You are on page 1of 26

TUGAS TELAAH JURNAL KELOMPOK 6 BIOST

Referensi: Dahlan S, Telaah Jurnal Klinis, 2011


Sudigdo S, Metodologi Penelitian Klinis, 2011
NO KOMPONEN
PENILAIAN
1 PENULIS, 1. Apakah nama-nama penulis ditulis sesuai
TAHUN dengan aturan jurnal?
Penulis ditulis tanpa gelar

2 JUDUL

1. Apakah judul tidak terlalu panjang atau terlalu


pendek?

2. Apakah judul menggambarkan isi utama


penelitian?

3. Apakah judul cukup menarik?


4. Apakah judul menggunakan singkatan selain
yang baku?

3 ABSTRAK

1. Apakah merupakan abstrak satu paragraf,


atau abstrak terstruktur?

2. Apakah sudah mencakup


IMRAD( Introduction, Methods, Results,
discussion)

3. Apakah secara keseluruhan abstrak


informatif?
4. Apakah abstrak lebih dari 200-250 kata?

4 PENDAHULUA
N

1. Apakah pendahuluan terdiri dari 2-3 paragraf?


2. Apa saja data yg digunakan untuk
menunjukkan besar masalah? Besar masalah
disampaikan dengan menuliskan
prevalensi/insiden/jumlah kasus, perbandingan
relatifnya thdp waktu, tempat lain, target program
dan besarnya dampak yg ditimbulkan.

3. Apa saja yang sudah diketahui


sebelumnya/elaborasi secara substansial dan
metodologis? Kesenjangan apa yang masih
ditemukan, baik berupa kesenjangan secara
substansial, metodologis dan konfirmasi?

3. Apakah paragraf kedua menyatakan hipotesis


atau tujuan penelitian dan desain yang
digunakan?
4. Ferlay J; Pisani P; Parkin DM. Globocan 2002.
Cancer Incidence, Mortality and Prevalence
Worldwide. IARC, Cancer Base (2002
estimates),
Lyon 2004. IARC, Press.
5. Yuli. Satu orang meninggal dalam sehari
akibat
kanker rongga mulut. Disitasi dari
http://forum.um.ac.id. Diunduh 21 Januari 2012
6. Balaram, P; Meenattoor, G. Imunology of
Oaral
Cancer – A Review. Singapore Dental Journal,
1996, vol. 21, no 1, 36
7. Chichibernadus. Kanker Rongga Mulut, Kenali
Gejalanya. Disitasi dari http://id.shooving.com.
Diunduh 13 November 2012
8. Herlady, Yusuf. Kanker rongga mulut,
bagaimana
mengobatinya. Disitasi dari http://yusufherlady.
blogspot.com. Diunduh 12 Agust 2012
9. Norman K. Wood, Danny R Sawyer. Oral
cancer
5th ed. St. Louis: Mosby-year Book Inc, 1997 :
587
– 593
10. R.A. Cawson, E.W. Odell. Oral cancer 6th ed.
London : Churchill Livingstone, 2000 : 228 – 238
11. Scully, C. Oncogen. Onco-Supressor.
Carcinogenesis and Oral Cancer. British Dental
Journal, 1992 : 173
12. Pinborg, J.J.. Kanker dan prekanker rongga
mulut.
Alih bahasa Lilian Yuwono. Ed. Pertama.
Penerbit
Buku Kedokteran. EGG, Jakarta, 1991 : 21-93;
125
13. Hosmer, D,W; Lemeshow, S. Applied Logistic
Regression, Johnutama
Wiley & Sons, Wiley
5 TUJUAN 1. Apakah tujuan dan tujuan tambahan
penelitian?

(Tujuan utama merupaka tujuan paling penting,


menjadi dasar perhitungan besar sampel, dan
penelitian dirancang untuk menjawab tujuan
utama)
6 METODOLOGI 1. Apakah definisi istilah dan variabel-variabelnya
DEFINISI dijelaskan?
OPERASIONAL
7 HIPOTESIS 1. Apakah hipotesis penelitian?

8 METODE 1. Apakah disebut desain, tempat dan waktu


(SAMPEL & UJI penelitian?
STATISTIK)
2. Apakah disebutkan populasi sumber (populasi
terjangkau)?

3. Apakah kriterian pemilihan inklusi dan eksklusi


dijelaskan?
4.Apakah cara pemilihan subyek (tehnik
sampling) dijelaskan?

5. Apakah disebutkan rencana analisis, batas


kemaknaan dan power penelitian? Komentar
thdp metode statistik yg digunakan, apakah
sesuai dgn tujuan dan hipotesis?
6. Apakah disebutkan program komputer yang
dipakai?
9 HASIL 1. Apakah disertakan tabel deskripsi setiap
subyek penelitian

2. Apakah penulisan tabel dilakukan dengan


tepat?

3. Apakah tabel dan ilustrasi diperlukan dan


informatif?

