Professional Documents
Culture Documents
Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan pada semua jenis serat.Zat
warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap serat, maka fiksasinya ke dalam
serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder.Kekuatan ikatan antara zat warna
pigmen dengan serat tergantung pada daya ikat dari binder yang digunakan.Ditinjau
dari segi ekonomis, metoda pencapan zat warna pigmen sangat sederhana dan
murah. Proses pencucian yang dimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa zat
warna, pengental dan zat-zat pembantu, tidak diperlukan pada metoda pencapan
pigmen.
Pengental emulsi dibagi dua jenis, yaitu emulsi air dalam minyak (w/o) dan emulsi
minyak dalam air (o/w). Emulsi air dalam minyak adalah air merupakan fasa
terdispersi dan minyak sebagai medium terdispersi. Sebaliknya emulsi minyak dalam
air adalah minyak merupakan fasa terdispersi dan air sebagai medium pendispersi.
Dalam perkembangannya, saat ini sudah banyak diproduksi selain zat warna
pigmen sintentik juga binder sintentik yang lebih menjamin hasil cap sesuai keinginan.
Demikian pula halnya dengan penggunaan pengental, dari mulai pengental alam
berkembang menjadi pengental emulsi air dalam minyak (w/o), kemudian emulsi
minyak dalam air (o/w) dan pada akhirnya pengental sintetis. Komponen pasta cap
pigmen didasarkan pada tiga hal penting yaitu dispersi zat warna pigmen, binder dan
zat pembantu ikatan silang, serta pengetal yang sesuai. Hasil pencapan pigmen yang
baik ditandai dengan tingkat kecerahan yang tinggi, sifat pegangan yang tidak kaku
dan sifat daya ketahanan yang tinggi terhadap gosok dan pencucian.(Agus
Suprapto,dkk., 2006, Bahan Ajar Teknologi Pencapan1)
Binder merupakan zat kimia yang berperan penting dalam proses pencapan
dengan zat warna pigmen untuk meningkatkan daya ketahanan luntur warna. Binder
adalah suatu zat yang akan membentuk lapisan tipis yang terbuat dari makromolekul
rantai panjang yang pada saat diaplikasikan pada tekstil berwarna.(Agus
Suprapto,dkk., 2006, Bahan Ajar Teknologi Pencapan1)
Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam air, diperdagangkan
dalam bentuk terdispersi kerap disebut juga emulsi pigmen. Terutama dibuat dari
bahan baku sintetis, selain tersedia cukup banyak warna, untuk pigmen putih
digunakan bahan dasar titanium dioksida, campuran kupro dan alumunium untuk
warna metalik serta besi oksida untuk mendapatkan warna kecoklatan.
Dalam melakukan pemilihan zat warna pigmen yang penting diperhatikan selain
harganya juga sifat-sifat ketahanan lunturnya, kecerahannya dan kekuatan
pewarnaannya. Pasta cap yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat reologi seperti
plastik, dapat dipindahkan pada tekstil dengan mudah tetapi penetrasinya terbatas.
Jika terjadi perakelan pasta akan mengencer dan setelah perakelan kembali menjadi
solid pada permukaan kain sehingga tidak berpenetrasi lebih jauh ke dalam tekstil
hanya tinggal di permukannya saja, sehingga menghasilkan tingkat pewarnaan yang
lebih baik.Pada penggunaan pengental dispersi, untuk menghindari ketidakrataan
warna pada pencapan kain-kain halus dan kain-kain hidrofob dan juga terjadinya
screen fram marks, dapat dikombinasikan dengan pengental koloid (misal dari jenis
eter selulosa) yang mengurangi efek pecahnya lapisan pasta cap. Namun demikian
perlu tetap diperhatikan efek pegangan kaku jika penambahan pengental koloid
semakin besar.
Keuntungan dari zat warna pigmen adalah:
Pencapan pigmen ekonomis karena tidak perlu dilakukan pencucian setelah fiksasi,
pengambilan contoh cepat dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Dapat dilakukan pada semua jenis bahan.
Pewarnaan tidak mempunyai banyak masalah.
Lebih ramah lingkungan karena tidak ada proses pencucian.
Kerugian dari zat warna pigmen adalah:
Hasil celup relatif kaku (apabila tanpa menggunakan softener).
Tahan luntur tergantung dari konsentrasi dan jenis binder.
Zat warna hanya menempel pada permukaan kain saja dan tahan terhadap gosokan
jelek. (Diktat pencapan,Agus suprapto,dkk,2006)
Pigmen terdiri dari beberapa macam :
Endapan zat warna kation ( lakes).
Zat warna basa yang bersifat kation diendapkan suatu anion misalnya asam fostungs
molidat akan memberikan endapan.
Endapan zat warna anion
Zat warna anion diendapkan dalam barium, endapan garam logam tersebut tahan
terhadap pelarut organik tetapi biasanya tahan lunturnya kurang baik terhadap asam
dan alkali.
Komplek logam.
Adalah senyawa gabungan atau senyawa kordinat, dimana molekul zat warna yang
mengandung atom oksigen atau nitrogen mampu memberikan elektron kepada atom
logam.
Senyawa netral bebas logam
Merupakan jenis pigmen yang paling banyak dipakai dan berasal dari sebagian
besar zat warna monoazo, diazo danbeberapa dari golongan azina, indigo dan
antrakinon sehingga warnanya melengkapi seluruh warna spektrum.(Lubis, Arifin,
dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung)
Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap semua serat oleh karena itu
maka diperlukan zat pengikat (binder) yang akan membentuk lapisan film yang sangat
tipis diatas bahan dan membentuk ikatan dengan serat.
