You are on page 1of 16

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud :
Melakukan proses pencapan pada kain kapas dengan zat warna pigmen.
1.2 Tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh suhu curing pada proses pencapan dengan zat
warna pigmen dengan mengevalusi.

II. TEORI DASAR


2.1 Pencapan
Pencapan merupakan salah satu metode pewarnaan kain. Jika pencelupan
dilakukan dengan mewarnai kain secara merata, maka pencapan dilakukan
dengan mewarnai kain secara setempat dengan menimbulkan corak tertentu.
Berbeda dengan pencelupan yang menggunakan air sebagai media, pencapan
menggunakan pengental sebagai medianya. Pada proses pencapan dapat
digunakan beberapa golongan zat warna tanpa saling mempengaruhi warna
aslinya.
Proses Pencapan dilakukan sebagai berikut :
1. Membuat motif, tergantung sistem pencapan yang digunakan, yaitu :
Menggunakan kain kasa (screen)
1) Kain kasa dipasang pada sebuah bingkai kayu/logam, secara lurus dan
tegang.
2) Pada kain kasa diberi motif dengan berbagai cara, antara lain :
a) Menempel gambar motif
b) Digambar langsung dengan lak
c) Dicetak dengan chrom gelatine
d) Kasa dipernis dengan bagian yang tertutup dilapisi lagi dengan lak/cat
agar kuat.Menggunakan logam dilakukan dengan menggravir logam.
Logam yang digunakan dapat berbentuk balok maupun silinder.
2. Membuat pengental
Pasta cap pada umumnya dibuat dari larutan atau disperse cat dalam air atau
dalam zat pelarut lain dengan zat pembantu seperti asam, alkali, garam, dan
pengental. Penggunaan pengental bertujuan untuk menghasilkan pasta cap
dengan kekentalan yang optimal. Syarat pengental yang digunakan dalam
pencapan adalah sebagai berikut:
 Sesuai dengan bahan yang akan dicap
 Sesuai dengan zat warna yang digunakan, misalnya, zat warna yang
mempunyai afinitas rendah terhadap serat hendaknya dipadukan dengan
pengental yang mempunyai afinitas tinggi terhadap serat. Sebaliknya zat
warna yang mempunyai afinitas tinggi terhadap serat hendaknya dipadukan
dengan pengental yang mempunyai afinitas rendah terhadap serat
 Sesuai dengan alat/metode pencapan
 Tidak mengubah sifat zat warna dan tidak berwarna
 Stabil dalam penyimpanan
 Tidak bereaksi secara kimia dengan zat warna
 Pengental harus mempunyai kekentalan yang optimal. Jika terlalu kental akan
susah dituangkan, sedangkan jika terlalu encer mudah keluar dari motif yang
dibentuk. Kekentalan dapat diukur dengan menuangkan pengental tersebut.
Kekentalan optimal dicapai jika selama penuangan pengental tersebut
mengalir tidak terputus.
Pengental terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
A. Pengental dari terigu dan tapioka
Tepung terigu dan tepung tapioka dicampur sehingga menghasilkan gom.
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut:
1) Masing-masing tepung dilarutkan di dalam air dengan perbandingan
sebagai berikut:
a) Tepung tapioka 1:10 (1 kg tapioka dilarutkan dalam 10L air),
b) Tepung terigu 1:15 (1 kg terigu dilarutkan dalam 15L air).
2) Kedua larutan tepung dicampur dan dipanaskan sampai suhu kurang lebih
1000C.
3) Pengental dibiarkan dingin sebelum digunakan.
Larutan tepung tapioca dan terigu selanjutnya disebut kanji. Kanji mempunyai
kekuatan dan kekentalan yang sangat baik. Namun sifat tersebut
menyebabkan sulitnya penyerapan zat warna ke dalam serat, sehingga kanji
jarang digunakan sebagai pengental tunggal melainkan dicampur dengan
pengental lain yang kurang kental. Pencampuran tersebut diharapkan dapat
menghasilkan pasta zat warna yang mempunyai afinitas tinggi terhadap serat.
Kekentalan kanji juga dapat dikurangi dengan menambahkan oksidator seperti
natrium perborat dan aktivin S sehingga kanji dapat digunakan sebagai
pengental tunggal.
B. Tepung dekstrin
Dekstrin adalah tepung tapioca yang telah dikerjakan lebih lanjut sehingga
mudah larut dalam air karena molekulnya telah diperkecil dan kekentalannya
sudah dikurangi. Pengental dilarutkan di dalam air pada suhu 800C dengan
perbandingan 1:1. Dekstrin jarang digunakan sebagai pengental tunggal
karena terlalu encer, kebanyakan digunakan bersama-sama dengan tapioka
dan terigu.
C. Tepung glukosa
Glukosa adalah dekstrin yang diolah lagi sehingga molekulnya lebih kecil dan
