Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK Studi harmonisasi Standar Nasional Indonesia untuk Air minum dalam kemasan terhadap
persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan No. 492/2010, persyaratan
IBWA (2015) dan persyaratan WHO telah dilakukan. SNI membedakan AMDK menjadi air mineral
(SNI 3553:2015) dan air demineral (SNI 6241:2015) sebagaimana yang dilakukan oleh IBWA
sementara Permekes dan WHO tidak. Selain itu ada perbedaan parameter wajib antara SNI dengan
Permenkes, IBWA dan WHO untuk kontaminasi mikroba. Permenkes, IBWA dan WHO menetapkan
cemaran Total coliform dan E.Coli tidak boleh terdeteksi per 100 ml sampel, sedangkan persyaratan
SNI menetapkan cemaran Total coliform, ALT dan Pseudomonas aeruginosa tidak boleh terdeteksi per
250 ml sampel. Hasil Pengawasan berkala terhadap 8 contoh AMDK yang dilakukan oleh 3
Laboratorium yang berbeda menunjukkan bahwa semua contoh tidak terdeteksi adanya Total
coliform. SNI tidak mensyaratkan pengujian terhadap E.Coli tetapi menetapkan Pseudomonas
aeruginosa, dan ALT sebagai persyaratan. SNI untuk air mineral dan Permenkes menetapkan
parameter persyaratan kimia yang sama untuk parameter yang berpengaruh langsung terhadap
kesehatan. Namun demikian beberapa persyaratan SNI lebih ketat dibandingkan dengan persyaratan
Permenkes. SNI tidak mensyaratkan parameter kesadahan, aluminium dan seng yang merupakan
persyaratan wajib pada Permenkes, WHO dan IBWA. SNI telah mensyaratkan produk samping
disinfeksi yang merupakan persyaratan tambahan yang ditetapkan oleh Permenkes, IBWA dan WHO.
Tidak ada perbedaan persyaratan untuk parameter fisika.
Kata kunci : AMDK, SNI, Permenkes No. 492/ /2010, IBWA code of practice,WHO guidelines.
ABSTRACT The harmonization on the National Standard for bottled drinking water for mineral water
(SNI 3553:2015) and demineral water (SNI 6241:2015) against the regulatory requirements set by
Minister of healt regulation number 492/2010 and International Bottled Water Association
(IBWA,2015), and WHO guidelines for drinking water quality has been done. The objective was to
identify the harmonisation among requirements and standard specification which apllied on the bottled
drinking water. There were 2 distinc differentiation identified. There is different mandatory parameter
between Minister regulation and SNI. The SNI is more stringent and protected than standard required
by Minister regulation for microbial contaminant. The Minister regulation and IBWA requires Total
coliform and E. coli must not be detectable in any 100 ml sample of drinking water, while SNI has set
Total coliform, Total Plate count and Pseudomonas aeruginosa as requirement. Test result for the
samples taken during surveillance showed that all of 8 samples which were sent to 3 different
laboratories did not detected for Total coliform. Instead of E. coli, SNI requires Pseudomonas aeruginosa
and Total plate count as mandatory requirement. Both SNI for mineral water, demineral water and
Minister regulation have the same chemical requirements for those which have health concern, but for
some parameter SNI more stringent than Minister regulation. SNI has not required hardness, aluminium
and zinc those are mandotory parameter according to Minister regulation and IBWA. SNI has reqiured
desinfection by product which were secondary parameter according to minister of health regulation,
IBWA and WHO. No differentiation for physical properties identified between Minister regulation, SNI,
IBWA and WHO.
Keywords: Bottled drinking water, SNI, Ministry of health regulation 492/2010, IBWA code of practice, WHO guidelines.