4. Apakah semua hasil dalam tabel disebutkan


pada naskah?

5. Apakah semua outcome yang penting


disebutkan dalam hasil?

6. Apakah analisis dilakukan dengan uji yang


sesuai?
7. Apakah disertakan hasil uji statistik, derajat
kebebasan, dan nilai p, interval kepercayaan?

8. Apakah dilakukan analisis yg semula tdk


direncanakan>
9. Apakah dalam hasil disertakan komentar dan
saran?

10 PEMBAHASAN/ 1. apakah semua hal yg relevan dibahas?


DISKUSI

2. Apakah hasil sering diulang-ulang?

3. Apakah dibahas keterbatasan penelitian dan


dampaknya terhadap hasil?
4, Apakah disebutkan kesulitan penelitian dan
penyimpangan dr protokol dan dampaknya
terhadap hasil?

5. Apakah pembahasan dihubungkan dgn


pertanyaan penelitian?

6. Apakah pembahasan dihubungkan dgn teori


dan hasil penelitian terdahulu?

7. Apakah dibahas hubungan hasil dgn praktek


klinis?
11 KESIMPULAN

1. Apakah kesimpulan utama penelitian?

2. Apakah kesimpulan berdasarkan data


penelitian dan sahih? Mungkinkah simpulannya
bias (bias informasi, klasifikasi dan
konfounding)?

3. Apakah disebutkan generalisasi penelitian?


12 SARAN
1.. Apakah disebutkan saran penelitian dgn
anjuran yg tepat?
2. .Saran perbaikan simpulan

Komentar anda terhadap saran, apakah saran


sudah sejalan dengan hasil/simpulan (didukung
oleh fakta hasil penelitian?)
TELAAH JURNAL KELOMPOK 6 BIOSTATISTIK INTERMEDIET

URAIAN
Anna Maria Sirait

Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes,


Kementerian Kesehatan RI; Jl. Percetakan Negara
No. 29, Jakarta, Indonesia

FAKTOR RISIKO TUMOR/KANKER RONGGA MULUT


DAN TENGGOROKAN DI INDONESIA

Latar belakang: Tumor/kanker rongga mulut ditemukan sekitar 2-5% dari seluruh
keganasan. Angka kematiannya 2-3%
dari seluruh kematian akibat keganasan. Tujuan: penelitian ini adalah untuk
mengetahui prevalensi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan di Indonesia.
Metode: Desain penelitian ini adalah
kasus kontrol. Data diambil dari data individu Riset Kesehatan Dasar 2007. Kasus
adalah semua responden yang
menderita tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan. Kontrol adalah responden
yang tidak menderita tumor/kanker
pada anggota tubuh lain. Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1 : 4 yang
dipadankan dengan kabupaten kasus. Hasil:
Terdapat 203 kasus tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan (prevalensi
0,2‰), kontrol diambil sebanyak 802
orang. Jumlah kasus terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Ada 5 provinsi
yang tidak ditemukan adanya kasus
yaitu Provinsi Jambi, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
Ditemukan OR suaian kelompok umur 11-
20 tahun sebesar 2,5 dengan 95% CI 1,3-4,9 dibanding dengan umur 60 tahun atau
lebih. Merokok/menyirih mempunyai
OR suaian 1,6 dengan 95% CI 1,1-2,3 dibanding yang tidak merokok. Kebersihan
mulut kurang mempunyai OR suaian
2,3 dengan 95% CI 1,4-3,9 dibanding dengan kebersihan mulut baik. Kesimpulan:
Ditemukan hubungan yang bermakna
antara umur, merokok/menyirih dan kebersihan mulut dengan tumor/kanker rongga
mulut dan tenggorokan.
Kata kunci: prevalensi, tumor/kanker, rongga mulut dan tenggorokan, Riskesdas
2007
keganasan.6 Di Indonesia, menurut Simanjuntak
kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari
seluruh kasus kanker yang terjadi7. Angka kematiannya 2-3% dari seluruh kematian
akibat
keganasan.8
Penyebab kanker rongga mulut sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti, hal ini
disebabkan karena penyebab terjadinya kanker
adalah multi faktorial dan kompleks.9,10 Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
kanker rongga mulut yaitu faktor lokal meliputi
kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis
dari restorasi, karies gigi,6 faktor luar antara lain
merokok, peminum alkohol, menyirih, virus, faktor
host meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologik
dan genetic.11 Risiko terjadinya kanker ini akan
lebih meningkat apabila digabung antara faktorfaktor predisposisi tersebut,
misalnya merokok
dengan minum alcohol,9,10 menyirih dengan
tembakau.1
Faktor yang dapat meningkatkan risiko
kanker tenggorokan antara lain merokok dan
mengunyah tembakau, penggunaan alkohol secara
berlebihan, kurangnya kebersihan gigi, virus HPV
(human papilloma virus), makan rendah buah dan
sayur, terkena serat asbes. Umumnya penderita
datang berobat sesudah ada keluhan seperti adanya
benjolan di leher, nyeri tukak atau borok. Pada hal
bila sudah ada keluhan maka penyakit sudah dalam
stadium lanjut akibatnya prognosa dari kanker
tenggorokan maupun rongga mulut relatif buruk.
Suatu kenyataan yang kurang menyenangkan di
mana seringkali prognosa ini diakibatkan oleh
diagnosa dan perawatan yang terlambat.12 Faktorfaktor yang dapat menimbulkan
keterlambatan ini
antara lain kanker pada tahap awal seringkali tidak
menimbulkan keluhan (ketidaktahuan penderita),
rasa takut berobat dan tidak ada biaya untuk berobat. Di samping itu dokter yang
memeriksa tidak
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
gambaran klinis keganasan mulut, sehingga terlambat untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian tumor/kanker
rongga mulut dan
tenggorokan di Indonesia.
yaitu Provinsi Jambi, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk


mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian tumor/kanker
rongga mulut dan
tenggorokan di Indonesia.

Variabel dependen (tergantung) adalah


tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan.
Tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan tidak
berdasarkan hasil laboratorium patologi anatomik
akan tetapi hanya berdasarkan wawancara
(pengakuan dari responden atau yang mewakili).
Variabel independen (bebas) adalah lokasi
tempat tinggal (kota, desa), jenis kelamin.
Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang dijalani
responden. Dikategorikan menjadi “rendah” bila
tidak pernah sekolah sampai tamat SLTP sesuai
dengan wajib belajar, “menengah” bila tamat SLTA
dan “tinggi” bila tamat D3/Perguruan Tinggi. Umur
dihitung berdasarkan pada ulang tahun terakhir
responden
Hipotesis tidak dijabarkan

Desain Studi: nested case-contro

Sampel
Riskesdas 2007 berasal dari 440 kabupaten/kota
yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia dan
diambil secara probability proportional to size
(PPS).

Analisa: Deskriptif Analitik dengan Chi square


Proporsi anak yang dilahirkan di rumah tergolong tinggi (55%), kelompok ibu
berumur < 20 tahun dan > 35 tahun relatif lebih banyak yang bersalin di
rumah (67% dan 58%) dibandingkan ibu yang berumur 20 _34 tahun (52%).
Semakin tinggi varitas kelahiran maka semakin tinggi persalinan di rumah,
anak urutan kelahiran 1 (50%); urutan 2 _ 3 (53%); urutan 4 _ 5 (69%); dan
urutan 6 ke atas (81%). Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi
pula pemanfaatan fasilitas persalinan. Ibu yang tidak bersekolah tidak ada
yang melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan. Sementara, proporsi ibu
yang melahirkan di rumah tidak tamat SD sebanyak 17%, tamat SD
sebanyak 26%, tidak tamat SMTA sebanyak 52%, serta tamat SMTA ke atas
sebanyak 73%. Berdasarkan frekuensi pemeriksaan kehamilan, frekuensi 0
_ 3 kali melahirkan di fasilitas kesehatan (35%) dan frekuensi 4 kali atau
lebih (51%). Semakin tinggi indeks kuintil kekayaan, semakin banyak yang
melahirkan di fasilitas kesehatan. Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan
dengan indeks kuintil terbawah (13%), menengah bawah (23%), menengah
(34%), menengah atas (46%) serta teratas (73%). Persalinan yang ditolong
oleh tenaga profesional bervariasi berdasarkan umur ibu, terbanyak pada
ibu yang berumur 20 _ 34 tahun (72%). Proporsi persalinan yang ditolong
oleh tenaga profesional semakin menurun berdasarkan peningkatan urutan
kelahiran, urutan pertama (74%) lebih besar dibandingkan keenam atau
lebih (36%). Dukun bayi masih berperan menolong persalinan (30%),
terutama pada wanita usia di bawah 20 tahun (47%), urutan kelahiran
keenam atau lebih (57%), wanita di pedesaan (41%), berpendidikan rendah
(64% _66%), dan berada pada indeks kekayaan kuintil terbawah (78%).
Persalinan dengan bedah caesar meningkat bersamaan dengan
peningkatan umur ibu, ibu berumur 20 tahun (5%), dan 35 _ 49 tahun (7%).
Persalinan bedah caesar di perkotaan (9%) lebih tinggi dibandingkan
pedesaan (4%) yakni pada ibu berpendidikan SMTA atau lebih (10%) dan
ibu dengan indeks kekayaan kuintil teratas (14%) (Lihat Tabel 1). Di Jawa
Barat, secara keseluruhan sekitar 70% persalinan ditolong oleh tenaga
profesional, persalinan terbanyak secara berurutan ditolong oleh bidan
(56%), dukun bayi (30%), dan dokter ahli kandungan (11%). Angka tersebut
meningkat sesuai dengan peningkatan umur ibu, pendidikan ibu, dan indeks
kekayaan kuintil, tetapi menurun sesuai dengan peningkatan urutan
kelahiran anak. Angka persalinan profesional lebih tinggi di perkotaan (79%)
dibandingkan pedesaan (57%). Penelitian menemukan hubungan yang
signifikan antara umur ibu, tingkat pendidikan ibu, dan indeks kesejahteraan
dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Persalinan dengan tenaga
kesehatan meningkat sesuai dengan peningkatan umur ibu, tingkat
pendidikan ibu, dan indeks kesejahteraan. Sementara daerah tempat tinggal
dan jumlah anak masih hidup tidak berhubungan secara signifikan dengan
penolong persalinan tenaga kesehatan Karakteristik Ibu dan Penggunaan
Kontrasepsi Kesertaan dalam program KB meningkat sesuai dengan
peningkatan umur ibu. Pada kelompok umur 15 _ 19 tahun 49%, umur 20 _
29 tahun 68%, dan sedikit menurun pada umur 30 _ 49 tahun (59%).
Penggunaan kontrasepsi pada wanita perkotaan (63%) relatif lebih tinggi
dibandingkan pedesaan (60%). Proporsi penggunaan kontrasepsi semakin
meningkat sesuai dengan tingkat pendidikan ibu, wanita yang tidak
bersekolah dan SD tidak tamat (47%), tamat SD dan SLTP tidak tamat
