Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan mengguankan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Analisis secara spektrofotometri didasarkan pada Hukum labert-beer yangb menyatakan bahwa fraksi penyerapan sinar tidak tergantung dari intensitas sumber cahaya. Hukum beer menyatakan bahwa penyerapan sebanding dengan jumlah molekul yang menyerap. Hukum Lambert-Beer, dapat diketahui hubungannya antara trasmitasi, tebal cuplikan/media, dan konsentrasi. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm). Spektrofotometri juga merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia peka, gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400- 760 mm. Spektrofotometri ini hanya terjadi apabila adanya perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Keuntungan utama dari metode spektrofotometri adalah metode ini sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi dan panjang gelombang. Absorbsi (serapan) atom adalah suatu proses penyerapan bagian sinar oleh atom-atom bebas pada panjang gelombang (λ) tertentu dari atom itu sendiri sehingga konsentrasi suatu logam dapat ditentukan. Karena absorbansi sebanding dengan konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan untuk sistem pengukuran atau analisis kuantitatif. Percobaan yang dilakukan kali ini adalah penentuan tetapan pengionan secara spektrofotometri. Zat yang akan dianalisis pada pratikum kali ini yaitu metil merah. Metil merah ditemukan sebagai zwitter ion dalam air. Zwitter ion adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa contonya metil merah. Pada PH netral zwitter ion akan bermutan positif (kation) maupun bermuatan negatif (anion). Biasanya ion mudah larut dalam air karena bermuatan (air adalah pelarut polar dan sukar larut dalam pelarut non polar). Senyawa ini berupa I dalam suasana asam disingkat HMR. HMR pada kondisi ini berwarna merah dan mempunyai dua bentuk resonansi. Apabila keduanya ditambahkan basa, sebuah ion akan hilang, anion MR- yang berwarna kuning yang ditunjukan dengan reaksi sebagai berikut. HMR ↔ H+ + MR- (Merah) (Kuning)
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa percobaan,
percobaan pertama pembuatan larutan baku metil merah. Larutan baku metil merah dibuat dari 0,5 gram metil merah berupa serbuk berwarna ungu kehitaman yang dilarutkan dalam 300 ml alkohol 96%. Alkohol merupakan larutan tidak berwarna, larutan metil merah berupa larutan berwarna merah bata dan metil merah larut didalam alkohol. Alkhol digunakan sebagai pelarut yang cocok untuk metil merah, karena metil merah lebih larut dalam alkohol dibandingkan ketika dilarutkan di dalam air. Hal ini dikarenakan alkohol mengandong ikatan hidrogen pada gugus hidroksilnya (-OH). Semua senyawa yang memiliki ikatan hidrogen (yaitu ikatan anrata H dengan F, O dan N) bersifat polar. Kepolaran berhubungan dengan perbedaan muatan pada ujung molekulnya. Molekul yang geometrinya asimetris (tidak simetris) akan mempunyai perbedaan kepolaran pada ujung- ujungnya sehingga bersifat polar. Kemudian larutan metil merah disaring menggunakan kertas saring. Residu yang tertinggal pada kertas saring berwarna hitam dan filtrat yang ditampung berupa larutan berwarna merah bata. Filtrat selanjutnya diencerkan dengan akuades secara tepat pada labu takar 500 ml. Setelah diencerkan, larutan baku metil merah menjadi berwarna merah pekat dan terdapat gumpalan-gumpulan berwarna putih. Gumpalan tersebut disebabkan karena.... larutan metil merah tersebut disaring kembali menggunakan kertas saring dengan tujuan untuk memisahkan residu dan mendapatkan filtrat yang lebih jernih. Filtrat hasil penyaringan yang berwarna merah pekat merupakan larutn baku metil merah.
Percobaan kedua yaitu Pembuatan larutan standar metil merah.
