitu prekursor untuk estrogen pada laki – laki,
dan dihidro-testosteron (DHT) yang penting untuk pertumbuhan pranatal dan
diferensiasi genitalia laki – laki.
a. GnRH dihambat melalui umpan balik negatif dari sejumlah kecil testosteron yang
bersirkulasi sebelum pubertas.
b. Saat pubertas, maturasi otak dan penurunan sensitivitas hipotalamus terhadap
penghambatan testosteron menyebabkan peningkatan sekresi GnRH yang
kemudian meningkatkan sekresi FSH dan LH hipofisis. Ini mengakibatkan
terjadinya spermatogenesis, produksi testosteron, dan pembentukan karakteristik
seks sekunder pada laki – laki.
c. Peningkatan kadar GnRH menyebabkan peningkatan sekresi FSH dan RH oleh
kelenjar hipofisis anterior.
3. Peran Saraf
Ereksi adalah proses yang otonom atau tidak bisa dikontrol karena melibatkan
otot polos pembuluh darah dan jaringan erektil. Pada saat kondisi flaccid, saraf
otonom yang dominan adalah saraf simpatis. Saraf simpatis mempunyai efek
merangsang kontraksi otot polos pembuluh darah dan jaringan erektil. Akibatnya,
karena terjadi vasokonstriksi arteri dan kontraksi otot polos jaringan erektil (corpus
cavernosum dan spongiosa) maka aliran menuju rongga penis akan rendah.
Sebaliknya pada saat kondisi ereksi, stimulasi parasimpatis dominan. Parasimpatis
menyebabkan vasodilatasi arteri dan relaksasi otot polos jaringan erektil sehingga
aliran darah ke penis meningkat.
Kualitas atau Tingkat Kekerasan Ereksi Faktor-faktor di atas yaitu saraf, otot
polos dan pembuluh darah harus dalam keadaan sehat dan optimal agar mekanisme
ereksi berlangsung dengan baik dan mencapai tingkat kekerasan yang memadai.
Tingkat kekerasan ereksi dapat dinilai dengan Erection Hardness Score (EHS). Untuk
penjelasan secara lebih rinci bisa klik disini. Penurunan kualitas ereksi dapat terjadi
karena: Penyakit diabetes (kencing manis), atherosclerosis, cedera saraf panggul dan
sebaginya. Kondisi tubuh secara umum misalnya demam, nyeri dan kelelahan dapat
pula menurunkan kualitas ereksi. Substansi tertentu seperti zat dalam asap rokok,
alkohol dalam jangka panjang mempengaruhi kualitas ereksi. Gangguan hormon
misalnya kadar testosteron yang rendah Obat-obatan tertentu. Meskipun ereksi pada
penis tampaknya terjadi dengan cepat, hal tersebut merupakan proses yang rumit dan
membutuhkan kerja sama banyak sistem di dalam tubuh. Proses itu mulai dan otak,
sistem syaraf, pembuluh darah sampai hormon turut dilibatkan agar ereksi bisa terjadi.
Mekanisme terjadinya ereksi ini disebut Tumescensi.
Pada saat istirahat (tanpa aktivitas seksual), pembuluh-pembuluh darah arteri
di daerah Corpora Cavernosa, serta otot-otot polos di trabekel yakni sekitar sinusoid
akan mengalami kontraksi (penciutan) sehingga darah yang masuk ke penis sangat
sedikit. Rongga-rongga sinusoid di Corpora Cavernosa hanya terisi sedikit darah
sehingga penis dalam keadaan lembek..
Ketika tubuh menerima rangsangan seksual baik melalui penglihatan,
perabaan, penciuman, fantasi (khayalan) dan sebagainya, maka penerima stimulasi
seksual akan segera bereaksi dan mengirim pesan kepada sistem syaraf yang
dilanjutkan ke hipotalamus kemudian turun ke bawah melalui wedulla spinalis atau
sumsum tulang belakang.
Selanjutnya melewati nucleus atau inti-inti syaraf otonom di S2-4 (vertebra
sacralis) diteruskan ke jaringan-jaringan erektil di Corpora Cavernosa. Di dalam
jaringan erectil ini, dihasilkan bermacam-macam neurotransmitter (penghantar impuls
syaraf).
Salah satu yang amat berperan untuk membuat penis ereksi ialah NO (nitrogen
oksida). NO dihasilkan dari oksigen dan L-Arginin di bawah kontrol sintase nitrik
oksida. Sesudah terbentuk, NO dilepaskan dari neuron dan endotel sinusoid di
Corpora Cavernosa. NO menembus sel otot polos yang mengaktifkan enzim yang
disebut guanilyl cyclase.