(62%), dan SLTP tamat atau lebih tinggi (70%). Penggunaan kontrasepsi
pada wanita termiskin dan miskin menempati urutan terbawah (48%) diikuti
oleh wanita kelas menengah (63%) serta kaya dan terkaya (62%).
Ditemukan hubungan yang signifikan antara kesertaan ber-KB dengan umur
ibu, tingkat pendidikan, dan indeks kesejahteraan. Kesertaan ber-KB lebih
banyak pada ibu berumur 30 _ 49 tahun, berpendidikan lebih tinggi, dan
indeks kesejahteraan lebih tinggi. Sementara itu, tidak ada hubungan yang
signifikan antara kesertaan ber-KB dengan daerah tempat tinggal dan
jumlah anak masih hidup (Lihat Tabel 3). Umur Persalinan Sekitar 5,1%
wanita berumur 20 _ 49 tahun melahirkan anak pertama tepat pada umur 15
tahun; 20,9% umur 18 tahun; dan 40,1% umur 20 tahun. Kelahiran anak
pertama pada usia remaja masih cukup tinggi (26%), yang mengindikasikan
kehamilan berisiko tinggi, ditandai dengan penyulit persalinan seperti
perdarahan yang berakibat pada kematian ibu dan bayi. Kematian ibu dan
bayi masih menjadi masalah di Jawa Barat. Selain itu, dampak psikologis
emosi ibu muda yang kurang matang dalam pengasuhan anak berakibat
pada kualitas sumber daya manusia yang rendah (Lihat Tabel 4). Cakupan
Antenatal
Cakupan pemeriksaan kehamilan pada tenaga profesional meningkat sesuai
dengan peningkatan jenjang pendidikan
ibu dan indeks kekayaan kuintil. Proporsi pemeriksaan kehamilan pada ibu
yang tidak sekolah (71%) dan ibu yang berpendidikan SD (80%) relatif lebih
rendah dibandingkan ibu berpendidikan SMTA atau lebih (99%). Ibu dengan
indeks kekayaan kuintil terbawah yang memeriksakan kehamilan pada
tahun; 20,9% umur 18 tahun; dan 40,1% umur 20 tahun. Kelahiran anak
pertama pada usia remaja masih cukup tinggi (26%), yang mengindikasikan
kehamilan berisiko tinggi, ditandai dengan penyulit persalinan seperti
perdarahan yang berakibat pada kematian ibu dan bayi. Kematian ibu dan
bayi masih menjadi masalah di Jawa Barat. Selain itu, dampak psikologis
emosi ibu muda yang kurang matang dalam pengasuhan anak berakibat
pada kualitas sumber daya manusia yang rendah (Lihat Tabel 4). Cakupan
Antenatal
Cakupan pemeriksaan kehamilan pada tenaga profesional meningkat sesuai
dengan peningkatan jenjang pendidikan
ibu dan indeks kekayaan kuintil. Proporsi pemeriksaan kehamilan pada ibu
yang tidak sekolah (71%) dan ibu yang berpendidikan SD (80%) relatif lebih
rendah dibandingkan ibu berpendidikan SMTA atau lebih (99%). Ibu dengan
indeks kekayaan kuintil terbawah yang memeriksakan kehamilan pada
tenaga profesional (80%) lebih sedikit dibandingkan dengan indeks
kekayaan kuintil teratas (98%) (Lihat Tabel 5).
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan antenatal yang paling sering adalah tinggi fundus (96%), berat
badan (96%), tekanan darah (95%), urin (39%), dan tinggi badan (35%).
Sekitar 51% ibu mendapat penjelasan tentang tanda-tanda komplikasi
kehamilan. Penjelasan tersebut umumnya diterima oleh ibu hamil berumur
20 - 30 tahun (53%), ibu hamil pada urutan kelahiran pertama dan keempat
atau kelima (54% _ 55%), di wilayah perkotaan (55%), berpendidikan SMTA
atau lebih tinggi (63%), dan berada pada indeks kekayaan kuintil menengah
atas (60%) (Lihat Tabel 6).
Hasil yang signifikan: Hubungan antara umur ibu, pendidikan ibu dan indeks
kesejahteraan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan, Hubungan antara umur ibu, pendidikan ibu dan indeks
Tempat dan penolong
kesejahteraan dengan persalinan berpengaruh
kesertaan terhadapKB,
dalam program peningkatan
Hubungan kesehatan
antara ibu
dan anak. Tempat persalinan yang tidak layak dan penolong persalinan
daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan ibu, indeks kesejahteraan, jumlah yang tidak
terlatih sangat rentan terhadap kematian. Secara keseluruhan, sebanyak 45% anak
anak yang masih hidup dengan tempat persalinan
dilahirkan di fasilitas kesehatan, fasilitas swasta (39%), dan fasilitas pemerintah (6%).
Di Jawa Barat, sekitar 68% kelahiran ditolong oleh tenaga medis, meliputi
perawat/bidan di desa (56%), dokter spesialis kandungan (11%), dan dokter umum
(1%). Penggunaan alat kontrasepsi pada wanita miskin ditemukan rendah karena
beban biaya pelayanan dan transportasi serta kesadaran membatasi kehamilan yang
rendah. Studi Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Padjadjaran pada tahun 2007 di Kota
Bandung menemukan bahwa pengetahuan keluarga miskin terhadap program KB
termasuk rendah (< 30%) sehingga berdampak pada penggunaan alat kontrasepsi
yang rendah.3 Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah petugas KB
dalam memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dari