dapat dilarutkan dalam air dingin. Sifatnya yang encer membuat glukosa jarang
digunakan sebagai pengental tunggal, melainkan dicampur dengan kanji pada
perbandingan 1:1 dan dilarutkan dalam air dingin.
D. Gom
Gom merupakan suatu bahan yang berasal dari getah tumbuh-tumbuhan.
Sifatnya yang tidak berwarna adalah salah satu alasan penggunaan gom
sebagai pengental. Berdasar sifat kelarutannya gom dapat dibedakan menjadi:
1) Gom yang mudah larut dalam air, misalnya gom Arabica, gom traganth,
gom Inggris, gom Sudan, gom Kordofa.
2) Gom yang memerlukan pemanasan agar mudah dilarutkan, misalnya gom
universal.
E. Manutex
Manutex merupakan pengental yang dihasilkan dari tumbuhan laut. Manutex
mudah larut dalam air dingin. Manutex tidak berwarna. Selain itu manutex juga
tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami perubahan
kekentalan. Manutex menghasilkan pencapan yang rata, dan mudah
dibersihkan setelah proses selesai. Konsentrasi manutex sangat tinggi,
sebagai pengental cukup digunakan 2-5%. Penggunaan manutex dilakukan
sebagai berikut:
1) Manutex dilarutkan dalam air sambil diaduk
2) Larutan manutex didiamkan selama ¼ - ½ jam
3) Pengental siap digunakan
F. Pengental buatan
Pengental buatan umumnya digunakan pada proses pencapan serat-serat
sintetik. Pengental buatan yang sering digunakan antara lain PVA dan CMC.
Proses penggunaannya dilakukan sebagai berikut:
1) Pengental dilarutkan dalam air panas sambil diaduk
2) Pengadukan dilakukan selama 1 – 2 jam
3) Pengental dibiarkan dingin sebelum digunakan
2.2 Screen
Pada proses pencapan kasa datar (Flat Screening), screen mempunyai peranan
yang sangat penting, bahkan dapat dikatakan sebagai faktor penentu tingkat kualitas
dari proses cetak yang dihasilkan. Dewasa ini screen lebih banyak terbuat dari serat
sintetis jenis tunggal (mono filamen).
Screen pada umumnya berwarna putih. Tapi seringkali kain berwarna putih pada
waktu dilakukan proses penyinaran akan menimbulkan gejala pemantulan kembali
yang dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan penyinaran. Untuk mengatasi
masalah tersebut pada umumnya kain dibuat berwarna kuning, jingga dan merah.
Sehingga kain berwarna digunakan untuk menghindari terjadinya pemantulan kembali
cahaya pada waktu penyinaran stensil foto sistem direct (langsung), sistem
direct/indirect (langsung/tidak langsung), maupun sistem cappilary (kafilek).
Untuk memperoleh tingkat resolusi gambar yang terbentuk pada screen serta
peningkatan definisi hasil cetak sablon, maka diperlukan persyaratan khusus untuk
jenis-jeniskain yang digunakan. Adapunpersyaratan - persyaratannya
adalah sebagai berikut :
1. Daya lentur/fleksibilitas.
Karena pada saat dilakukan perentangan pada bingkai cetak kain harus ditarik
untuk mendapatkan tingkat keregangan pada permukaan bingkai serta
pada waktu dilakukan proses pencetakan screen tidak boleh menyentuh bahan
cetak dengan jarak kira-kira 3-5 milimeter, maka kain haruslah lentur.
2. Pori-pori tidak berubah atau bergeser.
Tujuan utama dari tidak bergesernya pori-pori kain adalah untuk pengendalian
penyaluran tinta cetak.
3. Tahan terhadap bahan kimia.
Selama kain digunakan pada tahapan pencetakan kain selalu berhubungan
dengan bahan kimia seperti stensil foto, tinta cetak, dan bahan pencuci atau
pembersih, maka kain harus tahan atau tidak mudah rusak.
4. Mudah dibersihkan.
Diharapkan agar kain dapat dipergunakan secara berulang-ulang maka
kain harus mudah dibersihkan.
5. Tahan terhadap gesekan.
Pada waktu digunakan, screen akan selalu bersentuhan dengan rakel
yang memiliki variasi derajat kekerasannya. Dengan demikian gesekan dari rakel
tidak dengan mudah mengikis serat kain yang berdampak pada pengalihan tinta
cetak dan mengakibatkan kain mudah rusak.
6. Memiliki pori-pori yang bervariasi.
Dengan adanya variasi pori-pori screen, maka berbagai bentuk
bahan serta berbagai macam bentuk gambar dapat dicetak.
7. Variasi dari tingkat kerapatan screen.
Sangat berpengaruh pada tahapan pengalihan tinta cetak. Dengan banyaknya
variasi yang disediakan untuk jenis-jenis kain diharapkan agar lapisan film tinta
dapat dengan mudah dialihkan ke atas bahan cetak(media cetak) yang
dipergunakan.

