Professional Documents
Culture Documents
Fisiologi Olahraga adalah bagian atau cabang dari fisiologi yg khusus mempelajari
perubahan fungsi yang disebabkan oleh aktivitas olahraga /latihan fisik .
Fisiologi olahraga mempelajari perubahan-perubahan fungsi organ-organ baik yg bersifat
sementara (akut) maupun yg bersifat menetap karena melakukan olahraga baik untuk tujuan
kesehatan maupun utk tujuan prestasi
Fisiologi Olahraga merinci dan menerangkan perubahan fungsi yang disebabkan oleh
latihan tunggal (acute exercise) atau latihan yg dilakukan secara berulang-ulang (chronic
exercise) dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologis terhadap intensitas , durasi,
frekuensi latihan, keadaan lingkungan dan setatus fisiologis individu.
Beberapa materi yang akan dibahas meliputi: Dasar – dasar Adaptasi Biologis terhadap
Olahraga, Faal Otot Rangka ,Konsep Dasar kontraksi Otot dalam Olahraga (Isitonik,
isometric,Eksentrik, Isokinetik, Plyometrik),Sumber Energi Kontraksi Otot,Fisiologi Latihan
Otot,Efek Latihan pada Anatomis dan Fisiologis Otot,Konsep Dasar Fisiologi Pernapasan,Daya
Aerobik Maksimum ,Penggunaan Oksigen dalam Olahraga,Kardiovaskuler dan Volume Jantung
dalam Latihan,Struktur Prestasi Olahraga,Keadaan Kebutuhan Fisik,Prinsip dasar Program
Latihan, dan Metode Latihan,
Mata kuliah ini terdiri atas 14 bab yang meliputi:
Bab I : Dasar – dasar Adaptasi Biologis terhadap Olahraga
Bab II : Faal Otot Rangka
Bab III : Konsep Dasar kontraksi Otot dalam Olahraga (Isitonik, isometric,
Dalam bab ini yang akan dipelajari adalah dasar-dasar adaptasi tubuh manusia pada olahraga
yang bertujuan untuk:
Fisiologi
Ilmu yg mempelajari fungsi dan cara kerja organ-organ tubuh serta perubahan-perubahan
yang terjadi akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar tubuh.
Fisiologi Olahraga
Adalah bagian atau cabang dari fisiologi yg khusus mempelajari perubahan fungsi yang
disebabkan oleh latihan fisik:
Bagaimana perubahan fungsi itu dpt terjadi apabila seseorang melakukan latihan tunggal
(acute exercise) dan
Perubahan apa yg dpt terjadi pada fungsi tubuh setelah melakukan latihan berulang-ulang
(chronic exercise) dan bagaimana perubahan fungsi tubuh itu berlangsung.
Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan respon dan adaptasi tubuh thd latihan
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.
1. Stressor - nya: Jenis olahraga, Intensitas, waktu, frekuensi yang dilakukan, dll
2. Organic – nya: adalah faktor-faktor yang dimiliki individu bersangkutan, untuk dapat
melakukan penyesuaian fungsional secara maksimal (Umur, seks, kesegaran jasmani,
kesehatan dst)
3. Keadaan lingkungan : panas, dingin, lembab, ketinggian dst.
1. Frekuensi pernafasan(ventilasi paru) lebih rendah dan daya difusi lebih tinggi
(efisiensi pernafasan)
2.Kenaikan volume paru dan kapasitas vital paru.
4. Hasil adaptasi proses metabolisme
1.Latihan jangka panjang dapat meningkatkan maksimal oxygen uptake (VO2 Max)
2.VO2 max yang lebih besar akan meningkatkan proses aerobic dan meminimalisir
proses metabolisme anaerobik pada kegiatan fisik yang dilakukan, sehingga
produksi asam laktat tidak tinggi dan munculnya kelelahan dapat dihambat.
3. VO2 max yang lebih besar sebagai hasil latihan jangka panjang adalah
berbanding lurus dengan peningkatan kerja transport O2 dan sistem pengunaan
O2
5. Hasil adaptasi sel-sel jaringan
1. Peningkatan sistem penggunaan oxygen pada sel-sel akibat latihan jangka panjang
berhubungan erat dengan perubahan struktural dan perubahan biokimia pada sel-
sel, a.l:
7. perubahan lain
latihan jangka panjang dapat mencegah proses arteriosclerosis (penyempitan/penyumbatan
bembuluh darah dan pengapuran pembuluh darah.
Latihan jasmani dapat:
1. meningkatkan:
1. efisiensi otot-otot jantung
2. efisiensi pengaliran darah ke perifer, dan pengaliran darah balik ke jantung
3. Kapasitas pengangkutan elektron
4. Isi oxigen pada arteri
5. Masa sel darah merah dan volume darah
Fungsi kelenjar thyroid
6.
Produksi hormon pertumbuhan
7.
Toleransi terhadap stress
8.
Kebiasaan hidup hati-hati.
9.
2. Menurunkan:
BAB II
FAAL OTOT RANGKA
Setelah mempelajari materi faal otot rangka diharapkan mahasiswa dapat:
Otot rangka yang menyusun tubuh manusia kurang lebih 200 buah. Mereka tersebar dari
kepala sampai ujung kaki dengan ukuran yang bervariasi. Berat total otot rangka sekitar 40%
dari berat badan, sedang 60% lainnya berupa otot jantung, otot polos dan tulang. Dengan adanya
otot rangka inilah manusia dapat bergerak termasuk melakukan kegiatan olahraga.
Di dalam tubuh terdapat tiga jenis jaringan kontraktil yang berlainan yaitu otot rangka,
otot jantung dan otot polos. Mereka semua sangat mirip satu dengan lainnya dan memiliki
beberapa sifat tertentu yaitu:
1. Ekstensibility, yakni suatu sifat dimana otot dapat memanjang dan dapat memendek.
2. Elasticity, yakni suatu sifat dimana otot dapat kembali dalam panjang semula baik setelah
memanjang atau diregang dan setelah mengalami pemendekan.
3. Contractibility, yakni suatu sifat dimana otot memiliki kemampuan untuk memendek
melawan tahanan dan menghasilkan tegangan.
Telah dibicarakan di depan bahwa sel otot terbungkus oleh jaringan ikat endomesium.
Bila jaringan ikat ini kita lepas maka terlihatlah dinding sel otot yang dikenal sebagai
sarcolemma. Sarcolemma memiliki sifat membrane pada umumnya yang mampu menghantarkan
aksi potensial seperti membrane syaraf. Sel otot berbentuk organ panjang silindris atau seperti
batang tebu yang beruas-ruas. Setiap ruas dikenal sebagai satu sarcomere. Diameternya rata-rata
2 mikron, sedang panjang setiap sarcomere 2,2 mikron. Panjang sel otot bervariasi dari ada yang
hanya beberapa millimeter tetapi ada yang mencapa 30 sentimeter. Dengan demikian dapat kita
hitung bahwa setiap sel otot bias terdiri atas sarcomere.
Gambar Sarcomere
Setiap sarcomere tersusun kira-kira 3000 aktin dan 1500 miosin. Miosin tersusun di
tengah-tengah sarcomere sedangkan aktin terletak di kedua ujung sarcomere. PAda potongan
memanjang terlihat bagian yang terang tersusun atas filament aktin yang tembus cahaya, bagian
terang disebut isotropic band. Ujung-ujung filament aktin dan myosin saling berselipan.
Tahapan terjadinya kontraksi otot, Menurut teori sliding filamen adalah sebagai berikut :
Istirahat
Aktin dan miosin tidak berhubungan, ini terjadi sebelum rangsangan dating.
Rangsangan
Kalsium dilepaskan dari cysterne ke dalam sarcoplasma. Efek dari ini, konsentrasi Ca++
meningkat dan mengakibatkan perubahan terhadap aktin, terbukanya titik lekat kepala
myosin pada aktin. Aktin dan myosin berpasangan Actomiosin.
Kontraksi
Proses pemecahan ATP di kepala Miosin menghasilkan energy.
ATP ADP + Pi + Energi
Kepala miosin berputar – Cros bridge roboh yang mengakibatkan aktin ditarik. Aktin
bergeser ke arah myosin menuju pusat sarcomere, yang mengakibatkan setiap sarcomere
memendek, secara keseluruhan otot memendek, tegangan otot meningkat.
Relaksasi
Rangsangan hilang, Ca++ dipompa ke dalam cysterne. Konsentrasi Ca++ di sarcoplasma
menurun, sisi lekat aktin tertutup kembali, otot kembali pada keadaan istirahat.