tahun 2001 hingga 2007.7 Wanita berumur muda (15 _19 tahun) yang tidak
menggunakan kontrasepsi sebesar 50,9%, sisanya menggunakan kontrasepsi pil dan
suntik. Wanita berumur 20 _ 29 tahun dan 30 _ 49 tahun umumnya menggunakan
alat kontrasepsi berbeda dengan wanita berumur 15 _ 19 tahun dan 20 _ 49 tahun
yang mayoritas menggunakan metode suntik pil dan intrauterine device (IUD).
Pengguna alat kontrasepsi di perkotaan (63%) lebih tinggi dibandingkan pedesaan
(60%), penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan (62%) juga lebih tinggi
dibandingkan pedesaan (59%). Wanita perkotaan lebih banyak yang menggunakan
IUD, kondom, dan sterilisasi wanita, sementara wanita pedesaan lebih memilih
menggunakan pil, suntik, dan susuk KB. Sekitar 46% wanita kawin yang tidak sekolah
menggunakan alat/cara KB modern dan sekitar 68% wanita yang berpendidikan
SMTA
atau lebih tinggi menggunakan alat kontrasepsi. Semakin tinggi pendidikan wanita,
semakin tinggi keikutsertaan dalam penggunaan alat kontrasepsi.6 Program KB yang
efektif berpengaruh lebih besar pada fertilitas kelompok sosial ekonomi tinggi yang
kemudian berpengaruh pada keputusan penggunaan alat kontrasepsi. Peningkatan
peserta KB sesuai dengan peningkatan indeks kekayaan. Wanita kelompok kuintil
terbawah yang menggunakan alat kontrasepsi modern (48%) lebih rendah
dibandingkan wanita dengan indeks kekayaan kuintil teratas (62%). Penggunaan alat
kontrasepsi modern oleh masyarakat hingga kini mengindikasikan pengetahuan
tentang metode KB modern di kalangan ibu tergolong baik. Jumlah anak
berhubungan secara bermakna dengan penggunaan kontrasepsi modern, ibu yang
mempunyai anak banyak cenderung menggunakan alat kontrasepsi. Penggunaan
alat kontrasepsi pada wanita dengan jumlah anak 3 _ 4 (65%) cenderung menurun
jauh setelah jumlah anak 5 atau lebih (39%). Penggunaan pil atau suntik pada
kelompok ibu yang belum mempunyai anak (12% dan 4%) dan penggunaan suntik
mengalami peningkatan yang tajam setelah kelahiran anak pertama dan kedua. Ibu
dengan jumlah anak 3 atau lebih secara psikologis merasa cukup dan memutuskan
untuk melakukan strerilisasi. Determinan fertilitas meliputi faktor demografi seperti
umur kawin pertama dan faktor nondemografi antara lain kondisi ekonomi dan tingkat
pendidikan. Faktor sosial berpengaruh berhadap fertilitas melalui 11 variabel antara
lain umur kawin pertama.8 Median umur kawin pertama di Jawa Barat (18,9 tahun)
relatif lebih kecil dari Indonesia (19,2 tahun). Secara umum, tingkat
pendidikan dan indeks kekayaan berhubungan positif dengan semua komponen
pemeriksaan kehamilan. Semakin tinggi jenjang pendidikan ibu dan semakin tinggi
status indeks kekayaan kuintil, semakin besar kemungkinan memeriksakan semua
komponen pemeriksaan kehamilan. Selama kehamilan, para ibu dianjurkan
meminum paling sedikit 90 pil zat besi.1 Penelitian memperlihatkan bahwa 82% ibu
hamil di Jawa Barat yang meminum pil zat besi berhubungan negatif dengan urutan
kelahiran, tetapi berhubungan positif dengan tingkat pendidikan dan indeks kekayaan
ibu. Proporsi ibu di perkotaan yang mendapatkan pil zat besi selama kehamilan
terakhir (87%) jauh lebih tinggi dibandingkan ibu yang tinggal di pedesaan (77%).
jauh setelah jumlah anak 5 atau lebih (39%). Penggunaan pil atau suntik pada
kelompok ibu yang belum mempunyai anak (12% dan 4%) dan penggunaan suntik
mengalami peningkatan yang tajam setelah kelahiran anak pertama dan kedua. Ibu
dengan jumlah anak 3 atau lebih secara psikologis merasa cukup dan memutuskan
untuk melakukan strerilisasi. Determinan fertilitas meliputi faktor demografi seperti
umur kawin pertama dan faktor nondemografi antara lain kondisi ekonomi dan tingkat
pendidikan. Faktor sosial berpengaruh berhadap fertilitas melalui 11 variabel antara
lain umur kawin pertama.8 Median umur kawin pertama di Jawa Barat (18,9 tahun)
relatif lebih kecil dari Indonesia (19,2 tahun). Secara umum, tingkat
pendidikan dan indeks kekayaan berhubungan positif dengan semua komponen
pemeriksaan kehamilan. Semakin tinggi jenjang pendidikan ibu dan semakin tinggi
status indeks kekayaan kuintil, semakin besar kemungkinan memeriksakan semua
komponen pemeriksaan kehamilan. Selama kehamilan, para ibu dianjurkan
meminum paling sedikit 90 pil zat besi.1 Penelitian memperlihatkan bahwa 82% ibu
hamil di Jawa Barat yang meminum pil zat besi berhubungan negatif dengan urutan
kelahiran, tetapi berhubungan positif dengan tingkat pendidikan dan indeks kekayaan
ibu. Proporsi ibu di perkotaan yang mendapatkan pil zat besi selama kehamilan
terakhir (87%) jauh lebih tinggi dibandingkan ibu yang tinggal di pedesaan (77%).