30
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
31
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
serta teknologi proses yang diterapkan pada persyaratan tambahan. Menurut peraturan ini
industri air minum dalam kemasan dan air minum dikatakan aman bagi kesehatan jika
persyaratan yang ditetapkan oleh IBWA, memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
WHO, FDA dan Codex. Dalam studi ini kimiawi, dan radio aktiv yang ditetapkan
dilakukan 3 tahap kegiatan yaitu : dalam persyaratan parameter wajib dan
tambahan.
a. Penilaian terhadap persyaratan SNI
3553:2015 dan SNI 6241:2015 dibanding SNI 3553:2015 menetapkan 34 parameter
kan dengan persyaratan kualitas air sebagai persyaratan kualitas AMDK.
minum yang ditetapkan dalam Permenkes Persyaratan tersebut meliputi 6 parameter
492/2010 serta persyaratan yang mengenai kondisi fisika, 6 parameter
ditetapkan oleh WHO drinking water persyaratan cemaran logam berat, 16
guidelines dan persyaratan International parameter kimia serta 5 parameter
Bottled Water Association/IBWA bottled persyaratan mikrobiologi.
water code of practice (2015), persyaratan
Perbandingan persyaratan yang ditetapkan
FDA dan Codex 33/1985.
dalam peraturan dan SNI, IBWA, WHO, Codex
b. Mempelajari teknologi proses pengolahan 33/1985 dan Permenkes dapat dilihat pada
terkait dengan standar persyaratan AMDK, Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3.
sumber polutan serta dampaknya
3.1. Parameter Mikrobiologi
terhadap kesehatan dan keselamatan
konsumen yang mengkonsumsinya. Dari Tabel 1 terlihat bahwa Permenkes
492/2010 dan IBWA mensyaratkan dua
c. Melakukan pengambilan contoh serta
parameter mikrobiologi yaitu Coliform dan E.
melakukan pengujian terhadap beberapa
coli, sedangkan SNI 3553:2015 dan SNI
produk AMDK di pabrik serta yang beredar
6241:2015 tidak mensyaratkan parameter E.
di pasaran di laboratorium yang
coli, namun mensyaratkan Total Coliform, ALT,
terakredetasi.
dan Pseudomonas aeruginosa.
3. Hasil dan Pembahasan
Dari segi jumlah, parameter mikrobiologi yang
Air minum didefinisikan sebagai air yang ditetapkan oleh SNI air mineral dan air
melalui proses pengolahan atau tanpa proses demineral lebih banyak bila dibandingkan
pengolahan yang memenuhi persyaratan dengan Permenkes 492/2010, WHO (2011)
kesehatan dan langsung dapat diminum dan IBWA (2015). Hal ini dimungkinkan
(Permenkes, 2010). Dari definisi ini maka karena Permenkes 492/2010 mengizinkan
dapat disimpulkan bahwa air yang disediakan adanya penetapan parameter tambahan
oleh PDAM tidak termasuk dalam subjek sesuai kondisi kualitas lingkungan. Selain itu
peraturan ini, karena air yang dihasilkan tidak Perka BPOM HK.00.06.1.52.4011 menetapkan
dapat diminum langsung. Berbeda halnya parameter ALT, Coliform, Salmonella dan
dengan AMDK dan air minum isi ulang, Pseudomonas aeruginosa sebagai cemaran
keduanya termasuk subjek yang diatur dalam yang mungkin terdapat dalam AMDK. Codex
peraturan ini karena merupakan air yang 33/1985 juga menetapkan Pseudomonas
dapat diminum langsung. aerugenosa, ALT, entero cocci, E.coli, Coliform
dan sporeforming sulphite reducing anaerobes
Permenkes 492/2010 mewajibkan produsen
sebagai cemaran yang mungkin terdapat
air minum menjamin air minum yang
dalam air minum dalam kemasan.
produksinya memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologis, kimia dan radio aktif yang 3.1.1.Total Coliform dan E. coli
ditetapkan sebagai parameter wajib.
SNI air mineral dan air demineral
Sedangkan untuk parameter tambahan
mensyaratkan cemaran Coliform tidak boleh
masing masing sesuai kondisi dan lingkungan
terdeteksi adanya koloni coliform per 250 ml
setempat namun tetap mengacu pada
AMDK, begitu pula Permenkes 492/2010,
parameter tambahan yang ditetapkan oleh
IBWA dan WHO. Dari Tabel 1 terhat bahwa
Permenkes tersebut.
persyaratan SNI untuk cemaran coliform telah
Permenkes 492/2010 menetapkan 8 harmonis dengan Permenkes, IBWA.
