Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat larutan NaOH dan dan dari larutan H 2SO4 serta pengenceran
larutan H2SO4
2. Menghitung konsentrasi larutan dengan beberapa satuan
3. Menentukan konsentrasi larutan asam dengan larutan Na2CO3
DASAR TEORI
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Pelarut yang
umum digunakan adalah air. Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut,
dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara
seperti persen berat (w/w), persen volume (v/v), molaritas, molalitas, ppm. fraksi mol dan
lain-lain.
Persen berat (w/w) menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram
larutan. Persen volume (v/v) menyatakan ml zat terlarut dalam 100 ml larutan. Persen lab
atau persen campuran menyatakan gram zat terlarut dalam 100 ml larutan. Molaritas
menyatakan mol zat terlarut dalam 1 liter larutan, sedangkan molalitas menyatakan
banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut.Part per million (ppm) menyatakan mg zat
terlarut dalam 1 kg atau 1 liter larutan. Fraksi mol menyatakan mo zat terlarut per mol
total.
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:
1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volume
atau massa larutan yang akan dibuat.
Contoh : Berapa gram NaOH (Mr = 40) yang harus ditimbang untuk membuat 2 liter
larutan NaOH 0,1 M?
Jawab :
NaOH 0,1M artinya 0,1 mol NaOH terlarut dalam 1 liter larutan, sehingga
untuk membuat 2 liter larutan dibutuhkan NaOH sebanyak 2liter/1 liter x 0,1
mol = 0,2 molNaOH yang setara dengan 0,2 mol x 40 g/mol = 8 gram.
2. Apabila larutan yang lebih pekat, sesuaikan satuan konsentrasi larutan yang
diketahui dengan zatuan yang diinginkan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah
pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan :
V1 M1 = V2 M2
Biasanya pada larutan asam/basa pekat, pada labelnya tidak diberikan informasi
mengenai konsentrasi larutan tersebut tetapi hanya diberikan beberapa informasi
penting seperti terlihat pada Tabel 4.1
Jenis REAGEN
Informasi
HCl HNO3 H2SO4 CH3COOH H3PO4 NH4OH
Massa
molekul 36,46 63,02 98,08 60,03 98,00 35,04
relatif
(gr/mol)
Dari informasi pada Tabel 4.1 misalnya kita akan membuat larutan standar H 2SO4,
maka kita harus menghitung dulu berapa konsentrasi larutan asam pekat
berdasarkan informasi pada label reagen yang akan diencerkan.
Untuk H2SO4 :
=1,84 Kg/l maka dalam 1 liter larutan terdapat berat larutan 1,84 Kg atau 1840
gram. Konsentrasi prosen berat bahan sebesar 97%, maka dalam 1 liter larutan
terdapat :
1840 x 97/100 = 1784,8 gram
M = mol/l = gr/ BM l
= 1784,8 gr/98,08gr/mol
1 lt
= 18,197 Molar
Karena Normalitas larutan H2SO4 yang dibuat di atas kurang teliti, maka harus
ditetapkan konsentrasinya dengan larutan standar Na2CO3 0,1 N. Pada titik ekuivalen
terjadi CO2, maka digunakan indikator yang mempunyai perubahan warna dalam keadaan
asam yaitu metil orange.
Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan
dikenal sebagai Standarisasi. Suatu larutan standar dapat dibuat dari sejumlah contoh
yang diinginkan yang ditimbang secara teliti, kemudian melarutkannya ke dalam volume
larutan yang secara teliti diukur volumenya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal
ini disebut Standar Primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasi dengan cara titrasi,
dimana pada proses itu ia bereaksi dengan standar primer.
Reaksi antara titran dan zat terpilih sebagai standar primer, harus memenuhi
persyaratan untuk analisa secara titrimetri. Suatu standar primer harus mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Zat itu harus mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang
diketahui dengan tepat. Umumnya zat pengotor harus tidak melebihi 0,01–0,02% dan
harus diuji ketidak-murniannya dengan uji-uji yang diketahui kepekaannya.
2. Zat itu harus tetap, mudah dikeringkan dan tidak higroskopik. Tidak berkurang
beratnya sewaktu terkena udara. Garam-garam anhidrat biasanya tidak digunakan
sebagai standar primer.