Ditemukan prevalensi tumor/kanker rongga


mulut dan tenggorokan 0,2‰. Penyakit ini
ditemukan paling banyak di Provinsi Jawa Tengah
dan tidak ditemukan kasus di 5 provinsi yaitu
Provinsi Jambi, Sulawesi Barat, Maluku Utara,
Papua Barat dan Papua. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit ini adalah
umur,
merokok/menyirih dan kebersihan mulut.

Dianjurkan kepada seluruh masyarakat agar


menghindari asap rokok, dan bagi yang masih
merokok diminta agar diusahakan untuk berhenti
merokok, jika masih merokok agar ditempat yang
sudah ditentukan agar asap rokoknya tidak
menggangu orang lain. Di samping itu periksakan
kondisi gigi dan mulut ke dokter gigi secara rutin
setidaknya setiap enam bulan sekali dan meminta
untuk dilakukan skrining kanker mulut agar dapat
mendeteksi kanker sejak dini.
TISTIK INTERMEDIET

HASIL KAJIAN, KOMENTAR & SARAN


Penulis ditulis tanpa gelar, dengan keterangan tempat instansi
penulis bekerja bukan tempat penelitian (sudah sesuai)

Judul jurnal penelitian tidak lebih dari 14 kata dalam bahasa


Indonesia dan 10 kata dalam bahasa Inggris , namun pada jurnal
penelitian ini terdapat 10 kata dalam bahasa indonesia dan 9
kata dalam bahasa inggris (sudah sesuai dengan penulisan
kaidah penulisan jurnal yang baik yaitu tidak lebih 14 kata dalam
bahasa indonesia dan 10 kata dalam bahasa inggris) (LIPI,
2013). Judul jurnal tidak mengerucut kebawah, seharusnya judul
jurnal mengurucut kebawah seprti piramida (LIPI, 2013)

What: Hubungan antara usia, kebiasaan merokok, dan


kebersihan rongga mulut dengan kejadian tumor/kanker pada
rongga mulut dan tenggorokan.
When: tidak ada, seharusnya dituliskan tahun penelitian
dilakukan
Where: Indonesia

Judul yang disarankan: Hubungan antara Usia, Kebiasaan


Merokok dan Higienitas Rongga Mulut dengan Kejadian Kanker
Rongga Mulut di Indonesia.