parameter wajib yang berhubungan langsung
Pada SNI AMDK sebelumnya SNI 3553-2006
dengan kesehatan ( 6 parameter kimia dan 2
penetapan standar Coliform dinyatakan dalam
parameter mikrobiologi) dan 12 parameter
satuan APM/100ml (APM<2), yang berarti
wajib yang tidak langsung berhubungan
bahwa pengujian Coliform dilakukan
dengan kesehatan serta parameter
32
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
menggunakan metode APM. Dengan Persyaratan mutu air baku yang ditetapkan
pemberlakuan SNI 3553:2015 dan 6241:2015 dalam lampiran 1 Permenperind 78/M-
persyaratan mutu untuk Total coliform yang IND/PER/11/2016 hanya mensyaratkan
ditetapkan telah harmonis dengan Permenkes persyaratan mikrobiologi untuk total Coliform
492/2010, IBWA (2015) dan WHO (2011). yaitu sebesar 50 MPN/100 ml untuk air bukan
perpipaan dan 10 MPN/100 ml untuk air
Hasil pengujian terhadap contoh AMDK yang
perpipaan dan tidak mensyaratkan E. coli
diambil untuk pengawasan berkala yang
sebagai parameter kualitas air bersih sebagai
dilakukan di 3 laboratorium menunjukkan
bahan baku air mineral dan demineral.
bahwa dari 8 contoh yang diuji semuanya
memenuhi persyaratan total coliform (TTD), E. coli dan Thermotolerant Coliform
yang juga berarti bahwa semua laboratorium merupakan bakteri yang dapat tumbuh dan
uji yang ditunjuk telah mampu melakukan berkembang pada suhu 44,2oC. E. coli secara
pengujian sesuai dengan metode uji yang luas dianggap sebagai indeks kontaminasi
ditetapkan dalam SNI. faecal. Adanya E. coli pada air minum juga
sering digunakan sebagai indikasi kurang
Coliform adalah bakteri gram negatif, tidak
efektivnya pengolahan air serta sering
membentuk spora dan dapat tumbuh dan
dianggap sebagai indikasi adanya patogen
berkembang pada suhu 37oC. Coliform
pada produk (IBWA, 2015). Meskipun
merupakan kelompok bakteri yang
demikian produk yang tidak mengandung E.
mempunyai karakteristik biokimia dan
coli tidak menjamin bahwa produk tersebut
pertumbuhan yang berhubungan dengan
tidak mengandung patogen. WHO (2011)
kontaminasi faecal. Namun demikian
menetapkan E. coli sebagai parameter untuk
kehadiran Coliform dalam air minum tidak
memantau kualitas air minum. Standard of
serta merta berarti adanya kontaminasi faecal,
quality IBWA (SOQ IBWA) dan standard of
karena Coliform juga terdapat pada air yang
quality FDA (SOQ FDA) tidak membolehkan
tidak terkontaminasi oleh faecal misalnya
adanya E. coli pada AMDK. Jika E. coli
Klebsilia, Entero bacter, dan Cetro bacter.
terdeteksi pada AMDK maka produk dianggap
Adanya Coliform mengindikasikan kebersihan
tercemar dan tidak boleh didistribusikan
dan integritas sistim distribusi serta potensi
kepada konsumen.
terbentuknya biofilm (Medema et al., 2003).
E. coli sangat banyak pada air selokan, limbah
Peraturan Menteri Perindustrian 96/2011
serta semua air yang terkontaminasi oleh
mensyaratkan pengujian Coliform dilakukan
tinja, kotoran hewan serta aktivitas pertanian.
seminggu sekali untuk air baku dan untuk
E. coli merupakan bukti adanya polusi faecal
AMDK dilakukan setiap hari. Berdasarkan
sehingga tidak boleh ada dalam air minum.
Permenperin ini air baku untuk AMDK harus
AMDK yang menggunakan sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan yang ditentukan
berasal dari air permukaan harus diberikan
berdasarkan undang undang. Saat ini
perlakuan disinfeksi. E. coli merupakan
persyaratan mutu air baku yang digunakan
bakteri yang resistensinya terhadap desinfeksi
adalah lampiran 1 Permenperind 78/M-
chlorine rendah dan dapat diinaktivasi dengan
IND/PER/11/2016. IBWA (2015)
efektif menggunakan ozon (Solomon, et al.,
mensyaratkan pengujian Total coliform dan
1998; Swancara, 2007; Von Gunten, 2003;
E.coli dilakukan sekali setiap minggu baik
WHO,2011).
untuk air baku maupun untuk produk AMDK.