Syarat zat pengikat antara lain:
Gugus reaktif dapat mengadakan ikatan dengan serat
Daya kohesi adhesi pada suptrat
Tidak berwarna dan stabil
Daya tahan terhadap hidrolisa terhadap pelarut.
Tahan terhadap zat kimia, panas dan cuaca.
Binder mempunyai gugus reaktif dalam kopolimer yang akan membentuk ikatan silang
(cross linking) antar molekul-molekul kopolimer atau dengan hidroksi, amino dan
gugus lainnya dari serat pada saat proses curing. Reaksi ikatan silang membutuhkan
suhu tinggi dan katalis yang bersifat asam. Katalis yang banyak digunakan pada
pencapan dengan zat warna pigmen adalah diamonium posfat.
Reaksi ikatan silang dari binder terjadi pada kondisi asam yang dapatdigambarkan
sebagai berikut :
Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi tanpa zat
tersebut ikut bereaksi, mekanisme pembentukan ikatan silang tiga dimensi diperlukan
suasana asam dan suhu tinggi dan asam ini diperoleh dari katalisator. Penggunaan
katalisator harus optimum karena bila kurang maka proses polimerisasi tidak
sempurna.
2.5 Serat Kapas
Serat kapas berasal dari tanaman, oleh karena itu serat kapas termasukserat
selulosa, sehingga sifat kimia serat kapas mirip seperti sifat selulosa. Di dalamlarutan
alkali kuat serat kapas akan menggembung sedangkan dalam larutan asamsulfat 70%
serat kapas akan larut. Proses penggembungan serat kapas dalamlarutan NaOH 18%
disebut proses merserisasi. Kapas yang telah mengalami prosesmerserisasi
mempunyai sifat kilau lebih tinggi, kekuatan lebih tinggi dan daya serapterhadap zat
warna yang tinggi. Oksidator selama terkontrol kondisi pengerjaanyatidak
mempengaruhi sifat serat, tetapi oksidasi yang berlebihan akan menurunkankekuatan
tarik serat kapas. Oleh karena itu pada proses pengelantangan yang menggunakan
oksidator harus digunakan konsentrasi oksidator dan suhupengerjaan yang tepat agar
tidak merusak serat.
Tabel Karakteristik Serat Kapas
tidak tahan terhadap asam yang kuat, tidak tahan terhadap alkali,
Kimia
tidak tahan terhadap bahan kimia yang berlebihan.
3.2 Bahan :
1. 4 lembar kain T/C siap cap
2. Zat warna Pigmen
3. Binder
4. Katalis
5. Fixser
6. Pengental
persiapan drying
pembuatan proses
alat dan evaluasi
pasta cap pencapan
bahan
V. CARA KERJA
1. Persiapan Alat dan Bahan.
2. Siapkan pengental dengan berat sebesar 1000 gram
3. Campurkan zat warna pigmen, zat pembantu lainnya dan pengental yang telah
ditimbang sampai pasta cap homogen.
4. Bubuhkan pasta cap secukupnya pada screen yang sudah berpola.
5. Ratakan dengan menggunakan rakel dengan penekenan tertentu secara
merata sekaligus.
6. Keringkan kain yang sudah dicap pada suhu 100 C selama 2 menit, kemudian
fiksasi pada suhu sesuai variasi.
7. Lakukan evaluasi kain
Emulsidier : 50 g
Air : 350 g
40
Zat warna pigmen : 1000 x 50 = 2 g
180
Binder : 1000 x 50 = 9 g
20
Urea / Gliserin : 1000 x 50 = 1 g (Zat Higroskopis)
700
Pengental emulsi : 1000 x 50 = 35 g
20
DAP (1:2) : 1000 x 50 =1 g (katalis)
20
Fixer : 1000 x 50 =1 g
50
Emulsifier : 100 x 400 =20 g
Air : 380 g
VII. DISKUSI
Proses pencapan yang telah dilakukan dengan zat warna pigmen dapat
diaplikasikan pada semua jenis serat karena zat warna pigmen tidak memiliki
afinitas atau daya ikat terhadap semua jenis serat sehingga dalam proses
pencapan yang telah dilakukan digunakan kain kapas. Untuk membantu daya
ikat atau menempelkan zat warna pada kain sesuai bentuk motif yang
diharapkan digunakan zat pengikat silang yaitu binder. Binder yang digunakan
harus memiliki sifat-sifat antara lain plastis, dapat membentuk lapisan film
transparan, stabil, tidak mudah bereaksi dengan zat pembantu lainnya atau tidak
mereduksi zat warna. Untuk membuat binder berpolimerisasi dengan baik
dilakukan proses curing, suhu tinggi, saat proses pengikatan binder membentuk
cross linking atau membentuk jaringan 3 dimensi antara binder dengan zat warna
pigmen dan binder dengan serat, memerlukan asam yang diperoleh dari katalis
; diammonium posphat menghasilkan H3PO4 atau dapat digunakan MgCl2
menghasilkan asam HCl.
Proses pancapan pada kain kapas di pengaruhi jenis zat yang di gunakan,teknik
pancapan dan kondisi screen
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikansoal1.blogspot.com/2013/12/makalah-cetak-sablon.html.
(Diakses pada 23 Oktober 2017)
http://nadyalestari.blogspot.com/2012/02/zat-warna-pigmen.html. (Diakses pada
23 Oktober 2017)
Lubis, Arifin, dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil Bandung.
Agus suprapto,dkk.2006.Diktat Pencapan.Bandung.
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENCELUPAN 2
Persiapan Pencapan
Kelompok :5
Dosen :
Agus, S Teks., M.Si
Desiriana