Gollnick, PD, dkk (1972) mengatakan bahwa sebutan dan pembagian jenis serabut otot
bermacam-macam misalnya:
2. Tipe otot untuk atlet yang mengutakan kecepatan dan kekuatan disebut juga:
1. Tipe anaerobik
2. Tipe II
3. Tipe putih
Selanjutnya Jansson, E., dkk (1977) dan Staron, RS., dkk (1984) membagi serabu otot fast-twitch
(FT) menjadi:
Dari aspek fisiologis olahraga, masing-masing tipe serabut otot mempunyai respon yang
berbeda-beda terhadap latihan. Pembagian dan klasifikasi struktur dan sifat-sifat fungsi antara
serabut otot slow-twitch (ST) dan fast-twitch (FT) seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1: Struktur dan Sifat-sifat Fungsional Serabut Otot ST dan FT (Fta dan FTb)
Sifat-sifat Tipe Serabut Otot
ST Fta FTb
Aspek Persyarafan
- ukuran syaraf motor Kecil Besar Besar
- ambang pengerahan motor syaraf Rendah Tinggi Tinggi
- kecepatan konduksi syaraf motor lambat Cepat Cepat
Aspek Struktural
- diameter serabut otot Kecil Besar Besar
- afinitas troponin terhadap kalsium Jelek Baik Baik
- pengembangan retikulum sarkoplasmik Jelek Baik Baik
- kepadatan mitokondria Tinggi Rendah Rendah
- kepadatan kapiler Tinggi Menengah Rendah
- kandungan mioglobin tinggi menengah Rendah
Energi dasar
- timbunan fosfokreatin Rendah Tinggi Tinggi
- timbunan glikogen Rendah Tinggi Tinggi
- timbunan trigliserida tinggi menengah Rendah
Aspek Enzimatik
- tipe miosin Lambat Cepat Cepat
- aktivitas miosin ATPase Rendah Tinggi Tinggi
- Aktivitas enzim glikolitik Rendah Tinggi Tinggi
- aktivitas enzim oksidatif tinggi tinggi Rendah
Aspek Fungsional
- kekuatan kontraksi Rendah Tinggi Tinggi
- waktu kontraksi Lambat Cepat Cepat
- waktu relaksasi Lambat Cepat Cepat
- produksi tenaga Rendah Tinggi Tinggi
- efisiensi energi Tinggi Rendah Rendah
- daya tahan Tinggi Rendah Rendah
- elastisitas rendah tinggi Tinggi
% Pada tungkai
- pelari jarak jauh 80 14 5
- pelari jarak pendek 23 48 28
Soal:
Prinsip dasar kontraksi otot ialah menahan atau melawan kepanjangan otot (kontraksi
adalah menuju ke arah pendek), dikarenakan aktin ditarik ke arah pusat sarcomere oleh myosin.
Ada lima jenis kontraksi, yaitu :
Kontraksi Isotonik
Dalam kegiatan olahraga salah satu contoh nyata kontraksi isotonic adalah ketika lengan
seseorang mengangkat dumble.
Untuk dapat mengangkat dumble dari posisi lengan lururs menjadi lengan ditekuk, otot
biceps brachii berkontraksi dalam pola kerja isotonic. Isotonik diartikan sebagai pola kontraksi
yang berpegang pada tonusnya – tetap, sebaliknya panjang ukuran otot berubah/memendek.
Kontraksi isotonil juga disebut kontraksi konsentris atau dinamis.
Secara anatomis otot biceps brachii berlokasi di lengan atas anterior. Otot ini mempunyai
origo di tulang scapula, tepatnya adalah di prosesesus coracoideus dan supra glenoidalis
scapula. Sedang insersisnya ada di tulang radius (tuberositas radial). Ketika berkontraksi
isotonic maka lengan bawah akan terangkat ke atas atau fleksi lengan terjadi.
Catatan :
1. Besarnya kekuatan isotonic tergantung jumlah kepala myosin yang dapat crossbridge.
2. Atas dasar ad 1, setiap titik lintasan besarnya kekuatan/tegangan tidak sama.
3. Atas dasar ad 1 dan ad 2, dengan beban yang beratnya tertentu, irama kontraksinya tidak
akan konstan.
Contoh :
Keteragan :
Atas dasar gambar di atas, kita tahu bahwa, tegangan/kekuatan terbesar terjadi ketika
lengan dalam posisi fleksi sudut 1200. Pada saat lengan lurus, tegangan/kekuatan lebih
rendah dan tegangan terendah pada saat fleksi 300.
Akhirnya kita dapat menarik simpulan-simpulan :
1. Tegangan diperlukan oleh otot untuk mengangkat beban. Tanpa adanya tegangan otot
tidak dapat melawan tahanan.
2. Untuk dapat mengatasi besarnya beban, tegangan otot harus lebioh besar dari obyek
beban yang diangkat.
Isometrik
Dalam olahraga, menggenggam raket tenis merupakan salah satu contoh kontraksi
isometric otot lengan bawah. Pada saat ini otot lengan bekerja mempertahankan agar raket tidak
lepas. Musculus fleksor digitorum superficialis dan profondus adalah otot yang berlokasi
dibagian anterior lengan bawah. Keduanya memiliki origo di tulang humerus, ulna dan radius
(didaerah siku), sedangkan insersinya ada pada basic phalangea I dan II.
Dalam memegang raket tenis, otot ini mula-mula berkontraksi secara isotonic yang
menghasilkan fleksi pada jari-jari tangan. Selanjutnya otot ini berkontraksi isometric yang
menghasilkan dipertahankannya fleksi jari-jari untuk menggenggam gagang raket.
Disebut isometric di ambil dari istilah Iso yang artinya “tetap” dan metric yang
menggambarkan “ukuran”. Kontraksi isometric adalah kontraksi di mana otot tidak mengalami
perubahan ukuran.
Secara fisiologis kontraksi yang terjadi pada m fleksor digitorum profondus dan sublimis
pada sarcomere dapat digambarkan sebagai berikut
Catatan :
Ada sejumlah catatan yang perlu dianalisa lebih lanjut dalam pembahasan kontraksi
isometric
1. Besarnya kekuatan kontraksi isometric tergantung pada jumlah kepala myosin yang
crossbridge.
2. Setiap sudut lintasan mempunyai kekuatan berbeda, tergantung :
Panjang otot
3. Kontraksi isometric dapat terjadi pada posisi otot sedang memanjang, normal, dan dalam
posisi memendek.
4. Kontraksi isotonic yang dihentikan, akan menjadi kontraksi isometric.
Kontraksi Eksentrik
Ketika lengan mengangkat sebuah dumbel merupakan contoh nyata kontraksi isotonic,
maka jika dumbel diturunkan kembali otot biceps brachii mengalami kontraksi eksentrik, sebagai
mana gambar di bawah ini.
Untuk dapat turun secara perlahan atau lengan kembali ekstensi, maka otot biceps
brabchii harus bekerja dalam pola kerja eksentrik. Disebut eksentrik sebab serabut-serabut otot
bergeser keluar dari pusat / centranya. Secara fisiologis, mekanisme yang terjadi pada biceps
brachii dalam sarcomere adalah :
Pada awal kontraksi A, otot biceps brachii tidak dalam panjang normal. Ia dalam posisi
memendek, selanjutnya otot ini dengan menahan beban menuju posisi B. Dalam menuju
posisi B, kepala-kepala myosin bekerja back power stroke dari tropinin satu ke tropinin
yang lain ke arah lateral. Sampai pada akhirnya biceps brachii terulur pada posisi C.
Jadi kontraksi eksentrik kerja kepala myosin tidak menarik aktin tertapi melepaskanaktin
dengan penahanan. Dalam kondisi ini tegangan dikembangkan dikembangkan bersamaan
dengan memanjangnya otot.
Kontraksi Isokinetik
Dasar pola kontraksi isokinetik adalah pola isotonic, yakni otot mengalami pemendekan.
Perbedaan yang nyata ada;ah :
1. Bila pada kontraksi isotonic setiap lintasan gerak otot menanggung beban yang sama,
pada kontraksi isokinetik beban yang ditanggung tidak sama.
2. Bila pada kontraksi isotonic kecepatan dalam menempuk lintasan gerak tidak rata, pada
kontraksi isokinetik kecepatan dalam menempuh jarak lintasan adalah rata.
SOAL:
1. Jelaskan pengertian ciri kontraksi otot isotonik, isometrik, eksentrik, isokinetik, dan
plyometrik
2. Berikan contoh kontraksi otot isotonik, isometrik, eksentrik, isokinetik, dan plyometrik
3. Berikan contoh penerapan kontraksi isotonik, isometrik, eksentrik, isokinetik dan
plyometik pada latihan berbagai cabang olahraga!
BAB IV
SUMBER ENERGI KONTRAKSI OTOT
Sumber energi yang digunakan untuk kegiatan fisik adalah dari konsumsi bahan
makanan. Sumber energi ini diperlukan unuk memelihara kehidupan jaringan otot. Jumlah energi
yang dperlukan oleh tubuh seimbang dengan banyaknya aktivitas. Nilai-nilai energi dalam
makanan membentuk strktur-struktur kimia tertentu dalam suatu rantai ikatan kimia.
Energi penting untuk kerja adalah molekul-molekul karbohidrat dan molekul-molekul
lemak. Untuk dapat digunakan keduanya harus dirubah melalui proses biokimia tubuh. HAsil
akhir dari proses ini adalah berbentuk ATP, yakni merupakan energy tertinggi.