2.3 Zat Warna Pigmen


Zat warna pigmen yang tidak mempunyai auksokrom ini digunakan untuk
mewarnai tekstil yang pada umumnya dilakukan dengan cara pencapan, akan tetapi
seringkali juga digunakan untuk mencelup bahan dengan kualitas kasar sampai
sedang.
Untuk pencelupan, karena tidak memiliki auksokrom maka tidak dapat digunakan
untuk mencelup benang dengan cara exhaust. Untuk mencelup kain digunakan cara
padding dan pada umumnya hanya mewarnai pada permukaan saja. Sifat ketahanan
lunturnya sangat ditentukan oleh kekuatan pelapisan zat warna oleh binder yang
digunakan. Binder ini dapat membentuk lapisan film dengan bantuan asam yang
diperoleh dari katalis dan adanya panas pada waktu curing.
Pencapan dengan zat warna pigmen banyak dilakukan karena mempunyai beberapa
keuntungan antara lain pembuatan pasta capnya sederhana, tidak perlu pengerjaan
lanjutan setelah pencapan, zat warna dapat dicapkan bersama-sama dengan zat
warna lain tanpa mengubah warna yang lainnya. Namun terdapat pula kekurangnnya
antara lain hasil pencapan tidak tahan gosok dan kaku. Pasta cap terdiri dari zat
warna pigmen, binder, pengental dan katalis. Zat pengikat pada umumnya merupakan
zat yang larut/terdispersi dalam air dan pada suhu tinggi akan berpolimerisasi.
Pengental yang digunakan dalam pencapan ini menggunakan pengental emulsi,
pengental emulsi adalah dispersi dari zat cair didalam zat cair lain dan tidak saling
melarutkan. Pencapan menggunakan pengental emulsi menghasilkan pegangan yang
lemas. sedangkan katalisnya adalah senyawa yang pada pemanasan tinggi dapat
memberikan reaksi asam.