Larutan standar metil merah dibuat dari larutan baku metil merah yang dipipet sebanyak 10 ml dan ditambahkan 50 ml alkohol 96% dalam labu takar 100 ml , kemudian diencerkan dengan aquadestsampai tanda batas. Percobaan ke tiga yaitu pembuatan spektrum absorpsi larutn metil merah dalam bentuk asam dan dala bentuk basa. Larutan metil merah dalam asam dibuat dari larutan standr metil merah yang dipipet sebanyak 5 ml dan ditambahkan 10 ml HCl 0,1 M kemudian diencerkan dengan aquadest dalam labu takar 100 ml sampai tanda batas. Penambahan HCl yang berpa asam kuat disini berfungsi sebagai media asam untuk metil merah menjadi asam dan menangkap ion Cl-dari HCl serta pH larutan menurun dan menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda. Reaksi yaitu C15H15N3O2 + HCl C15H16N3O2Cl dengan berikatan dengan Cl- dan H+ maka larutan menjadi asam. Spektrum absorpsi dalam bentuk asam ini berupa larutan berwarna merah muda+++, karena metil merah dalam keadaan asam akan berubah warna menjadi merah muda. Larutan metil merah dalam bentuk basa dibuat dari 5 ml larutan metil merah standar dan ditambahkan 25 ml larutan NaOH 0,04 M kemudian diencerkan dengan akuadest dalam labu takar 100 ml sampai tanda batas. Penambahan NaOH yang berupa basa kuat disini berfungsi sebagai media basa untuk membasakan larutan metil merah dengan cara metil merah yang menangkap ion Na+. Reaksinya yaitu C15H15N3O2 + NaOH C15H16N3O3Na dengan mengurai H+ maka larutan bersifat basa.. Spektrum absorpsi dalam bentuk basa ini berupa larutan berwarna kuning+, karena metil merah dalam keadaan basa akan berubah warna menjadi kuing. Metil merah adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi asam-basa. Pada suasana asam metil merah berwarna merah atau merah muda dan pada suasana basa akan berwarna kuning hal itu dikarenakan pada bentuk basa ion hidrogen lepas dari ikatan –N=N, sehingga memberikan bentuk yang berbeda dengan bentuk asamnya. Struktur asam dari metil merah dapat melakukan resonansi, perbedaan struktur bentuk asam dan basa inilah yang akan mempengaruhi panjang gelombang nantinya,dan panjang gelombang berhubungan dengan spektrum warna yang dihasilkan. Selain itu juga bisa dijelaskan dengan prinsip kesetimbangan HMR → H+ + MR-, maka apabila ditambahkan asam maka reaksi akan bergeser ke kiri dan spesi asam akan banyak terbentuk (berwarna merah), sedangkan apabila ditambahkan basa maka reaksi akan bergeser ke kanan, maka spesi MR- banyak terbentuk (berwarna kuning). Percobaan keempat yaitu Dilakukan variasi konsentrasi dari masingmasing larutan asam dan basa untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan absorbansi larutan serta keakuratan dalam mengambil data. Variasi konsentrasi yang dilakukan adalah dengan pengenceran bertingkat (2x4x8x) pada setiap larutan metil merah spektrum asam dan basa. Masing masing pengenceran dilakukan pada labu takar 50 ml. Pada larutan spectrum asam, pengencer 2x dibuat dari larutan metil merah spektrum asam yang dipipet sebanyak 25 ml dan diencerkan dengan aquadest dalam labu takar 50ml. Pengenceran selajutnya dilakukan dengan cara yang sama yaitu larutan yang sudah diencerkan dipipet sebanyak 25 ml dan ditambahkan akuades sebanyak setengah dari volume air awal sehingga didapatkan konsentrasi sebesar setengah dari konsentrasi semula. Terjadi perubahan warna setelah dilakukannya pengenceran yaitu dari larutan berwarna merah muda+++ (pake tanda panah aja nulisnya) menjadi merah muda++ menjadi merah muda+ menjadi merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan pada saat pengenceran larutan spektrum basa. Terjadi perubahan warna setelah dilakukan pengenceran dari kuning+ menjadi kuning menjadi kuning pudar dan menjadi larutan tak berwarna. Percobaan terakhir yaitu menentukan nilai absorban pada panjang gelombang maksimum. Pengukuran absorbansi pada spektrofotometri menggunakan panjang gelombang maksimum karena pada panjang gelombang maksimum absorbansi yang dihasilkan juga maksimum sehingga intesitas cahaya yang diserap besar. Semakin bertambah kepolaran suatu pelarut maka puncak absorbansi yang dihasilkan akan berada pada panjang gelombang yang lebih pendek. Menyerap energi pada saat cahaya dilewatkan yang digunakan untuk mengeksitasi elektron dari atom.energi yang diserap dalam bentuk gelombang, semakin besar energi yang diserap maka panjang gelombang semakin kecil. Semua larutan asam dan basa dengan variasi konsentrasi ini dilakukan pengukuran Ph terlebih dahulu yaitu .... tabel Sebelun mengukur mengukur nilai absorban, terlebih dahulu dicari gelombang maksimum pada panjang gelombang 400-550. Dari data hasil pengamatan untuk larutan metil merah asam didapat panjang gelombang maksimum yaitu 540 karena pada panjang gelombang tersebut tercapai absorbansi makasimum yaitu 0,155 A. sedangkan untuk larutan metil merah basa didapat panjang gelombang maksimum yaitu 440 nm karena pada panjang gelombang tersebut tercapai absorbansi makasimum yaitu 0,075 A. Menurut teori grafik absorbansi terhadap konsentrasi pada HCl (LARUTAN METIL MERAH ASAM) dan NaOH (larutan metil merah basa) dengan panjang gelombang 540 nm untuk asam dan 440 nm untuk basa adalah semakin besar konsentrai maka nilai absorbansinya akan semakin besar juga. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan medium. Hubungan antara energi dan panjang gelombang saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu elektron yang melepas energi hingga keluar dari ambang batas atom dapat dilihat oleh mata, karena memiliki panjang gelombang tertentu yaitu 400 nm - 550 nm. Maka besar energi yang dilepas pada suatu elektron dapat dinyatakan sebagai panjang gelombang. Tetapan pengionan yaitu perbandingan antara MR‾ dengan HMR. Tetapan pengionan asam (konstanta keasaman kebasaan) adalah merupakan perbandingan antara ion-ion yang dihasilkan saat pelarutan dengan jumlah senyawa yang tidak terionkan. Tetapan pengionan dinyatakan dengan Ka. Tetapan pengionan berbanding lurus dengan absorbansi. Pada keseluruhan grafik dapat dilihat dan ditarik kesimpulan bahwa semakin besar konsentras suatu larutani maka semakin besar juga absorbansi yang didapat dan panjang gelombang yang diperoleh juga besar.