Di mana, dua kelompok fosfat terakhir merupakan “high energy bonds” yang
memungkinkan sel otot melakukan kerja. ATP diukur dalam satuan mole, mole adalah sejumlah
bahan campuran yang diberikan oleh beratnya. Beratnya tergantung dari banya dan macamnya
atom-atom yang menyusunnya. Setiap mole ATP dapat melepaskan energy anatar 7-12 k cal.
Simpanan ATP
Di depan telah dikemukakan bahwa ATP disimpan di dalam sel otot. Setiap kilogram otot
tersimpan ATP sebanyak milimol, PC tersimpan sebanyak 16 milimol. Jadi orang yang memiliki
berat otot 30 kg, di dalam tubuhnya tersimpang 120 milimole ATP dan 480 milimol PC. (Setiap
pemecahan satu mole PC dapat membentuk kembali satu mole). Jika setiap mole ATP dapat
menghasilkan energi 7-12 kcal maka 120 milimol yang tersimpan pada orang tersebut hanya
menghasilkan 1,2 kcal dari ATP dan 4,5 kcal dari PC. Simpanan sebesar ini hanya dapat
digunakan untuk aktifitas cepat antara 3-8 detik saja.
Soal:
1. Latihan Isotonik
Latihan isotonic adalah pola latihan yang mengikuti kaidah kontraksi isotonic, yakni suatu
kontraksi di mana otot bekerja mengalami pemendekan dari panjang asal. Pada proses
pemendekan, kecepatan tidak konstan dengan menanggung beban yang besarnya tidak
proporsional dengan kekuatannya. Secara mikro peristiwa isotonic yang terjadi di dalam
sarcomere adalah adanay tarikan aktin oleh kepala myosin yang berulang kali dari triponin. Satu
ketroponin berikutnya. Efek dari tarikan yang berulang-ulang mengakibatkan sarcomere
mengalami pemendekan. Respon kekuatan kontraksi isotonic sangat tergantung pada besarnya
beban yang di tanggungnya. Bila beban yang ditanggung ringan atau lebih kecil dari kekuatan
aksimum otot, maka hanya beberapa fasciculus saja yang bekerja, sebaliknya bila beban yang
ditanggung berat atau sebesar kekuatan maksimum otot, maka seluruh fasciculus dari otot
tersebut akan dikerahkan.
2. Latihan Isometrik
Latihan isometrik adalah pola latihan yang mengikuti kaidah kontraksi isometric, yakni suatu
kontraksi dimana otot tidak mengalami perubahan panjang otot. Secara mikro peristiwa yang
terjadi di dalam sacromere, kepala myosin menarik aktin tanpa terjadi pemindahan dari tropinin
satu ke tropinin lain, atau tidak terjadi sliding mechanism. Efek dari mekanisme ini setiap
sacromere tidak berubah panjangnya. Besarnya kontraksi isometric sangat tergantung pada besar
beban yang ditanggungnya. Bila beban yang dtanggung ringan atau lebih kecil dari kekuatan
maksimum otot maka hanya beberapa fasciculus saja yang bekerja, sebaliknya bila beban yang
ditanggung berat atau sebesar kekuatan maksimum otot, maka seluruh fasciculus dari otot
tersebut akan dikerahkan. Jika kita ingat kembali susunan miosin dan aktin di dalam sacomere,
kekuatan kontraksi sangat tergantung oleh jumlah kepala myosin yang ikut menarik aktin. Dan
kita ingat bahwa jumlah kepala myosin yang bias berpasangan dengan aktin dipengaruhi dapat
panjang sacromere (grafik gyuton). Atas dasar teori ini maka latihan isometric harus dilakukan
pada sudut-sudut lintasan gerak.
3. Latihan Isokinetik
Latihan isokinetik adalah pola latihan yang mengikuti kaidah kontraksi isokinetik, yakni
suatu kontraksi dimana otot bekerja dengan kecepatan konstan dengan menanggung beban yang
besarnya secara proporsional dengan kekuatannya.
Untuk dapat melakukan latihan dengan model isokinetik harus memiliki alat latihan yang
dapat mengatur pembebanan berubah-ubah. Di negara lain alat yang namanya Mini Gym dipakai
untuk latihan yang dapat mengatur beban sesuai tuntutan lintasan gerak. Modifikasi yang dapat
dilakukan sukar diterapkan, bila kita tidak memiliki alat ini. Latihan kekuatan isometric di tiap
sudut lintasan merupakan modifikasi yang serupa dengan isokinetik, namun hal ini tentu saja
tidak mencapai tujuan yang diinginkan. Sebab isokinetik training menuntut otot untuk bekerja
secara dinamis dengan kecepatan konstan.
Secara fisiologis, tujuan pokok dari latihan adlah “membangun sumber energy yang
diperlukan oleh otot”. Karena sumber energi untuk kontraksi otot adalah aerobik dan anaerobik,
maka kedua sumber energi inilah yang dibangun.
Ditijau dari sudut fisiologis, prinsip dasar latihan harus membuhi yarat sebagai berikut :
4. Latihan Kekuatan
Latihan ini diarahkan pada pencapaian daya terbesar yang dapat diasilkan oleh kontraksi
otot secara maksimal. Resep Latihan :
Ukuran otot
Jenis otot
Adaptasi system syaraf
5. Latihan Kecepatan
Latihan ini diarahkan pada pencapaian kemampuan gerak secepat-cepatnya yang dapat
dihasilkan oleh kontraksi otot. Resep latihan :
Transmisi sinaps
Jenis otot
Kekuatan otot
Kelentukan
Soal:
Buatlah contoh program latihan untuk:
1. Meningkatkan kekuatan otot
2. Meningkatkan kecepatan
3. Meningkatkan daya ledak
BAB VI
EFEK LATIHAN PADA ANATOMIS DAN FISIOLOGIS OTOT
1. Sistem Phosphagen
Peningkatan system phosphagen ini disebabkan adanay dua macam perubahan biokimia
sebagai berikut :
Saol:
BAB VII
KONSEP DASAR FISIOLOGI PERNAFASAN
Seluruh sel di dalam badan manusia yang letaknya jauh di dalam, memperoleh sejumlah
tenaganya melalui reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida.
Sementara oksigen tersebut harus diambil dari luar badan untuk selanjutnya mengalami proses
yang panjang agar sampai ke sel, demikian halnya karbondioksida harus dukeluarkan dari tubuh.
Tidak seperti baniatang bersel satu yang relative mudah mendapatkan oksigen langsung, sebab
tubuhnya bersentuhan langsung dengan lingkungan luar.
Untuk kepentingan inilah maka manusia dan hewan yang berbadan besar memerlukan
system respirasi. Respirasi pada dasarnya adalah bicara tentang pergerakan masuk dan keluarnya
layanan keluar masuknya udara dari paru yang dikenal dengan ventilasi. Selanjutnya bicara
tentang pertukaran gas baik di dalam paru maupun di dalam jaringan otot.
Ventilasi Paru
Istilah ventilasi dipakai untuk menjelaskan tentang sarana yang member layanan keluar
masuknya udara.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bicara tentang ventilasi ada dua istilah pokok yang perlu
diketahui yakni proses udara masuk kedalam paru disebut inspirasi dan proses udara keluar
dikenal dengan ekspirasi. Kedua peristiwa itu terjadi terus menerus tanpa heti, aehingga bila
dihitung dalam tiap menit (dalam keadaan istirahat) ada 8 liter udara yang dipindahkan melalui
rongga hidung yang selanjutnya disebut volume menit paru. (catatan: yang dihitung adalah hanya
salah satu inspirasi/ekspirasi)
VE = TV x f
VE : Volume menit (ekspirasi) f : Jumlah kali permenit
TV : Volume tidal
Pertukaran gas terjadi di dua tempat yakni di dalam paru antara alveoli dan capiler, dan di dalam
jaringan otot antara kapiler dan sel jaringan.
Di Alveoli
Vena Alveoli
CO2 darah Alveoli
Darah O2 Alveoli
Di jaringan
Besarnya tekanan gas tergantung pada banyaknya benturan dan besarnya benturan
molekul gas yang terjadi. Bila dalam sebuah tabung terdapat bermacam-macam gas campuran,
maka yang dimaksud tekanan partial gas adalah suatu tekanan dari tiap jenis gas.
Tekanan partial gas dalam tabung dinyatakan sebagai berikut :
1. Molekul gas dalam gas campuran akan bergerak dalam kecepatan tinggi dalam
volumenya.
2. Konsentrasi yang besar dari suatu golongan gas mewakili sebagian besar kegiatan
molekul yang ada didalamnya.
3. Tiap gas mempunyai tekanan sebanding dengan prosentasenya.
4. Tekanan gas dalam gas campuran tergantung pada tekanan totalnya dan konsentrasi dari
masing-masing gas.
PB = 760 mmHg
PB = PN2 + PO2
PCO2 = PB x PCO2 PO2 = PB x PO2 PN2 = PB x PN2
Alveoli :
2. Ada perbedaan tipis antara laki-laki dan perempuan didalam difusi, angka difusi pada
laki-laki umumnya lebih tinggi dibanding wanita. Hal ini tidak lepas dari luasnya area
difusi laki-laki lebih lebar.