3.1.2.Pseudomonas aeruginosa
Permenkes 492/2010 dan IBWA
mensyaratkan pengujian E. coli sebagai SNI AMDK 3553:2015 mensyaratkan
parameter wajib yang langsung berhubungan pengujian Pseudomonas aeruginosa. Hal ini
dengan kesehatan. Sedangkan SNI 3553:2015 sesuai dengan Perka BPOM dan standar
dan Perka BPOM HK.00.06.1.52.4011 tidak CAC/RCP33-1985 yang mensyaratkan
mensyaratkan pengujian terhadap cemaran E. pengujian cemaran Pseudomonas. Sedangkan
coli. Hal ini sesuai dengan WHO (2011) dan Permenkes 492/2010 dan IBWA tidak.
FDA (2009) yang mensyaratkan pengujian
Pseudomonas aeruginosa bukan merupakan
terhadap E. coli jika pada air minum terdeteksi
flora alamiah pada air mineral, umumnya
adanya total Coliform. Artinya karena SNI
berasal dari tinja, tanah, air dan selokan.
(2015) mensyaratkan cemaran coliform tidak
Kehadiran P. aeruginosa mengindikasikan
boleh terdeteksi pada AMDK, maka pengujian
kurangnya kebersihan sistim distribusi. P.
E. coli tidak perlu dipersyaratkan.
aeruginosa menyebabkan terjadinya infeksi
pada sistem pernafasan (pneumonia), saluran
33
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
34
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
35
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
dan tidak disyaratkan oleh Permenkes yang ditetapkan dalam SNI 3553:2015 dan SNI
492/2010 yaitu untuk parameter total zat 6241:2015 yaitu ozon (dbp: bromat) dan ion
organik (untuk air demineral) dan perak perak (dbp: perak). IBWA, FDA dan EPA
(untuk air mineral dan demineral). IBWA dan menetapkan 2 jenis desinfeksi yaitu (1) ozon
FDA mensyaratkan parameter perak pada dengan dbp: bromat, Haloacetic acids (HAA5),
AMDK dan tidak mensyaratkan parameter Total Trihalomethanes (TTHMs) dan (2)
total zat organik karbon baik pada AMDK disinfektan berbasis klorin (klorin, kloramin,
maupun pada air yang dimurnikan (air atau klorin dioksida) dengan dbp HAA5 dan
demineral). Namun demikian Permenkes Total Trihalomethanes (TTHMs).
492/2010 juga membolehkan penetapan
Disinfeksi menggunakan klorin akan
parameter tambahan bagi air minum namun
menghasilkan produk samping berupa
harus tetap mengacu pada persyaratan
trihalomethane/THM (chloroform, bromo
tambahan yang ditetapkan dalam Permenkes
dichloromenthane, bromoform dan
492/2010. Parameter total zat organik, dan
dibromochloromethene), dan haloacetic
perak tidak termasuk dalam parameter
acids/HAA5 (monochloroacetic acid,
tambahan yang ditetapkan oleh Permenkes
dichloroacetic acid, trichloroacetic acid,
492/2010. Begitu pula IBWA, FDA dan WHO
monobromoacetic acid dan dibromoacetic
tidak menetapkan parameter Parameter total
acid). IBWA membatasi kontaminasi total tri
zat organik sebagai persyaratan kualitas air
halomethane (TTHM) pada air minum sebesar
minum. Penetapan parameter tambahan harus
0,01 ppm dan 0,06 ppm untuk HAA5.