Guanilyl cyclase selanjutnya mengubah guanosin triphosphat (GTP) menjadi
siklik guanosin Monophosphat (cGMP). Melalui beberapa proses kimiawi, cGMP
membuat otot-otot polos dalam Corpora Cavernosa di dalam trabekel-trabekel dan di
dalam arteriol-arteriol mengalami relaksasi sehingga seluruh pembuluh darah di
Corpora Cavernosa serta sinusoid akan mengalami pelebaran atau pembesaran.
Selanjutnya rongga-rongga (sinusoid) penuh dengan darah sehingga penis
mulai membesar. Rongga-rongga yang terisi itu kemudian menekan pembuluh darah
balik (vena) di dekatnya sehingga darah tidak bisa ke luar dari Corpora Cavernosa dan
darah terperangkap di Corpora Cavernosa dan penis tambah besar sampai keras.
Selama proses itu terjadi, impuls seksual terus timbul di dalam otak dan terjadi
relaksasi otot-otot polos di dinding pembuluh darah dan trabekel-trabekel sehingga
terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah serta pembesaran sinusoid maka penis
akan terus mengeras.Detumescensi (Menurunkan Ereksi)Untuk menjaga supaya
ereksi tidak terjadi terus-menerus, maka cGMP harus dikurangi sehingga tidak terjadi
relaksasi otot-otot polos terus menerus. Di dalam sel otot polos di dalam Corpora
Cavernosa ada mekanisme tersendiri, yakni adanya 5 yang mengubah cGMP menjadi
5 guanosine wonophospbat (SGMP), sehingga jumlah cGMP berkurang.
Bila cGMP tinggal sedikit maka relaksasi otot polos akan hilang kemudian mengkerut
(kontraksi) sehingga penis menjadi kecil atau kembali ke fase istirahat. Kemudian bila
ada stimulasi seks, NO akan dibentuk lagi dan akhirnya cGMP akan meningkat dan
otot polos akan mengalami relaksasi dan penis ereksi lagi.
Selama tidak ada stimulasi seks, penis akan tetap istirahat. NO tidak
diproduksi sehingga cGMP tidak terbentuk dan penis akan tetap lembek. Demikian
mekanisme ereksi, istirahat, ereksi dan istirahat dari penis manusia.
Ereksi adalah syarat utama agar seorang pria dapat menikmati seks. Bagi sebagian
pria, kemampuan ereksi ini merupakan masalah. Bahkan, bagi semua pria, masalah ini
suatu saat akan dialami. Malah dipastikan gangguan ereksi akan menjadi masalah
abadi apabila pria tidak menjaga kesehatan seksualnya. Namun, bagaimana
sebenarnya proses terjadinya ereksi? Barangkali dengan mengetahui cara kerja ereksi
penis, pria dapat terbantu mempertahankan kemampuan seksualnya.
Ereksi hanya dapat terjadi apabila pasokan darah cukup memadai ke penis.
Makin banyak aliran darah masuk penis, akan makin kuat ereksinya. Karena itu,
gagalnya ereksi terjadi karena penis tidak terisi darah secara memadai. Penis sendiri
mempunyai dua ruang yang disebut corpora cavernosa. Kedua ruang ini memanjang
mulai dari pangkal penis hingga ke ujungnya. Ruang ini penuh dengan jaringan
berongga, yang berisi otot-otot halus, jaringan berserat, ruang kosong, vena dan arteri.
Corpora cavernosa dikelilingi oleh selaput, yang disebut tunica albuginae. Dan
saluran kemih terdapat di bagian bawah corpora cavernosa ini. Saluran kemih inilah
yang menjadi tempat keluarnya air kemih dan air mani.Ereksi sendiri akan dipicu
apabila pria menerima rangsangan fisik dan mental. Impuls dari otak dan saraf di
sekitar penis mengakibatkan otot corpora cavernosa mengembang. Darah pun
dimungkinkan mengalirinya dan memenuhi rongga-rongga terbuka tersebut.Darah ini
kemudian menghasilkan tekanan dalam corpora cavernosa. Nah, tekanan inilah yang
menyebabkan penis membesar. Dengan membantu darah tersimpan baik dalam
corpora cavernosa, maka tunica albuginea akan mempertahankan ereksi tersebut.
Ereksi sendiri akan hilang apabila otot-otot penis mengalami kontraksi.