3. Ada perbedaan volume difusi antara atlet dan non atlet. Perbedaan ini terdeteksi baik
pada saat istirahat maupu pada latihan. Kapasitas difusi atlet lebih tinggi dari pada orang
yang bukan atlet.
4. Atlet-atlet cabang olahraga yang bersifat endurance, cenderung mempunyai kapasitas
diffuse yang lebih tinggi dari pada atlet-atlet cabang atau non endurance.
Soal:
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertukaran gas pernafasan yang terjadi di paru
!
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertukaran gas pernafasan yang terjadi di
pada jaringan !
BAB VIII
DAYA AEROBIK MAKSIMUM
Selama usaha maksimal, energi yang digunakan diperoleh dari perpaduan seimbang dan
optimum antara metabolisme aerobik dan metabolism anaerobik. Burke, membuat persamaan
sederhana untuk pemahaman pengeluaran energi dalam konteks usaha maksimal, sebagai
berikut:
1. Kecocokan atlet pada tipe olahraga tertentu atau peran khusus pada
suatu olahraga
2. Penekanan dimana seharusnya latihan aerobik diletakkan.
3. Tipe latihan aerobik yang harus digunakan
4. Efek program tertentu pada daya aerobik maksimal. Lebih dari itu,
tipe informasi ini dapat membantu menentukan program
Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara kandungan laktat dalam darah, dan
intensitas beban yang digunakan pada periode waktu tertentu. Untuk lebih diketahui, beban di
sini dinyatakan dalam bentuk kecepatan, misal iramna lari.
Kurve beban laktat mungkin dapat digunakan menyuruh atlet lari pada route tertentu,
kemudian diambil nilai laktat darahnya setiap habis lari. Setiap lap harus lari dengan irama yang
konstan, dan setiap lap harus lari sedikit lebih cepat dibanding sebelumnya. Panjangnya route
harus sedemikian rupa sehingga bisa dilakukan paling tidak 5 menit.
Pada atlet yang terlatih, kecepatan rendah disertai dengan nilai asam yang rendah pula.
Kebutuhan energi dapat dipenuhi seluruhnya secara aerobik.
Apabila beban meningkat, kurve mulai naik, otot yang bekerja mulai memproduksi laktat,
tetapi jumlahnya kecil sehingga bisa dinetralisir desluruh tubuh.
Inilah yang dikatakan kasus dengan konsentrasi laktat antara 2 dan 4. Wilayah ini disebut
juga batas aerobik-anaerobik. Ada irama tertentu yang dapat dipertahankan untuk periode waktu
yang panjang tanpa penumpukan laktat dalam tubuh. Apabila irama ini dilampaui, akan terjadi
pengasaman, yang tergantung pada tingkat maupun lamanya pelampauan, dan akan tiba
waktunya atlet dipaksa berhenti.
Kandungan laktat dapat diukur pada batas irama yang dikenal ambang anaerobik. Untuk
alasan praktis, kesepakatan dalam hal ini, menganggap nilai laktat 4 mM/l.
Dengan demikian, intensitas training harus sring disesuaikan sampel darah yang baru,
harus di ambil. Tidak semua orang sanggup menjalani metode ini tanap batas.
Tetapi ada kemungkinan lain untuk memberi informasi yang sama atau paling tidak yang
penting.
Jansen (8) membuat grafik dari berbagai bentuk training dalam hubungannya dengan
konsentrasi laktat dan denyut nadi.
Sebagai nilai yang agak mendekati ambang. Dengan demikian prestasi di atas batas
irama, menyebabkan peningkatan laktat dalam tubuh. Grafik ini harus digambarkan untuk setiap
atlet secara individual, dan mungkin bisa digunakan untuk petunjuk latihan.
Telah diketahui bahwa stamina paling baik dilatih dengan latihan daya tahan pada tingkat
sekitar ambang anaerobik, misalnya irama latihan yang berhubungan dengan nilai laktat 2, 3, 4,
dan 5 mM/l, yang dapat dibaca dari hasil tes atlet. Atlet yang terlatih sangat baik pada kapasitas
daya tahannya, nilai laktatnya akan rendah, kebanyakan antara 2 dan 3 mM. Orang yang kurang
terlatih, meningkat kapasitas daya tahan dengan lebih tinggi, sekitar 3, 4, dan 5 mM laktat.
Pemulihan berjalan tidak intensif, samapi kandungan laktat lebih rendah dari 2 mM.
Interval kerja yang intensif, memberi nilai laktat yang tinggi, jauh di atas 4 mM laktat. Hal ini
diterapkan pada banyak metode training. Dengan pengaruh training, situasi kurve akan berubah,
yaitu terjadi pergeseran ke kanan.
BAB IX
PENGGGUNAAN OKSIGEN DALAM OLAHRAGA
Pertukaran udara adalah komponen penting dari proses pengangkutan oksigen, sebab
oksigen darah terjadi pada saat sel darah merah beredar melalui kapiler di paru. Pertukaran
oksigen antara udara di paru dan sel darah merah tergantung dari diffusi yang terus-menerus
lewat selaput pernafasan.
Pertukaran semacam ini baru dapat terjadi selama konsentrasi oksigen di udara paru lebih
tinggi dari pada di dalam darah kapiler paru.
Lebih jauh proses diffusi yang sessungguhnya adalah ke dalam Hb darah, sebab dengan
perantara Hb akhirnya oksigen dapat beredar dan dikirim di seluruh sel tubuh.
Umumnya kadar Hb darah untuk putera mencapai sekitar 12-15 ml per 100 cc darah, sedang
wanita berkisar 11-13 gr/100 cc darah.
Darah yang keluar dari paru tekanan O2 nya mencapai 100 mmHg, dari kurve ini terlihat
bahwa dalam keadaan itu tercapai kejenuhan 97, sedang dalam darah vena dengan tekanan O2
nya 40 mmHg, dijumpai kejenuhan 70%.
Darah orang normal yang mengandung kira-kira 15 gram per 100 ml darah, dan setiap
gram dapat berikatan dengan 1,54 ml O2, karena itu jumlah Hb dalam setiap 100 ml darah dapat
mengikat 12 x 1,34 = 20 ml O2 pada kejenuhan 100%. Jumlah ini sering disebut 20 volume
persen.
Jumlah total, oksigen yang diikat oleh Hb dalam arteri yang normal besarnya 19,4 ml,
karena kejenuhannya biasanya hanya 97%. Tetapi ketika melewati kapiler jaringan, jaringan ini
berkurang menjadi 14,4 ml. Hal ini disebabkan tekanan O2 40 mmHg dan sakurasinya tinggal
75%. Jadi terdapat kehilangan O2 sebanyak 5 ml setiap 100 ml darah yang memasuki jaringan
dalam keadaan normal.
Pengangkutan Karbondioksida
Karbondioksida (CO2) dihasilkan oleh mitochondria sel akibat metabolisme aerobik. CO2
dibersihkan dari tubuh dengan melalui pertukaran udara di paru. Jadi CO2 harus diangkut dari
sel-sel jaringan ke paru untuk dibersihkan.
Seperti halnya oksigen, CO2 di angkut dengan melalui sistem aliran darah. Seperti
diperlihatkan dalam pada gambar (di bawah), CO2 masuk ke dalam darah melalui diffusi. Setelah
berada dalam darah , CO2 bercampur melalui plasma darah dan masuk ke dalam sel darah merah.
Ketika CO2 memasuki sel darah, CO2 dengan cepat mengalami serangkaian reaksi kimia
yang akhirnya menghasilkan partikel biliarbonat. Jadi CO2 di bawa oleh darah dalam bentuk ion-
ion karbonat. Selanjutnya oleh aliran darah vena ion karbonat tadi dibawa ke jantung dan
diteruskan ke paru. Dalam kapiler paru terjadi reaksi kimia yang mengakibatkan bikarbonat
berubah menjadi CO2 kembali. Gas CO2 kemudian berdiffusi dari darah ke kantung-kantung
alveoli dan berikutnya dihembuskan keluar melalui udara ekspirasi.
BAB X
KARDIO VASKULER DAN VOLUME JANTUNG
DALAM LATIHAN
Dalam keadaan istirahat dengan posisi berdiri didapatkan perbedaan stroke volume
sebagai berikut :
L aki-laki tak terlatih 70 - 90 ml/beat
P erempuan tak terlatih 50 - 70 ml/beat
L aki-laki terlatih 100 - 120 ml/beat
P erempuan terlatih 70 – 90 ml/beat
Heart rate meningkat secara linear terhadap peningkatan beban kerja (workload) atau
VO2 baik pada mereka yang tak terlatih maupun yang terlatih. Pada beberapa kasus,
peningkatan heart rate berkurang menjelang tercapainya nilai maksimal dari heart rate
tersebut.
