You are on page 1of 20

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan

Anggaran Waktu Audit dan Komitmen Profesional sebagai Variabel Moderasi


--------------------------------------------------------------------------------------------------

ABSTRAK: Kualitas audit yang tinggi menunjukkan bahwa auditor dapat mendeteksi laporan
keuangan yang mengandung materi salah saji, dan mereka dapat mengurangi informasi asimetri
antara prinsipal dan agen, dan mereka dapat menjamin kepentingan pemangku kepentingan.
Mengenai pendapat ini, penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama adalah untuk menguji
pengaruh kompetensi auditor dan independensi pada kualitas audit. Kedua adalah untuk menguji
apakah anggaran waktu audit dapat memoderasi pengaruh kompetensi auditor dan independensi
pada kualitas audit. Ketiga adalah untuk menguji apakah komitmen profesional memoderasi
pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Unit analisis penelitian
ini adalah 918 akuntan publik di Indonesia pada tahun 2012. Data dikumpulkan dengan
mengirimkan kuesioner. Sampel 278 dipilih secara acak. Namun, data yang dikumpulkan adalah
178 yang. Teknik analisis yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS). Hasil pengujian
membuktikan bahwa pertama, kompetensi dan independensi auditor berpengaruh positif terhadap
kualitas audit. Ini berarti kompetensi dan independensi auditor yang lebih tinggi, kualitas audit
yang lebih tinggi. Kedua, anggaran waktu audit memperlemah pengaruh kompetensi auditor dan
independensi pada kualitas audit. Ini berarti semakin kecil anggaran waktu audit, semakin besar
pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Ketiga, komitmen
profesional memperkuat efek kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Ini
berarti komitmen profesional yang lebih kuat, efek yang lebih tinggi dari kompetensi dan
independensi auditor terhadap kualitas audit.

KEYWORDS: kualitas audit, kompetensi auditor, independensi auditor, anggaran waktu audit,
komitmen profesional.
---------------------------------------------------------------------------------------------
I. PENDAHULUAN
Keandalan dan akurasi penyajian informasi keuangan dan pengungkapan informasi
penting untuk mendapatkan kepercayaan investor di pasar modal. Kepercayaan investor terhadap
laporan keuangan emiten dapat ditingkatkan ketika diaudit oleh akuntan publik yang kompeten
dan independen. Akuntan publik selalu menjaga kualitas audit berdasarkan Standar Profesional
Akuntan Publik dan Kode Etik Profesional Akuntan Publik Bersertifikat untuk kelangsungan
hidup kliennya, investor dari perusahaan yang diaudit, dan Kantor Akuntan Publik sendiri.
Namun, kenyataannya hal itu tidak terjadi.
Beberapa contoh di Indonesia yang muncul ke permukaan terkait dengan masalah laporan
keuangan "memasak" adalah PT Kimia Farma dan PT Bank Lippo. PT Kimia Farma melaporkan
laba sebesar Rp 132 miliar. Bahkan, menghasilkan untung Rp 99 miliar. Sementara itu, PT Bank
Lippo secara terbuka melaporkan laba sebesar Rp98 miliar. Namun, dalam beberapa bulan ke
depan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta menyatakan bahwa perusahaan
kehilangan Rp 1,3 triliun (Gumanti, 2003). Tindakan ini membuat ratusan kualitas laporan
keuangan yang diaudit menjadi "dipertanyakan" (Soeratin, 2010).
Masalah-masalah ini adalah gejala masalah yang dihasilkan dari kualitas rendah oleh
akuntan publik. Ini berpotensi menciptakan ketidakpastian dalam kualitas dan keandalan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang diaudit. Oleh karena itu, dianggap
penting untuk melakukan penelitian ini untuk mengeksplorasi variabel yang mempengaruhi
kualitas audit.
Terkait dengan kualitas audit, DeAngelo (1981) membuktikan bahwa kualitas audit
ditentukan oleh dua faktor, yaitu kompetensi auditor dalam menemukan pelanggaran klien dalam
sistem akuntansi dan independensi auditor untuk melaporkan temuan. Kualitas audit DeAngelo
(1981) telah diperiksa ulang oleh beberapa peneliti, di antaranya Schroeder et al. (1986), Deis
dan Giroux (1992), Carcello et al. (1992), Sutton (1993), Behn et al. (1997), Moizer (1998),
Pemanasan dan Jensen (2001), Duff (2004), Jaffar et al. (2005), Baotham dan Ussahawanitchakit
(2009), dan Alexander et al. (2010).
Hasil dari para peneliti ini menunjukkan konflik yang signifikan. Oleh karena itu,
anggaran waktu audit dan komitmen profesional dimasukkan sebagai variabel moderasi
pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Termasuk anggaran
waktu audit dan komitmen profesional sebagai variabel moderasi adalah untuk mengetahui
apakah anggaran waktu audit dan komitmen profesional dapat memperkuat atau memperlemah
pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit?
Anggaran waktu audit dalam penelitian ini dimasukkan sebagai variabel moderasi
pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit berdasarkan teori emosi
James (1950) dan Lange (1922) dalam King (2007), yang menyatakan bahwa emosi adalah hasil
dari persepsi seseorang dalam menanggapi berbagai rangsangan dari luar. Sementara itu,
komitmen profesional dalam penelitian ini termasuk sebagai variabel moderasi pengaruh
kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit berdasarkan teori sikap Allport
(1935) dalam Anwar (1995: 5), yang menyatakan bahwa sikap merupakan predisposisi potensial
untuk merespon dengan cara tertentu ketika individu menghadapi stimulus yang membutuhkan
respons (baik positif atau negatif). Lebih lanjut, dijelaskan bahwa gerakan mengandung tiga
komponen: kognitif, afektif, dan konatif.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (a) menguji dan menjelaskan
pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit; (b) memeriksa dan menjelaskan pengaruh
independensi auditor terhadap kualitas audit; (c) memeriksa dan menjelaskan apakah anggaran
waktu audit memoderasi pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit; (D) memeriksa
dan menjelaskan apakah audit anggaran waktu moderat efek independensi auditor pada kualitas
audit; (e) memeriksa dan menjelaskan apakah komitmen profesional memoderasi pengaruh
kompetensi auditor terhadap kualitas audit; (F) memeriksa dan menjelaskan apakah komitmen
profesional moderat efek independensi auditor pada kualitas audit;
Kontribusi teoritis dari penelitian ini adalah: pertama, memberikan pemahaman yang
lebih baik pada kualitas audit dari DeAngelo (1981) untuk memasukkan anggaran waktu dan
mengaudit komitmen profesional sebagai variabel moderasi pengaruh kompetensi auditor dan
independensi pada kualitas audit. Kedua, mengembangkan kerangka teoritis untuk
memperlakukan kualitas audit sebagai konstruk dari beberapa variabel, yaitu kompetensi,
independensi, anggaran waktu audit, dan komitmen profesional yang lebih baik didefinisikan
melalui indikator empiris. Kontribusi praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan
bimbingan bagi CPA atau Kantor Akuntan Publik untuk meningkatkan kualitas audit dengan
mempertimbangkan variabel penentu, yaitu: kompetensi auditor, independensi auditor, anggaran
waktu audit, dan komitmen profesional dengan indikator mereka.
II. TINJAUAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Audit Kualitas
DeAngelo (1981) mengatakan bahwa kualitas audit adalah kombinasi probabilitas auditor
yang kompeten untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien dan melaporkan
temuan mereka secara independen. Kualitas audit diukur dengan dua indikator formatif, yaitu:
(a) reputasi auditor di mana MacMillan dkk. (2004) menunjukkan bahwa reputasi adalah
persepsi publik tentang kinerja masa lalu auditor berkaitan dengan kualitas audit dan standar
perilaku profesional yang konsisten dalam proses audit dan (b) auditor spesialis industri di mana
Mayhew dan Wilkins (2003) menyatakan bahwa auditor yang sering ditugaskan untuk industri
tertentu menjadi sangat mahir untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah audit industri
tertentu, sehingga menghasilkan audit berkualitas tinggi.

