You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gout atau dalam istilah awamnya “asam urat” adalah suatu


kondisi dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat, sehingga kristal
asam urat yang berlebihan akan menumpuk di jaringan tubuh. Gout
ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam tubuh dan
menyebabkan inflamasi (radang) pada persendian (artritis). Gout kronik
(jangka panjang) dapat menyebabkan penumpukan asam urat di dalam
dan sekitar persendian, menurunkan fungsi ginjal dan membentuk batu
ginjal. bersifat heterogen disebabkan oleh pengendapan kristal purin
dalam jaringan, akibat kadar asam urat dalam cairan ekstra-seluler yang
lewat jenuh. Manifestasi klinis dapat berupa Artritis gout akut, deposit
kristal Na-urat dalam jaringan (tofus), Batu asam urat pada traktus
urinarius dan nefropati interstitialis atau nefropati gout. Beberapa faktor
yang mempengaruhi adalah faktor genetik, diet tinggi purin, alkohol,
obesitas, usia. Insiden gout sebesar 1-2% terutama pada pria

Suatu studi dalam manajemen populasi menunjukkan adanya


peningkatan prevalensi gout dari 2,9 sampai 5,2 per 1000 kasus dalam
periode 2008-2013. Pada usia dibawah 65 tahun angka kejadian 4 kali
lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, sedangkan pada usia diatas
65 tahun angka kejadian pada pria 3 kali lebih tinggi, Hal ini terjadi
karena pria tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu
pembuangan asam urat sedangkan pada perempuan memiliki hormon
estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine1. Hasil
Riskesdas 2012 menungkapkan bahwa prevalensi penyakit
hiperurisemia di Indonesia adalah 11,9% dan di Jawa Timur
adalah 26,4%2. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, menunjukkan
bahwa penyakit hiperurisemia menduduki peringkat ke 6 dari 10 besar
penyakit tidak menular, jumlah penderita penyakit hiperurisemia dengan
prevelensi 13,2%. Data jumlah pasien hiperurisemia di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung sari Pacitan pada tahun 2013 sebesar 155 pasien,

1
tahun 2014 sebanyak 309, tahun 2015 sebanyak 268 pasien3. Salah satu
faktor risikonya adalah kebiasaan makan-makanan yang mengandung
purin dapat meningkatkan asam urat dalam darah sehingga dapat
menimbulkan gout arthritis. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan
yang tinggi kandungan nukleotida purinnya seperti sarden, kangkung,
jeroan, dan bayam akan meningkatkan produksi asam urat. Sebaliknya,
mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan nukleotida purin
tinggi dan memperbanyak konsumsi makanan dengan kandungan
nukleotida purin rendah akan dapat mengurangi risiko hiperurisemia atau
gout arthritis. Salah satu upaya untuk mengurangi penumpukan protein
adalah terapi diet asam urat yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengangkat kasus gout
arthtritis sebagai kasus homevisit agar dapat membahas lebih lanjut
tentang diagnosis dan tatalaksana dari gout arthtritis itu sendiri

2
BAB II
HASIL KEGIATAN HOME VISITE

2.1. HASIL PEMERIKSAAN FISIK


A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita Gout Arthritis, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 68 tahun, dimana
penderita merupakan salah satu pasien Gout Arthtritis rawat jalan Puskesmas
Ganting, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai
permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di
masyarakat khususnya di daerah cakupan Puskesmas Ganting beserta
permasalahannya seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang Gout
arthrtitis . Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan
mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di
lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn.D
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Pendidikan : Strata 1
Agama : Islam
Alamat : Desa Ganting RT 1/RW 4
Suku : Jawa
Tgl periksa ke Puskesmas : 2 Mei 2018
Tgl home visite : 5 Mei 2018

C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri di Kedua Lutut
2.Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas karena mengeluh nyeri dikedua
lutut sejak kurang lebih 1 Minggu yang lalu. Namun hari ini yang pasien rasa