Perlu diingat bahwa stroke volume pada umumnya telah mencapai harga maksimal pada
submaksimal workload, sehingga peningkatan selanjutnya dari cardiac output hanya
dimungkinkan oleh peningkatan heart rate.
Penyebab peningkatan heart rate pada saat exercise rate pada saat exercise adalah sistem
syaraf maupun sistem hormonal sebagaimana yang berperan di dalam paningkatan stroke
volume.
Latihan mempunyaiefek yang sangat jelas terhadap heart rate yang nampak dalam data di
bawah ini:
Dalam keadaan istirahat, perbedaan Cardiac output anatar orang tidak terlatih dengan
orang terlatih hanya berbeda tipis. Cardiac Output rata-rata berkisar 5-6 liter per menit.
Selama latihan, cardiac output akan meningkat. Peningkatan ini mempunyai hubungan
yang erat dengan VO2 yang berarti berhubungan dengan beban kerja (Work load).
Selama latihan dengan VO2 yang sama, cardiac output orang tak terlatih sedikit lebih
besar atau sama dengan orang terlatih.
Pada laki-laki terlatih, cardiac output maksimal dapat mencapai 30 liter per menit (5-6
kali resting value). Bahkan pada atlet yang sangat terlatih (memiliki endurance yang
hebat, mempunyai aerobik capacity yang tinggi), cardiac output maksimal dapat
mendekati 40 liter per menit. Sedangkan laki-laki yang tidak terlatih (yang kapasitas
kerja dan kapasitas endurancenya rendah), cardiac output maksimalnya hanya 20-25 liter
per menit.
Pada wanita juga terjadi hal yang serupa, tetapi ada beberapa perbedaan sebagai berikut :
Pada saat kerja dengan tingkat kebutuhan oksigen yang sama, wanita cenderung
mempunyai cardiac output lebih besar sedikit dibanding laki-laki. Perbedaan berkisar
antara 1,5-1,75 liter per menit. Hal ini diduga karena HB wanita lebih rendah dari laki-
laki sehingga oxygen carrying of blood nya lebih rendah dibanding laki-laki.
Cardiac output maksimal wanita tak terlatih lebih rendah dari laki-laki tak terlatih.
Cardiac output maximal wanita terlatih juga lebih rendah dari laki-laki terlatih.
Meningkatnya Cardiac Output selama latihan terjadi akibat :
Penyebaran Alran darah ke Berbagai Organ Tubuh pada waktu Istirahat dan Selama
latihan dalam mililiter dan persentase dari Total Aliran darah
BAB XI
STRUKTUR PRESTASI OLAHRAGA
Prestasi tinggi itu mempunyai struktur tertentu. Struktur Prestasi Tinggi terdiri dari faktor-faktor
prestasi.
Struktur Prestasi dan Faktor-Faktor Prestasi :
pertandingan nasional
pertandingan internasional
pertandingan dengan dukungan sponsor untuk berbagai cabang olahraga
system rekruitmen wasit dan petugas pertandingan
Kalau rasa aman terhadap masa depan ini dijamin baik, maka lebih mudah untuk menegakkan
dan meningkatkan :
Rasa bernegara yang lebih mengedepankan kerelaan berkorban demi negara dan
Memiliki kebanggaan nasional, bangsa sebagai warga negara Indonesia.
Juara hanya satu orang sang juara mempunyai kelebihan dari atlet lainnya.
Kelebihan sang juara bisa : faktor psychologisnya,
bisa juga : faktor konstitusi tubuhnya
Faktor konstitusi tubuh antara lain : adalah Anthropometris
Kelebihan Anthropometris :
2.2.1. Ada cabang yang dibutuhkan sosok atlet yang tinggi minimal 180 cm untuk putera dan
cepat : bola voli dan bola basket.
2.2.2. Ada cabang olahraga dengan event yang membutuhkan sosok atlet yang tinggi dan besar
serta cepat : tolak peluru putera/puteri, atlet tolak peluru putera harus punya
tinggi diatas 200 cm, berat badan di atas 100 kg dan cepat.
2.2.3. Event loncat tinggi di Atletik harus mempunyai 2 (dua) H fisik dan 1(satu) H teknik,
sehingga pelompat tinggi harus punya tiga H.
- H1 adalah tungkai yang pantang.
- H2 adalah tungkai yang kuat yang menghasilkan lompatan vertikal yang tinggi H2 > 100 cm.
- H3 adalah efisisensi di atas mistar, makin dekat jarak titik berat badan (dalam posisi ”tidur” di
atas mistar) dengan mistar, makin efisien atlet tersebut dengan teknik
lompatannya.
2.2.4. Kenyataan di nomor lari jarak menengah dan jauh di empat dekade ini, nomor-nomor ini
dikuasai altet-atlet Ethiopia dan Kenya.
Apakah kelebihan Anthropometrs mereka ?
Pada umumnya ”Treshold” an aerobik kita adalah pada frekwensi dan jantung 170 x/menit =
intensitas 85 % dari frekwensi jantung maksimal (200 x/menit).
Atlet Kenya dan Ethiopia mampu berlari dengan frekwensi jantung 206 x / menit dengan proses
penyediaan energi aerobik.
2.2.5. Sprinter adalah mereka yang bisa membuat minimal 44 langkah per detik.
Alasannya sangat logis : 100 meter sprint saat ini ditempuh dalam 44 sampai 52 langkah. Catatan
waktu untuk 100 meter sprint berkisar sekitar 10
detik. Jadi sprinter dalam tiap detik harus
mampu membuat 1/10x44 langkah = 4,4
langkah per detik.
Ini lalu dikaitkan dengan sifat serabut otot cepat yang berwarna putih.
BAB XII
KEADAAN KEBUTUHAN FISIK
Kalau kita bicara tentang kemampuan fisik, maka kita harus mengenal empat kemampuan
dasar gerak manusia :
- Kekuatan
- Daya Tahan
- Kelentukan
- Kecepatan, dan kemampuan gerak lainnya yang merupakan gabungan dari kemampuan
dasar tadi seperti :
- Kekuatan yang cepat ( gabungan antara kekuatan dan kecepatan )
- Stamina ( gabungan antara daya tahan dan kecepatan )
DAYA TAHAN
Harre; Banersfeld dan Schroeter, Letzelter, Yansen serta Simmermann mendefinisikan Daya
Tahan sebagai :
Kemampuan melawan kelelahan; Letzelter menambahkan, Daya Tahan adalah
kemampuan melawan kelelahan, yang terlihat dengan kemampuan melakukan
repetisi jumlah yang banyak disertai pemulihan yang cepat.
Karena penegertian Daya Tahan seperti di atas maka Daya Tahan digolongkna sebagai faktor
fisik yang menentukan prestasi tujuan latihan Daya Tahan adalah :
Gbr. 1 Perbedaan Sumber Energi antara yang tidak terlatih dan terlatih pada kerja
dengan Kemampuan Maksimal.
Gbr. 2 Frekwensi Jantung – Asam Laktat dan Kuwe
Kita mengenal berbagai latihan Daya Tahan Anaerobik, antara lain : Latihan Daya Tahan
Aerobik yang :
- Alaktasit ( Aanaerobic Alactacid Training )
- Laktasit ( Anaerobic Lactacid Training ).
Latihan Daya Tahan Anaerobik Laktasit dapat kita uraikan sebagia berikut :
2. Lari lintas alam ( cross country run ) Point to Point atau Loupe
BAB XIII
PRINSIP DASAR PROGRAM LATIHAN
Konsep utama yang akan dipelajari dalam bab ini adalah prinsip dasar dalam tiap program
latihan yang bertujuan:
Tujuan dari bab ini yaitu menjelaskan prinsip dasar program latihan yang akan berguna
untuk menciptakan program latihan yang efektif. Dalam hal ini, prinsipnya adalah memberikan
prioritas pada peningkatan kekuatan otot, endurance, dan fleksibilitas.
Di sini akan dibahas hubungan antara aspek prioritas yang ingin ditingkatkan dan sumber
energy utama yang dipakai. Tujuannya adalah agar dapat menentukan cara conditioning yang
paling efektif. Cara-cara ini terkadang dapat juga dilakukan dengan program latihan sprint dan
endurance yang dapat meningkatkan kapasitas anaerobic (sprint) dan juga aerobic (endurance).
Pertama akan dibahas beberapa definisi umum yang ada dalam semua program latihan. Setelah
itu, akan menuju ke cara/jenis latihan secara detail, tiap-tiap dari jenis latihan tadi akan berperan
khusus dalam kemajuan system energy dan performa.
Definisi Umum
Ada 4 definisi umum yang merupakan hal penting dalam semua program latihan: A) prinsip
dasar latihan , B) macam-macam fase latihan, C) pemanasan D) pendinginan.
Jenis Latihan
Semua program latihan haruslah spesifik agar dapat meningkatkan system energy utama
(predominan energy system) yang dipakai dalam latihan/bertanding. Jenis latihan juga penting
untuk program conditioning secara umum. Namun kita biasanya lebih tertarik untuk
meningkatkan level fitness dan tidak terlalu mementingkan peningkatan performa (prestasi).