2.1.2 Kompetensi
Lasmahadi (2002) menyatakan bahwa kompetensi adalah atribut pribadi seseorang yang
memungkinkan untuk mencapai kinerja yang unggul. Kompetensi auditor diukur dengan empat
indikator formatif, yaitu: (a) perencanaan, di mana Dikolli (2004) menyatakan bahwa adanya
perencanaan audit yang baik membuat auditor akan berpotensi memiliki kompetensi untuk
menemukan salah saji material dan dalam perencanaan audit harus mempertimbangkan
pengendalian internal klien sistem, risiko audit, dan prosedur pengujian substantif; (B)
pengetahuan, di mana Tan dan Libby (1997) menyatakan bahwa pengetahuan adalah salah satu
penentu kompetensi teknis dan sangat berguna dalam tugas auditor terstruktur; (c) pengalaman,
di mana Colbert (1989) menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat penilaian
dengan tingkat kesalahan yang lebih rendah daripada auditor yang tidak berpengalaman sehingga
mempengaruhi kompetensi; dan (d) pengawasan, di mana Malone dan Roberts (1996)
menyatakan bahwa pengawasan yang kuat akan mencegah kemungkinan auditor untuk bertindak
yang mengurangi kualitas audit dan proses audit yang diawasi cenderung menghasilkan
pengungkapan yang benar dan kualitas audit yang lebih tinggi.
2.1.3 Independensi
Sridharan dkk. (2002) menyatakan bahwa independensi auditor adalah sikap mental yang
tidak bias untuk membuat keputusan di semua audit dan pelaporan. Independensi auditor diukur
dengan empat indikator formatif, yaitu: (a) persaingan pasar audit, di mana Beattie et al. (1999)
mengatakan bahwa persaingan pasar audit tercermin dari harga kompetitif yang tinggi yang
mempengaruhi untuk mengurangi jumlah sumber daya personil yang berkualitas, sehingga risiko
untuk menolak kompetensi dan independensi auditor; (B) ketergantungan ekonomi, di mana Deis
dan Giroux (1992) menyatakan bahwa di bawah kondisi ekonomi tinggi ketergantungan dapat
digunakan oleh klien untuk menindas auditor oleh perubahan auditor. Ini dapat membuat auditor
tidak dapat menghindari tekanan klien, sehingga menyebabkan mereka melemahkan
independensi; (c) layanan non-audit, di mana Ashbaugh (2004) menyatakan bahwa kehadiran
layanan non-audit yang tinggi akan menciptakan ikatan ekonomi tinggi antara auditor dan klien,
sehingga dapat menyebabkan hilangnya independensi auditor; dan (d) periode penugasan auditor
di mana Dye (1991) menyatakan bahwa keberadaan penugasan jangka panjang berpotensi dapat
merusak independensi auditor, karena dapat menumbuhkan kedekatan antara manajemen dan
auditor.

