You are on page 1of 3

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas dirasakan +- 1 bulan ini dan memberat 1
minggu terakhir. Keluhan disertai dengan dada berdebar sebulan ini. Kaki dan tangan bengkak
(+). Keluhan nyeri dada disangkal. Keluhan keringat dingin disangkal. Batuk +- 1 bulan terakhir
disertai dahak putih. Keluhan demam diakui, namun tidak tahu sejak kapan. BAB warna pucat
disangkal, dan BAK warna kuning tua.

Pasien memiliki riwayat demam, hal ini sesuai dengan perjalanan penyakit jantung
rematik yang terjadi karena respon autoimun terhadap Streptokokus b hemolitikus grup A.
Pasien lebih nyaman posisi duduk dibandingkan berbaring. Pasien biasa tidur dengan 2-3 bantal.
Riwayat terbangun malam hari karena sesak diakui. Pasien tidak pernah mengeluhkan penyakit
jantung sebelumnya.

Pada pemeriksaan perkusi jantung, didapatkan batas kiri jantung melebar ke sisi lateral.
Artinya terdapat pembesaran ventrikel kiri pada jantung pasien.

Hal ini dapat dilihat dari hasil pada foto thoraks yaitu ditemukan adanya kardiomegali dan edem
pulmo. Pada pemeriksaan EKG didapatkan Atrial fibrilasi rapid ventricular response, HR
180x/min HR RAD, iRBBB. Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik
yang bermakna akibat hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta frekuensi
ventrikel yang cepat

Sedangkan dari hasil ekokardiografi didapatkan dilatasi LA, RA, RV, penebalan katub
mitral dengan MS severe, regurgitasi pulmonal, thrombus pada LAA dan LA, hipertensi
pulmonal. Keluhan pada defek septum atrium biasanya timbul pada dekade ke-2 atau ke-3
kehidupan. Gejala yang timbul adalah sesak napas ketika beraktivitas dan atau berdebar-debar.
Munculnya gejala ini berhubungan dengan peningkatan shunt dari kiri ke kanan. Pada pasien
keluhan sesak yang timbul terjadi akibat adanya shunt dari atrium kiri ke atrium kanan.
Seseorang dengan DSA memiliki septum (dinding) yang terbuka di antara atrium. Sebagai
hasilnya, darah yang teroksidasi dari atrium kiri akan mengalir melalui lubang pada septum ke
dalam atrium kanan, sehingga terjadi percampuran dengan darah rendah oksigen dan terjadi
peningkatan jumlah total darah yang mengalir menuju paru-paru. Akibatnya adalah terjadi
kelebihan volume darah pada jantung kanan yang pada akhirnya menyebabkan pembesaran
atrium dan ventrikel kanan serta dilatasi arteri pulmonalis.

Pada pasien ini sudah terjadi komplikasi berupa peningkatan tekanan pada vaskularisasi
paru atau yang dikenal hipertensi pulmonal akibat kelebihan volume darah pada arteri pulmonal.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa hipertensi pulmonal seringkali baru terjadi pada
dekade ke-2 atau ke-3 oleh karena faktor compliance dari jantung kanan dan arteri pulmonal
yang besar.

Pada pasien, terapi medikamentosa yang telah dilakukan yaitu pemberian ramipril,
furosemid, lanoxin, dan simarc.

Ramipril merupakan obat golongan ACE inhibitor yang telah terbukti dapat mengurangi
mortalitas dan morbiditas pada semua pasien gagal jantung. ACE inhibitor bekerja dengan
mengurangi pembentukan Angiotensin II pada reseptor AT1 maupun AT2 sehingga efektif dalam
menurunkan preload jantung dan akan menghambat progresi remodelling jantung.

Pemberian furosemid yang merupakan obat utama untuk mengatasi kelebihan (overload)
cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti paru atau edema perifer. Pada pasien, sesak yang
terjadi kemungkinan disebabkan oleh adanya kongesti paru akibat meningkatnya aliran darah ke
pulmonal yang melewati arteri pulmonal.

Pemberian bisoprolol yang merupakan golongan β-blocker pada gagal jantung bertujuan
untuk mengurangi kejadian iskemia miokard, mengurangi stimulasi sel-sel automatik jantung
dan memiliki efek antiaritmia, sehingga mengurangi resiko terjadinya aritmia jantung.β-
blockerjuga menghambat pelepasan renin sehingga menghambat aktivasi sistem RAA, akibatnya
terjadi penurunan hipertrofi miokard, apoptosis, fibrosis dan remodelling miokard. Sehingga
progresi gagal jantung pada pasien ini dapat dihambat, dengan demikian memburuknya kondisi
klinik dapat dicegah.

Lanoxin adalah digitalis yang berfungsi sebagai inotropik dan untuk memperpanjang
pengisisan diastolik bila terdapat fibrilasi atrial, meningkatkan kekuatan denyut jantung dan
menjadikan denyut jantung kuat dan seirama.
Simarc adalah antikoagulan yang mengandung warfarin. Obat ini diberikan kepada
pasien agar tidak terjadi pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik yang terjadi
akibat regurgitas dan terbulensi aliran darah. Pemberian antibiotic berupa ampisilin sulbaktam
ditujukan untuk upaya pencegahan reaktivasi reuma maupun pencegahan terhadap timbulnya
endokarditis.

You might also like