mempertimbangkan kemungkinan
keberadaan bahan tersebut di dalam air Disinfeksi menggunakan ozon akan
minum, kondisi kualitas lingkungan setempat menghasilkan produk samping senyawa
serta teknologi yang dipakai pada pengolahan bromate, sedangkan disinfeksi menggunakan
air minum tersebut. ion perak dapat meninggalkan residu perak
pada produk. Permenperin 96/2011
Saat ini teknologi pengolahan yang dipakai
membatasi residu perak pada produk
pada produksi AMDK adalah filtrasi meliputi
maksimum 25 ppb. SNI 3553:2015 dan SNI
reverse osmosis, nano filtrasi, ultra filtrasi,
6241:2015 mensyaratkan cemaran perak
mikro filtrasi, bag and cartrigde filter, filtrasi
pada air mineral/demineral dan menetapkan
granular termasuk sand and slow filtration
batas maksimum cemaran perak sebesar
(Stanfield et al., 2003) yang diikuti dengan
0,025 ppm.
disinfeksi. Proses disinfeksi yang sering
dipakai adalah klorin, ozonisasi ataupun EPA menetapkan perak sebagai salah satu
penggunaan radiasi sinar UV dan ion silver standar sekunder yang dimaksudkan untuk
(Pemenperind 96/2011). Proses desinfeksi pertimbangan estetis dan tidak berisiko
dengan ion silver (ion perak) akan terhadap kesehatan. Menurut EPA (2001),
menyebabkan adanya residu perak pada Fewtrel (2014), dan WHO (2003) perak
AMDK yang dihasilkan. menyebabkan perubahan warna pada kulit
dan menyebabkan perubahan warna bagian
Proses disinfeksi diketahui akan menimbulkan
putih pada mata menjadi kelabu yang disebut
produk samping disinfeksi (disinfection by
argyria dan tidak mengganggu fungsi tubuh.
product/dbp) karena disinfektan akan
EPA (2001) menetapkan standar untuk perak
bereaksi dengan bromida dan/atau bahan
karena perak digunakan sebagai antibakterial
kimia organik alami yang ada di dalam air
pada banyak peralatan pengolahan air di
baku (EPA,2006; Richardson, et al., 2000; Von
rumah tangga, sehingga berpotensi
Gunten, 2003, Trevor, 2001).
menimbulkan masalah. EPA menetapkan
Permenkes 492/2010 menetapkan dbp secondary maximum contaminant level untuk
sebagai persyaratan tambahan, begitu pula perak sebesar 0,1 mg/l sedangkan SOQ IBWA
SNI 3553:2015 dan SNI 6241:2015 (2015) dan FDA (2016) menetapkan batas
mensyaratkan batas maksimum dbp pada perak masing masing sebesar 0,025 mg/l dan
AMDK. IBWA, FDA dan EPA mensyaratkan 0,1 mg/l.
pengujian untuk semua dbp pada AMDK dan
Menurut EPA (2004) produk samping
air sumber jika dilakukan disinfeksi dengan
disinfeksi dapat berpengaruh buruk terhadap
periode pengujian setahun sekali. Menurut
kesehatan. Senyawa bromate dapat
WHO (2010); WHO (2003); WHO (2005) tidak
meningkatkan tekanan darah dan bersifat
semua dbp harus menjadi persyaratan, tetapi
carcinogenic, senyawa trihalomethane dapat
harus memperhatikan jenis disinfeksi yang
merusak ginjal atau merusak sistim syaraf
digunakan. Ada 2 jenis desinfektan dan dbp
36
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
pusat dan meningkatkan resiko kanker (EPA, berkala memenuhi persyaratan kimia yang
2001; WHO, 2011). Permenkes 492/2010 ditetapkan dalam SNI air demineral.
menetapkan disinfektan dan produk
3.3. Parameter Fisika
sampingnya sebagai persyaratan tambahan
dengan batas maksimum untuk bromate Permenkes menetapkan 6 parameter
sebesar 0,01 mg/l. persyaratan fisika meliputi bau, warna, rasa,
TDS, kekeruhan dan suhu. Sedangkan SNI
Hasil pengujian terhadap contoh air mineral
hanya menetapkan 5 parameter dari 6
yang diambil untuk pengawasan berkala
parameter fisika yang ditetapkan oleh
diambil memenuhi persyaratan kimia yang
Permenkes dan satu parameter yang tidak
ditetapkan dalam SNI air mineral. Begitu pula
ditetapkan yaitu suhu. SNI AMDK
menunjukkan bahwa semua contoh uji yang
mensyaratkan kekeruhan lebih ketat dari
hasil uji untuk contoh air demineral yang
persyaratan Permenkes.
diambil memenuhi selama pengawasan
tidak langsung berhubungan dengan kesehatan, 3) Parameter tambahan, 4) tidak ditetapkan oleh
Permenkes 492/2010, 5) jika desinfeksi dengan proses ozonisasi, 6) desinfeksi dengan proses ion perak,
7) Jika dilakukan penambahan CO2, 8) Jika dilakukan penambahan O2,
37
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
4. Kesimpulan
Codex Alimentarius Comission (2007). Water.