3
paling sakit. Nyeri dirasakan hilang timbul dan semakin malam semakin sakit,
nyeri juga terasa di kedua betis pasien di dekat ibu jari. Nyeri terasa berkurang
apabila pasien meminum obat anti nyeri. Keluhan lain (-), pusing (-), mual (-),
muntah (-), BAK (+), BAB (+), Nafsu makan baik
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Hipertensi : ada
Riwayat Diabetes melitus : ada
Riwayat Asma : tidak ada
Riwayat Alergi obat dan makanan : tidak ada
Riwayat sakit kuning : tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Dikeluarga tidak ada yang pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat tekanan darah tinggi : tidak ada
Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
Riwayat Asma : tidak ada
Riwayat Alergi obat dan makanan : tidak ada
5. Riwayat Kebiasaan :
Riwayat Olahraga : Pasien jarang berolahraga karena badan
sering terasa nyeri jka berolahraga.
6. Riawayat Sosial :
Pasien tinggal seorang diri di rumah, istri dan anak pertamanya sudah
meninggal, sedangkan anak kedua dan ketiganya tinggal bersama keluarganya
di daerah lain.
7. Riwayat Gizi :
Pasien biasanya makan sehari-hari antara 2-3 kali, dengan nasi sepiring
diisi sayur, tahu, tempe, pecel, pasien senang makan-makananan yang
mengandung kacang-kacangan seperti pecel, pasien juga senang ikan.
8. Kondisi Lingkungan Rumah
Kondisi lingkungan rumah Tn.D. termasuk lingkungan rumah yang
padat penduduk, pencahayaan dalam rumah cukup, dan kurangnya ventilasi
dalam rumah.

4
D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 2 mei 2018
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, keadaan compos mentis
(GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.
2.Tanda Vital sign dan status gizi
Nadi : 80 x/menit, kuat, reguler (bradikardia relatif)
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 37,2 oC
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Status Gizi
Berat badan : 65 Kg
Tinggi badan : 158 cm
Indeks massa tubuh : normal
3. Kulit :
Warna kulit sawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-),
petechie (-), spider naevi (-)
4. Kepala : Bentuk mesochepal, simetris, rambut sukar dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm
Hidung: nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-),
lidah tremor (-), gusi berdarah (-).
Telinga : sekret (-/-),
Tenggorokan: T0/T0, hiperemis (-/-), beslag (-), pseudomembran (-), faring
hiperemi (-), granul (-), deviasi uvula (-)
5. Leher : Pembesaran KGB (-), trakea ditengah, jaringan parut (-), massa (-)
6.Thoraks: Simetris (+), pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), pergerakan
dada simetris (+)
a. Cor:
i. Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
ii. Palpasi: Ictus cordis tidak terangkat, Thrill (-)
iii. Perkusi
Batas kiri atas : SIC II Linea Parasternalis Sinistra
Batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra

5
Batas Kiri Bawah: SIC V 2 cm medial Linea Mid Clavicularis Sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV Para Sternalis Dextra
Batas jantung tidak melebar
iv. Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Pulmo
i. Inspeksi : pengembangan dada simetris kanan dan kiri
ii. Palpasi : fremitus raba simetris kanan dan kiri
iii. Perkusi : sonor / sonor
iv. Auskultasi : suara napas dasar vesikuler/vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-
/-)
7. Abdomen :
Inspeksi : Simetris (+), jaringan parut (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen
Palpasi : Supel (+), Nyeri tekan (-) di area epigastrium dan hipokondrium
kanan, hepar dan lien tidak teraba
8. Ekstremitas :
a. Ekstremitas Atas: bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-),
benjolan (+), sianosis (-), hangat (+)
b. Ekstremitas Bawah: bengkak (+), luka (-), ujung jari kaki dingin (-),
benjolan (+), sianosis (-), hangat (+)
9. Sistem Genitalia: Tidak dilakukan pemeriksaan
10.Pemeriksaan Neurologik:
Fungsi luhur : dbn
Fungsi vegetatif : dbn
Fungsi sensorik : dbn
Fungsi motorik : dbn
Tonus otot : dbn
Kekuatan otot: dbn
Refleks fisiologis : dbn
Refleks patologis : dbn
11. Pemeriksaan Psikiatrik
Kesadaran : composmentis
Orientasi : Waktu : Baik

6
Tempat : Baik
Orang : Baik
Afek : dbn
Psikomotor : dbn
Proses pikir : Bentuk : realistik
Isi : Relevan
Arus : koheren
Intelegensi : -
Waham : -
Persepsi : halusinasi (-), ilusi (-)
Insight :-

E. Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Kadar Asam Urat : 12,0
F. RESUME
Pasien laki-laki berusia 68 tahun dengan keluhan utama nyeri kedua lutut
sejak 1 minggu lalu. Nyeri semakin terasa apabila malam hari, nyeri juga terasa
di kedua ibu jari kaki.. Mual (-), muntah (-), BAB (+) , BAK (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, compos
mentis (GCS 456), status gizi kesan cukup. Tanda-tanda vital, Nadi 80 x/menit
pernapasan 18 x/menit (normal), Suhu 37,2 oC tekanan darah 110/70 mmHg
(normal). Status gizi, BB 66 Kg, TB 158 cm, BMI Normal. pada pemeriksaan
fisik ditemukan pembengkakan (Tofus) pada betis kanan dan kiri sisi dalam ,
pemeriksaan laboratorium kadar asam urat 12,0 .
G. PATIENT DISEASE CENTERED
1. Diagnostik Biofisik
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 68 tahun dengan diagnosis Gout
arthritis. Pasien adalah seorang pensiunan. Pasien tinggal sendiri, karena
karena istrinya dan anak pertamanya sudah meninggal, anak kedua dan ketiga
tinggal di tempat berlainan dengan pasien. Dikeluarganya tidak ditemukan
adanya penyakit asma, tekanan darah tingi, diabetes mellitus dan riwayat
alergi obat atau makanan, serta tidak ada yang menderita penyakit seperti ini.

7
2. Diagnostik Psikologis
Hubungan dalam keluarga kurang baik.

H. Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
a. Edukasi tentang faktor risiko gout arthtritis,
b. Perawatan yang baik dilakukan untuk mencegah komplikasi,
c. Pengaturan diet.

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.


Bahan makanan tidak boleh mengandung makanan yang meningkatkan
kadar asam urat seperti jeroan, alcohol, sarden, burung dara, kerang,
tempe, kacang-kacangan.

d. Banyak minum air putih

2. Medikamentosa 4
Secara umum penanganan artritis gout adalah pemberian edukasi, pengaturan
diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar
tidak terjadi kerusakan sendi atau komplikasi lain, seperti pada ginjal.
Pengobatan atritis gout akut bertujuan untuk menghilangkan keluhan nyeri dan
peradangan dengan kolkisin, OAINS, kortikosteroid, atau hormon ACTH.
Serta obat penurun asam urat seperti allopurinol. Tabel tatalaksana GA

I. Follow-up Pasien
Follow-up I (5 Mei 2018)
S: Pasien masih mengeluh nyeri di kedua lutut sudah berkurang, namun
kadang-kadang masih terasa.. Pusing (-), batuk (-), badan lemas (-), nafsu
makan masih baik. BAK (+) lancar, tidak nyeri, warna kuning, darah (-).
BAB tidak lancar, BAB masih dua hari sekali. Mobilisasi (-).

8
O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital : T : 130/80mmHg R :18x/menit
N : 74x/menit S :37,3°C
Status Generalis :
Mata : Conjunctiva anemis (-/-) , icterus (-/-)
Mulut : Lidah kotor (+), tremor (+)
Pulmo : simetris (+), vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: simteris (+), Bising usus (+) normal, supel (+), nyeri tekan
abdomen region epigastrium dan hipokondrium kanan (-), perkusi timpani
di seluruh lapangan abdomen (+)
Ekstremitas Atas dan Bawah: Akral hangat, kering, dan merah, Tofus (+)
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Prikiatri : dalam batas normal

A : Gout Arthritis
P : - Allupurinol 2x300 mg
- Prednisone 30 mg 1x1
- Vitamin B complex 1x1
- Makan makanan seperti yang dianjurkan
Follow-up II (8 Mei 2018)
S : Pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri di kedua lutut tidak
demam. Mual (-), muntah (-), nyeri perut (-). Pusing (-), batuk (-), badan
lemas (-), nafsu makan sudah mulai meningkat. BAK (+) lancar, tidak
nyeri, warna kuning, darah (-). BAB (+),. Mobilisasi (+).
O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital : T : 130/80mmHg R :18x/menit
N : 80x/menit S :36,7°C
Status Generalis :
Mata : Conjunctiva anemis (-/-) , icterus (-/-)
Mulut : Lidah kotor (-), tremor (-)
Pulmo : simetris (+), vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1/S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)

9
Abdomen: simteris (+), Bising usus (+) normal, supel (+), nyeri tekan (-),
perkusi timpani di seluruh lapangan abdomen (+)
Ekstremitas Atas dan Bawah: Akral hangat, kering, dan merah, Tofus (+)
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Prikiatri : dalam batas normal
A : Gout Arthritis
P : - Allupurinol 2x300 mg
- Prednisone 30 mg 1x1
- Vitamin B complex 1x1