Akibatnya, aliran masuk darah akan terhenti. Saluran-saluran yang memungkinkan
darah keluar pun akan terbuka lebar. Jadi, apabila orang mengalami disfungsi ereksi,
itu terjadi karena pasokan darah ke penisnya tidak memadai. Umumnya ada tiga jenis
tingkat disfungsi ini. Yang pertama ialah ketidakmampuan total untuk mengalami
ereksi. Disfungsi lainnya ialah tidak mampunya pria mengalami ereksi sewaktu-
waktu. Disfungsi lainnya ialah terjadinya ereksi hanya dalam waktu singkat (tidak
sanggup mempertahankannya).
Mengapa penis ereksi pada pagi hari? Pagi hari, seringkali alat kelamin pria
lebih rajin "bangun" dari pada si pemiliknya. Ereksi atau mengerasnya penis yang
terjadi pada pagi hari disebut dengan istilah "morning erection" atau "morning wood".
Sebenarnya secara normal dalam satu malam ketika tidur, penis pria mengalami ereksi
sekitar 3-5 kali dengan lama masing-masing 25-35 menit. Ereksi menyebabkan aliran
darah ke jaringan penis menjadi optimal. Karena itulah ereksi spontan pada saat tidur
sangat berguna. Jaringan penis teraliri banyak darah kaya oksigen secara teratur
sehingga jaringannya dapat terpelihara. Nah ereksi pada pagi hari sebenarnya
merupakan rangkaian akhir dari peristiwa tersebut yang secara medis disebut
"nocturnal penis tumescene (NPT)". Tapi kok bisa terjadi ya? Berikut laporkan hasil
investigasi, mengapa penis ereksi pada pagi hari...
Penyebab Morning Erection Penyebab peristiwa ini sebenarnya belum diketahui
secara pasti, namun terjadi pada siklus tidur fase REM (ketika bermimpi dan terdapat
perubahan aktivitas otak). Siklus ini dalam semalam berlangsung beberapa kali.
Mengapa bisa terjadi pada fase tidur REM saja? Begini penjelasannya:
Sementara kehadiran sperma dalam cairan pra-ejakulasi dianggap langka, sperma dari
ejakulasi sebelumnya (terakhir) masih ada pada uretra dapat ikut terbawa dalam
cairan pra-ejakulasi. Penting untuk dicatat bahwa beberapa kuman penyakit menular
(termasuk HIV) sering dapat hadir dalam pra-ejakulasi.
6. Volume
Kekuatan dan jumlah air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi akan sangat bervariasi
antar pria dan mungkin berisi antara 0,1 dan 10 mililiter (Sebagai perbandingan,
perhatikan bahwa satu sendok teh adalah 5 ml dan sendok makan 15 ml.). Volume air
mani dipengaruhi oleh waktu yang telah berlalu sejak ejakulasi sebelumnya; semakin
lama durasi rangsangan, semakin banyak pula volume air mani. Durasi stimulasi yang
mengarah ke ejakulasi bisa mempengaruhi volume. Secara abnormal volume rendah
dikenal sebagai hypospermia, meskipun hal itu adalah normal untuk jumlah air mani
pria usia tua.
7. Kualitas
Jumlah sperma dalam ejakulasi juga sangat bervariasi, tergantung pada banyak faktor,
termasuk waktu sejak ejakulasi terakhir, usia, tingkat stres, dan testosteron.
oligospermia adalah istilah untuk jumlah sperma yang rendah dengan volume air mani
yang rendah pula, sedangkan tidak adanya sperma dari air mani disebut azoospermia.
F. DEFINISI MENSTRUASI
a. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan endometrium. (Sarwono, 2007)
b. Menstruasi atau haid mengacu pada pengeluaran darah dan sel-sel secara periodik
melalui vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. (Maulana, 2008)
c. Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan
perdarahan akibat pengeluaran hormone estrogen dan progesterone yang turun dan
berhenti sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang segera diikuti
vasodilatasi. (Manuaba, 2009)
d. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah berasal dari endometrium
yang nekrotik. (Kusmiyati, dkk, 2008)
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan perdarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan.
Menstruasi yang terjadi setiap bulan secara terus menerus disebut sebagai siklus
menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga
menopause (sekitar usia 45- 55 tahun). Normalnya menstruasi berlangsung selama 3-7
hari.Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki
siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun
beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi
adanya masalah kesuburan. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama
periode menstruasi sampai hari dimana perdarahan dimulai disebut sebagai hari
pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu satu hari sebelum
perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang
dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan hipotalamus, kelenjar dibawah
otak depan dan indung telur. Pada permulaan daur , lapisan sel rahim mulai
berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang
sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur
didalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur
dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba falopii dan
menuju ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim,
lapisan rahim akan berpisah dari dinding dan mulai luruh serta akan dikeluarkan
melalui vagina. Periode pengeluaran darah dikenal sebagai periode menstruasi yang
berlangsung srkitar 3-7 hari. Bila seorang wanita mengalami kehamilan maka,
menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi
bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang
hamil. kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.
