You are on page 1of 16

RENCANA STRATEGI RONDE KEPERAWATAN

” PENANGANAN KECEMASAN PADA ANAK YANG DIRAWAT


DIRUMAH SAKIT DENGAN TERAPI BERMAIN PUZZLE”

DI RUANG RAWAT INAP ANAK AKUT


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Oleh :

NOLA MAKHFIRA WINDA, S.Kep


BP: 1741313048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018

RONDE KEPERAWATAN

A. Pengertian

Kozier, et al (2004) dalam Saleh (2012) menyatakan bahwa ronde


keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Sedangkan menurut Saleh (2012) ronde keperawatan adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, dengan pasien atau keluarga terlibat aktif dalam
diskusi dengan membahas masalah keperawatan serta mengevaluasi hasil
tindakan yang telah dilakukan.

B. Tujuan
1. Tujuan bagi perawat
Menurut Armola et, al (2010) dalam Saleh (2012) tujuan ronde
keperawatan bagi perawat adalah (1) melihat kemampuan staf dalam
memanajemen pasien; (2) mendukung pengembangan professional dan
peluang pertumbuhan; (3) meningkatkan pengetahuan perawat dengan
menyajikan dalam format studi kasus; (4) menyediakan kesempatan
pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian keterampilan
klinis; (5) membangun kerjasama dan rasa hormat; serta (6)
meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan.
2. Tujuan bagi pasien
Clement (2011) dalam Saleh (2012)menjelaskan tujuan ronde
keperawatan untuk pasien adalah untuk (1) mengamati kondisi fisik dan
mental pasien dan kemajuan dari hari ke hari; (2) mengamati pekerjaan
staf; (3) membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan laporan
ke dokter mengenai kondisi pasien; (4) memperkenalkan pasien ke
petugas dan sebaliknya; (5) melaksanakan rencana yang dibuat untuk
perawatan pasien; (6) mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan
pasien; (7) memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang
diberikan pada pasien; (8) memeriksa kondisi pasien sehingga dapat
dicegah seperti ulcus decubitus, foot drop, dsb; (9) membandingkan
manifestasi klinis penyakit pada pasien; serta (10) memodifikasi
tindakan keperawatan yang diberikan.

C. Karakteristik
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat assosiate, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
4. Konsuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.

D. Peran dalam ronde keperawatan


1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
b) Menjelaskan masalah keperawata utama.
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan.
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

E. Langkah-langkah Ronde Keperawatan


Menurut Ramani (2003) dalam Saleh (2012) tahapan ronde
keperawatan adalah (1) Pre-rounds: preparation (persiapan), planning
(perencanaan), orientation (orientasi); (2) Rounds: Introduction
(pendahuluan), interaction (interaksi), observation (pengamatan), instruction
(pengajaran), summarizing (kesimpulan); (3) post rounds: debriefing (tanya
jawab), feedback (saran), reflection (refraksi), preparation (persiapan).

Pokok Bahasan : Penanganan kecemasan pada anak dengan terapi bermain


puzzle
Hari / Tanggal :Rabu / 17 Oktober 2018
Pukul : 10.00 -10.30
Tempat : Ruang Rawat Anak Akut RSUP M.Djamil Padang

A. Latar Belakang
Penyakit dan hospitalisasi sering menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak (Wong et al, 2009). Perawatan anak di rumah sakit merupakan
pengalaman yang penuh stress, baik bagi anak maupun orang tua (Supartini,
2012). Pencetus terjadinya stress pada anak karena perubahan lingkungan dan
status kesehatan yang dialaminya (Ramdaniati etal, 2016). Cemas yang dialami
anak merupakan perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom, sumber terkadang tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu, perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya (Nanda,
2012).
Terapi bermain puzzle merupakan salah satu terapi bermain yang dapat
diberikan pada anak yang berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih
kemampuan otak dan meningkatkan kemampuan mental (Nabors, 2013). Melalui
bermain puzzle anak diberi kesempatan untuk bermain dan melatih otak dalam
menyusun puzzle secara acak. (Jessee, 2012). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Robertson (2012) puzzle dapat meningkatkan kemampuan mental
dan dapat menurunkan kecemasan anak. Bermain ini menggunakan objek yang
dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk
berkreatif dan terampil dalam berbagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif
dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu
seperti bermain dalam puzzle gambar, disini anak selalu dipacu untuk selalu
terampil dalam meletakkan gambar yang telah dibongkar.
Berdasarkan hasil observasi, pasien yang dirawat diruang ruang rawat inap
anak akut RSUP Dr. M. djamil Padang pada hari selasa 15 Oktober 2018, terdapat
10 pasien takut untuk dilakukan perawatan seperti menangis saat melihat tenaga
medis. Oleh sebab itu perlu diadakan ronde keperawatan berupa pemberian
informasi mengenai ”Penanganan kecemasan pada anak dengan terapi bermain
puzzle” di Ruang rawat inap anak akut RSUP Dr. M. djamil Padang.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti ronde diharapkan perawat ruangan dan keluarga
mengetahui tentang kecemasan pada anak dan penanganannya.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti ronde diharapkan peserta mengetahui:

