You are on page 1of 2

Tn. Bagus mengalami Cedera Kepala Sedang yang menimbulkan agitasi defensive.

Agitasi defensive merupakan sikap pertahanan diri dari gangguan yang bersifat actual, dapat
menyebabkan pendengaran, penglihatan dan pemikiran menjadi sempit. Hingga saat ini belum
ada penelitian yang menjelaskan mengenai perilaku agitasi defensive pada manusia, namun
sudah dilakukan penelitian pada kucing yang menunjukkan bahwa agresi defensive dipengaruhi
oleh gangguan pada hipotalamus, periaqua ductal grey dan limbic structur (amigdala,
hippocampus , septal area) yang terganggu.

Agitasi defensive dibagi menjadi tiga hal yang terdiri dari :


a. Terasa seperti
Dapat di artikan jika seseorang akan merasa seperti terjebak dalam masalah dan tidak
bisa mencari jalan keluar dari masalahnya. Ditandai dengan detak jantung yang cepat,
nafas menjadi cepat atau bahkan bisa menyebabkan sesak nafas, cemas, gelisah dan
merasa masalah tidak dapat dipecahkan. Pada Tn. B didapatkan hasil N : 94x/menit, RR :
24x/menit.

b. Terlihat seperti
Seseorang akan terlihat memerlukan perlindungan pada setiap jarak namun disisi lain
juga terlihat cepat untuk berkerumun dengan orang lain. Selain itu, seseorang akan
terlihat seperti tidak mendengarkan serta tidak bisa duduk dengan tenang. Dapat ditandai
dengan mondar-mandir, terlihat gelisah, berkeringat, dan beberapa bagian tubuh
berkedut. Pada Tn. B sesuai dengan tanda gejala yang disebutkan dalam teori yaitu Tn. B
terlihat seperti mual dan muntah, kejang, perdarahan/keluar cairan dari telinga, nyeri
kepala hebat, bingung dan tingkah laku aneh, penglihatan dobel/gangguan visus, nadi
yang terlalu cepat/terlalu pelan, pola nafas yang abnormal

c. Terdengar seperti
Seseorang yang mengalami agitasi defensive akan berbicara dengan cepat dan keras.
Ditandai dengan intonasi saat berbicara, volume suara serta ritme. Pasien memperlihatkan
perubahan ekstrem dari tingkah laku emosionalnya. la menjadi agitasi, menggunakan
bahasa yang kasar, marah dan mengumpat pada perawat
Untuk dapat berkomunikasi dengan Tn. Bagus, maka diperlukan Teknik Respon untuk Perilaku
Defensif: Berkonsentrasi untuk menurunkan emosi. Agitasi dapat atau akan meningkat menjadi
perilaku agresif kecuali jika perawat tidak dapat memahami cara untuk menanganinya. Perawat
harus mencoba bekerja untuk melewati shutdown sensorik (visual dan pendengaran) :
1. Pertahankan jarak yang nyaman dan gunakan bahasa tubuh dan nada suara untuk
mendapatkan perhatian. Perawat dapat menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
pasien mengingat sikap pasien yang tidak kooperatif.
2. Jelaskan perilaku saat ini dan bagaimana perilaku itu berbeda dari perilaku biasa atau
baseline. Dikarenakan Tn. B terdiagnosa CKS dengan agitasi defensive, maka pasien
akan menunjukkan perilaku cemas, gelisah, marah-marah, berbicara dengan emosi,
dimana kebiasaan tersebut jarang Nampak pada orang normal.
3. Ajukan pertanyaan terbuka untuk mengumpulkan informasi, atau membuat pernyataan
yang membantu orang tersebut berpikir tentang perilaku mereka dan menghubungkan
pilihan mereka dengan konsekuensi.

You might also like