2.1.4 Anggaran Waktu Audit


DeZoort (1998) menyatakan bahwa anggaran waktu audit adalah waktu anggaran
perusahaan karena sumber daya yang terbatas dialokasikan untuk melaksanakan audit. Anggaran
waktu audit diukur dengan dua indikator reflektif, yaitu (a) anggaran waktu, di mana DeZoort
(1998) mengaitkan anggaran waktu anggaran untuk mengendalikan jumlah waktu untuk suatu
pekerjaan audit secara keseluruhan; dan (b) batas waktu, di mana DeZoort (1998) mengaitkan
batas waktu dengan batas waktu anggaran untuk menyelesaikan pekerjaan audit pada tanggal /
waktu yang ditentukan.

2.1.5 Komitmen Profesional


Aranya dan Ferris (1984) menyatakan bahwa komitmen profesional adalah cinta dan
keberanian seseorang untuk melaksanakan tugas dibebankan berdasarkan aturan dan norma
dalam profesi. Komitmen profesional diukur dengan tiga indikator reflektif Hall et al. (2005),
yaitu: (a) komitmen profesional normatif berkenaan dengan perasaan auditor harus tetap dalam
profesi, karena ia merasa kewajiban atau tugas yang dibuat dengan benar pada manfaat yang
diberikan oleh organisasi profesional; (b) komitmen profesional berkelanjutan terkait dengan
kesadaran auditor harus dalam profesi, karena biaya atau kerugian yang harus ditanggung oleh
auditor (misalnya kerugian finansial) sehubungan dengan kehilangan organisasi profesional
auditor; dan (c) komitmen profesional afektif mengenai keinginan untuk ingin berada dalam
profesi, karena auditor memiliki ikatan emosional atau memiliki nilai yang sama dengan
organisasi profesi.

2.2 Kerangka Konseptual


Berdasarkan tinjauan teori di atas, dapat dibuat kerangka kerja konseptual berikut.
Gambar 1. Kerangka konseptual Penelitian

2.3 Pengembangan Hipotesis


2.3.1 Pengaruh Kompetensi Auditor (X1) pada Kualitas Audit (Y1)
Watkins dkk. (2004) membuktikan bahwa kompetensi auditor untuk menemukan dan
menghilangkan salah saji material dan manipulasi dalam laporan keuangan mempengaruhi
kualitas audit. Selanjutnya, Lee dan Stone (1995) juga membuktikan bahwa kompetensi dan
independensi berpengaruh pada kualitas audit. Perry (1984) juga membuktikan bahwa ada empat
faktor yang mempengaruhi kualitas audit yaitu ruang lingkup anggaran, tidak kompeten, kritis
mengevaluasi transaksi, dan tidak independen. Tidak kompeten dan independen adalah faktor
dominan yang mempengaruhi kualitas audit. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah:
H1: kompetensi auditor memiliki efek positif pada kualitas audit
2.3.2 Pengaruh Independensi Auditor (X2) pada Kualitas Audit (Y1)
Mojtahedzadeh dan Aghaei (2005) membuktikan bahwa independensi auditor merupakan
faktor penentu dalam profesi akuntan publik. Tanpa independensi, tugas deteksi audit untuk
menemukan salah saji material dipertanyakan, karena laporan bias memiliki pengaruh yang
rendah terhadap kualitas audit. Selanjutnya, Wooten (2003) membuktikan bahwa independensi
auditor merupakan faktor penting untuk mempengaruhi kualitas audit. Hussey dan Lan (2001)
juga membuktikan bahwa audit hanya dapat dikualifikasi jika auditor menjadi independen untuk
melaporkan pelanggaran perjanjian antara principal dan agent. Oleh karena itu, hipotesis
penelitian ini adalah:
H2: Independensi auditor memiliki efek positif pada kualitas audit

2.3.3 Audit Waktu Anggaran (X3) Sedang Pengaruh Kompetensi Auditor pada Kualitas
Audit (Y1)
Arnlod dkk. (2000) membuktikan bahwa anggaran waktu yang ketat dalam mengaudit
lingkungan akan menurunkan kompetensi auditor melalui ruang lingkup yang sempit;
mengurangi prosedur audit tertentu, bergantung pada bukti kualitas yang lebih rendah, dan
penghapusan beberapa prosedur audit. Mann dan Tan (1993) menyimpulkan bahwa anggaran
yang ketat kali sering menyebabkan stres yang tinggi untuk auditor yang ditandai dengan
penurunan dalam pemikiran dan penilaian, penyempitan dalam persepsi pemilihan,
ketidaktentuan, dan tidak lengkap dan tidak pandang bulu dalam mencari informasi yang dapat
mengurangi kompetensi auditor. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah:
H3: Audit anggaran waktu memperkuat pengaruh kompetensi auditor pada kualitas audit

2.3.4 Anggaran Waktu Audit (X3) Memoderasi Pengaruh Independensi Auditor terhadap
Kualitas Audit (Y1)
Anggaran waktu audit yang ketat muncul dari ketidakseimbangan antara tugas dan waktu
yang tersedia yang menyebabkan stres mempengaruhi etika profesional auditor melalui sikap,
niat, perhatian, dan perilaku auditor (DeZoort, 1998 dan Braun, 2000). Akibatnya, independensi
auditor menurun dan akan meningkatkan risiko bahwa opini audit tidak tepat, sehingga dapat
merugikan pengguna laporan keuangan yang diaudit (McNair, 1991). Sementara itu, Smith dkk.
(1997) membuktikan bahwa audit anggaran waktu yang ketat sering menyebabkan efek negatif
yang tidak diinginkan pada independensi yang mempengaruhi kualitas audit. Oleh karena itu,
hipotesis penelitian ini adalah:
H4: Audit waktu anggaran memperkuat pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit

2.3.5 Komitmen Profesional (X4) Moderat Pengaruh Kompetensi Auditor pada Kualitas
Audit (Y1) Komitmen profesional merupakan faktor penting dalam perilaku individu
dalam konteks profesi.
Auditor dengan komitmen profesional tingkat tinggi cenderung lebih kompeten dan
independen dalam mengatasi masalah yang terkait dengan konflik antar peran dan tetap fokus
pada pekerjaan (Lui et al., 2001). Sementara Yetmar (2005) membuktikan bahwa komitmen
profesional yang tinggi tercermin dalam kepekaan terhadap isu-isu etika profesional untuk
meningkatkan kompetensi dan independensi auditor. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini
adalah:
H5: Komitmen profesional memperkuat pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit

2.3.6 Komitmen Profesional Audit (X4) Memoderasi Pengaruh Independensi Auditor


terhadap Kualitas Audit (Y1)
Greenfield dkk. (2007) membuktikan bahwa komitmen profesional yang tinggi dapat
menjadi faktor untuk meningkatkan kompetensi dan independensi auditor. Hasil studi Shaub et
al. (1993) menyimpulkan bahwa salah satu komponen penting dari komitmen ini adalah dasar
dari standar profesional dan etika yang digunakan sebagai dasar praktik akuntansi publik
sehingga dapat meningkatkan kompetensi auditor dan kemandirian dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah:
H6: Audit komitmen profesional memperkuat efek independensi auditor pada kualitas audit

III. METODE
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah akuntan publik di perusahaan akuntansi di Indonesia pada tahun 2012
yang memperoleh lisensi dari Menteri Keuangan, tidak dalam kondisi cuti, dan penyebab
lainnya, dengan jumlah 918 akuntan publik. Selanjutnya, sampel dipilih secara acak mengacu
pada rumus Slovin Umar (2000: 68) sebanyak 278 akuntan publik.
3.2 Jenis Data dan Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dalam bentuk persepsi akuntan publik tentang
kompetensi auditor, independensi auditor, anggaran waktu audit, komitmen profesional, dan
kualitas audit. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Responden diberikan lima jawaban
alternatif kualitatif, kemudian dihitung dengan memberikan skor untuk setiap jawaban
menggunakan skala Likert, dari sangat setuju (5) hingga sangat tidak setuju (1) (Sekaran, 2006).

3.3 Teknik Analisis Data


Hipotesis 1 sampai 4 diuji oleh Partial Least Square (PLS) dengan persamaan berikut.
y1 = bo + b1x1 + b2x2 + b3x1*x3 + b4x2*x3 + b5x1*x4 + b6x2*x4 + e
Di mana: y1 = kualitas audit
x1 = kompetensi auditor
x2 = independensi auditor
x3 = anggaran waktu audit
x4 = komitmen profesional
b1 ..... b6 = koefisien regresi
e = variabel lain tidak termasuk dalam model (variabel perancu)
Bias respon, validitas, reliabilitas, linearitas, dan model goodness of fit diuji sebelum analisis
PLS dilakukan,

IV. HASIL
4.1 Hasil Pengumpulan Data
Hasil pengumpulan data melalui pengiriman kuesioner disajikan pada Tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1. Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Return
No Questionnaire Delivery Sent (%)
1 Stage 1 278 64 (23%)
Stage 2 (repetition for not response at stage
2 1) 214 58 (27%)
Stage 3 (repetition for not response at stage
3 2) 156 56 (36%)
Total 648 178 (27%)
Sumber: Data primer diproses
Tabel 1 menunjukkan bahwa total 648 kuesioner dikirim dan menerima 178 atau 27 persen
respons. Jadi, jumlah data yang akan dianalisis sebanyak 178.

4.2 Hasil Pengujian Respon Bias, Validitas, reliabilitas, linearitas, dan Goodness of Fit
Model
Hasil tes bias respon dengan menggunakan Kolmogorov -Smirnov Z menunjukkan
bahwa nilai asimetri signifikansi atau nilai p masing-masing variabel alpha lebih besar 5%. Hasil
ini menunjukkan bahwa tidak ada bias respon. Hasil validitas menggunakan uji korelasi Pearson
menunjukkan bahwa p-value lebih kecil 0:05. Hasil ini menunjukkan bahwa item dalam
kuesioner adalah valid. Sementara itu, hasil uji reliabilitas menggunakan Cronbach alpha
menunjukkan bahwa nilai alpha Cronbach melebihi 0,6. Hasil ini menunjukkan bahwa item
dalam kuesioner mengungkapkan dapat diandalkan. Hasil uji asumsi linieritas menggunakan
model kurva Curve Fit menunjukkan bahwa signifikan untuk hipotesis keempat lebih kecil dari
0,05 untuk semua model yang mungkin. Hasil ini menunjukkan modelnya linear. Hasil uji
Goodness of Fit model menggunakan nilai R2 adalah 0,6873 atau 68,73 persen. Ini menunjukkan
bahwa data dapat menjelaskan informasi 68,73 persen berdasarkan model. Sisanya 31,27 persen
dijelaskan oleh variabel lain (di luar model) dan kesalahan. Hasil ini mengatakan bahwa model
PLS terbentuk dengan baik. Dengan demikian, model dapat digunakan untuk pengujian
hipotesis.