2.4 Pencapan Dengan Zat Warna Pigmen

Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan pada semua jenis serat.Zat
warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap serat, maka fiksasinya ke dalam
serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder.Kekuatan ikatan antara zat warna
pigmen dengan serat tergantung pada daya ikat dari binder yang digunakan.Ditinjau
dari segi ekonomis, metoda pencapan zat warna pigmen sangat sederhana dan
murah. Proses pencucian yang dimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa zat
warna, pengental dan zat-zat pembantu, tidak diperlukan pada metoda pencapan
pigmen.

Pengental emulsi dibagi dua jenis, yaitu emulsi air dalam minyak (w/o) dan emulsi
minyak dalam air (o/w). Emulsi air dalam minyak adalah air merupakan fasa
terdispersi dan minyak sebagai medium terdispersi. Sebaliknya emulsi minyak dalam
air adalah minyak merupakan fasa terdispersi dan air sebagai medium pendispersi.

Dalam perkembangannya, saat ini sudah banyak diproduksi selain zat warna
pigmen sintentik juga binder sintentik yang lebih menjamin hasil cap sesuai keinginan.
Demikian pula halnya dengan penggunaan pengental, dari mulai pengental alam
berkembang menjadi pengental emulsi air dalam minyak (w/o), kemudian emulsi
minyak dalam air (o/w) dan pada akhirnya pengental sintetis. Komponen pasta cap
pigmen didasarkan pada tiga hal penting yaitu dispersi zat warna pigmen, binder dan
zat pembantu ikatan silang, serta pengetal yang sesuai. Hasil pencapan pigmen yang
baik ditandai dengan tingkat kecerahan yang tinggi, sifat pegangan yang tidak kaku
dan sifat daya ketahanan yang tinggi terhadap gosok dan pencucian.(Agus
Suprapto,dkk., 2006, Bahan Ajar Teknologi Pencapan1)

Binder merupakan zat kimia yang berperan penting dalam proses pencapan
dengan zat warna pigmen untuk meningkatkan daya ketahanan luntur warna. Binder
adalah suatu zat yang akan membentuk lapisan tipis yang terbuat dari makromolekul
rantai panjang yang pada saat diaplikasikan pada tekstil berwarna.(Agus
Suprapto,dkk., 2006, Bahan Ajar Teknologi Pencapan1)

Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam air, diperdagangkan
dalam bentuk terdispersi kerap disebut juga emulsi pigmen. Terutama dibuat dari
bahan baku sintetis, selain tersedia cukup banyak warna, untuk pigmen putih
digunakan bahan dasar titanium dioksida, campuran kupro dan alumunium untuk
warna metalik serta besi oksida untuk mendapatkan warna kecoklatan.