a. Pengertian hospitalisasi
b. Dampak hospitalisasi
c. Pengertian kecemasan
d. Penyebab kecemasan
e. Cara penanganan kecemasan
f. Manfaat terapi bermain
g. Cara pelaksanaan terapi bermain puzzle

C. Pelaksanaan Kegiatan

1) Topik
Penanganan kecemasan pada anak dengan terapi bermain puzzle
2. Sasaran
Sasaran : Perawat Associeate ,pasien dan keluarga pasien ruang rawat
inap anak akut RSUP Dr M Djamil Padang

1) Metode
 Ceramah
 Tanya jawab
 Diskusi

2) Media dan Alat


 Lembar balik
 Leaflet

3) Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal : Rabu / 17 Oktober 2018
Pukul : 10.00 -10.30
Tempat : Ruang Rawat Anak Akut RSUP M.Djamil Padang
4) Pengorganisasian
Penanggung jawab : Pembimbing klinik dan Pembimbing
akademik
Kepala Ruangan : Nola Makhfira Winda
Ketua Tim A : Hasnatul Fikriyah
Ketua Tim B : Putri Alin Kende Riaraly
Perawat Assosiate : Apri Yeni
Puti lenggogeni
Hanifah Hamdi
Yossy amelia faradea
Carla nasbar
Iqbal Danur Hakim
Putri Alin Kende Riaraly
Soraya Dwi Amanda

5) Setting Tempat
Keterangan :

: Pembimbing : Perawat Assosiate

: Kepala Ruangan : Pasien

: Ketua Tim : keluarga pasien

6. Proses Kegiatan Ronde


No Waktu Kegiatan Terapi Kegiatan Peserta
1 5 menit Pre rounds :
 Mengucapkan salam Menjawab salam
 Perkenalan kelompok dan Memperhatikan
pembimbing Menyepakati kontrak
 Melakukan kontrak waktu Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dan topik
2 15 menit Rounds :
 Menggali pengetahuan keluarga Memberi pendapat
pasien tentang hospitalisasi atau
perawatan dirumah sakit Memperhatikan
 Memberikan reinforcement positif
 Menggali pengetahuan keluarga Memberi pendapat
mengenai dampak hospitalisasi
 Memberikan reinforcement positif
 Menjelaskan dampak hospitalisasi Memperhatikan
 Menggali pengetahuan keluarga Memberi pendapat
mengenai kecemasan
 Memberikan reinforcement positif
 Menjelaskan tentang kecemasan Memperhatikan
 Menggali pengetahuan keluarga Memberi pendapat
mengenai penyebab kecemasan pada
anak
 Memberikan reinforcement positif
 Menjelaskan tentang penyebab Memperhatikan
kecemasan pada anak
 Menjelaskan penanganan kecemasan Memperhatikan
pada anak
 Menjelaskan tentang terapi bermain Memperhatikan
puzzle
 Menjelaskan manfaat terapi bermain Memperhatikan
puzzle
 Menjelaskan pelaksanaan terapi Memperhatikan
bermain puzzle
3 10 menit Post rounds :
 Tanya jawab Memberikan pertanyaan
dan mejawab pertanyaan
 Memberikan saran Memperhatikan
 Mengucapkan salam Menjawab salam

7. Kriteria evaluasi
 Evaluasi struktur
- Kegiatan ronde terlaksana sesuai waktu
- Peserta ronde dapat hadir sesuai rencana
 Evaluasi proses
- Peserta ronde berperan aktif dalam kegiatan ronde
- Selama ronde berlangsung, semua peserta dapat mengikuti
dengan penuh perhatian
 Evaluasi hasil
- Pasien puas dengan hasil kegiatan
- Peserta Rond emampu:
 Peserta ronde mampu menyebutkan cara penanganan
kecemasan pada anak dengan terapi bermain puzzle
 Berpikir kritis
 Tumbuh pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal
dari masalah klien ataupun dari perawat sendiri
 Meningkatkan pola pikir sistematis
 Mengaplikasikan latihan pembelajaran pada praktek klinik