4.3 Hasil dan Diskusi Pengujian Hipotesis


Hasil pengujian hipotesis menggunakan PLS disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2 di
bawah ini.
Tabel 2. Estimasi koefisien, t-stat, dan p-value dari uji hipotesis

Relation p-value

Estimasi
Coefficient t-start

Auditor competence (x1) Audit quality (y1) 0.173 2.267 0.023


Auditor independence (x2) Audit quality
(y1) 0.246 3.184 0.001
Audit time budget (x3) Audit quality (y1) 0.286 3.950 0.000
Professional commitment (x4) Audit quality
(y1) 0.185 2.187 0.029
x1*x3 Audit quality (y1) -0.211 2.820 0.005
x1*x4 Audit quality (y1) 0.219 3.168 0.002
x2*x3 Audit quality (y1) -0.209 3.021 0.003
x2*x4 Audit quality (y1) 0.214 3.421 0.001
Sources: Primary data processed in 2012

Gambar 1. Diagram Hasil Pengujian Hipotesis Menggunakan PLS


4.3.1 Pengaruh Kompetensi Auditor (X1) pada Kualitas Audit (Y1)
Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p-value 0,023 lebih kecil dan
alpha 5%, t-stat 2,267 lebih besar 1,96. Nilai estimasi koefisien 0,273 untuk berat badan dalam
adalah positif. Ini menunjukkan hubungan yang positif. Ini berarti kompetensi auditor yang lebih
tinggi, kualitas audit yang lebih tinggi. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa kompetensi auditor memiliki efek positif pada kualitas audit diterima.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Schroder et al. (1986) dan Duff (2004) yang
membuktikan bahwa atribut untuk menentukan kualitas audit adalah kompetensi auditor. Selain
itu, data empiris menunjukkan bahwa kompetensi auditor dibentuk oleh perencanaan audit yang
baik, pengetahuan, pengalaman, dan pengawasan. Ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata 4.0.
Sementara itu, hasil PLS menunjukkan bahwa indikator pengalaman menunjukkan pengaruh
besar pada kompetensi auditor (urutan pertama) dengan berat luar 0,849, t-stat 3,128> 1,96,
0,000 dan p-value <0,05. Oleh karena itu, pengalaman dianggap sebagai indikator paling penting
oleh responden untuk membentuk kompetensi auditor.
Argumen ini didukung oleh Bouwman dan Bradley (2004) bahwa pengalaman auditor
merupakan elemen penting dalam tugas inspeksi. Pengalaman dapat diperoleh dari pekerjaan.
Dengan melakukan pekerjaan, terutama untuk tugas dan rutinitas berulang (seperti audit), auditor
dapat memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik dan dapat membuat
keputusan yang lebih baik juga. Jadi, akan mendukung kompetensi. Selanjutnya, Tubbs (1992)
menyatakan bahwa subjek dengan pengalaman audit lebih akan lebih kompeten menemukan
lebih banyak kesalahan dan kesalahan item daripada auditor yang memiliki pengalaman kurang.
Lebih lanjut, Simanjutak (2005: 88) menyatakan bahwa pengalaman kerja dapat memperdalam
dan memperluas kompetensi kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama,
semakin terampil dan cepat dia menyelesaikan pekerjaan. Semakin banyak pekerjaan yang
dilakukan seseorang, semakin banyak pengalaman dan pekerjaan yang luas dan memungkinkan
untuk meningkatkan kinerja.

4.3.2 Pengaruh Independensi Auditor (X1) pada Kualitas Audit (Y1)


Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p-value 0,001 lebih kecil dari
alpha 0,05 dan t-stat 3,184 lebih besar dari 1,96. Nilai estimasi koefisien 0,346 untuk berat batin
positif. Ini menunjukkan hubungan yang positif. Ini berarti independensi auditor yang lebih
tinggi, kualitas audit yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hipotesis kedua bahwa independensi
auditor memiliki efek positif pada kualitas audit diterima.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Schroder et al. (1986), Deis dan Giroux
(1992), Pemanasan dan Jensen (2001), Baotham dan Ussahawanitchakit (2009), dan Alexander
et al. (2010) yang menyatakan atribut yang menentukan kualitas audit dengan fokus utama pada
masalah moral dan etika adalah independensi auditor. Sebagai tambahan, data empiris
menunjukkan bahwa independensi auditor dibentuk oleh persaingan pasar audit, ketergantungan
ekonomi, layanan non-audit, dan penugasan di masa depan, dikatakan baik. Ini ditunjukkan oleh
nilai rata-rata 4.0. Sementara itu, hasil PLS menunjukkan bahwa indikator layanan non-audit
merupakan indikator dominan independensi auditor (urutan pertama) dengan berat luar -0984, t-
stat 4,184> 1,96, 0,000 dan p-value <0,05. Oleh karena itu, layanan non-audit dianggap sebagai
indikator paling penting oleh responden untuk membentuk independensi auditor.
Argumen ini didukung oleh Shockley (1981) bahwa kantor akuntan yang menyediakan
jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko kerusakan
independensi dibandingkan mereka yang tidak menyediakan layanan tersebut. Ruddock dkk.
(2006) juga membuktikan bahwa keberadaan layanan non-audit dapat menyebabkan hilangnya
independensi auditor. Ini karena pendapatan terikat pada klien melalui penerimaan besar yang
tidak terkait dengan audit. Independensi yang rendah membuat nilai layanan audit tidak akan
bermanfaat dan pendapatnya tidak akan memberikan nilai tambahan (Sweeney, 1995 dan Mautz
dan Sharaf, 1993). Selain itu, DeAngelo (1981b) menyatakan bahwa independensi auditor adalah
keberanian untuk mengatakan "kebenaran meskipun kebenaran adalah berita buruk" dari
perspektif klien. Lebih lanjut, Cox (2000) mengemukakan bahwa independensi auditor sangat
penting untuk menjaga kepercayaan pada integritas pelaporan keuangan dan pasar modal. Oleh
karena itu, auditor dituntut untuk mempertahankan independensinya, kejujuran intelektual, dan
bebas dari konflik kepentingan (Marden dan Edwards, 2002).
Oleh karena itu, independensi harus dipandang sebagai salah satu karakteristik auditor
yang paling penting. Ini adalah alasan mengapa begitu banyak orang yang kehilangan
kepercayaan diri mereka menggantung dalam keadilan pelaporan keuangan oleh laporan auditor
adalah karena mereka berharap untuk mendapatkan pendapat yang tidak memihak. Standar
auditing menyatakan bahwa auditor harus independen, artinya tidak mudah terpengaruh karena ia
melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum. Kepercayaan publik akan menurun jika ada
bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang. Oleh karena itu, agar independen,
auditor harus objektif untuk mengungkapkan fakta.