2.2. Struktur Keluarga


Nama Kepala Keluarga : Tn.D

Alamat lengkap : Desa Ganting RT 61/RW 4

Bentuk Keluarga : Keluarga inti

Tabel 2.2. Struktur Keluarga


Kedudukan Pasien
L/P Pekerjaa
No Nama dalam Umur Pendidikan Klinik Ket.
n
Keluarga Y/T
Kepala
1 Djaelani L 68 Strata-1 Pensiunan T -
Keluarga

2.3. Bentuk Keluarga (Genogram)


Alamat lengkap : Desa Ganting RT 1/RW 4
Bentuk Keluarga : Keluarga inti

10
Diagram II.1. Genogram keluarga Tn.D. dibuat tanggal 5 mei 2018

Sumber: Data Primer 5 Mei 2018.


= Pasien

2.4. Fungsi Fisiologis Keluarga (APGAR Score)


ADAPTATION
Adaptation menunjukan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi
dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari
anggota keluarga lain. Adaptation juga menunjukan bagaimana keluarga
menjadi tempat utama anggota keluarga kembali jika dia menghadapi
masalah. Jika pasien sedang ada masalah atau sedang mengalami kesulitan,
memendam sendiri, karena tidak ada tempat pasien untuk bercerita.
PARTNERSHIP
Partnership menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut, bagaimana sebuah keluarga membagi masalah dan membahasnya
bersama-sama. Dalam hal ini keluarga pasien kurang memperhatikan pasien
yang sedang sakit. Keluarga pasien tidak merawat pasien dengan baik
dirumahnya.
GROWTH
Growth menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut. Dalam hal ini Tn. D kurang mendapat

11
dukungan oleh keluarganya untuk bersabar dalam menghadapi penyakit
tersebut dan harus teratur minum obat.
AFFECTION
Affection menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga, di dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain
dan saling memberi dukungan serta mengekspresikan kasih sayangnya. Secara
keseluruhan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga pasien kurang
baik. Pasien merasa kurangnya kasih sayang oleh keluarganya.
RESOLVE
Resolve menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Pasien merasa
kurang diperhatikan oleh anggota keluarganya dan pasien merasa kurang
mendapat dukungan dari anggota keluarganya.
Adapun sistem skor untuk APGAR ini, yaitu:
1. selalu/sering : 2 poin
2. Kadang-kadang : 1 poin
3. Jarang/tidak pernah : 0 poin
penggolongan nilai total APGAR ini adalah:
1. 8-10 : baik
2. 6-7 : cukup
3. 1-5 : buruk
Penilaian mengenai fungsi fisiologis keluarga sdr. M dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.3. APGAR anggota keluarga sdr M.

Sering/ Kadang-
APGAR Sdr. Nofian Terhadap Keluarga Jarang/tidak
selalu kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke √
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas √
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima √
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

12
A Saya puas dengan cara keluarga saya √
mengekspresi-kan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya √
membagi waktu bersama-sama

Fungsi Fisiologis keluarga = jumlah 1, fungsi keluarga dalam keadaan buruk


Kesimpulan:
Fungsi fisiologis keluarga Tn.D. tergolong buruk. Hal ini terlihat dari total
skor APGAR 1.

2.5. Fungsi Patologis Keluarga (SCREEM Score)


Fungsi patologis menilai setiap sumber daya yang dapat digunakan oleh
keluarga ketika keluarga Tn.D menghadapi permasalahan. Fungsi patologis
keluarga Tn.D dapat dillihat pada tabel berikut:
Tabel II.4. SCREEM keluarga Tn.D.

SUMBER PATHOLOGY KET


Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga +
juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam
masyarakat cukup meskipun banyak
keterbatasan. Meskipun kadang pasien kurang
berkomunikasi dengan saudaranya.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya -
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-
hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan,
banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan,
sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa,
tata krama dan kesopanan
Religius Pemahaman agama cukup. Namun penerapan -
Agama menawarkan pe- ajaran agama cukup. Hal ini dapat dilihat dari
ngalaman spiritual yang penderita yang rajin menjalankan sholat.
baik untuk ketenangan Sebelum sakit penderita rutin mengikuti
in-dividu yang tidak pengajian rutin setiap bulan di desanya.
didapat-kan dari yang
lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke -
bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa

13
terpenuhi. Diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup
Edukasi Pendidikan anggota keluarga cukup memadai. -
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua
sudah cukup baik. Kemampuan untuk
memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan
seperti buku-buku, koran cukup.
Medical Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan -
perhatian khusus terhadap kasus penderita.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini
tidak menggunakan askes ataupunBPJS, tetapi
umum. Pasien diantarkan ke puskesmas karena
mudah dijangkau karena letaknya dekat dengan
rumah.