Lampiran

MATERI PENYULUHAN
PENANGANAN KECEMASAN PADA ANAK DENGAN TERAPI
BERMAIN PUZZLE
A. Pengertian Hopitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang menjadi alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi pengobatan dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah
(Supartini, 2012). Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam
bagi anak karena stresor yang dihadapi menyebabkan perasaan tidak nyaman
sehingga dapat membuat mereka merasa cemas dan ketakutan (Susilaningrum,
2013). Keadaan ini dapat dilihat dari perubahan tanda-tanda vital tubuh
seperti, perubahan denyut nadi, pola pernapasan dan suhu tubuh
(Kusmaningrum dkk, 2011).

B. Dampak Hospitalisasi
Perawatan anak di rumah sakit membuat anak menjadi cemas, takut, sedih
dan timbul perasaan tidak nyaman lainnya (Supartini, 2012). Penelitian Utami
(2014) membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu
pengalaman yang menimbulkan trauma bagi anak, sehingga menimbulkan
reaksi tertentu yang akan berdampak pada kerja sama dengan anak saat
melakukan perawatan pada anak selama di rumah sakit.

C. Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau ansietas merupakan gangguan alam perasaan yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, pada seseorang yang mengalami kecemasan tidak terjadi
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, prilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas normal (Hawari, 2008). Ansietas adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya (Supartini, 2012). Keadaan emosi pada ansietas
tidak memiliki objek spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan
secara interpersonal. Anisetas berbeda dengan rasa takut yang merupakan
penilaian intelektual terhadapbahaya, sedangkan kecemasan merupakan
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart, 2013).

D. Faktor yang menimbulkan kecemasan hospitalisasi


Faktor yang menimbulkan kecemasan hospitalisasi pada anak menurut
Utami (2014) adalah sebagai berikut :
a. Faktor lingkungan rumah sakit; suasana baru di rumah sakit yang
tidak familiar, wajah-wajah baru, bau yang khas, berbagai macam
bunyi dari mesin yang digunakan dapat menimbulkan kecemasan dan
ketakutan bagi anak.
b. Faktor berpisah dari orang yang sangat berarti. Saat dihospitalisasi
maka anak akan berpisah dengan suasana rumah, benda-benda
kesayangan yang biasa digunakan sehari-hari, rutinitas yang biasa
dilakukan di rumah, dan berpisah dengan anggota keluarga lainnya
dapat menimbulkan kecemasan pada anak.
c. Faktor kurangnya informasi. Kurangnya informasi yang didapat
keluarga dan anak mengenai hospitalisasi dan proses ketika menjalani
hospitalisasi juga akan menimbulkan kecemasan.
d. Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian. Anak yang
hospitalisasi akan mengalami suatu aturan dan rutinitas dari proses
perawatan sehingga hal ini akan mengganggu kebebasan dan
kemandirian anak yang sedang berada dalam tahap perkembangan.
e. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
Semakin sering seorang anak menjalani hospitalisasi maka akan
semakin berkurang perasaan cemas yang dialami anak, begitu juga
sebaliknya.
f. Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit. anak
mempunyai keterbatasan dalam perkembangan kognitif dan bahasa .
g. komunikasi. Dalam hal ini perawat merupakan petugas rumah sakit
yang paling sering berinteraksi dengan anak, dan berinteraksi dengan
pasien anak menjadi tantangan bagi seorang perawat, dibutuhkan
sensitifitas yang tinggi serta lebih kompleks dibandingkan dengan
pasien dewasa. Berkomunikasi dengan anak sangat dipengaruhi oleh
usia anak, kemampuan kognitif, tingkah laku, kondisi fisik dan
psikologis, tahapan penyakit dan respon pengobatan.

E. Penanganan kecemasan dengan terapi bermain puzzle


Terapi bermain puzzle merupakan salah satu terapi bermain yang dapat
diberikan pada anak yang berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih
kemampuan otak dan meningkatkan kemampuan mental (Nabors, 2013).
Melalui bermain puzzle anak diberi kesempatan untuk bermain dan melatih
otak dalam menyusun puzzle secara acak. (Jessee, 2012). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Robertson (2012) puzzle dapat meningkatkan
kemampuan mental dan dapat menurunkan kecemasan anak. Bermain ini
menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam berbagai hal. Sifat
permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba
kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzle
gambar, disini anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan
gambar yang telah dibongkar.