4.3.3 Audit Waktu Anggaran (X3) Sedang Pengaruh Kompetensi Auditor (X1) pada
Kualitas Audit (Y1)
Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p-value 0,005 lebih kecil alpha
0,05 dan t-stat 2,820 lebih besar dari 1,96. Nilai estimasi dari koefisien inner weight -0311
adalah negatif. Ini menunjukkan hubungan negatif. Ini berarti semakin kecil anggaran waktu
audit, semakin besar pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Dengan demikian,
hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa anggaran waktu audit memperkuat efek kompetensi
auditor pada kualitas audit ditolak.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori ketahanan Grotberg (1995), yang menyatakan
bahwa ketahanan adalah kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi tekanan pekerjaan atau
tekanan hidup, dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu mengalah, bertahan hidup, pulih,
dan berkembang.
Berdasarkan teori ketahanan Grotberg (1995), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan responden untuk menghadapi dan mengatasi tekanan anggaran waktu audit di
tingkat berkembang menunjukkan bahwa individu tidak hanya mampu kembali berfungsi
sebelum dan ketika ada tekanan, tetapi individu ulet akan mampu menghadapi dan mengatasi
kondisi yang penuh tekanan dan menantang, dengan membawa kemampuan baru yang membuat
individu lebih baik. Individu pada tingkat berkembang memiliki karakteristik berikut: sikap yang
tenang, kontrol emosi, kemampuan, visi yang jelas, konsep diri yang positif, komitmen /
tanggung jawab terhadap profesi, pengalaman, pengetahuan, keinginan untuk hubungan sosial
yang positif, dan kualitas iman.
Agar auditor mampu menghadapi dan menanggulangi anggaran waktu audit yang ketat,
mereka harus cepat maju (berkembang) dalam teori ketahanan Grotberg (1995), karakteristik
yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup. Sehubungan dengan pengalaman dan
pengetahuan, data empiris menunjukkan bahwa 46 persen responden memiliki pengalaman lebih
dari 7 tahun dan 47 persen telah diaudit sebanyak 4 kali setahun. Selain itu, 51 persen
pengetahuan dan keterampilan responden yang terkait dengan pengetahuan profesional mereka
melebihi 24 SKP. Trotman dan Wright (1996) menyatakan bahwa pengalaman kerja dapat
memperdalam dan memperpanjang kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan
pekerjaan yang sama, semakin terampil dan cepat dia menyelesaikan pekerjaan. Semakin banyak
jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang, semakin banyak pengalaman kerja yang kaya dan
ekstensif yang memungkinkan peningkatan kinerja. Lebih lanjut, Libby dan Frederick (1995)
mengemukakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang tersimpan dalam memori yang
penting bagi auditor, karena ketika perubahan audit lingkungan, auditor perlu meningkatkan
pengetahuan tentang praktik terbaik untuk membuat penilaian. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin kecil anggaran waktu audit, pengaruh yang lebih besar dari kompetensi auditor
terhadap kualitas audit. Ini tidak berarti bahwa anggaran waktu audit yang lebih kecil, pengaruh
yang lebih besar dari kompetensi auditor pada kualitas audit. Hal ini diingatkan oleh McNair
(1991) bahwa audit harus diatur dengan anggaran waktu dan biaya audit standar. Umumnya,
auditor cenderung menetapkan bukan standar dan biaya audit. Biaya yang tidak sesuai dengan
standar auditing akan menyebabkan waktu anggaran lebih singkat dan tidak diukur secara akurat.
Hasil PLS menunjukkan bahwa indikator batas waktu merupakan indikator yang mencerminkan
besar anggaran waktu audit (urutan pertama) dengan pembebanan luar 0,869, t-stat 3.316> 1.96,
0.001 dan p-value <0.05. Oleh karena itu, tenggat waktu dianggap indikator paling penting oleh
responden untuk mencerminkan anggaran waktu audit.
Argumen ini didukung oleh Eden (1982) bahwa deadline adalah tekanan waktu
sementara yang membawa efek pada intensitas tinggi. Waktu tekanan pada saat ini terlihat lebih
berbahaya daripada tekanan anggaran waktu. Batas waktu dapat membuat auditor diminta untuk
menyelesaikan pekerjaan segera sebelum waktu / tanggal yang ditentukan. DeZoort (1998)
menyatakan bahwa tenggat waktu dapat berasal dari perusahaan, klien, dan pihak ketiga seperti
regulator. Tenggat waktu dapat muncul tiba-tiba (tidak terduga), sehingga menciptakan tekanan
tambahan bagi auditor dan sifat tak terduga membuat auditor lebih sulit untuk dikelola.