Pada sebagian besar cabang olahraga, terdapat satu atau dua saja system energy yang dipakai
dalam merancang program latihan.
Pada orang yang ingin melakukan conditioning secara umum, ketiga system yang ada
juga bisa dipakai tetapi dengan prioritas pada system yang cocok untuk kebutuhan orang tadi
pada waktu tertentu. Contohnya, seorang yang baru sembuh dari penyakit koroner dan kardio
respiratory sebaiknya mengutamakan latihan yang berguna untuk perbaikan system oksigennya.
Ada 2 metode yang dapat dipakai dalam menentukan besarnya heart rate yaitu:
HRR = 200-65
= 135 kali/menit
75% THR = (0,75X135)+65
= 101, 25+65
= 166 kali/menit
Dari hasil itu, maka kemudian dapat disimpulkan bahwa program latihan yang intensif yang
dapat dilakukan adalah jika heart rate mencapai 166 kali/menit.
Lalu dapatkah kalian menghitung berapa THR untuk HRR 90%? Bagaimana Caranya?
Ada beberapa yang perlu diketahui dengan melihat hubungan antara kedua metode tadi
1. Perbedaan antara kedua metode tersebut adalah berbanding terbalik, makin tinggi metode
yang satu, yang lainnya akan menurun dan begitu pula sebaliknya. Contoh : THR 186
kali/menit mewakili 90% HRR dan 93% HRmax. Di sisi lain, THR 146 kali/menit
mewakili 60% HRR dan 73% HRmax.
2. THR paling rendah (60% HRR dan 73% HRmax) dianggap sebagai threshold (garis
batas). Artinya bahwa THR di bawah level tadi tidak akan selalu memberi rangsangan
overload yang cukup untuk peningkatan kapasitas endurance ataupun performa kita. Pada
atlet usia anak sekolah ataupun mahasiswa (laki-laki dan perempuan), THR untuk
program latihan endurance seharusnya berada di antara 80-90% HRR atau 85-95%
HRmax. Makin rendah THR seseorang biasanya terjadi pada individu yang sudah tua dan
atau individu bukan atlet.
Untuk menggunakan metode-metode tadi dalam menentukan intensitas latihan endurance,
juga harus diketahui HRrest dan HRmax. HRrest dapat diketahui dengan cara menghitung
denyut jantung pada radial arteri (pergelangan tangan), temporal arteri ( depan telinga), atau juga
karotik arteri (leher). Metode-metode ini dapat dilakukan dengan cukup menekan sedikit saja,
khususnya pada karotik areti. Hal ini dilakukan untuk mencegah tertutupnya arteri, menghindari
reflek menekan HR dan juga system kardiak yang tidak normal.
Kita dapat menghetahui tingkat HRrest dengan cara menghitungnya sesaat setelah bangun tidur
kemudian duduk tegap selama beberapa menit. Hitung dan catat denyut jantung dalam satu menit
tersebut. Alternatif lain adalah dengan cara menghitung jumlah denyut selama 15 detik kemudian
dikalikan 4 sehingga total sama dengan jumlah denyut dalam satu menit. Ulangi penghitungan
tadi selama 3-5 hari dan ambil rata-ratanya untuk mengetahui HRrest kita.
Sulit untuk menentukan HRmax secara langsung pada sesorang yang sedang berlatih
karena pada saat yang bersamaan kita juga harus menghitung heart ratenya dengan alat elektro
kardiografi. Namun demikian, untuk mengetahui HRmax seseorang baik pada pria maupun
wanita umumnya dapat dihitung berdasarkan umur seseorang tersebut yaitu :
HRmax = 220-umur
Contohnya, seorang yang berumur 20 tahun maka HRmak adalah 220-20=200 kali/menit.
Untuk mengetahui apakah atlet yang kita latih telah mencapai THR nya atau tidak, kita bisa
meminta mereka untuk memeriksa denyut jantungnya pada saat latihan dengan menghitung
jumlah denyut dalam 6-10 detik, kemudian kalikan sampai sejumlah satu menit. Jika menghitung
selama 6 menit maka kalikan 10, dan jika 10 dapat dikalikan 6 untuk mengetahui jumlah denyut
per menitnya.
Selain metode HR, ada metode lain yang juga dapat dipakai untuk mengukur intensitas
program latihan endurance yang disebut konsep anaerobic threshold. Anaerobic threshold
merupakan intensitas beban atau konsumsi energy dalam proses metabolisme anaerobic. Dengan
kata lain, anaerobic threshold adalah intensitas beban dimana lactic acid mulai terkumpul dengan
cepat dalam darah dan otot. Para peneliti baru-baru menyimpulkan bahwa intensitas latihan yang
tepat atau sedikit di atas anaerobic threshold dapat melatih endurance atlet dalam latihan.
Ada dua metode untuk menentukan intensitas pada anaerobic threshold, keduanya
membutuhkan alat-alat khusus laboratorium.
2. Fase Latihan
Umumnya para atlet membagi fase-fase latihan mereka menjadi 3 bagian yaitu:
1. Program ankat beban 3 kali seminggu, tujuannya untuk meningkatkan kekuatan, dyay
tahan otot, dan utamanya pada kelompok otot yang dipakai dalam cabang olahraga yang
digeluti.
2. Program lari intensitas rendah selama 8 minggu (tidak wajib), dilakukan tidak lebih dari 2
kali dalam seminggu. Program ini juga bias digabungkan dengan program angkat beban
di hari yang sama. Misalkan angkat beban dilakukan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat,
maka lari dapat juga dilakukan pada hari Senin dan Rabu, ataupun juga Rabu dan Jumat.
Tapi tentunya akan terdapat perbedaan kekuatan untuk berlari jika dilakukan sebelum
atau setelah angkat beban.
3. Mengikuti aktivitas olahraga rekreasi untuk relaksasi dan hiburan.
4. Sedikit latihan pada cabang olahraga yang digeluti agar dapat meningkatkan skill yang
dimiliki, seperti cabang olahraga basket misalnya, kita dapat berlatih shooting, handling
ball (dribbling, passing), pivot, dll.
2. Preseason Training
Pada fase ini (kurang lebih 8-10 minggu sebelum perlombaan), program latihan harus
disusun sedemikian rupa untuk meningkatkan kapasitas sistem energi maksimal yang dominan
dipakai dalam bidang olahraga yang digeluti. Latihan intensitas tinggi sebaiknya dilakukan pada
fase ini. Dengan informasi dari buku ini diharapkan kita bisa merancang suatu program latihan
yang paling tepat bagi atlet kita sesuai kebutuhan mereka sendiri. Latihan beban yang sudah
dilakukan pada masa off season juga masih bisa dilakukan pada masa preseason ini.
3. In-season Training
Umumnya program latihan fase in-season pada berbagai cabang olahraga menitik
beratkan pada kemajuan skill atlet. Biasanya untuk latihan drill, scrimmages, dan kompetisi akan
menghasilkan peningkatan kapasitas energi yang lebih baik karena sebelumnya juga telah terjadi
peningkatan sistem energi pada saat program preseason. Bagi banyak atlet yang teratur
berkompetisi, hal ini mungkin benar. Tapi bagi yang tidak teratur ikut kompetisi tiap minggu.
Program maintenance meliputi latihan-latihan sebagai berikut:
1. Satu atau dua hari latihan per minggu dengan program yang sama pada saat preseason.
2. Latihan beban sekali seminggu. Bergantian seminggu sekali antara tubuh bagian atas
(upper body) dan tubuh bagian bawah (lower body).
3. Latihan drill tidak hanya untuk meningkatkan skill tapi juga untuk mempertahankan level
fitness. Dalam hal ini, maka latihan drill harus intensif dan berdurasi cukup lama untuk
memberikan efek stress pada otot.
1. Stretching
Latihan untuk fleksibilitas seperti reaching the floor without bending the knees atau
alternate toe touching sebaiknya dilakukan hingga beberapa kali sebelum mulai latihan inti atau
pertandingan. Fungsi stretching adalah untuk:
2. Calistenic
Kalistenik baik jika dilakukan setelah stretching. Kalistenik meliputi gerakan-gerakan
mengkontraksikan otot. Oleh karena itu, latihan ini juga akan menigkatkan temepratur otot dan
tubuh. Kalistenik sebaiknya mencakup ke bagian-bagian otot terutama otot yang nantinya akan
dipakai dalam workout. Atlet terkadang justru melakukan porsi latihan ini terlalu banyak. Oleh
karena itu, pelatih harus mengingatkan para atletnya agar pada saat kalistenik jangan sampai otot
capek duluan. Waktu yang dibutuhkan untuk kalistenik hanyalah sekitar 5-10 menit saja.
1. memastikan kesiapan kondisi fisiologis seperti telah panasnya temperatur otot dan
optimalnya aliran darah dalam tubuh sebelum memulai latihan inti
2. menyelaraskan hubungan mata, tangan, dan mekanisme otot saraf lain yang akan
digunakan dalam latihan inti.