Terdapat perbedaan persyaratan parameter Firts Ed. Rome, Italy.
mikrobiologi antara SNI 3553:2015 dan SNI
Codex Alimentarius Comission (2011).
6241:2015 dengan Permenkes 492/2010,
CAC/RCP 33-1985. Code of Hygine and
IBWA (2015) dan FDA dan WHO (2011). SNI
Practice for Collecting, Processing and
3553:2015 dan SNI 6241:2015 tidak
Marketing of natural mineral water.
mensyaratkan E. coli sebagai parameter yang
Rome, Italy.
harus dipastikan tidak boleh ada pada AMDK.
Hal ini berbeda dengan Permenkes 492/2010, EPA.(2001). 40 CFR 143 National Secondary
IBWA, FDA dan WHO yang mensyaratkan Drinking Water Regulations. 7-
bahwa E. coli tidak boleh ada pada air minum. 1(01):608-610.
Sebaliknya SNI AMDK mensyaratkan
EPA.(2005). 40 CFR Parts 9, 141, dan 142.
parameter Pseudomonas aeruginosa serta
National Primary Drinking Water
angka lempeng total seperti yang disyaratkan
Regulations: Stage 2 Disinfectants and
oleh Perka BPOM.
Disinfection By products Rule. Fed. Reg.,
SNI 3553:2015 belum harmonis dengan 71(2):388–493.
Permenkes 492/2010, IBWA dan WHO yaitu
FDA. (2016). 21CFR165.110.b Requirements
kesadahan, aluminium dan seng. Perlu
for Specific Standardized Botteld water.
dilakukan revisi dan harmonisasi antara
http://www.accessdata.fda.gov/scripts
persyaratan SNI 3553:2015 dengan regulasi
/cdrh/cfdocs/cfcfr/CFRSearch.cfm?fr=1
yang ditetapkan oleh pemerintah seperti
65.110&SearchTerm=bottled%20water.
Permenkes, Permenperin serta persyaratan
Diakses tanggal 12 November 2015.
internasional.
FDA.21CFR129.(2016). Processing and Bottling
Ucapan terima kasih
of Bottled Drinking Water.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada http://www.accessdata.fda.gov/scripts
Balai Riset dan Standardisasi Palembang /cdrh/cfdocs/cfcfr/CFRSearch.cfm?CFR
Kementerian Perindustrian yang telah Part=129&showFR=1. Diakses tanggal
memfasilitasi penelitian ini. 12 November 2015.
Daftar Pustaka Fewtrel, L. (2014) Silver : water disinfection
BPOM. (2009). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat and Toxicity. Centre for Research into
dan Makanan RI Nomor: Environment and Health.
HK.00.06.1.52.4011. Jakarta Howard, G. (2003). Arsenic, drinking water and
Badan Standardisasi Nasional.(2015). SNI health risk substitution in arsenic
3553:2015 Standar Nasional Indonesia mitigation : a discusion paper.WHO.
Air Mineral. Jakarta. Geneva.
Badan Standardisasi Nasional.(2015). SNI IBWA. (2015). Bottled water code of practice.
6241:2015 Standar Nasional Indonesia Alexandria, Virginia.
Air Demineral. Jakarta. Hendrawan, D. 2005. Kualitas air sungai dan
Badan Standardisasi Nasional.(2015). SNI 01- situ di DKI Jakarta. Makara Kesehatan. 9
3554-2015 Standar Nasional Indonesia (1):13-19.
Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan. http://marketeers.com/article/industri-air-
Jakarta. minum-di-indonesia-tak-pernah-
38
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Juni 2017
39