Abstrak berupa satu paragraf

Abstrak dalam penelitian jurnal setidaknya memuat lima hal


pokok yaitu pendahuluan yang terdiri dari : metode, hasil,
Analisis, pembahasan, dan kesimpulan berserta saran.

Secara keseluruhan abstrak cukup informatif


202 kata dan bahasa inggris 235 kata

tidak, pendahuluan terdiri dari 6 paragraf


Dalam pendahuluan sudah terpapar jelas alasan mengapa
peneliti memilih tentang kanker rongga mulut, karena kanker
rongga mulut merupakan suatu masalah yang serius di berbagai
negara dan bila digabung antara kanker rongga mulut dan
tenggorokan merupakan urutan ke-enam terbanyak dari seluruh
kanker yang dilaporkan di dunia. Diperkirakan insiden setiap
tahunnya sekitar 275.000 untuk kanker rongga mulut dan
130.300 untuk kanker tenggorokan dan hampir 75% terjadi di
negara sedang berkembang. Di dunia, kanker rongga mulut
menyebabkan meninggal satu orang dalam sehari. Di Amerika
satu orang meninggal dalam satu jam. Hal itu akibat kanker
rongga mulut yang mudah menyebar. Di India khususnya di
Kerala kejadian kanker rongga mulut sangat tinggi yaitu sekitar
20% dari seluruh keganasan. Di Indonesia, menurut Simanjuntak
kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus
kanker yang terjadi7. Angka kematiannya 2-3% dari seluruh
kematian akibat keganasan.
Dalam Pendahuluan sudah terdapat studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti sendiri pada kanker rongga mulut , pada
beberapa responden untuk memperkuat alasan penelitian dan
membuktikan bahwa kanker ronggga mulut memang merupakan
suatu masalah serius di berbagai negara

Tidak disebutkan hipotesis dan desain pada paragraf ke-2,


tujuan penelitian disebutkan pada paragraf ke-6. Metode
penulisan tiap jurnal berbeda-beda, tetapi harus memuat
pakemnya, dimana pendahuluan seharusnya memuat latar
belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian
Tahun kepustakaan kurang up to date (maksimal 10 tahun dari
tahun penelitian yaitu tahun 2001) masih ada yang berasal dari
tahun 1987-2000.

Tujuan utama telah disebutkan dalam pendahuluan, akan tetapi


tidak dapat diketahui mana yang menjadi tujuan utama dan
tambahan dan tidak menggambarkan variabel-variabelnya
secara lengkap serta tidak menggambarkan besar sampel.

HASIL KAJIAN DAN KOMENTAR: Variabel independen tidak


dituliskan secara eksplisit, hanya variable dependen yang
dituliskan, tanpa menjelaskan definisi operasional tiap
variabel.Penjelasan hubungan antara variabel independen dan
dependen tidak ada. SARAN:Variabel independen dan dependen
dijabarkan beserta definisi operasionalnya dan hubungan antar
variabelnya. Variabel dependen (tergantung) adalah
tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan.
Tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan tidak
berdasarkan hasil laboratorium patologi anatomik
akan tetapi hanya berdasarkan wawancara
(pengakuan dari responden atau yang mewakili).
Variabel independen (bebas) adalah lokasi
tempat tinggal (kota, desa), jenis kelamin.
Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang dijalani
responden. Dikategorikan menjadi “rendah” bila
tidak pernah sekolah sampai tamat SLTP sesuai
dengan wajib belajar, “menengah” bila tamat SLTA
dan “tinggi” bila tamat D3/Perguruan Tinggi. Umur
dihitung berdasarkan pada ulang tahun terakhir
HASIL KAJIAN DAN KOMENTAR: Hipotesis tidak dijabarkan.
SARAN: Sebaiknya hipotesis dijelaskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara umur,status


merokok,higienitas rongga mulut dengan kejadian kanker rongga
mulut di indonesia?

Desain yang digunakan dalam penelitian ini


adalah nested case-control yang diambil dari data
Riskesdas 2007 dan data dari Kor Susenas 2007.
Populasi adalah
seluruh rumah tangga di Indonesia. Sampel
Riskesdas 2007 berasal dari 440 kabupaten/kota
yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia dan
diambil secara probability proportional to size
(PPS).