BAB XIV
METODE LATIHAN
Dalam bab ini yang akan dijelaskan berbagai macam metode latihan pada olahraga yang
bertujuan:
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk metode latihan yang dipakai dalam dalam olahraga
2. Membandingkan antara metode-metode latihan yang ada olahraga
3. Mengaplikasikan metode latihan sesuai dengan tujuan latihan pada berbagai jenis
olahraga
Sejak dulu, adanya kemajuan dalam diri para atlet ditentukan oleh metode latihan yang
disusun pelatih berdasarkan kecocokan metode terhadap atlet tersebut. Metode itu meliputi
program peningkatan kapasitas energi aerobik (endurance) dan juga anaerobik (sprint). Kita
akan lihat bagaimana dan mengapa metode-metode latihan di bawah ini bisa berhasil dalam
meningkatkan performa (prestasi) atlet pada cabang olahraga yang digelutinya.
A.Interval Training
Interval training adalah latihan yang dilakukan antara latihan berat dan ringan secara
bergantian. Untuk mengetahui mengapa latihan ini bisa berhasil, akan dicoba membahas tentang
produksi energi dan kelelahan yang terjadi sepanjang latihan intermittent.
1. ATP-PC yang digunakan secara terus menerus dalam latihan intermittent akan
meningkatkan level sistem energi ini dan mengurangi tingkat kelelahan dengan cara tidak
delving so deeply ke dalam glikosis anaerobik.
2. Dengan memperhatikan durasi dan jenis istirahat yang tepat pada fase relief, glikosis
anaerobik akan mencapai maksimal dan mengalami peningkatan.
3. Dengan berlatih lebih lama dan lebih banyak repetisi tetapi sedkit istirahat, stress akan
berada di sistem transport oksigen sehingga kemajuan akan terjadi pada sistem energy
aerobic
.
3. Set
Persambungan antara work dan relief interval dalam satu kali periode. Contoh, lari 220
yard dengan work interval dan kemudian diikuti relief interval dengan waktu yang
ditentukan diantara kedua interval tadi.
4. Repetisi
Jumlah work interval dalam satu set. Contoh, berlatih lari 220 yard merupakan satu set
kemudian dilakukan sebanyak 6 repetisi.
5. Durasi
Lama waktu pada work interval. Contoh, lari 220 yard berdurasi 33 detik.
6. Jarak
Jarak yang ditempuh dalam work interval. Contoh, 220 yard.
7. Frekuensi
Jumlah latihan yang dilakukan per minggunya.
2. Jumlah repetisi
3. Durasi relief interval
4. Jenis aktivitas yang dilakukan saat relief interval
5. Frekuensi latihan per minggunya
Ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari sistem latihan interval dibandingkan dengan
metode latihan yang lain yaitu:
2. Pendekatan dengan system day-by-day, sehingga kemajuan dapat lebih mudah diketahui
3. Peningkatan level energi yang lebih baik dibandingkan dengan metode latihan yang lain
4. Program latihan ini dapat dilakukan di mana saja dan tidak membutuhkan alat khusus.
Manipulasi Variabel
2. Metode menghitung jumlah repetisi work interval yang dilakukan per workoutnya. Jika
atlet tidak mampu menyelesaikan work yang ditargetkan (karena kelelahan) maka dapat
dikatakan jika intensitas work interval terlalu tinggi. Sebaliknya, jika atlet mampu dengan
mudah menyelesaikan seluruh work yang ditargetkan, maka intensitas work interval tadi
terlalu rendah dan harus ditingkatkan. Contoh, umumnya untuk lari 440 yard, atlet
mampu melakukannya antara 6-8 kali repetisi sebelum mencapai titik lelah.
3. Metode yang diciptakan oleh Wilt merupakan metode yang tepat untuk diterapkan dalam
rancangan latihan interval lari. Durasi waktu untuk menempuh 55-220 yard sebaiknya
antara 1,5-5 detik lebih lambat dan diukur dari garis running start. Contoh, jika seorang
atlet berlari 55 yard dari running start memakan waktu selama 6 detik, maka durasi dalam
latihan yang dianjurkan sejumlah 6+1,5=7,5 detik. Untuk jarak 110-220 yard, tambahkan
3-5 detik pada waktu terbaik yang mampu diselesaikan atlet dari running start. Jika
latihan lari lebih dari 440 yard, tiap-tiap lari dengan jarak tersebut kecepatan rata-ratanya
antara 3-4 detik lebih lambat daripada kecepatan rata-rata lari 440 yard pada perlombaan.
Contoh, seorang pelari 6 mil (miler) berlatih lari sejauh 880 yard, maka durasi rata-rata
lari per 440 yard adalah 90+3=93 dan 90+4=94.
Metode ini juga bisa diterapkan dalam olahraga berenang. Namun jarak yang ditempuh
dalam program renang menjadi ¼ bagian dari program latihan lari tadi.
2. Jumlah repetisi
Jumlah repetisi pada work interval menentukan panjang dan jauhnya jarak yang ditempuh
dalam latihan. Diperlukan jarak sekitar 1,5-2 mil untuk dapat mencapai kemajuan maksimal.
Jika misalnya kita bisa berlatih sejauh 220 yard pada hari tertentu, sebaiknya dilakukan
sebanyak 12-16 repetisi. Hal ini mengacu pada poin pada metode kedua yang telah
disebutkan sebelumnya.
2. Memilih jenis latihan apa yang sebaiknya dilakukan pada latihan interval.
3. Membuat rancangan program latihan berdasarkan pada energi apa yang ingin
ditingkatkan. Jumlah repetisi dan set, rasio work relief, jenis work interval, dsb. Durasi
latihan bisa dipakai sebagai acuan pada berbagai cabang olahraga. Namun, jika cabang
olahraga tersebut meliputi lari dan renang, maka akan lebih baik jika kita memakai acuan
jarak.
4. Menaikkan intensitas latihan dengan menggunakan prinsip overload.
Walaupun system latihan interval merupakan program yang baik digunakan untuk atlet
maupun non atlet. Ada beberapa metode lain yang juga bisa diterapkan untuk meningkatkan
performa. Namun, walaupun bisa diterapkan dalam berbagai cabang olahraga, seperti halnya
pada latihan interval, biasanya metode-metode di bawah ini utamanya ditujukan untuk lari trek
dan renang.
B. Continuous Running
Continuous running/swimming adalah metode lari jarak jauh. Wilt mengelompokkannya
menjadi 3 yaitu continuous slow running, continuous fast running, dan jogging. Dari ketiganya,
system aerobik atau oksigen lah yang dipakai sebagai sumber energi utama. Oleh karena itu,
maka program continuous running ini tujuannya dalah untuk meningkatkan kapastias endurance
(max VO2).
3. Jogging
Lari jogging sebenarnya meliputi semua tingkat kecepatan dalam berlari. Namun umumnya
jogging digolongkan ke dalam metode continuous slow running. Sekarang ini olahraga jogging
sangatlah popular dimana-mana terutama di antara orang-orang yang ingin menjaga kebugaran
tubuh dan kesehatan. Dengan jogging kita dapat melancarkan sistem kardiorespiratori,
melancarkan sirkulasi darah, dan juga mencegah penyaki jantung. Ada bermacam-macam
program jogging. Program basic dalam olahraga jogging diantaranya, ketika goal atau tingkat
yang satu telah tercapai, sebaiknya kita naikkan ke tingkat selanjutnya. Frekuensi jogging
sebanyak 3 kali seminggu, dengan jarak yang ditempuh sejauh 2 mil per latihan.
C. Repetition Running
Repetition running hampir sama dengan latihan interval. Namun bedanya adalah pada (1)
durasi dan jarak work interval dan (2) tingkat recovery antar repetisi. Jarak work interval pada
repetition running biasanya sejauh 880 yard-2 mil dan recoverynya membutuhkan waktu yang
lebih lama yaitu hingga HR turun menjadi kurang dari 120 kali/menit. Tujuan utama dari
repetition running adalah merangsang atlet agar terbiasa dengan tingkat stress yang dialami pada
saat perlombaan.
Ada 2 bentuk dasar pada repetition running yaitu:
1. Berlari sejauh 1 ½ kali jarak yang ditempuh pada perlombaan dengan kecepatan sama
atau lebih cepat. Kemudian ulangi sehingga jarak yang ditempuh menjadi sejauh 1,5
sampai 2 kali jarak pada lomba. Contoh, dalam lomba seorang pelari biasanya memakan
durasi 4 menit 30 detik, maka dia sebaiknya berlatih lari 3 sampai 4 kali jarak pada
lomba, tiap setengah mil waktunya sekitar 2:10 sampai 2:15. Ingat, durasi recovery antar
repetisi harus lama/mendekati lengkap.
2. Berlari sejauh ¾ kali dari jarak lomba dengan kecepatan lebih pelan. Repetisi sekitar 1,5
hingga 2 kali jarak lomba. Contoh, pelari 2 mil yang biasanya memakan waktu 10 menit
dapat berlatih lari 2 sampai 3 repetisi dengan 1 ½ mil tiap repetisinya dan dengan
kecepatan yang memakan waktu sekitar 7:48. Kecepatan ditentukan dengan mengambil
kecepatan rata-rata tiap ¼ mil kemudian ditambah 3 detik. Dalam contoh tadi, 75+3=78
detik, rata-rata per 440 yard x 6 x ¼ mil = 7:48 per 1 ½ mil.