Dalam melakukan pemilihan zat warna pigmen yang penting diperhatikan selain
harganya juga sifat-sifat ketahanan lunturnya, kecerahannya dan kekuatan
pewarnaannya. Pasta cap yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat reologi seperti
plastik, dapat dipindahkan pada tekstil dengan mudah tetapi penetrasinya terbatas.
Jika terjadi perakelan pasta akan mengencer dan setelah perakelan kembali menjadi
solid pada permukaan kain sehingga tidak berpenetrasi lebih jauh ke dalam tekstil
hanya tinggal di permukannya saja, sehingga menghasilkan tingkat pewarnaan yang
lebih baik.Pada penggunaan pengental dispersi, untuk menghindari ketidakrataan
warna pada pencapan kain-kain halus dan kain-kain hidrofob dan juga terjadinya
screen fram marks, dapat dikombinasikan dengan pengental koloid (misal dari jenis
eter selulosa) yang mengurangi efek pecahnya lapisan pasta cap. Namun demikian
perlu tetap diperhatikan efek pegangan kaku jika penambahan pengental koloid
semakin besar.
Keuntungan dari zat warna pigmen adalah:
 Pencapan pigmen ekonomis karena tidak perlu dilakukan pencucian setelah fiksasi,
pengambilan contoh cepat dan tidak memerlukan waktu yang lama.
 Dapat dilakukan pada semua jenis bahan.
 Pewarnaan tidak mempunyai banyak masalah.
 Lebih ramah lingkungan karena tidak ada proses pencucian.
Kerugian dari zat warna pigmen adalah:
 Hasil celup relatif kaku (apabila tanpa menggunakan softener).
 Tahan luntur tergantung dari konsentrasi dan jenis binder.
 Zat warna hanya menempel pada permukaan kain saja dan tahan terhadap gosokan
jelek. (Diktat pencapan,Agus suprapto,dkk,2006)
Pigmen terdiri dari beberapa macam :
 Endapan zat warna kation ( lakes).
Zat warna basa yang bersifat kation diendapkan suatu anion misalnya asam fostungs
molidat akan memberikan endapan.
 Endapan zat warna anion
Zat warna anion diendapkan dalam barium, endapan garam logam tersebut tahan
terhadap pelarut organik tetapi biasanya tahan lunturnya kurang baik terhadap asam
dan alkali.
 Komplek logam.
Adalah senyawa gabungan atau senyawa kordinat, dimana molekul zat warna yang
mengandung atom oksigen atau nitrogen mampu memberikan elektron kepada atom
logam.
 Senyawa netral bebas logam
Merupakan jenis pigmen yang paling banyak dipakai dan berasal dari sebagian
besar zat warna monoazo, diazo danbeberapa dari golongan azina, indigo dan
antrakinon sehingga warnanya melengkapi seluruh warna spektrum.(Lubis, Arifin,
dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung)

Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap semua serat oleh karena itu
maka diperlukan zat pengikat (binder) yang akan membentuk lapisan film yang sangat
tipis diatas bahan dan membentuk ikatan dengan serat.
Syarat zat pengikat antara lain:
 Gugus reaktif dapat mengadakan ikatan dengan serat
 Daya kohesi adhesi pada suptrat
 Tidak berwarna dan stabil
 Daya tahan terhadap hidrolisa terhadap pelarut.
 Tahan terhadap zat kimia, panas dan cuaca.

Binder mempunyai gugus reaktif dalam kopolimer yang akan membentuk ikatan silang
(cross linking) antar molekul-molekul kopolimer atau dengan hidroksi, amino dan
gugus lainnya dari serat pada saat proses curing. Reaksi ikatan silang membutuhkan
suhu tinggi dan katalis yang bersifat asam. Katalis yang banyak digunakan pada
pencapan dengan zat warna pigmen adalah diamonium posfat.
Reaksi ikatan silang dari binder terjadi pada kondisi asam yang dapatdigambarkan
sebagai berikut :

B−CH2OH + HO−CH2−B B−CH2OCH2−B + HOH pH <5


B−CH2OH + HOB B−CH2−OB + HOH pH <5

Reaksi antara binder dengan serat dapat digambarkan sebagai berikut :


B−CH2OR + HO−Sel B−CH2−O−Sel + ROH
Dimana R adalah CH3 atau H dan B adalah molekul binder.

Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi tanpa zat
tersebut ikut bereaksi, mekanisme pembentukan ikatan silang tiga dimensi diperlukan
suasana asam dan suhu tinggi dan asam ini diperoleh dari katalisator. Penggunaan
katalisator harus optimum karena bila kurang maka proses polimerisasi tidak
sempurna.
2.5 Serat Kapas
Serat kapas berasal dari tanaman, oleh karena itu serat kapas termasukserat
selulosa, sehingga sifat kimia serat kapas mirip seperti sifat selulosa. Di dalamlarutan
alkali kuat serat kapas akan menggembung sedangkan dalam larutan asamsulfat 70%
serat kapas akan larut. Proses penggembungan serat kapas dalamlarutan NaOH 18%
disebut proses merserisasi. Kapas yang telah mengalami prosesmerserisasi
mempunyai sifat kilau lebih tinggi, kekuatan lebih tinggi dan daya serapterhadap zat
warna yang tinggi. Oksidator selama terkontrol kondisi pengerjaanyatidak
mempengaruhi sifat serat, tetapi oksidasi yang berlebihan akan menurunkankekuatan
tarik serat kapas. Oleh karena itu pada proses pengelantangan yang menggunakan
oksidator harus digunakan konsentrasi oksidator dan suhupengerjaan yang tepat agar
tidak merusak serat.
Tabel Karakteristik Serat Kapas

Daya serap Hidrofilik, MoistureRegain : 8.5 %.

Elastisitas Kurang baik.

tidak tahan terhadap asam yang kuat, tidak tahan terhadap alkali,
Kimia
tidak tahan terhadap bahan kimia yang berlebihan.

Pembakaran terbakar habis, tidak meniggalkan abu.

dapat terjadi penyusutan jika dilakukan pencucian yang tidak


Stabilitas dimensi
sesuai.

2 – 3 gram/denier, kekuatan akan meningkat 10 % lebih kuat ketika


Kekuatan
basah.

Mulur serat kapas berkisar antara 4-13 % bergantung pada jenisnya


Mulur
dengan mulur rata-rata 7 %.

Struktur Polimer Serat Kapas

Serat kapas merupakan jenis serat selulosa. Dimana struktur polimernya


adalah selulosa yang terdiri dari monomer selulosa.
Penampang serat:

2.7 Fungsi Zat


1. Zat warna pigmen = memberikan motif pada bahan
2. Pengental emulsi = zat yang berfungsi sebagai medium dalam pencapan
3. Binder = zat pembentuk lapisan film, yaitu untuk mengikat zat
warna pada serat sebagai akibat polimerisasi dari binder tersebut
4. D A P = katalis asam yang dapat mengeluarkan asam pada
suhu tinggi untuk membantu proses polimerisas (pembentukan ikatan silang)
dari binder
5. Fixer = zat adesif antara binder dan serat yang dapat
mendukung ikatan silang pada permukaan lapisa binder sehingga dapat
meningkatkan sifat ketahanan luntur hasil pencapan
6. Air = bahan dasar pembuatan emulsi.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat :
1. 2 buah screen siap cap
2. 1 buah rakel
3. 1 buah gelas ukur 100 ml
4. 1 buah ember kecil
5. Neraca analitik / timbangan digital
6. Gelas plastik tempat pasta cap
7. Mixer
8. Pengaduk
9. Stenter
10. Sendok kecil
11. Alat pengukur Viskositas

3.2 Bahan :
1. 4 lembar kain T/C siap cap
2. Zat warna Pigmen
3. Binder
4. Katalis
5. Fixser
6. Pengental

IV. DIAGRAM ALIR

persiapan drying
pembuatan proses
alat dan evaluasi
pasta cap pencapan
bahan

V. CARA KERJA
1. Persiapan Alat dan Bahan.
2. Siapkan pengental dengan berat sebesar 1000 gram
3. Campurkan zat warna pigmen, zat pembantu lainnya dan pengental yang telah
ditimbang sampai pasta cap homogen.
4. Bubuhkan pasta cap secukupnya pada screen yang sudah berpola.
5. Ratakan dengan menggunakan rakel dengan penekenan tertentu secara
merata sekaligus.
6. Keringkan kain yang sudah dicap pada suhu 100 C selama 2 menit, kemudian
fiksasi pada suhu sesuai variasi.
7. Lakukan evaluasi kain