Hasil penilaian SCREEM menunjukan bahwa pasien ada masalah dalam fungsi
patologis keluarganya.

2.6. Lingkungan Keluarga (Sosial, Ekonomi, Budaya, Kesehatan)


Tn. D tidak memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat, hanya
sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien kurang aktif mengikuti kegiatan
sosial yang dilaksanakan dilingkungannya seperti pengajian bersama. Dari
segi ekonomi, mendapat gajih pensiun dan kadang dari anaknya satu bulan
1.000.000 rupiah. Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan nya
sehari-hari. Selama ini pasien hanya menderita ini dan tidak menderita
penyakit menular yang dapat mengganggu aktivitasnya sehari-hari
Karakteristik Demografi
Alamat lengkap : Desa Ganting RT 1/RW 4
Bentuk Keluarga : Keluarga inti

14
Diagram II.3. Genogram keluarga sdr M. dibuat tanggal 5 mei 2018

Sumber: Data Primer 5 Mei 2018.


= Pasien

Keterangan:
Pasien dan istri memiliki 3 orang anak.

15
2.7. Pola Interaksi Keluarga
Hubungan dalam keluarga dinilai kurang baik antar anggota keluarga.

Keterangan:
= Hubungan kurang baik
Gambar II.1. Hubungan interaksi keluarga Tn.D

2.8. Pertanyaan Sirkuler untuk Mendapatkan Permasalahan Keluarga


1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarga
penderita ?
Jawab : Pasien berobat kerumah sakit sendiri, dan tidak ada keluarga
yang mengantar
2. Ketika keluarga bertindak seperti itu apa yang dilakukan penderita ?
Jawab : Tidak ada jawaban, karena pasien tinggal sendirian.
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan ?
Jawab :Tidak perlu izin siapa-siapa, karena pasien tinggal sendiri.
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita ?
Jawab :Anggota keluarga yang dekat adalah anaknya, namun jarang
berkunjung
5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?
Jawab :Tidak ada.
6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?
Jawab :Tidak ada.

16
2.9. Identifikasi Masalah Faktor Perilaku dan Non Perilaku
1. Faktor Perilaku
Tn,D. adalah seorang pensiunan PNS pyang tinggal bersama
sendiri wilayah Ganting. Namun sudah kurang lebih 2 bulan hari ini
pasien mengeluh kedua lututnya sakit. Pasien juga mengeluh kedua ibu
jari terasa nyeri dan ada benjolan, namun ditahan pasien.
Menurut Pasien, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan
terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari.
Pasien menyadari pentingnya kesehatan karena apabila Pasien sakit
maka akan mengganggu aktifitas
Pasien kurang mengetahui bahwa penyakit yang ia derita adalah
buah dari kebiasaan pasien dalam mengkonsumsi makanan yang tinggi
kadar asam urat.

2. Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, Pasien ini termasuk keluarga
menengah. Pasien memiliki sumber penghasilan dari hasil uang
pensiuna . Total semua penghasilan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan Pasien sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat
terpenuhi terutama kebutuhan sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini tidak memadai karena ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Ventilasinya masih
kurang. Terlalu banyak perabotan yang ada dirumah pasien. Fasilitas
kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah
dokter keluarga tanpa memakai BPJS di Puskesmas Ganting.

17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Masalah yang Ditemukan
1. Masalah Aktif
Gout Arthritis
2. Faktor Risiko Gout Athritis
Faktor risiko dari penyakit ini yang berhubungan dengan pasien antara lain5
a. Usia dan gender : Laki-laki lebih rentan terkena gout athritis ditambah
dengan pertambahan usia.
b. Gaya Hidup : Gaya hidup pasien yang gemar mengkonsumsi makanan
yang mengandung kadar purin yang tinggi sehingga
meningkatkan kadar asam urat dalam darah
c. Penyakit penyerta : Pasien memiliki penyakit hipertensi dan diabetes yang
meningkatkan faktor risiko terjadinya gout arthritis

18
3. 3.2. Prioritas Masalah
Diagram Permasalahan Pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Genetik:
ada