G . SIKLUS MENSTRUASI
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarium(indug telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi menjadi 3
bagian, yaitu siklus folikuler, siklus ovulasi dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus
dibagi menjadi 4 fase, yaitu : fase menstruasi, fase post menstruasi fase intermenstruum
dan fase pramenstruum.
Perubahan didalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri
atas 3 lapisan yaitu, perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rahim
yang terletak dibagian tengah) dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium
adalah lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi. Siklus menstruasi dapat ditinjau
dari uterus maupun ovarium sebagai berikut :
a. Siklus uterus
Siklus uterus berupa pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus-endometrium.
Pada akhir fase mentruasi endometrium mulai tumbuh kembali dan memasuki fase
proliferasi. Pasca ovulasi, pertumbuhan endometrium berhenti sesaat dan kelenjar
endometrium menjadi lebih aktif-fase sekresi.Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase
perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat
terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
1) Fase menstruasi atau deskuamasi,- Pada masa ini endometrium dilepaskan dari
dinding uterus disertai dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal yang
disebut dengan stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Potongan-potongan
endometrium dan lendir akan keluar ketika menstruasi, darah menstruasi tidak
membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan
potongan - potongan mukosa.
2) Fase post menstruasi,- Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium
secara berangsur - angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang
tumbuh dari sel - sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium
± 0,5 mm, stadium ini dimulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung ± selama 4
hari.
3) Fase intermenstruum atau stadium proliferasi
4) Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung
dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi dalam 3
subfase yaitu :
5) Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini dikenal
dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut
kelenjar. Kelenjar ini kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini
merupakan ciri khas fase proliferasi : sel - sel kelenjar mengalami mitosis.
Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat
perubahan - perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma
padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel - selnya berbentuk bintang dan
lonjong dengan tonjolan - tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar
karena sitoplasma relatif sedikit.
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal dari
permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar
membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
Fase pramenstruasi atau stadium sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Pada
fase ini endometrium kira - kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi
panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata.
Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan
sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
a) Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena
kehilangan cairan.
b) Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan
menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang
mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah
kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial.
Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi. Disamping itu dalam siklus menstruasi
hormone sangat berpengaruh diantaranya adalah yang dihasilkan gonadotropin
hipofisis yaitu : Luteinizing Hormon (LH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH. LH merupakan glikoprotein yang dihasilkan
oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi
mematangkan folikel dan sel telur, serta merangsang terjadinya ovulasi. Folikel yang
melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum yang disusun oleh sel-sel
lutein dan disebut korpus luteum.
Folikel Stimulating Hormon (FSH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan FSH. FSH merupakan glikoprotein yang
dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini mempengaruhi
ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. FSH
mengembangkan folikel sprimer yang mengandung oosit primer dan keadaan padat
(solid) tersebut menjadi folikel yang menghasilkan estrogen.
Salah satu penyebab utama premenstrual tension adalah faktor kejiwaan, masalah
dalam keluarga dan masalah sosial. Jika ditinjau dari aspek anatomi penyebab esensial
dari gangguan tersebut adalah adanya defesiensi luteal dan pengurangan produksi
progesterone serta ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi
cairan dan natrium.
Jika ditinjau dari aspek anatomi,yang menjadi salah satu penyebab gangguan
disminorea adanya sekresi hormonsecara berlebihan atau sekresi sejenis zat yang
disebut prostaglandin. Zat inilah yang menyebabkan peningkatan frekuensi kontraksi
otot rahim sehingga menimbulkan nyeri haid. Dikenal adanya disminore primer dan
sekunder. Nyeri haid atau disminorea ada dua macam : Nyeri haid primer, timbul
sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah
stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.
Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan
fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun,
kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Nyeri haid sekunder, biasanya baru
muncul kemudian yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi
rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang
mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
b)Amenore
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak
adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Gangguan amenore disebabkan tidak
normalnya produksi FSH serta LH, dalam hal ini masing-masing bertujuan untuk
merangsang pertumbuhan folikel yang terdapat pada ovarium hingga folikel matang
dan mempercepat terjadinya ovulasi.
Sistem peredaran darah janin berbeda dengan sistem peredaran darah orang dewasa,
karena paru-paru janin belum berkembang sehingga oksigen diambil melalui plasenta.