VI. RESEP DAN PERHITUNGAN RESEP


Resep Pasta Cap

 Zat warna pigmen : 40 g


 Binder : 180 g
 Urea / gliserin : 20 g (zat higroskopis)
 Pengental emulsi : 700 g
 Dap (1:2) : 20 g (katalis)
 Fixer : 20 g

Pembuatan Pengental Emulsi

 Emulsidier : 50 g
 Air : 350 g

PERHITUNGAN RESEP PENCAPAN

Resep Pasta Cap

40
 Zat warna pigmen : 1000 x 50 = 2 g
180
 Binder : 1000 x 50 = 9 g
20
 Urea / Gliserin : 1000 x 50 = 1 g (Zat Higroskopis)
700
 Pengental emulsi : 1000 x 50 = 35 g
20
 DAP (1:2) : 1000 x 50 =1 g (katalis)
20
 Fixer : 1000 x 50 =1 g

Pembuatan Pengental Emulsi

50
 Emulsifier : 100 x 400 =20 g
 Air : 380 g
VII. DISKUSI
Proses pencapan yang telah dilakukan dengan zat warna pigmen dapat
diaplikasikan pada semua jenis serat karena zat warna pigmen tidak memiliki
afinitas atau daya ikat terhadap semua jenis serat sehingga dalam proses
pencapan yang telah dilakukan digunakan kain kapas. Untuk membantu daya
ikat atau menempelkan zat warna pada kain sesuai bentuk motif yang
diharapkan digunakan zat pengikat silang yaitu binder. Binder yang digunakan
harus memiliki sifat-sifat antara lain plastis, dapat membentuk lapisan film
transparan, stabil, tidak mudah bereaksi dengan zat pembantu lainnya atau tidak
mereduksi zat warna. Untuk membuat binder berpolimerisasi dengan baik
dilakukan proses curing, suhu tinggi, saat proses pengikatan binder membentuk
cross linking atau membentuk jaringan 3 dimensi antara binder dengan zat warna
pigmen dan binder dengan serat, memerlukan asam yang diperoleh dari katalis
; diammonium posphat menghasilkan H3PO4 atau dapat digunakan MgCl2
menghasilkan asam HCl.

Ketajaman motif dipengaruhi oleh penempatan kassapenekanan yang harus


tepat dan tidak overlap agar tidak adanya bagian yang tidak terwarnai pada motif.
Lalu pada saat perakelan harus dilakukan dengan merata. Pembuatan screen pun
berpengaruh terhadap hasil pencapan. Karena pembuatan screen dilakukan secara
manual maka kemungkinan overlap lebih sering terjadi.Kerataan warna
dipengaruhi oleh kehomogenan pasta cap, oleh karena itu sebelum pasta cap
digunakan pastikan teraduk dan tercampur rata. Kerataan warna pada kain ke 3
kurang baik karena screen yang digunakan untuk perakelan zat warna dilakukan
secara terus menerus tanpa dicuci terlebih dahulu sehingga ada kemungkinan
lubang-lubang pada screen tersumbat oleh pasta cap
KESIMPULAN

Proses pancapan pada kain kapas di pengaruhi jenis zat yang di gunakan,teknik
pancapan dan kondisi screen

DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikansoal1.blogspot.com/2013/12/makalah-cetak-sablon.html.
(Diakses pada 23 Oktober 2017)
http://nadyalestari.blogspot.com/2012/02/zat-warna-pigmen.html. (Diakses pada
23 Oktober 2017)
Lubis, Arifin, dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil Bandung.
Agus suprapto,dkk.2006.Diktat Pencapan.Bandung.
LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENCELUPAN 2

Persiapan Pencapan

Anggota : M. Wahyudi (15020001)

Hafilda Narulita A. (15020012)

Nabila Ainaya (15020022)

Zulfa Tauzahra (15020024)

Kelompok :5

Group/Kelas : 3K1/Kimia Tekstil

Dosen :
Agus, S Teks., M.Si
Desiriana

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2018

You might also like