You are on page 1of 25

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

DEMAM DENGUE

Mutiara Putri Syafira, S. Ked

dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

DEMAM DENGUE

Mutiara Putri Syafira, S. Ked

dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

DEMAM DENGUE

Disusun Oleh :
Mutiara Putri Syafira

G1A217034

Kepaniteraan Klinik Senior

Bagian/SMF Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Prov. Jambi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Pada Agustus 2018

Pembimbing

dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat Clinical Report Session(CRS)
yang berjudul “Demam Dengue” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit
Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD yang
telah bersedia meluangkan waktudan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Laporan Kasus
ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
laporan kasus ini. Penulis mengharapkan semoga Laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jambi, Agustus 2018

Mutiara Putri Syafira, S. Ked

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ........................................................................................... ii
Kata Pengantar ..................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................... iv
Daftar Tabel ....................................................................................................... v
Daftar Singkatan.................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................. 2
2.1 Identitas Pasien.............................................................................................. 2
2.2 Anamnesis ......................................................................................................... 2
2.3 Pemeriksaan Fisik ........................................................................................ 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 7
2.5 Diagnosa Kerja .................................................................................................. 8
2.6 Diagnosa Banding ............................................................................................ 8
2.7 Anjuran Pemeriksaan ...................................................................................... 8
2.8 Tatalaksana...................................................................................................... 8
2.9 Prognosis ......................................................................................................... 10
2.10 Follow Up .................................................................................................... 10
BAB III ANALISIS KASUS............................................................................... 12
3.1 Analisa Kasus .................................................................................................. 12
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ................................................................................................................. 9


Tabel 3.1 ............................................................................................................... 15

v
DAFTAR SINGKATAN

DD : Demam Dengue
DBD : Demam Berdarah Dengue
DHF : Dengue Hemorrhagic Fever
DSS : Dengue Shock Syndrome
KLB : Kejadian Luar Biasa

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Demam dengue/DF dan Demam berdarah Dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. DSS (dengue
shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan
(syok).1
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue,yang termasuk dalam genus Flavivirus , keluarga Flaviviridae. Terdapat 4
serotipe virus yang berbeda namun berhubungan dekat yaitu DEN 1, DEN 2, DEN
3, DEN 4. Jika salah satu serotipe virus tersebut menginfeksi dan kemudian
sembuh dari virus tersebut, akan menghasilkan kekebalan tubuh bagi penderita
terhadap serotipe tersebut, tapi cross-reactive immunity terhadap serotipe lain
setelah penyembuhan hanya bersifat sementara. Keempat serotipe ditemukan di
Indonesia dengan DEN 3 merupakan serotipe yang terbanyak dengan masa
inkubasi sekitar 4-10 hari.1,2
Sejak tahun 2000, wabah dengue semakin bertambah setiap tahun di area
yang sudah terjangkit dengue. Bangladesh, India, Indonesia, Maldives, Myanmar,
Sri Lanka, Thailand dan Timor-Leste dilaporkan sebagai negara yang memliki
kasus dengue terbanyak. Tahun 2005, Global Outbreak Alert and Response
Network (GOARN), salah satu organisasi WHO, merespon terhadap kasus dengue
di Timor Leste dengan case fatality rate yang tinggi yaitu sebersar 3,55%. Demam
berdarah dengue menduduki peringkat kedua dalam 10 besar penyakit rawat inap
di rumah sakit tahun 2010 di Indonesia dengan jumlah penderita 59.115 orang.3,4
Di Provinsi Jambi, kejadian Demam Berdarah Dengue telah menyebar ke
seluruh kabupaten / kota. Kota Jambi masih mencatat kasus tertinggi sepanjang
tahun 2007 hingga tahun 2015. Pada tahun 2011 terjadi Kejadian Luar Biasa

1
(KLB) di Kota Jambi sehingga total jumlah kasus mencapai 1.879 kasus DBD di
Provinsi Jambi.5
Tidak ada terapi spesifik untuk demam dengue. Penanganan suportif
merupakan yang terpenting, seperti pemeliharaan cairan sirkulasi terutama cairan
oral. Bila asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan
suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi.1

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. Raden Ismail Fahmi
Umur : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Tanjung Raden
Pekerjaan : Karyawan Swasta
MRS : 15 Agustus 2018 ruangan B5 Bangsal Interne

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Demam sejak ± 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan demam tinggi yang dirasakan ± 3 hari
SMRS. Demam dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Os tidak masuk bekerja
dan beristirahat dirumah. Demam juga disertai dengan menggigil (+), nyeri ulu
hati (+), nyeri tenggorokkan (+).
Pasien juga mengeluhkan mual muntah sejak ± 3 hari SMRS. Muntah ±
3x/ hari tiap kali os makan. Isi muntahan berupa makanan yang dimakan. Volume
muntahan sekitar ± ¼ gelas belimbing. Pasien juga mengeluhkan nafsu makannya
menurun dan badannya lemas.
± 2 hari SMRS pasien mengeluh sakit kepala hilang timbul pada bagian
kepala belakang yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Riwayat muntah darah (-).
Pasien mengaku BAB normal, BAB hitam ataupun darah (-), BAK pasien juga
lancar, mimisan (-), merah-merah pada tangan, badan dan kaki (-), nyeri sendi dan
nyeri otot (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang serupa sebelumnya.
 Demam Tifoid (-)

3
 Malaria (-)
 Chikungunya (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat keluhan yang sama di keluarga (-)
 Riwayat Hipertensi (+) ayah pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi :


 Os belum menikah.
 Os seorang karyawan yang bekerja disalah satu mall di Jambi.
 Merokok (+), minum alkohol (-).
 Pergi ke daerah endemis (-).
 Dilingkungan os juga tidak ada tetangga maupun teman yang
mengeluhkan hal yang sama.
 Os tinggal didaerah yang dekat dengan tempat pembuangan sampah
umum.

2.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalisata
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis (GCS 15 E4V5M6)
- Vital sign :
o Tekanan darah : 100/70 mmHg
o Frekuensi nadi : 88x/ menit, reguler
o Frekuensi nafas : 24x/ menit, tipe thorakoabdominal
o Suhu axilla : 39,10C
o SpO2 : 98 %

Status Gizi
BB : 53 Kg TB : 165 cm IMT : 19,46 (normal)

Kulit
 Warna : sawo matang

4
 Efloresensi : (-)
 Jaringan Parut : (-)
 Pertumbuhan Rambut : normal
 Pertumbuhan Darah : (-)
 Suhu : 39,10C
 Turgor : normal, < 2 detik
 Lainnya : (-)

Kelenjar Getah Bening


 Pembesaran KGB : (-)

Kepala
 Bentuk Kepala : Normocephal
 Rambut : Hitam, merata
 Ekspresi : Tampak sakit sedang
 Simetris Muka : Simetris

Mata
 Konjungtiva : Konjungtiva anemis (-)
 Sklera : Sklera Ikterik (-)
 Pupil : isokor
 Lensa : normal
 Gerakan : normal
 Lapangan Pandang : normal

Hidung
 Bentuk : Simetris
 Sekret : (-)
 Septum : deviasi (-)
 Selaput Lendir : (-)
 Sumbatan : (-)
 Pendarahan : (-)

5
Mulut
 Bibir : Kering (+), Sianosis (-)
 Lidah : atrofi papila lidah (-), typhoid tongue (-)
 Gusi : hiperemis (+)

Telinga
 Bentuk : Normotia, simetris
 Sekret : (+/+)
 Pendengaran : Normal

Leher
 JVP : 5+1 cmH2O
 Kelenjar Tiroid : tidak teraba
 Kelenjar Limfonodi : tidak teraba

Dada
Inspeksi : Bekas operasi (-), Striae (-), Spider Naevi (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicula sinistra
Palpasi : Teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas Atas : ICS II Linea parasternal sinistra
Batas Kiri : ICS V Linea midclavicula sinistra
Batas Kanan : ICS IV Linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, spider naevi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan dan kiri. Batas paru hepar pada ICS VI.
Peranjakan paru hepar selebar 2 jari.
Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri, Rhonki (-), Wheezing (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris, venatasi (-), Asites (-)

6
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrium.
Hepar : Hepar tidak teraba
Lien : Lien tidak teraba
Ginjal : Ginjal tidak teraba
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran perut
Auskultasi : Bising Usus (+), Normal

Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT <2 Detik, pucat, edema (-). Uji Torniquet (+)
Inferior : akral hangat, CRT <2 Detik, pucat, edema (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Darah Rutin (15/8/2018)
WBC : 2,19 x109/L MCV : 78,7 fL
RBC : 4,98 x1012/L MCH : 28,7 pg
HGB : 14,3 g/dL MCHC : 365 g/L
PLT : 65 x109/L HCT : 42,2 %
GDS : 107 mg/dL
Kesan : Leukopenia, Trombositopenia, Hematokrit meningkat
Urine Rutin(15/8/2018)
Warna : kuning
BJ : 1015
Protein :-
Glukosa :-
Keton : (-)
Feses Rutin (15/8/2018)
Warna : Cokelat
Konsistensi : Padat
Parasit : (-)
Lendir : (-)
Telur cacing : (-)

Daftar Masalah

7
1. Sindroma Dispepsia
2. Demam Dengue

2.5 Diagnosa Kerja


Diagnosa Primer : Demam Dengue

2.6 Diagnosa Banding


1. Chikungunya
2. Demam Tifoid
3. Malaria

2.7 Anjuran Pemeriksaan


- Evaluasi Pemeriksaan Darah Rutin (terutama Hb, Leukosit, Hematoktrit
dan Trombosit) per 12 jam
- Pemeriksaan Antigen NS1
- Serologi IgM dan IgG
- Tes Widal
- Foto Thoraks

2.8 Tatalaksana
Non Farmakologis:
 Tirah Baring
 Edukasi penyakit
 Makan makanan lunak dan meningkatkan asupan cairan oral
 Memantau tanda-tanda syok

Farmakologis:
 IVFD RL 30 tpm (volume cairan kristaloid rumatan)
o 1500 + 20 (53 – 20) = 2160 cc
 Paracetamol 4 x 500 mg

2.9 Prognosis
 Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

8
 Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

2.10 Follow Up
Tabel 2.1 Follow Up Pasien
Tgl SOA P
16/08/ S: Demam (+), Lemas (+), Nyeri ulu hati (+), Mual (+) IVFD RL 30 tpm
2018 muntah (-), nafsu makan menurun. Paracetamol 4 x 500 mg
O: TD: 110/80 N : 75x/menit RR: 20x/menit T : 38,5oC Rencana Pemeriksaan:
Pemeriksaan generalisata: - Pemeriksaan Darah
Mata : CA(-/-), SI(-/-), Isokor (3mm/3mm), RC(+/+) Rutin (terutama Hb,
THT : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-) Leukosit, Hematoktrit
Thorax : Jtg: BJ I-II reguler, m (-), g (–) dan Trombosit) per 24
Paru : Paru : SN vesikuler +/+, rh -/-, wh –/-- jam.
Abd : datar, NT Epigastrium (+), BU (+) Normal, Hepar - Antigen NS1
tidak teraba, lien tidak teraba. - Tes Serologi IgM dan
Ekst : akral hangat, udem (-), sianosis (-) IgG
Pemeriksaan Darah Rutin : -
A: Demam Dengue
17/08/ S : Demam (+), Lemas (+), Nyeri ulu hati (+), Perdarahan IVFD RL 30 tpm
2018 Gusi (+) Paracetamol 4 x 500 mg
o
O: TD: 110/80 N : 75x/menit RR: 20x/menit T : 38,2 C Rencana Pemeriksaan:
Pemeriksaan generalisata: -Pemeriksaan Darah
Mata : CA(-/-), SI(-/-), Isokor (3mm/3mm), RC(+/+) Rutin (terutama Hb,
THT : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-) Leukosit, Hematoktrit
Thorax : Jtg: BJ I-II reguler, m (-), g (–) dan Trombosit) per 24
Paru : Paru : SN vesikuler +/+, rh -/-, wh –/-- jam.
Abd : datar, NT Epigastrium (+), BU (+) Normal, Hepar -Rontgen Thoraks
tidak teraba, lien tidak teraba.
Ekst : akral hangat, udem (-), sianosis (-)
Pemeriksaan Darah Rutin :
WBC : 3.08
RBC : 4.39
HGB : 13.2
HCT : 35.1

9
PLT : 38
A: Demam Dengue
18/08/ S: Demam (+), Nyeri ulu hati (+) Perdarahan Gusi (-). IVFD RL 30 tpm
2018 O: TD: 110/80 N : 75x/menit RR: 20x/menit T : 37,2oC Paracetamol 4 x 500 mg
Pemeriksaan generalisata: Rencana Pemeriksaan:
Mata : CA(-/-), SI(-/-), Isokor (3mm/3mm), RC(+/+) -Pemeriksaan Darah
THT : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-) Rutin (terutama Hb,
Thorax : Jtg: BJ I-II reguler, m (-), g (–) Leukosit, Hematoktrit
Paru : Paru : SN vesikuler +/+, rh -/-, wh –/-- dan Trombosit) per 24
Abd : datar, NT Epigastrium (+), BU (+) Normal, Hepar jam.
tidak teraba, lien tidak teraba.
Ekst : akral hangat, udem (-), sianosis (-). Rumple leed test
(-)
Pemeriksaan Darah Rutin :
WBC : 4.44
RBC : 4.26
HGB : 12.8
HCT : 34.2
PLT : 39
A: Demam Dengue
19/08/ S: Keluhan (-). Nafsu makan baik. IVFD RL 30 tpm
o
2018 O: TD: 100/70 N : 75x/menit RR: 20x/menit T : 36,7 C Rencana Pemeriksaan:
Pemeriksaan generalisata: Pemeriksaan Darah
Mata : CA(-/-), SI(-/-), Isokor (3mm/3mm), RC(+/+) Rutin (terutama Hb,
THT : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-) Leukosit, Hematoktrit
Thorax : Jtg: BJ I-II reguler, m (-), g (–) dan Trombosit) per 24
Paru : Paru : SN vesikuler +/+, rh -/-, wh –/-- jam.
Abd : datar, Nyeri tekan (-), BU (+) Normal, Heoar tidak
teraba, lien tidak teraba.
Ekst : akral hangat, udem (-), sianosis (-)
Pemeriksaan Darah Rutin : -
A: Demam Dengue
20/08/ S: Keluhan (-). Nafsu makan baik. IVFD RL 30 tpm

10
2018 O: TD: 110/80 N : 75x/menit RR: 20x/menit T : 36,5oC Rencana Pemeriksaan:
Pemeriksaan generalisata: -Pemeriksaan Darah
Mata : CA(-/-), SI(-/-), Isokor (3mm/3mm), RC(+/+) Rutin (terutama Hb,
THT : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-) Leukosit, Hematoktrit
Thorax : Jtg: BJ I-II reguler, m (-), g (–) dan Trombosit) per 24
Paru : Paru : SN vesikuler +/+, rh -/-, wh –/-- jam.
Abd : datar, Nyeri tekan (-), BU (+) Normal, Hepar tidak
teraba, lien tidak teraba.
Ekst : akral hangat, udem (-), sianosis (-)
Pemeriksaan Darah Rutin :
WBC : 5.78
RBC : 4.47
HGB : 13.4
HCT : 36
PLT : 91
A: -
21/08/ S: Keluhan (-). Nafsu makan baik. - Aff Infus
2018 O: TD: 110/80 N : 75x/menit RR: 20x/menit T : 36,5oC - Terapi
Pemeriksaan generalisata: dihentikan
Mata : CA(-/-), SI(-/-), Isokor (3mm/3mm), RC(+/+) - Pasien pulang.
THT : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Thorax : Jtg: BJ I-II reguler, m (-), g (–)
Paru : Paru : SN vesikuler +/+, rh -/-, wh –/--
Abd : datar, Nyeri tekan (-), BU (+) Normal, Hepar tidak
teraba, lien tidak teraba.
Ekst : akral hangat, udem (-), sianosis (-)
Pemeriksaan Darah Rutin :
WBC : 6.12
RBC : 4.3
HGB : 12.9
HCT : 34.9
PLT : 141
A: -

11
BAB III
ANALISIS KASUS

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh.1
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik barat
dan Karibia. lndonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air. Di Provinsi Jambi, kejadian Demam Berdarah Dengue telah
menyebar ke seluruh kabupaten / kota. Kota Jambi masih mencatat kasus tertinggi
sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2015. Pada tahun 2011 terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) di Kota Jambi sehingga total jumlah kasus mencapai 1.879 kasus
DBD di Provinsi Jambi.1,5
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan, Pasien mengeluhkan demam
yang dirasakan ± 3 hari SMRS. Demam dirasakan terus-menerus disertai
dengan menggigil, nyeri pada ulu hatinya dan nyeri tenggorokkan. Pasien juga
mengeluhkan mual muntah dan nyeri kepala yang dirasakan ± 2 hari SMRS.
Dengan adanya keluhan ini, dapat dipikirkan beberapa diagnosis
banding penyakit pasien yang mungkin dapat menyebabkan demam tinggi yang
terjadi akut, diantaranya yaitu infeksi bakteri, virus maupun parasit. Infeksi
bakteri yang mungkin dapat terjadi pada umumnya yaitu Infeksi Saluran Napas
Akut (ISPA) dan demam typhoid. Infeksi virus yang mungkin dapat terjadi
antara lain Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), atau
Demam Chikungunya. Sedangkan infeksi parasit yang mungkin dapat
menyebabkan demam adalah Malaria.6
Dari hasil anamnesis riwayat perjalanan penyakit didapatkan keluhan
yang sesuai dengan manifestasi klinis infeksi virus dengue yaitu adanya
keluhan demam akut selama 2-7 hari, disertai nyeri kepala dan nyeri retro-

12
orbital. Diagnosis banding lain yang mungkin dapat menyerupai infeksi dengue,
misalnya diagnosis Malaria dapat disiingkirkan dari tidak adanya riwayat
berpergian ke daerah endemis. Tifoid juga dapat disingkirkan karena riwayat
perjalanan demam tidak memenuhi kriteria demam tifoid serta keluhan
gastrointestinal tidak dominan pada kasus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu (39,1°C), terdapat
gusi berdarah pada hari ke-5 demam (gum bleeding), nyeri tekan epigastrium,
ptekie, dan rumple leed test positif, sesuai dengan manifestasi klinis yang
terdapat pada DBD. Tidak didapatkan adanya Tifoid tongue pada kasus, juga
dapat membantu menyingkirkan diagnosis Demam Tifoid.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien, dapat ditegakkan
diagnosis Suspek Demam Dengue (manifestasi klinis infeksi dengue dan
perdarahan spontan tanpa syok). Oleh karena kriteria diagnosis belum terpenuhi
seluruhnya, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium
berupa darah rutin, khususnya melihat kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit,
dan leukosit. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan antigen NS 1 untuk
deteksi awal demam hari pertama sampai kedelapan serta uji serologis IgM dan
IgG Dengue untuk menilai antibodi yang terbentuk akibat infeksi virus Dengue.
IgM terdeteksi pada hari 3-5, meningkat sampai minggu ketiga menghilang
setelah 60-90 hari. IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14 pada infeksi primer,
pada infeksi sekunder terdeteksi pada hari ke-2.1
Pemeriksaan darah rutin laboratorium biasanya didapatkan
trombositopenia pada demam hari 3-8, yang disebabkan oleh supresi sum-sum
tulang dan destruksi serta pemendekan masa hidup trombosit. Kemudian
pemeriksaan Hb dan Ht yang menunjukkan peningkatan menandakan terjadinya
plasma leakage, akibat dari peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular.1
Pemeriksaan radiologis berupa foto thoraks juga perlu dilakukan untuk
pasien. Hal ini untuk melihat apakah adanya efusi pleura, terutama pada
hemithoraks kanan. Tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat efusi dapat

13
dijumpai pada kedua hemithoraks. Pemeriksaan rontgen sebaiknya pada posisi
lateral dekubitus.1
Hal ini didapatkan pada pasien dimana pada pemeriksaan laboratorium
hari pertama didapatkan nilai WBC 2,19x109/L Hb 14,3 g/dl, Ht 42,2% dan
Trombosit 65.000/mm3. Monitoring penilaian laboratorium per 12 jam
selanjutnya dibutuhkan untuk melihat respon terapi yang diberikan pada pasien.
Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue, perlu
diketahui klasifikasi derajat penyakit seperti tertera pada tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Derajat dan Klasifikasi DD/DBD.1
DD/ Derajat Gejala Laboratorium
DBD
DD Demam disertai 2 atau leukopenia, Serologi
lebih tanda: sakit kepala, trombositopenia, Dengue
nyeri retro-orbital, mialgia, tidak ada bukti (+)
artralgia kebocoran plasma
DBD I gejala di atas ditambah uji Trombositopenia <
bendung positif 100.000, HT meningkat
≥ 20 % (bukti ada
kebocoran plasma)
DBD II gejala di atas ditambah Trombositopenia <
perdarahan spontan 100.000, HT meningkat
≥ 20 % (bukti ada
kebocoran plasma)
DBD III Gejala di atas ditambah Trombositopenia <
kegagalan sirkulasi (kulit 100.000, HT meningkat
dingin dan lembab serta ≥ 20 % (bukti ada
gelisah) kebocoran plasma)
DBD IV Syok berat disertai dengan Trombositopenia <
tekanan darah dan nadi 100.000, HT meningkat
tidak terukur ≥ 20 % (bukti ada
kebocoran plasma)