4.3.4 Audit Waktu Anggaran (X3) Sedang Pengaruh Auditor Kemerdekaan (X2) pada
Kualitas Audit (Y1)
Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p-value 0,003 lebih kecil dari
alpha 0,05 dan t-stat 3,021 lebih besar dari 1,96. Nilai estimasi koefisien inner weight -0309
adalah negatif. Ini menunjukkan hubungan negatif (melemah). Ini berarti semakin kecil anggaran
waktu audit, semakin besar efek independensi auditor terhadap kualitas audit. Dengan demikian,
hipotesis keempat yang menyatakan bahwa anggaran waktu audit memperkuat efek independensi
auditor pada kualitas audit ditolak.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori ketahanan Grotberg (1995), yaitu kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan mengatasi tekanan kerja atau kehidupan yang dikelompokkan
menjadi empat tingkatan, yaitu tingkat mengalah, bertahan hidup, pulih dan berkembang.
Berdasarkan teori ketahanan Grotberg (1995), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan responden untuk menghadapi dan mengatasi tekanan anggaran waktu audit di
tingkat berkembang menunjukkan bahwa individu tidak hanya mampu kembali berfungsi
sebelum dan ketika ada tekanan, tetapi individu ulet akan mampu menghadapi dan mengatasi
kondisi yang penuh tekanan dan menantang, dengan membawa kemampuan baru yang membuat
individu lebih baik. Individu pada tingkat berkembang memiliki karakteristik berikut: sikap yang
tenang, kontrol emosi, kemampuan, visi yang jelas, konsep diri yang positif, komitmen /
tanggung jawab terhadap profesi, pengalaman, pengetahuan, keinginan untuk hubungan sosial
yang positif, dan kualitas iman.
Sehubungan dengan komitmen terhadap profesi, Jeffrey et al. (1995) membuktikan
bahwa akuntan dengan komitmen profesional yang tinggi menganggap penting untuk kepatuhan
pada standar dan etika untuk peningkatan perkembangan moral dan etika mendorong
pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan kemandirian mereka. Jadi, agar auditor mampu
menghadapi dan mengatasi audit anggaran waktu yang ketat, mereka harus pada tingkat lanjut
dengan cepat (berkembang) dalam teori ketahanan Grotberg (1995), karakteristik yang memiliki
komitmen tinggi terhadap profesi.
Selain itu, Wagoner dan Cashell (1991) memperingatkan bahwa untuk mengurangi
anggaran waktu audit dapat membuat auditor tidak termotivasi untuk bekerja lebih keras.
Kebalikannya, anggaran waktu audit yang terlalu ketat dapat menyebabkan perilaku kontra-
produktif. Hal ini disebabkan oleh adanya tugas yang terabaikan. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Kelly dan Margheim (1990) bahwa anggaran waktu yang ketat dapat
mempengaruhi perilaku auditor, yang gagal untuk memeriksa prinsip-prinsip akuntansi, review
dokumen secara dangkal, klien menerima penjelasan yang lemah, dan mengurangi kualitas kerja
pada satu langkah di bawah ini. tingkat audit yang diterima. Oleh karena itu, menurut Braun
(2000) itu akan merusak independensi auditor melalui pengurangan tingkat deteksi dan
investigasi.
Sososutikno (2003) menyatakan bahwa anggaran waktu audit yang ketat membuat
auditor dituntut untuk menunjukkan efisiensi dari periode anggaran yang disiapkan. Untuk
perusahaan akuntansi, anggaran waktu audit ketat adalah kondisi yang tidak dapat dihindari
dalam menghadapi iklim persaingan. Perusahaan akuntansi harus dapat membuat anggaran
waktu audit yang tepat. Terlalu lama anggaran waktu audit menciptakan biaya audit yang lebih
besar, sehingga klien akan menanggung biaya audit yang lebih besar. Ini bisa menjadi
kontraproduktif jika klien memilih firma akuntansi yang lebih kompetitif. Oleh karena itu,
anggaran waktu audit harus realistis, tidak terlalu lama atau terlalu cepat.
Anggaran waktu audit diperlukan bagi auditor untuk melakukan tugasnya untuk
memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci keberhasilan karir
auditor masa depan. Oleh karena itu, kriteria untuk mendapatkan peringkat yang baik adalah
pencapaian waktu anggaran (Kelley dan Seiler, 1982). Selain itu, anggaran waktu audit yang
digunakan sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian adalah cara terbaik untuk membuat
audit yang terfokus dan komprehensif (Cook and Kelley, 1991).

4.3.5 Komitmen Profesional (X4) Sedang Pengaruh Kompetensi Auditor (X2) pada
Kualitas Audit (Y1)
Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p-value 0,002 lebih kecil dari
alpha 0,05 dan t-stat 3,168 lebih besar dari 1,96. Nilai koefisien estimasi bobot dalam 0,219
adalah positif. Ini menunjukkan hubungan positif (penguatan). Itu berarti, komitmen profesional
yang lebih kuat, pengaruh yang lebih besar dari kompetensi auditor terhadap kualitas audit.
Dengan demikian, hipotesis kelima yang menyatakan bahwa komitmen memperkuat efek
kompetensi auditor profesional pada kualitas audit diterima.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Jeffrey dan Weatherholt (1996) bahwa
auditor dengan perilaku komitmen profesional yang tinggi lebih diarahkan untuk mematuhi
aturan daripada auditor dengan komitmen profesional rendah, sehingga meningkatkan
kompetensi dan kemandirian. Gunz dan Gunz (1994) membuktikan bahwa untuk menjadi
profesional sejati, seseorang harus memiliki komitmen profesional yang tinggi untuk
menginvestasikan banyak waktu dan energi dalam belajar dan mempraktekkan pengetahuan dan
keterampilan profesional. Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan adalah landasan
profesionalisme yang dapat meningkatkan kompetensi profesional mereka.
Komitmen profesional untuk penelitian tercermin dari komitmen profesional normatif,
berkelanjutan dan afektif. Komitmen profesional normatif menunjukkan indikator yang
mencerminkan mayor (urutan pertama) komitmen profesional. Ini menunjukkan bahwa
komitmen profesional normatif dianggap paling penting oleh responden.