F. Manfaat terapi bermain puzzle


a. Menurunkan kecemasan anaak saat dirawat di rumah sakit
b. Mendorong anak untuk memecahkan masalahnya dengan

cara yang berbeda


c. Mengembangkan antara koordinasi mata dan tangan
d. Mengembangkan keterampilan motorik dan kognitif anak
e. Mempersiapkan anak untuk melakukan tindakan di rumah

sakit selanjutnya.
f. Menghilangkan kesalahpahaman anak dengan prosedur

yang akan dilakukan (Burnsnader, 2012).


g. Melatih kesabaran

G. Pelaksanaan terapi bermain puzzle


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robertson (2012) puzzle
game dapat meningkatkan kemampuan mental dan dapat menurunkan
kecemasan anak. Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih
kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan
terampil dalam berbagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana
anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam puzzle gambar, disini anak selalu dipacu untuk selalu terampil
dalam meletakkan gambar yang telah dibongkar.
1) Persiapan
1. Kertas puzzle bergambar
2) Kegiatan :
1. Malakukan tindakan ditempat tidur
2. Sediakan kertas puzzle bergambar
3. Bongkar kertas puzzle tersebut
4. Pasang kembali kertas puzzle sesuai pasangannya masing-
masing
5. Dianjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih
dahulu
6. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
7. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti
semula sebelum kertas puzzle di bongkar
8. Perawat mendemontrasikan cara bermain puzzle
9. Kemudian memcobakan kepada anak dan anak menyusun
puzzle yang sudah dibongkar.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak Edisi Revisi.
Jakarta : Salemba Medika.

Ahsan. (2015). Effect of play with coloring with decreasing maladaptive behavior
score of pre school children aged 3-5 years which experience
hospitalization in hospital of kediri district. Brawijaya University.

Apriliawati, A. (2011). Pengaruh blibioterapi terhadap tingkat kecemasan anak


usia sekolah yang menjalani hospitalisasi di rumah sakit Islam Jakarta.
Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Brown, J. (2012). Effects of group medical play on reducing stress, fear, and
anxiety inchildren. Master’s thesis, The University of Alabama.

Burnsnader, S., CCLS., & Hernandezreif, M. (2014). Facilitating Play for


Hospitalized Children Through Child Life Services. Department of
Human Development and Family Studies. The University of Alabama.

Hooshmand, A., Keshavarz, F.&Baghadrsarians, A. (2013). The Impact of Play


Therapy on Developmental Fears among Preschoolers. International
Research Journal of Applied and Basic Sciences, 4 (7), 1740-1745.

Kazemi, S., Shima, K., Koosha, G., Sima, B & Leila Kashani. (2012). Music and
Anxiety in Hospital Hospitalized Children. Journal of Clinical and
Diagnostic Research , 6 (1), 94-96.

Kusumaningrum, A., Gultom, E.A. & Dewi, N.R. (2011). Physiologic and
psychologic benefits of therapeutic storytelling to inpatient children.
Jurnal keperawatan, 1(1), 71-74.

Miller. (2002). Clinical Pathology Edisi 2. Jakarta : EGC.

Moore, R. E., Bennett, L. Katherine., Dietrich, S. Mary.& Wells, N. (2015). The


Effect of Directed Medical Play on Young Children’s Pain and Distress
during Burn Wound Care . Journal of pediatric health care.

Jessee, P. O., Wilson, H. & Morgan, D. (2012). Medical Play for Young Children.
Childhood Education, 76:4, 215-218.

Li, W. H., Chung, J. O. K., Ho, K. Y. & Kwok, B. M. C. (2016). Play intervention
to reduce anxiety and negative emotions in hospitalized children. BMC
Pediatircs, 16:36.

Putra, H. S. D., dkk. (2014). Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Ramdaniati, S., Hermaningsih, S. &Muryati. (2016). Comparison Study of Art


Therapy in Reducing Anxiety on Pre-School Children Who Experience
Hospitalization. Open Journal of Nursing, 6, 46-52.

Solikhah, U. (2011). Pengaruh Therapeutic peer play terhadap kecemasan dan


kemandirian anak usia sekolah selama hospitalisasi di rumah sakit
Banyumas. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesi

You might also like