Maka dapat disimpulkan, pasien termasuk dalam kategori Demam


Dengue. Pasien akan diberikan terapi tatalaksana berdasarkan penanganan
Demam Dengue Protokol 2 yang akan dibahas pada gambar 3.1 dibawah ini.

14
Gambar 3.1 Protokol 2 Pemberian cairan pada tersangka DD dewasa
diruang rawat.1

Volume cairan kristaloid yang Volume cairan kristaloid per hari yang
diperlukan : 1500 + 20 X ( BB dalam kg – 20 ). Pan American Health
Organization: Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever: Guidelines for
Prevention and Control. PAHO: Washington,D.C,1994:67)1
Tatalaksana pasien ini meliputi tirah baring, lalu edukasi mengenai
penyakitnya, memantau tanda-tanda bahaya dan syok pada pasien, untuk
makanan konsumsi makanan lunak dan memperbanyak asupan oral air putih.
Tatalaksana farmakologi diberikan untuk mengganti cairan yang hilang. Pada
pasien dengan BB 53 kg : 1500 + 20 X ( 53 – 20) = 2160 ml. Maka pasien
diberikan infus RL 30 tetes makro per menit. Lalu sebagai terapi simptomatik
pada pasien diberikan parasetamol oral 500mg/6jam (jika suhu >37,5°C).
Tidak ada terapi spesifik untuk demam dengue. Penanganan suportif
merupakan yang terpenting, seperti pemeliharaan cairan sirkulasi terutama
cairan oral. Bila asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka
dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi.1
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya
antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD,

15
kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan
penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus.
Keselamatan secara langsung berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan
intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak. yang disebabkan
syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial. Prognosis pasien ini bonam
karena respon terhadap terapi baik.7
Kemudian Edukasi yang diberikan kepada pasien dan orang tua adalah
penderita harus istirahat, cukup minum, selain air putih dapat diberikan susu,
jus buah, dapat diberikan sedikit demi sedikit namun sering, menghindari dari
gigitan nyamuk (menggunakan lotion anti nyamuk atau memakai baju dan
celana panjang), melakukan 3M plus (menguras, menutup, mengubur tempat
penampungan air, menaburkan bubuk abate, memelihara ikan pemankan jentik
nyamuk, membersihkan lingkungan, fogging, mencegah gigitan nyamuk dan
memantau).

BAB IV
KESIMPULAN

16
1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak
dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk pada hari kedua.
2. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN –
3, merupakan serotie yang paling banyak di Indonesia.
3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.
4. Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba,
disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan ptekie. Karena seringnya
terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya
cukup tinggi, oleh karena itu setiap penderita yang diduga menderita
Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera
dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat
mengalami syok / kematian.
5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua
kriteria klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hematokrit cukup
untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.
6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatik yaitu
mengobati gejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang
hilang.

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, Herdiman T. Pohan. Demam
Berdarah Dengue In: Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi,
Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. Editors: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam
2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2009.Hal.2773-79
3. Arif, M. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi IV. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.2014
4. WHO report on neglected tropical diseases, Working to overcome the
global impact of neglected tropical diseases. World Health Organization
2009.[Diakses pada tanggal 15 Agustus 2018] Available from URL:
http://www.who.int/
5. Badan Litbangkes Kemenkes RI. Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan
tahun 2011, Jakarta.2011.
6. Depkes Jambi.Profil Kesehatan Provinsi Jambi. Jambi:dinas Kesehatan
Provinsi Jambi.2016
7. Nelwan, R.H.Demam: Tipe dan Pendekatan, Editors: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2009.Hal.2767-2768.
8. Halstead, S.B. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. In:
Kliegman, Robert M., Behrman, Richard E., Jenson, Hal B., and Stanton,
Bonita F., eds. Nelson Textbook of Pediatrics 18th ed.. Philadelphia:
Saunders Elsevier. 2007. Hal:1412-1414.

18

You might also like