terdapat kriteria inklusi & eklusi dalam jurnal


Uji kemaknaan dilakukan dengan uji statistik chi
square. Sedangkan untuk mengetahui besarnya
risiko dari masing-masing variabel dilakukan
analisis rasio odds dengan menggunakan chi square
atau analisis bivariat regresi logistik. Analisis
multivariat dengan menggunakan regresi logistik
dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen dengan variabel dependen dengan
mengontrol pengaruh variabel yang diduga sebagai
perancu. Variabel yang diikutkan dalam analisis
multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai p
<0,2513 berdasarkan analisis chi square (X2) atau
bivariat regresi logistik. Seluruh variabel kandidat
dimasukkan ke dalam multivariat regresi logistik,
kemudian diperiksa apakah di antara variabel ada
perancu dengan cara mengeluarkan satu per satu
variabel yang tidak bermakna dan yang pertama
dikeluarkan adalah variabel yang paling besar nilai
p-nya. Apabila satu variabel dikeluarkan, harus
diperhatikan apakah ada perubahan nilai odds ratio
(OR) sebesar 10% atau lebih pada variabel yang
tinggal; jika ada maka variabel tersebut adalah
perancu dan harus dipertahankan dalam persamaan.
Bila tidak ditemukan perubahan OR ≥ 10% maka
variabel tersebut dikeluarkan dari persamaan.
Setelah semua variabel perancu dievaluasi kemudian dilakukan
pemeriksaan interaksi dengan cara
multiplikasi dua variabel. Jika interaksi memiliki
nilai p <0,05 berarti variabel tersebut harus tetap
ada dalam persamaan, dan bila nilai p ≥0,05
variabel tersebut dapat diabaikan.

Penulis tidak menjabarkan tujuan dan hipotesis serta definisi


operasional dari variabel independen dan dependen, sehingga
analisis baru dipahami saat membaca hasil dan seluruh data
berupa data kategorik, maka uji statistik yang digunakan sudah
sesuai
Upaya untuk mengontrol efek konfounding tidak dilakukan,
karena tujuan penelitian hanya mencari hubungan hingga
bivariat saja, tidak multivariat sehingga peneliti tidak mengontrol
konfounding.

tidak

tidak
Analisa deskirptif univariat tidak ditampilkan. Yang ditampilkan
analisa bivariat karakteristik demografi-sosek dengan fasilitas
kesehatan, karakteristik demografi-sosek dengan penolong
persalinan, karakteristik demografi-sosek dengan peserta KB,
proporsi persalinan menurut umur-median umur pertama kali
melahirkan. Cakupan antenatal dan pemeriksaan kehamilan
tidak disertai tabel. Hasil olahan chi square tidak ditampilkan.

Penulisan tabel sudah sesuai dan informatif, tetapi sebaiknya


tidak perlu menuliskan narasi tabel secara panjang lebar hingga
membingungkan. Cukup dituliskan poin pentingnya dan tabel
harus self explanatory.

Analisis yang dilakukan sudah sesuai yaitu menggunakan uji kai


kuadrat atau chi-square karena data masing-masing variabel
menggunakan data kategorik dan data kategorik, tetapi hasil
analisa chi squarenya tidak dijelaskan.

Pada penelitian ini disertakan hasil uji statistik dan nilai p-value
saja. Untuk derajat kebebasan dan interval kepercayaan tidak
diikutsertakan atau dicantumkan.

Analisis yang dilakukan sudah sesuai dengan yang direncanakan


diawal penelitian.

Dalam hasil masing-masing variabel ada beberapa hasil yang


mengikutsertakan komentar namun beberapa variabel jg tidak
dicantumkan komentar sedangkan saran tidak diikutsertakan
dalam hasil seluruh variabel.
Pembahasan mengenai faktor2 yg mempengaruhi masih
rendahnya angka cakupan persalinan di failitas kesehatan dan
oleh tenaga kesehatan tidak dijabarkan. Begitupula faktor2 yg
mempengaruhi rendahnya cakupan peserta KB pd masyarakat
berpendidikan rendah, ekonomi rendah, usia pertengahan
reproduksi tidak dijelaskan. Faktor2 yg berperan dalam
rendahnya cakupan pemeriksaan komponen kehamilan pd
ekonomi rendah, konsumsi zat besi juga tidak dibahas.Variabel
penelitian sangat banyak tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut
hubungan anta variabel, bahkan hasil analisa chi square tidak
dibahas sehingga tidak dapat diketahui lebih lanjut hasil
penelitian tsb. Pembahasan tidak dihubungkan dengan
pertanyaan penelitian dan tidak dianalisa berdasarkan hasil2
penelitian sebelumnya.
SARAN: sebaiknya perbedaan proporsi cakupan2 kesehatan
maternal dianalisa lebih lanjut dengan multivariat sehingga akan
terlihat faktor kesehatan maternal apa yg paling rendah
cakupannya kmdn digali faktor apa saja yg mempengaruhinya,
sehingga dpt dijadikan acuan untuk perbaikan program
kesehatan maternal dan dampaknya akan menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Tidak dibahas
keterbatasan dan kesulitan penelitian dan dampaknya terhadap
hasil penelitian.
Kesimpulan belum sepenuhnya menjawab tujuan penelitian. Bias
informasi, klasifikasi dan konfounding tidak dapat dianalisa,
karena data berasal dari data sekunder prevalensi,
tumor/kanker, rongga mulut dan tenggorokan, Riskesdas 2007.

Saran sudah sesuai dengan hasil dan kesimpulan penelitian

You might also like