Sistem peredaran darah janin ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Foramen Ovale
Merupakan lubang sementara di antara serambi kiri dan serambi kanan yang
memungkinkan sebagian darah masuk dari vena cava inferior menyeberang ke
serambi kiri. Alasan pengalihan ini adalah darah tidak perlu lagi melewati paru-paru
karena telah teroksigenisasi.
2. Duktus Arteriosus Bothalli
Merupakan saluran yang terdapat antara arteri pulmonalis dan aorta.
3. Duktus Venosus Arantii
Menghubungkan antara vena umbilikal dengan vena cava inferior. Pada titik ini darah
bercampur dengan darah yang telah diambil oksigennya yang kembali dari tubuh
bagian bawah.
4. Vena Umbilikal
Memanjang dari tali pusar menuju ke bagian bawah hati dan membawa darah yang
mengandung oksigen dan sari makanan. Ia memiliki cabang yang bertemu dengan
vena porta dan masuk ke hati.
Dalam sistem peredaran darah janin tidak hanya melibatkan pembuluh darah saja
tetapi juga melibatkan organ tubuh janin di antaranya sebagai berikut:
1. Plasenta
Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.
2. Umbilikalis
Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta.
3. Hati
Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus arantii.
4. Jantung
Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atrium dekstra ke
atrium sinistra.
5. Paru-paru
Terdapatnya duktus arteriosus bothalli.
Mekanisme Peredaran Darah Janin
Darah janin didapat dari Ibu dan dialirkan dari Ibu ke janin melalui plasenta untuk
kemudian diteruskan ke seluruh tubuh janin melalui vena yang terdapat di umbilikus.
Peredaran darah janin digambarkan langsung sebagai berikut :
Keterangan gambar :
Mula-mula darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi yang berasal dari
plasenta masuk ke janin melalui vena umbilikus yang bercabang dua setelah
memasuki dinding perut yaitu :
a. Cabang yang kecil bersatu dengan vena porta, darahnya beredar dalam hati dan
kemudian diangkut melalui vena hepatika ke vena cava inferior.
b. Cabang satunya lagi duktus venosus arantii yang langsung masuk ke dalam vena
cava inferior.
Darah dari vena cava inferior masuk ke atrium kanan dan sebagian besar darah
dari atrium kanan akan dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian kecil
darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan bersama-sama dengan darah yang
berasal dari vena cava superior.
Darah dari ventrikel kanan ini dipompakan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis, karena adanya tahanan dari paru-paru yang belum mengembang maka
darah yang terdapat pada arteri pulmonalis sebagian akan dialirkan ke aorta melalui
duktus arteriosus bothalli dan sebagian kecil akan menuju paru-paru dan selanjutnya
ke atrium sinistra melaui vena pulmonalis.
Sementara itu darah yang terdapat pada atrium kiri kemudian dialirkan ke
ventrikel kiri dan diteruskan ke seluruh tubuh melaui aorta guna memberikan oksigen
dan nutrisi bagi tubuh bawah. Cabang aorta bagian bawah ini menjadi 2 (dua) arteri
hipograstika interna yang mempunyai cabang arteri umbilikalis.
Darah yang miskin nutrisi dan banyak karbondioksida serta sisa metabolisme
akan dikembalikan ke plasenta melalui arteri umbilikalis ke plasenta melalui arteri
umbilikalis untuk diteruskan ke ibu.
Faktor-Faktor yang Mengubah Peredaran Darah Janin
Setelah kelahiran terjadi perubahan peredaran darah janin, faktor penting yang
mengubah peredaran darah janin menuju peredaran darah dewasa ditentukan oleh :
Klasifikasi menurut Caldwell dan Molloy, bentuk panggul terbagi menjadi 4 yaitu:
a. Panggul gynecoid
b. Panggul android
c. Panggul anthropoid
d. Panggul platypeloid
1. Panggul Gynecoid
Panggul yang paling ideal. Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa
bulat. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
2. Panggul Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pada panggul pria. Panjang
diameter transversa dekat dengan sakrum. Pada wanita ditemukan 15%.
3. Panggul Anthropoid
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter
anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35%
pada wanita.
4. Panggul Platypeloid
Wylie, Linda.2011 Esensial Anatomi & Fisiologi dalam Asuhan Maternitas. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan ,dan KB. Jakarta :
EGC
Pearce, Evelin C. 2009. .Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Gibson, John, MD. 2000. Anatomi dan Fisiologi Modern. Jakarta : EGC
Bagian 0bstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran UNPAD. 1983. Obstetri fisiologi.
Bandung : Elemen