Workshop labkimia 2 sd 4 maret 2011-04
3. Zat itu mempunyai berat ekuivalen yang cukup tinggi agar dapat mengurangi
konsekwensinya akibat kesalahan dalam penimbangan.
Untuk mementukan sifat pelarutan suatu senyawa dapat diketahui dari perubahan
temperatur air sebelum dan sesudah pelarutan. Bila temperaturnya naik, maka pelarutan
tersebut bersifat eksoterm (melepas panas), sedangkan bila temperaturnya turun maka
pelarutannya bersifat endoterm(menerima panas)
CARA KERJA
A. Pembuatan Larutan H2SO4
1. Timbang labu takar 50 ml kosong (a gram), isi labu takar 50 ml dengan akuades
sampai kira-kira ¾ nya, dan timbang (b gram, kemudian ukur suhunya (t1)
2. Timbang gelas ukur kosong (c gram), isi sejumlah tertentu H 2SO4 pekat ke dalam
gelas ukur, dan timbang (d gram) dan ukur volumenya, serta ukur suhu dengan
termometer (t2)
3. Tuangkan H2SO4 pekat dengan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam labu takar,
tepatkan labu takar dengan akuades sampai 50 ml, kocok agar homogen, timbang
larutan H2SO4 yang terjadi (e gram), ukur suhu dengan termometer (t3)
4. Tentukan sifat pelarutan asam sulfat dan konsentrasinya dalam satuan % (w/w), %
(w/v), molaritas, molalitas, ppm, dan fraksi mol.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. Jr and A.L. Underwood, 1998, Kimia Analisa Kuantitatif, Edisi Revisi,
Terjemahan R. Soendoro dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta
Harjadi, W.,1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta
Jurusan Kimia FMIPA IPB, 2000, Penuntun Praktikum Kimia Dasar I, Bogor
Schaum, 1998, Kimia Dasar, Seri Schaum, Penerbit ITB Bandung
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan konsentrasi larutan asam atau basa dengan titrasi
DASAR TEORI
Titrasi asam-basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Asidimetri dapat
diartikan pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah
basa atau garam). Namun untuk lebih mudahnya asidimetri dan alkalimetri sebaiknya
diartikan titrasi yang menyangkut asam dan basa.
Titrasi asidimetri-alkalimetri yang menyangkut reaksi dengan asam atau basa
diantaranya adalah :
1. asam kuat – basa kuat
2. asam kuat – basa lemah
3. asam lemah – basa kuat
4. asam kuat – garam dari asam lemah
5. basa kuat – garam dari basa lemah
Asam kuat dan basa kuat terdesosiasi dengan lengkap dalam larutan air. Jadi pH
pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari kuantitas stiokiometrik
asam dan basa yang telah dibiarkan bereaksi. Pada titik kesetaraan pH ditetapkan oleh
jauhnya air terdisosiasi, pada suhu 25oC pH air murni adalah 7,00.
Workshop labkimia 2 sd 4 maret 2011-08
Karena larutan yang terbentuk pada titik keseteraan atau titik ekivalen (TE) atau
larutan NaCl, suatu garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat, maka laruta
tersebut netral., dengan kata lain [H+] = [OH-] = 10-7. Kenetralan ini nyata, dan yang
sebenarnya bereaksi ialah ion-ion H+ dan OH- dan hasilnya H2O.
Untuk melihat perubahan yang terjadi dalam suatu titrasi, digunakan indikator.
Indikator asam basa digunakan untuk melihat perubahan warna apabila pH
lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb), dalam larutan asam berwarna
kuning tetapi dalam larutan basa berwarna biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan
warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedangkan warna yang ditunjukkan dalam
keadaan basa dinamakan warna basa . Akan tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan
basa disini tidak berarti kurang atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH berarti lebih kecil
dan basa berarti lebih besar dari trayek indikator. BB mempunyai trayek indikator dari
pH 6,0 sampai 7,6; maka warna asam (kuning ) ialah warna apabila pH larutan kurang
dari 6,0 dan warna basa tampak jika pH larutan lebih dari 7,6.
Day, R. A. Jr and A.L. Underwood, 1998, Kimia Analisa Kuantitatif, Edisi Revisi,
Terjemahan R. Soendoro dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta
Harjadi, W.,1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta
Schaum, 1998, Kimia Dasar, Seri Schaum,
Penerbit ITB Bandung
DISUSUN OLEH :
TIM SUBLAB KIMIA