Lingkungan
1. Fisik Pelayanan kesehatan:
 Tidak ada 1. kurangnya informasi
2. Biologi mengenai penyakit,
 Tidak ada pengobatan dan
3. Sosial Gout pencegahan gout
 Pasien hidup seorang diri Arthritis arthritis
4. Ekonomi 2. kurangnya konseling
 Tidak ada
tentang penyakit yang
pasien derita

Faktor Perilaku:
1. Kurangnya kesadaran
akan pentingnya
pencegahan Gout
arthtritis
2. Perilaku pasien yang
sangat senang makan-
makanan yang
meningkatkan kadar
asam urat

Gambar III.1. Diagram Permasalahan menurut Pendekatan H. L. Blum

19
3.3. Pembahasan Masalah
Pembahasan masalah sesuai dengan H. L. Blum
1. Genetik
ada faktor genetik yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien
2. Pelayanan Kesehatan
Permasalahan yang dikaitkan dengan Tn.D. ini adalah kurangnya informasi
mengenai penyakit, pengobatan, dan pencegahan Gout arthritis serta masih
kurangnya konseling tentang penyakit yang di derita pasien
3. Faktor perilaku
Kurangnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaan rutin dan kebiasaan
pasien mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar asam urat.
4. Faktor lingkungan
Tidak ada.
Tabel III.1. Prioritas Masalah
No Prioritas Jalan Efektifitas Efisiensi Hasil
Keluar M I V C P= MxIxV
C
1 Konseling 3 3 4 2 18
(Homevisit)
pasien tentang
gout athritis
2 Screening serta 4 3 3 4 12
Promosi
kesehatan
tentang penyakit
pada pasien

Keterangan:
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Impotency, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

20
C : Cost, biaya yang diperlukan
Maka prioritas jalan keluar yang terpilih adalah melakukan konseling dalam
penangananan gout athritis.

3.4. Rencana Intervensi :


1. Memberikan perhatian khusus kepada Tn.D karena beliau hidup seorang diri
dengan cara homevisit.
2. Dokter bekerja sama dengan ahli gizi bekerja sama untuk gizi pasien agar
pasien mendapatkan informasi yang tepat untuk penyakitnya.
3. Homevisit dilakukan apabila pasien tidak datang ke puskesmas secara rutin,
apabila pasien masih bisa datang ke puskesmas maka diberikan pengobatan
sesuai dengan tatalaksana gout arthtritis.
4. Sebisa mungkin menghubungkan pasien dengan keluarga, agar kepedulian
keluarga kepada pasien meningkat.
5. Melakukan evaluasi pada pasien dilihat dari kualitas hidup pasien.

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
A. Simpulan
1. Pasien Gout artritis dengan keluhan kedua lutut dan betis terasa nyeri
2. Pengobatan rutin sangat diperlukan sehingga dapat menghindari
komplikasi yang serius pada penyakit ini.
3. Tindakan perawatan dan edukasi sangat berperan terapi pada penyakit
ini.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan edukasi kepada pasien untuk rutin meminum obat agar
tidak terjadi komplikasi dan nyeri yang dirasakan dapat berkurang.
2. Memberikan edukasi mengenai pentingnya pengobatan pada penyakit ini
3. Instansi kesehatan gencar memberikan promosi kesehatan kepada
masyarakat dalam hal ini penyakit seperti gout artritis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Weaver AL (2008). "Epidemiology of gout". Cleve Clin J Med. 75 Suppl


5: S9–12

Weaver AL. Diagnosing Gout. Joint and Bone.org. May 2005. accessed at
4th August 2013

Schlesinger N (March 2010). "Diagnosing and treating gout: a review to


aid primary care physicians". Postgrad Med 122 (2): 157–61

Astuti S, Tjahjono H. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kadar Asam


Urat (Gout) Pada Laki-Laki Dewasa Di Rt 04 Rw 03 Simomulyo
Baru Surabaya. Progr Sarj Keperawatan [Internet]. 2014;
Availablefrom:http://ejournal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/
S1Kep/article/download/53/52

Brandstätter A, Lamina C, Kiechl S, Hunt SC, Coassin S, Paulweber B,


et al. Sex and age interaction with genetic association of
atherogenic uric acid concentrations. Atherosclerosis.
2010;210(2):474–8.

23
LAMPIRAN

Gambar I (Foto Bersama Tn.D) Gambar 2 (Ruang Tamu)

Gambar 3 (Dapur Tn.D) Gambar 4 (Kamar mandi Tn.D)

Gambar 5 (Tofus pada kedua betis)

24
25

You might also like