4.3.6 Komitmen Profesional (X4) Pengaruh Moderasi Auditor Kemerdekaan (X2) pada
Kualitas Audit (Y1)
Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p-value 0,0012 lebih kecil alpha
0,05 dan t-stat 3,421 lebih besar dari 1,96. Nilai koefisien estimasi bobot dalam 0,219 adalah
positif. Ini menunjukkan hubungan positif (penguatan). Ini berarti komitmen profesional yang
lebih kuat, independensi auditor yang lebih besar berpengaruh pada kualitas audit. Dengan
demikian, hipotesis keenam yang menyatakan bahwa komitmen profesional memperkuat efek
independensi auditor pada kualitas audit diterima.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Jeffrey et al. (1995) yang menyimpulkan
bahwa akuntan dengan komitmen profesional yang tinggi sangat memperhatikan kepatuhan dan
etika yang mempengaruhi untuk meningkatkan perkembangan moral dan mendukung
pengembangan etika yang berkelanjutan, sehingga meningkatkan kemandirian. Lampe dan Finn
(1991) dalam studinya menyimpulkan bahwa pengembangan etika auditor mencerminkan
kepatuhan etika dan standar. Tingkat perkembangan etika auditor adalah fungsi dari orientasi
mereka untuk memenuhi standar dan etika yang terkait dengan komitmen profesional untuk
meningkatkan independensi auditor.

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, PEMBATASAN, DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Pertama, kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Ini berarti
kompetensi auditor yang lebih tinggi, kualitas audit yang lebih tinggi. Kedua, independensi
auditor memiliki efek positif pada kualitas audit. Ini berarti independensi auditor yang lebih
tinggi, kualitas audit yang lebih tinggi. Ketiga, anggaran waktu audit memperlemah pengaruh
kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Ini berarti semakin kecil anggaran waktu audit,
semakin besar pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Keempat, anggaran waktu
audit memperlemah pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit. Ini berarti semakin
kecil anggaran waktu audit, semakin besar efek independensi auditor terhadap kualitas audit.
Kelima, komitmen profesional memperkuat efek kompetensi auditor pada kualitas audit. Ini
berarti komitmen profesional yang lebih kuat, pengaruh yang lebih besar dari kompetensi auditor
terhadap kualitas audit. Keenam, komitmen profesional memperkuat efek independensi auditor
terhadap kualitas audit. Ini berarti komitmen profesional yang lebih kuat, efek independensi
auditor yang lebih besar terhadap kualitas audit.

5.2 Implikasi
Implikasi pertama adalah independensi auditor. Akuntan publik, dalam upaya untuk
meningkatkan kompetensi mereka, harus mempertimbangkan penciptaan kompetensi auditor,
termasuk perencanaan, pengetahuan, pengalaman, dan pengawasan. Pengalaman auditor harus
mendapat perhatian dalam upaya untuk mendorong kompetensi auditor. Oleh karena itu, data
empiris menunjukkan bahwa pengalaman auditor dominan untuk meningkatkan kompetensi
auditor lebih besar dari indikator lainnya.
Implikasi kedua adalah independensi auditor. Akuntan publik, dalam upaya
meningkatkan kemandiriannya, harus memperhatikan indikator independensi auditor, yaitu
persaingan pasar audit, ketergantungan ekonomi, layanan non-audit, dan tugas auditor masa
depan. Layanan non-audit harus lebih banyak perhatian untuk meningkatkan independensi
auditor. Data empiris menunjukkan bahwa layanan non-audit menunjukkan efek yang lebih besar
daripada indikator lain pada independensi auditor.
Implikasi ketiga adalah untuk anggaran waktu audit. Audit harus menetapkan anggaran
waktu standar dan biaya audit juga. Biaya standar auditing yang tidak sesuai akan menyebabkan
waktu anggaran lebih singkat dan tidak diukur secara akurat. Sementara anggaran waktu audit
yang lebih lama dapat membuat auditor tidak termotivasi untuk bekerja lebih keras.
Implikasi keempat adalah komitmen profesional. Auditor, dalam upaya untuk
meningkatkan komitmen profesionalnya, harus memperhatikan indikator yang mencerminkan
komitmen profesional, yaitu komitmen profesional normatif, berkelanjutan dan afektif.
Komitmen profesional normatif adalah indikator terbesar untuk mencerminkan komitmen
profesional daripada indikator lainnya.
5.3 Batasan dan Saran
Peneliti tidak membedakan antara perusahaan akuntansi besar (empat besar) dan kecil
(tidak besar empat) sebagai populasi dan sampel penelitian. Oleh karena itu, pembaca harus
berhati-hati dalam menggeneralisasi hasil penelitian ini. Penelitian lebih lanjut harus
mempertimbangkan tipologi perusahaan akuntansi, yaitu perusahaan besar (empat besar) dan
kecil (empat besar) sebagai populasi dan sampel penelitian. Kelley dan Seiler (1982)
memperingatkan bahwa perbedaan tipologi adalah penting, karena akan mempengaruhi pada
tingkat tekanan anggaran waktu audit dan perilaku yang dirasakan auditor dalam audit. Auditor
pada tingkat tertentu memiliki minat untuk menerima evaluasi kinerja mereka dan salah satu
faktor penting untuk evaluasi kinerja yang baik adalah pencapaian anggaran waktu audit.

You might also like