Pada metode repetition running, kita dapat meningkatkan kapasitas aerobic dan sekaligus
kapasitas anaerobic tegantung pada kecepatan lari atlet.
2. 4 menit kalistenik
3. 1 sampai 2 kali lari cepat sejauh ¾ sampai 1 ¼ mil. Kecepatannya kira-kira ¾ dari
kecepatan maksimal. Kemudian jalan 5 menit untuk relief intervalnya.
4. 4 sampai 6 kali lari sprint akselerasi sejauh 150 yard (jogging 50 yard, lari agak cepat 50
yard, sprint 50 yard, dan kemudian jalan 50 yard untuk relief intervalnya.
5. 4 sampai 6 kali lari 440 yard sedikit lebih cepat daripada kecepatan pada saat lomba.
Jogging 440 yard pada relief intervalnya.
6. Jalan 10 menit.
7. Continuous slow running 2 menit.
8. 8 sampai 12 kali lari dengan kecepatan lebih pelan 1 ½ sampai 2 ½ kali dari sprint.
Jogging 110 yard pada relief interval dan kemudian jalan 5 menit.
9. Jogging 1 mil untuk pendinginan.
5. Sprint Tarining
Jenis latihan ini dilakukan sprinter untuk menigkatkan kecepatan (sistem ATP-PC) dan
kekuatan otot dengan cara lari sprint berulang-ulang pada kecepatan maksimal. Umumnya, untuk
mencapai kecepatan maksimal dalam berlari, dari garis start kita membutuhkan waktu sekitar 6
detik. Oleh karena itu, sprinter sebaiknya berlari hanya sejauh 60 yard untuk mengetahui top
speednya. Recovery dalam sprint harus sempurna karena sprint dilakukan dengan kecepatan dan
intensitas tinggi.
Sprint Interval
Sprint interval adalah metode latihan dimana seorang atlet berlari berubah-ubah 50 yard
sprint dan 50 yard jogging dengan jarak sejauh 3 mil sprint dan 50 yard jogging contoh, untuk
jarak 440 yard, sprinter berlari sprint 4 x 50 yard dan jogging 60 yard setelah sprint, kemudian
ulangi 12 kali. Dalam hal ini, mungkin telah terjadi kelelahan pada sprinter di beberapa set awal
sprint interval yang menyebabkan atlet tadi tidak dapat berlari pada top speed selama set-set
berikutnya. Faktor ini kemudian menjadikan metode latihan interval sprint ini hanya sesuai
untuk meningkatkan kapasitas anerobik, selain itu juga karena faktor jarak yang harus ditempuh
dalam latihan sprint interval ini yang mencapai 3 mil jauhnya.
Acceleration Sprint
Acceleration sprint merupakan metode lari yang pada pelaksanaanya atlet harus berlari dengan
kecepatan yang meningkat secara teratur dari awalnya jogging, striding (lari agak cepat), dan
sprint. Ketiganya dapat dilakukan dengan jauh yang seimbang antara 50 yard, 110 yard, ataupun
juga 120 yard. Kemudian untuk recovery nya bisa dilakukan dengan berjalan. Contoh, sprinter
berlari 50 yard jogging, 50 yard striding, dan 50 yard sprint, recovery jalan kaki 5 menit, dan
kemudian ulangi set tadi. Oleh karena recovery antar repetisi tidaklah sempurna, maka jenis
latihan ini hanya bertujuan untuk menigkatkan kecepatan dan kekuatan atlet. Selain itu, program
latihan ini juga baik bila dilakukan dalam cuaca atau suhu dingin karena adanya unsure
kecepatan yang meningkat dari mudah ke sulit yaitu dari yang awalnya jogging tadi kemudian
meningkat jadi lari sprint sehingga hal itu kan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada
atlet.
Hollow Sprint
Hollow sprint dilakukan dengan 2 kali sprint diselingi dengan hollow period di antara
sprint tadi dengan jogging atau jalan kaki. Lari sprint tersbut dilakukan berulang-berulang; satu
repetisi meliputi sprint 60 yard, jogging 60 yard, dan kemudian berjalan 60 yard. Interval yang
sama juga bisa dilakukan dengan jarak lebih jauh tapi tidak boleh melebihi 220 yard.
Rangkuman
Prinsip dasar dalam tiap program latihan adalah (1) untuk mengetahui sistem energy
utama yang dipakai dalam latihan/pertandingan, dan (2) Dengan menggunakan prinsip overload,
untuk merancang suatu program latihan yang dapat meningkatkan sistem energi tertentu yang
kita pakai dalam berlatih/bertanding sehingga akan menjadi lebih baik dari cabang olahraga yang
lain. Sistem energi utama dalam tiap aktivitas dapat diketahui berdasarkan lama waktunya.
Intensitas latihan dengan prinsip overload haruslah mendekati maksimal, untuk program
latihan endurance, intensitas latihan dapat ditentukan dengan cara melihat pada (1) respon HR
selama latihan dan atau (2) ambang batas anaerobic (anaerobic threshold). Dalam metode heart
rate, target heart rate nya (THR) antara 80-90% heart rate reserve (HRR) ditambah resting heart
rate (HRrest) atau antara 85-95% dari maksimal heart rate (HRmax). HRR dihitung dari selisih
antara HRmax dan HRrest. Sementara HRmax sendiri adalah didapatkan dengan cara
HRmax=220-umur. HRrest didapatkan dengan cara menghitung denyut di arteri, seperti karotik
arteri yang ada di leher.
Dalam metode anaerobic threshold, pada saat berlatih endurance, intensitas latihan
haruslah berada sedikit di atas anaerobic threshold. Anaerobic threshold merupakan intesnitas
latihan dimana metabolisme anaerobik (akumulasi asa laktat) mulai muncul dengan cepat. Untuk
mengetahui anaerobic threshold, dapat dilakukan dengan cara memonitor pernafasan/menit atau
konsentrasi asam laktat darah dalam suatu latihan yang progresif. Selama latihan dengan
menggunakan metode anaerobic threshold, umumnya HR rata-ratanya mencapai 91% dari
HRmax.
Pada program latihan anaerobik (sprint), HR sebaiknya mencapai 180 kali/menit atau
lebih. Anaerobic threshold umumnya akan meningkat karena sprint merupakan latihan anaerobik
yang dilakukan dengan kekuatan maksimal.
Faktor penting yang lain dalam prinsip overload meliputi frekuensi dan durasi latihan. Makin
sering frekuensi dan lama durasi latihan merupakan aspek yang lebih penting dalam latihan
endurance dan tidak terlalu penting dalam latihan sprint.
Latihan off season haruslah terdiri atas latihan beban dan lari intensitas rendah. Preseason
meliputi angkat beban dan aerobic intensitas tinggi atau program latihan anaerobik. Sementara
untuk latihan in season terdiri atas lari, angkat beban, latihan drill, scrimmages, dan competitive
performance.
Pemanasan sebelum memulai latihan bertujuan meningkatkan temperature tubuh dan otot
yang kemudian dapat pula meningkatkan metabolism otot, aliran darah, persediaan oksigen, dan
menghindari terjadinya kram dan nyeri otot. Gerakan pemanasan terdiri atas stretching, senam
kalistenik, dan latihan ringan. Sementara untuk pendinginan, gerakannya meliputi gerakan-
gerakan yang sama dalam pemanasan tapi dilakukan dalam urutan yang terbalik. Pendinginan
bertujuan untuk mempercepat recovery dan mengurangi kemungkinan terjadinya kepala pening
atau bahkan pingsan setelah latihan yang berat.
Sistem latihan interval terdiri atas work dan relief yang dilakukan bergantian. Latihan
intermittent memperlambat terjadinya kelelahan tubuh dan dapat meningkatkan intensitas ke arah
maksimal selama work interval. Manipulasi durasi dan jarak work interval, jumlah repetisi, dan
durasi dan jenis relief interval dapat dilakukan untuk merancang suatu program yang paling tepat
bagi para atlet maupun non atlet.
Metode-metode latihan lain seperti continuous slow running (LSD), continuous fast running,
jogging, dan interval sprint mempunyai tujuan utama untuk peningkatan sistem oksigen.
Sementara untuk sprint training dan hollow sprint berguna untuk meningkatkan sistem energi
ATP-PC dan LA. Terakhir, untuk interval training, repetition running, speed paly (fartlek
training akan mampu meningkatkan sistem aerobik dan juga anaerobik.
SOAL
1. Jelaskan kelebihan dan kekuarangan dari metode latihan interval dan kontinnyus !
2. Buatlah contoh penerapan metode -metode latihan yang ada dalam sebuah program
latihan untuk peningkatan prestasi cabang olahraga permainan (cabor pilih sendiri)
DAFTAR PUSTAKA: