You are on page 1of 38

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN


PRINGSEWU

BAB IV
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI

4.1. Pendekatan
4.1.1. Pendekatan Rasional Menyeluruh
Pendekatan rasional menyeluruh atau rational comprehensive approach, yang secara
konseptual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas, dimana dalam
pertimbangan luas tersebut tercakup berbagai unsur atau subsistem yang membentuk
sistem secara menyeluruh. Meyerson Banfield mengidentifikasi terdapat 4 ciri utama
pendekatan perencanaan rasional menyeluruh, yaitu:
 Dilandasi oleh suatu kebijakan umum yang merumuskan tujuan yang ingin dicapai
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
 Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh, dan terpadu.
 Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi (masukan data) yang
lengkap, andal, dan rinci.
 Peramalan yang diarahkan pada tujuan jangka panjang.
Namun demikian, pendekatan ini ternyata banyak dikritik karena dianggap memiliki
kelemahan-kelemahan seperti produk yang dihasilkan dirasakan kurang memberikan
informasi dan arahan yang relevan bagi stakeholders, cakupan seluruh unsur dirasakan
sukar direalisasikan, dukungan sistem informasi yang lengkap dan andal biasanya
membutuhkan dana dan waktu yang cukup besar, serta umumnya sistem koordinasi
kelembagaan belum mapan dalam rangka pelaksanaan pembangunan dengan
pendekatan yang rasional menyeluruh.

IV - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

4.1.2. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)


Kata sustainability sangat penting dalam sebuah kerangka pengembangan dan
pembangunan. Kata tersebut merujuk pada abilility of something to be sustained.
Pendekatan Sustainability Development saat ini umum digunakan dalam hal-hal yang
terkait dengan kebijakan lingkungan atau etika bisnis, terutama sejak dipublikasikannya
istilah ini dalam dokumen Bruntland Report oleh World Commission on Environtment and
Development (WCED), tahun 1987. Dalam dokumen tersebut, sustainability development
diartikan sebagai:
"development that meets the needs of the present without compromising the ability of future
generations to meet their own needs. In a way that "promote[s] harmony among human beings
and between humanity and nature".
Dalam ekonomi, pengembangan seperti ini mempertahankan atau meningkatkan modal
saat ini untuk menghasilkan pendapatan dan kualitas hidup yang lebih baik. Modal yang
dimaksud disini tidak hanya berupa modal fisik yang bersifat privat, namun juga dapat
berupa infrastruktur publik, sumberdaya alam (SDA), dan sumberdaya manusia (SDM).
Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan ini muncul dari pemikiran untuk menanggapi
tantangan global di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, melalui pengembangan
ketiga komponen tersebut secara sinergi. Konsep ini memperhatikan kualitas pertumbuhan,
bukan hanya kuantitasnya saja. Dengan demikian, secara singkat pembangunan
berkelanjutan ini dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan perekonomian dan
pembangunan sosial tanpa mengganggu kelangsungan lingkungan hidup yang sangat
penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh karena itu,
pembangunan keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama lainnya saling
terkait dan mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan sosial, dan 3)
pelestarian lingkungan hidup.
Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka diharapkan
penataan ruang yang akan dilakukan merupakan:
a. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang
yang mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
b. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan
dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang
dilaksanakan oleh Pemerintah maupun masyarakat.
c. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang
dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur
dan pola pemanfaatan ruang bagi persebaran penduduk antarwilayah,
pertumbuhan dan perkembangan antarsektor, antardaerah, dan antara sektor
dengan daerah.

IV - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

d. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin


kelestarian kemampuan daya dukung sumberdaya alam.

4.1.3. Pendekatan Aspiratif dan Partisipatif


Pengertian aspiratif : dalam proses dan tahapan perencanaan dari awal sampai akhir,
masukan, ide, gagasan dan pendapat seluruh komponen dan pelaku pembangunan
semaksimal mungkin dapat ditampung dan diakomodasikan serta menunjang perwujudan
kawasan perencanaan yang diharapkan bersama.
Pengertian partisipatif : konsekuensi dari pendekatan perencanaan yang aspiratif, dalam
proses dan tahapan perencanaan dari awal sampai akhir akan melibatkan partisipasi
pelaku pembangunan dalam pelaksanaan survai, perumusan ide dan gagasan rencana
yang mendukung analisis dan rencana, memberi masukan dalam finalisasi rencana dan
berpartisipasi dalam perwujudan rencana itu sendiri.
Model perencanaan yang partisipatif dan aspiratif umumnya diwujudkan dalam bentuk
perencanaan yang melibatkan peran serta masyarakat. Di Indonesia konsep peran serta
masyarakat mulai muncul pada UU No. 26 Tahun 2007 khususnya pasal 4 ayat 2 yang
menyatakan bahwa ‘Setiap orang dapat mengajukan usul, memberi saran, atau
mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan ruang’. Peraturan
pelaksanaannya baru dikeluarkan oleh pemerintah pada tanggal 3 Desember 1996
melalui peraturan pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang,
yang memuat antara lain peraturan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, bentuk peran serta masyarakat dan pembinaan peran serta masyarakat.
Pendekatan yang lebih dikenal dengan pendekatan pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat ini merupakan suatu pola pendekatan yang mendudukkan masyarakat
sebagai pelaku utama dalam pembangunan. Akibatnya semua keputusan dan tindakan
pembangunan didasarkan pada aspirasi, kepentingan/kebutuhan, kemampuan dan
upaya masyarakat. Pendekatan ini menganggap sama antara masyarakat dengan
pelaku pengembangan permukiman lainnya seperti pemerintah daerah, instansi yang
terlibat, swasta, lembaga yang mendanai dan sebagainya. Secara prinsip terdapat dua
alasan dasar dan rasional untuk melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan
dan pembangunan:
 Alasan Etis: pada masyarakat demokratis, masyarakat yang berkepentingan harus
dimintai pendapat dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan.
 Alasan Pragmatis: dukungan terhadap program-program dan kebijaksanaan-
kebijaksanaan seringkali tergantung pada keinginan dan kepedulian masyarakat
untuk membantu melaksanakannya.

IV - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Beberapa alasan lain yang mendukung perlunya pelaksanaan peran serta masyarakat
dalam perencanaan dan pembangunan, yaitu:
 Mengkondisikan masyarakat tetap memperoleh informasi sebaik-baiknya dan
meningkatkan kepercayaan diri pembuat keputusan;
 Memperoleh informasi untuk memperbaiki pengambilan keputusan;
 Menghapus sikap permusuhan terhadap pihak pemerintah;
 Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan kepentingan
mereka;
 Tetap mempertahankan pihak pemerintah bersikap terbuka dan manusiawi;
 Memperoleh jaminan dukungan dari masyarakat.
Terdapat beberapa model pemberdayaan atau peran serta masyarakat, yaitu:
 Peran serta sebagai penelitian pasar, yaitu berkonsentrasi pada survei-survei dan
pengumpulan pendapat karena kita menganggap masyarakat sebagai
konsumen/pelanggan;
 Peran serta sebagai pembuat keputusan, yaitu dengan memberikan kepercayaan
kepada masyarakat untuk ikut membentuk badan-badan pengambil keputusan dan
bahkan mungkin menyerahkan pengambilan keputusan kepada masyarakat;
 Peran serta sebagai pemecah oposisi yang terorganisir (partisipasi retorik) yaitu
dengan memasukkan pemimpin-pemimpin golongan radikal yang cenderung
beroposisi sebagai anggota komisi yang kemudian menurunkan kredibilitas mereka
dalam pandangan pendukung-pendukungnya;
 Peran serta sebagai terapi sosial (social therapy) dengan melibatkan masyarakat
tidak terlalu banyak pada penentuan apa yang harus disediakan, akan tetapi lebih
pada proses penyediaan nyata dari pelayanan itu sendiri (semacam aktivitas kerja
bakti/gotong royong);
 Peran serta sebagai grass-root radicalism, yaitu sebagai ekspresi puncak dengan
mengorganisi kaum miskin untuk melawan struktur kekuasaan dengan cara apapun
yang dianggap tepat dengan situasi dan kondisi yang ada, misalnya dengan
demonstrasi, pemogokan dan sebagainya;
 Peran serta sebagai partaking in benefits yaitu dengan memusatkan usaha untuk
memperluas hubungan masyarakat melalui brosur, selebaran dan forum penerangan
langsung kepada masyarakat untuk menjelaskan apa yang sedang dikerjakan dan
mengapa hal itu baik untuk mereka. Dengan demikian peran serta masyarakat dalam
pembangunan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai atau budaya dan sikap-sikap
perencanaan yang dominan di daerah yang bersangkutan.

IV - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Mengenai derajat kontrol yang dipunyai masyarakat untuk pengambilan keputusan, pada
dasarnya kita harus mencari keseimbangan di antara kedua belah pihak (masyarakat
dan pemerintah) yang biasanya diperoleh dengan cara konsensus. Pemerintah tidak akan
menyerahkan keputusan kepada masyarakat, tetapi mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada masyarakat. Kriteria keadilan sosial dan perimbangan
kesempatan bagi seluruh masyarakat harus didukung kedua belah pihak dalam
pengambilan keputusan.
Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, kenyataan menunjukkan bahwa peran
serta masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan pada umumnya terbatas pada
peran serta lapisan tipis golongan menengah ke atas. Oleh karena itu, menjadi kewajiban
pemerintah untuk menjaga kepentingan golongan-golongan lainnya yang tidak
mempunyai akses ke forum-forum peran serta tersebut dengan tidak memberikan
kekuasaan penuh pembuatan keputusan pada masyarakat.
Peran serta masyarakat mempunyai tahapan perilaku sebagai berikut:
 Kognitif, masyarakat mengetahui secara baik dan benar tentang pembangunan
prasarana dan sarana dasar serta peran yang dapat dilakukan olehnya;
 Afektif, masyarakat termotifasi dan timbul keinginan untuk terlibat dan berperan serta
dalam pembangunan prasarana dan sarana dasar (PSD) sesuai dengan alternatif
peran yang dimungkinkan dan kemampuannya;
 Konasi, masyarakat telah terbiasa dan melakukan peran sertanya secara aktif
menjadi bagian dalam kehidupannya.

4.1.4. Pendekatan Normatif


Konsep Dalam pendekatan ini proses pembangunan kawasan bertumpu
Pendekatan pada prosedur/skema tertentu, dengan memperhatikan seluruh
Normatif faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian
tujuan tertentu.
Ciri-Ciri  Bersifat jangka panjang
Pendekatan
 Bersifat komprehensif
Normatif
 Pengembangan kebijaksanaan didasari oleh norma-norma
dan standar-standar, dan kurang dilandasi dengan
penelitian lapangan/kenyataan.
 Memberikan langkah-langkah penyelesaian secara tuntas
(final).

IV - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

 Dalam perumusan strategi, faktor-faktor eksternal kurang


diperhatikan.

4.1.5. Pendekatan Incremental


Konsep Pendekatan ini lebih bersifat strategis, di mana sebagian besar
Pendekatan kondisi-kondisi awal (pra-kondisi) dari suatu persoalan
Incremental pembangunan tidak diperhatikan atau diluar kontrol.
Ciri-Ciri  Berorientasi pada persoalan-persoalan nyata.
Pendekatan
 Bersifat jangka pendek dan menengah
Incremental
 Terkonsentrasi pada beberapa hal, tetapi bersifat strategis
 Mempertimbangkan eksternalitas
 Langkah-langkah penyelesaian tidak bersifat final
Contoh pendekatan ini adalah metoda SWOT.
Rencana yang  Rencana yang kurang menekankan pada penentuan
strategis – maksud dan tujuan pembangunan, tetapi cenderung
proaktif menekankan pada proses pengenalan dan penyelesaian
masalah, yang kemudian dijabarkan pada program-
program pembangunan dan alokasi pembiayaan
pembangunan.
 Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara
internal maupun eksternal, dengan menyadari bahwa
pengaruh faktor-faktor eksternal sangat kuat dalam
membentuk pola tata ruang yang terjadi.
 Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan
kondisi di masa yang akan datang tidak bisa lagi hanya
didasarkan pada perhitungan-perhitungan proyeksi
tertentu, akan tetapi sangat dimaklumi bahwa terdapat
kemungkinan-kemungkinan munculnya kecenderungan-
kecenderungan baru, faktor-faktor ketidak pastian, serta
‘kejutan-kejutan’ lain yang terjadi diluar perkiraan semula.
 Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah,
dengan memberikan satu acuan arah-arah pembangunan.
 Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action).

IV - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

4.1.6. Pendekatan Sistematik


Konsep Pendekatan Perencanaan yang terpadu perlu didasarkan pada :
Sistematik
 Kajian komprehensif, utuh dan tuntas atas isyu-isyu
pembangunan yang terjadi.
 Kajian kontijen dan kontekstual.
 Kajian historik dan antisipatif tentang pembangunan serta
dampaknya.
 Kajian yang lengkap, yang memiliki tatanan dan struktur yang
jelas.

Proses perencanaan tersebut berorientasi pada antisipasi


permasalahan pembangunan yang bersifat kompleks. Oleh karena
itu harus bersifat cyclic dan memasukkan umpan balik pada
berbagai tahapannya, dimana input dan output divalidasi dengan
adanya umpan balik. Proses perencanaan seperti tersebut diatas
membutuhkan pendekatan sistem, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa proses perencanaan dengan karakteristik
tersebut diatas dapat juga disebut sebagai perencanaan sistemik.
Adapun konsep sistem dalam perencanaan adalah :
 Terbentuk dari sejumlah unsur (elemen) dan hubungan (relasi)
yang terdapat diantara unsur-unsur itu.
 Terbentuk pada waktu sekelompok unsur yang memiliki interaksi
yang kaya diberi batasan jelas yang memisahkannya dari
kelompok unsur lain yang memiliki interaksi yang kurang
intensitasnya.
 Akan memiliki masukan (input) dan keluaran (output) yang
memiliki wujud fisik atau abstrak.
 Mengubah masukan menjadi keluaran.
 Memiliki proses internal yang berfungsi sebagai umpan balik
(feed back), artinya perilaku dari satu unsur akan menjadi
umpan balik langsung atau tidak langsung bagi unsur yang
mengawali perilaku itu.
 Memiliki unsur atau hubungan yang atributnya ditentukan oleh
cara pengukurannya.
Ciri-Ciri Pendekatan Karakteristik sistem dalam proses perencanaan adalah sebagai
Sistematik berikut :
 Sistem bersifat organik dan terbuka.

IV - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Dalam arti bahwa sistem bersifat responsif terhadap perubahan


lingkungan, karena batasan yang memisahkan sistem dari
lingkungan bersifat permeabel, yang memungkinkan masukan (input)
masuk dan keluaran (output) keluar dengan mudah.
 Sistem memiliki stabilitas yang dinamik (Homeostatis).
Setiap unsur sistem perlu beradaptasi atau berubah sambil
menjalani proses transformasi yang stabil.
 Sistem memiliki nuansa sosio-politik yang kuat.
Pembangunan adalah suatu proses sosio-politik yang berurusan
dengan banyak pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda,
bekerja dalam situasi konflik, dan memerlukan campur tangan
kekuasaan.
 Sistem memiliki identitas yang mantap.
 Sistem terus berkembang secara terkendali.
 Dalam sistem terdapat proses berbagi informasi yang
lancar diantara unsur-unsurnya.
 Unsur-unsur sistem selalu saling menyesuaikan diri dan
saling mendukung untuk membangun sinergi.
Untuk mendukung perencanaan dalam lingkup kawasan dan situasi
permasalahan yang cukup kompleks, pendekatan sistem dalam
proses perencanaan dengan karakteristik di atas, dianggap sesuai
untuk dapat memenuhi tuntutan kebutuhan perencanaan saat ini.
Kelebihan Pendekatan  Mampu merekam dinamika sistem kawasan di masa lalu dalam
Sistemik periode yang sama dengan periode peramalan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
 Mampu mensintesakan kompleksitas permasalahan yang
terjadi, baik secara fisik dan non fisik, dengan
mempertimbangkan banyak variabel yang dianggap
berpengaruh.
 Mampu menganalisa struktur permasalahan yang kompleks,
yang terjadi pada suatu lingkup kawasan perencanaan.
 Memungkinkan adanya proses iterasi dalam melakukan analisa
bila terjadi perubahan-perubahan tertentu (iteratif).
 Mampu menganalisa semua sub sistem kawasan
(comprehensiveness).
 Mampu menghasilkan simulasi-simulasi secara cepat dan
akurat.

IV - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

 Mampu menggambarkan interaksi tata ruang dengan


transportasi.
 Mampu memprediksi dampak dan pengaruh dari berbagai
alternatif kebijakan pembangunan yang akan ditetapkan,
terhadap seluruh sektor terkait, baik yang bersifat spasial
maupun non spasial, sehingga dapat digunakan sebagai alat
pemberi peringatan dini apabila suatu kebijaksanaan
diterapkan atau tidak diterapkan.
 Bersifat mudah digunakan dan akrab dengan dunia
perencanaan ruang yang telah ada (user friendlyness).
 Menggunakan data spesifik dan tidak sekedar memanfaatkan
data sekunder yang telah ada.
 Mempertimbangkan isyu lingkungan.
 Mampu menggambarkan perubahan harga pasaran tanah dari
waktu ke waktu (land market).
Dengan teknik/pendekatan sistem, proses perencanaan diharapkan
dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan simulasi, sebagai
sarana untuk menentukan pengambilan keputusan yang tepat
mengenai kebijakan-kebijakan pengembangan kawasan. Dengan
pendekatan ini, diharapkan prediksi dampak dari penerapan
berbagai skenario kebijakan pengembangan kawasan, baik yang
bersifat spasial maupun non spasial, dapat dilakukan. Dengan kata
lain, teknik / pendekatan ini dapat berfungsi sebagai “Early
Warning System” dari penerapan suatu kebijakan pengembangan
kawasan, sehingga dapat dipilih skenario kebijakan yang paling
optimal, dan apabila terdapat konsekuensi-konsekuensi tertentu
akibat penerapan kebijakan tersebut dapat dipersiapkan langkah-
langkah untuk mengantisipasinya sedini mungkin.

IV - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

4.2. Metodologi
4.2.1 Tahap Persiapan
Secara garis besar, metodologi penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Perdesaan Kabupaten Pringsewu terdiri dari kegiatan persiapan, pengumpulan data,
analisis serta penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten
Pringsewu.

4.2.1 Tahap Persiapan dan Inventarisasi Data Awal


Tahap persiapan dasar dan inventarisasi data awal kegiatan Penyusunan Rencana
Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Pringsewu merupakan tahap awal
kegiatan konsultan dan memuat kegiatan-kegiatan pokok berupa persiapan dan
mobilisasi, pengumpulan data awal, kajian awal data sekunder, serta penyiapan
desain/pedoman survey.
Tahap persiapan dan mobilisasi kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Pringsewu kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut :
A. Persiapan dan Mobilisasi
Persiapan dan mobilisasi pada kegiatan ini meliputi :
1. Pemahaman KAK
Kerangka Acuan Kerja yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan pekerjaan
Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Pringsewu harus
dipahami dengan baik oleh pihak konsultan sehingga seluruh proses pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan dengan baik.
2. Penyelesaian administrasi pekerjaan
3. Persiapan peralatan dan personil
Persiapan peralatan dilakukan pada tahap awal, baik peralatan untuk
kepentingan survey lapangan maupun peralatan untuk pekerjaan studio/ kantor.
Sedangkan kantor diperlukan sejak dimulainya pekerjaan baik untuk penyusunan
laporan maupun untuk koordinasi para tenaga ahli yang dibantu oleh staf kantor
baik dalam persiapan survey maupun dalam penyusunan program kerja.
4. Penyusunan Pendekatan dan Metodologi Studi
Penyusunan pendekatan dan metodologi dijabarkan dalam bentuk naratif serta
bagan alir yang mencakup seluruh tahapan kegiatan yang akan dilakukan.
5. Penyusunan detail rencana kerja

IV - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Penyusunan rencana kerja dilakukan agar rangkaian tahapan proses pelaksanaan


pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih terarah sesuai dengan maksud, tujuan,
dan sasaran pekerjaan.
6. Kegiatan persiapan/perijinan
Perijinan dilakukan sebagai persiapan awal untuk melakukan survei ke daerah.
7. Inventarisasi dan persiapan perangkat survey
Persiapan peralatan meliputi peralatan untuk kepentingan survei lapangan.
8. Mobilisasi tim
Kegiatan mobilisasi tim (tenaga ahli) dilakukan pada tahap awal dimaksudkan
untuk mendapatkan tenaga ahli sesuai dengan yang diminta (sesuai KAK) dengan
kualitas memadai, di samping itu untuk mempercepat koordinasi antar tenaga ahli,
agar tenaga ahli tersebut mampu berkomunikasi dan bekerjasama dalam
pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikarenakan informasi dari setiap tenaga ahli
diperlukan oleh tenaga ahli lainnya.
B. Pengumpulan Data Awal
Kegiatan ini dilakukan terutama pada pengumpulan data yang bersifat data
sekunder yang datanya banyak beredar di lembaga pemerintah maupun non
pemerintah ataupun data-data yang banyak beredar di internet. Beberapa data
yang dikumpulkan pada tahap ini diantaranya sebagai berikut:
1) Data-data awal mengenai kondisi eksisting kawasan perdesaan di Kabupaten
Pringsewu.
2) Kebijakan-kebijakan terkait dengan pengembangan kawasan perdesaan.
3) Tinjauan literatur, mencakup tinjauan terhadap teori-teori yang terkait dengan
pekerjaan dan proyek lainnya yang pernah dilakukan.

C. Kajian Data Awal


Berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahap awal, dilakukan kajian awal
terhadap data-data sekunder tersebut. Hasil kajian awal data sekunder ini, akan
menghasilkan beberapa kesimpulan awal tentang beberapa hal berikut:
 Gambaran umum kawasan perencanaan.
 Isu dan permasalahan awal terkait pengembangan kawasan perdesaan di
Kabupaten Pringsewu.
 Gagasan awal pelaksanaan pekerjaan.

IV - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

D. Penyiapan Desain/Pedoman Survey


Rencana kerja yang telah dimantapkan berdasarkan penyempurnaan kerangka pikir
pelaksanaan pekerjaan yang telah dibuat, dipakai dasar dalam penyusunan Desain
Survey. Pada kegiatan perumusan desain survey ini, sekaligus dipersiapkan alat-alat
bantu (tools) yang dipergunakan dalam kegiatan survey, serta penyiapan sampling.
Alat-alat bantu yang telah dipersiapkan untuk kegiatan survey. Pada tahap ini
dilakukan beberapa kegiatan pokok, meliputi :
 Penyusunan kebutuhan data dan narasumber
Penyusunan kebutuhan data meliputi persiapan daftar pertanyaan/checklist data
dilakukan pada tahap persiapan pekerjaan bermanfaat dalam pelaksanaan
survei lapangan. Hal ini disebabkan dalam daftar pertanyaan/checklist tersebut
berisi daftar data beserta narasumbernya (instansi tersedia data) sehingga akan
memudahkan dan mempercepat pengumpulan data dan informasi di lapangan.
 Penyiapan peralatan dan perlengkapan survai.
 Alokasi waktu dan biaya
Penyusunan alokasi waktu dan biaya diperlukan agar waktu dan biaya yang
tersedia dapat digunakan seefektif dan sebaik mungkin.

IV - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN PRINGSEWU

Gambar 4.1. Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Pringsewu
BULAN BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4

MINGGU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

TAHAPAN PERSIAPAN DAN IDENTIFIKASI AWAL PENGUMPULAN DATA PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN

ANALISA PEMILIHAN
NILAI STRATEGIS &
PERSIAPAN DAN PRIORITAS KAWASAN
KAWASAN PERDESAAN
MOBILISASI PRIORITAS

 Penyelesaian Administrasi
Pekerjaan RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
 Persiapan Mobillisasi Tim dan Design KAWASAN
tenaga Ahli Survai PERDESAAN
 Penajaman Rencana Kerja TERPILIH
dan Metodologi
 Penyiapan Kebutuhan Data STRATEGI DAN
TUJUAN DAN
 Pengumpulan Data Awal ISU STRATEGIS ARAH
SASARAN
SURVEY SURVEY ANALISIS PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
PRIMER SEKUNDER KAWASAN PERDESAAN TERPILIH
R
A ANALISIS
Review Peraturan ANALISIS ANALISIS TINGKAT
N DATA KEBIJAKAN ANALISIS INDIKATOR
KEBIJAKAN SUMBERDAYA PELAYANAN PROGRAM DAN KEBUTUHAN
G  UU No. 25 Tahun SOSIAL DAN CAPAIAN
2004 DATA SUMBERDAYA ALAM/FISIK/ SEKTORAL & ALAM/FISIK/ KESEHATAN KEGIATAN PENDANAAN
LINGKUNGAN EKONOMI KEGIATAN
K  UU No. 6 Tahun SPASIAL LAHAN
A STUDI 2014 KAJIAN DATA AWAL DATA PEMANFAATAN LAHAN
I LITERATUR  UU No. 23 Tahun
2014 DATA SOSIAL BUDAYA & KEARIFAN ANALISIS ANALISIS
A  PP No.47 Tahun  Kebijakan Sektoral LOKAL KEBUTUHAN KELEMBAGAA ANALISIS ISU
N 2015  Kebijakan Spasial INFRASTRUKTU N& STRATEGIS
 Permendes, PDT DATA KEPENDUDUKAN
 Profil Desa R PELAYANAN PEMBIAYAAN
dan Tranmisgrasi  Potensi/ DATA EKONOMI, PERTANIAN DAN
No.6 Tahun 2016 KOMODITAS UNGGULAN
Permasalahan
awal DATA SARANA DAN PRASARANA
Kajian Literatur  Isu strategis awal SWOT
K
DATA KELEMBAGAN & PEMBIAYAAN Analysis
E
 Desa, Perdesaan
G dan Kawasan
I Perdesaan
A  Tipologi Desa
T  Pembangunan
Desa POTENSI PERMASALAHAN PELUANG TANTANGAN
A KOMPILASI DATA
-S- -W- -O- - T-
N

PROFIL KAWASAN
PERDESAAN
STRATEGI STRATEGI STRATEGI STRATEGI
SO WO ST WT

PENYIAPAN PETA PETA ALBUM


PETA DASAR TEMATIK PETA

PELAPORAN LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN ANTARA LAPORAN AKHIR

 Desk Studi  Survey Instansional  Stakeholders Approach


 Stakeholders Approach
 Kajian Literatur  Survey Primer  Iteratif Analisis
 Iteratif Analisis
PENDEKATAN  Pendekatan Normatif  Koordinasi  Koordinasi
 Koordinasi
 Pendekatan Aspiratif dan Partisipatif

 Terumuskan rencana kerja dan metodologi.  Diperolehnya data yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan analisis.  Analisis Pemilihan Kawasan Perdesaan Prioritas
 Tersusunnya Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas
 Tersepakatinya metoda dan rencana kerja rinci guna  Kompilasi data sesuai dengan kebutuhan analisis.  Analisis Pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas
meliputi tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan, program dan
KEY TARGET membuat desain survai.  Tersusunnya profil kawasan perdesaan beserta nilai strategis kawasan  Analisis Potensi, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
kegiatan, indikator capaian kegiatan dan pendanaan.
 Tersusunnya kerangka acuan survey. perdesaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas

IV - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

4.2.2 Tahap Pengumpulan Data


Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Pringsewu
ada dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
didapat melalui hasil survei primer, sedangkan data sekunder didapat dari data yang
telah ada, hasil dari pengumpulan data pihak lain. Data dan informasi ini akan digunakan
sebagai bahan dalam proses analisis.
Keakuratan jenis data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi
penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel
lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data.

Gambar 4.2. Metoda Pengumpulan Data

IV - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Data sekunder yang diperlukan terkait Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan


Kabupaten Pringsewu antara lain :
 Kebijakan terkait, yang meliputi:
 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN);
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN);
 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Lampung dan
Kabupaten Pringsewu; dan
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Lampung dan
Kabupaten Pringsewu.
 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung dan Kabupaten Pringsewu.
 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Lampung di Kabupaten
Pringsewu.
 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten Pringsewu.
 Kebijakan pembangunan sektoral.
 Data eksisting kawasan perdesaan meliputi :
 Aspek fisik, sumberdaya alam dan lingkungan.
 Aspek pemanfaatan lahan.
 Aspek sosial, budaya dan kearifan lokal.
 Aspek kependudukan.
 Aspek ekonomi, pertanian dan komoditas unggulan.
 Aspek sarana dan prasarana.
 Aspek pembiayaan dan kelembagaan.

IV - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Tabel 4.1. Kebutuhan Data Untuk Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan


Pedesaan Kabupaten Pringsewu
Jenis Data Keterangan
Merupakan peta digital maupun cetakan dalam bentuk raster maupun
vektor yang setidaknya memberikan informasi deliniasi wilayah, pola
pemanfaatan ruang eksisting, dan topografi yang jelas terhadap ruang
wilayah yang akan direncanakan. Peta dasar menggambarkan kondisi
fisik, sumber daya alam, sumber daya buatan, kependudukan, dan kondisi
Peta Dasar / Citra
kabupaten lainnya secara visual dalam bentuk peta tematis.
Satelit
Peta mencakup keseluruhan wilayah kajian maupun wilayah sekitarnya
yang berbatasan langsung dengan skala kedetailan minimal 1:50.000.
Pengaturan mengenai peta dasar dapat merujuk pada Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta Rencana
Tata Ruang.
Merupakan kebijakan-kebijakan dalam pembangunan wilayah kajian
maupun kebijakan-kebijakan yang berasal dari pranata pembangunan
lainnya yang terkait, antara lain meliputi:
 Kebijakan umum pembangunan, yang meliputi:
- Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN);
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN);
- Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten; dan
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten.
Kebijakan
 Kebijakan tata ruang, yang meliputi:
Pembangunan
- Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
- Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP);
- Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten sebelumnya,
jika sudah pernah disusun;
- Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang
berdekatan, baik yang berbatasan langsung maupun yang
memiliki kedekatan sistemik, terutama pada aspek lingkungan
hidup, transportasi, maupun perekonomian.
 Kebijakan pembangunan sektoral
Data ini merupakan gambaran fisik wilayah, ketersediaan dan potensi
sumber daya alam baik biotik maupun abiotik di dalam ruang lingkup
setempat dan regional/kawasan eksternal yang terbagi atas
sumberdaya air, sumberdaya tanah, dan sumberdaya udara yang terdiri
Sumberdaya Alam
dari data topografi, geologi, klimatologi, hidrologi, kawasan rawan
bencana, wilayah dengan kandungan mineral tinggi, hutan, danau,
sungai, dan sumberdaya alam lainnya sesuai dengan karakteristik
wilayah yang akan direncanakan.
Data ini menggambarkan kondisi kuantitas serta kualitas
kependudukan/demografi di wilayah kajian yang meliputi jumlah, jenis
kelamin, tingkat pertumbuhan, kepadatan, sebaran, dan perpindahan
Kependudukan
penduduk serta data kependudukan lainnya sesuai dengan karakteristik
wilayah yang akan direncanakan baik kualitatif maupun kuantitatif
dengan tingkat kedalaman hingga kelurahan atau desa.
Data ini menggambarkan kondisi ekonomi wilayah kajian yang
Kondisi Ekonomi ditunjukkan melalui produktivitas wilayah yang terlihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Anggaran Pendapatan dan Belanja

IV - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Jenis Data Keterangan


Daerah (APBD) kabupaten, income perkapita, data produksi per-sektor
pembangunan, sektor usaha unggulan, data investasi pembangunan per-
sektor yang terkait dengan tata ruang, nilai ekspor komoditas yang ada
dalam wilayah kajian yang melayani baik skala nasional, regional
maupun internal; volume pergerakan barang dan orang; serta data
perekonomian lainnya sesuai dengan karakteristik wilayah yang akan
direncanakan baik kualitatif maupun kuantitatif.
Data ini menggambarkan kondisi sosial budaya masyarakat di wilayah
kajian yang tercermin pada tatanan masyarakat berupa wujud non fisik
meliputi keagamaan; tatanan sosial dan adat istiadat yang masih
Kondisi Sosial berlaku; yang juga tercermin pada ruang maupun wujud fisik lingkungan
Budaya binaan seperti kawasan-kawasan yang tinggi nilai historisnya (historical
significance) dan nilai budayanya (cultural significance); kepemilikan
lahan; serta kearifan lokal lainnya yang sesuai dengan karakteristik
wilayah yang akan direncanakan.
Data ini menggambarkan guna lahan sesuai kondisi eksisting maupun
rencana seperti yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan
pembangunan wilayah kajian, serta data dan informasi mengenai
Penggunaan ketersediaan lahan yang tersedia di wilayah kajian, yang terdiri dari
Lahan jenis dan intensitas penggunaan lahan, luas tiap penggunaan lahan, status
lahan, perubahan fungsi lahan, ketersediaan lahan, serta keberhasilan
implementasi ataupun penyimpangan antara kondisi eksisting dan
rencana.

4.2.2 Tahap Pengolahan dan Analisis Data


Analisis dilakukan untuk memahami kondisi unsur-unsur pembentuk ruang serta hubungan
sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah, dengan memperhatikan kebijakan
pembangunan wilayah yang ada meliputi analisis terhadap kondisi sekarang;
kecenderungan di masa depan; kebutuhan ruang untuk memenuhi tuntutan pembangunan
dan perkembangan wilayah kajian, serta daya dukung dan daya tampung ruang wilayah
kajian. Aspek-aspek yang dianalisis, meliputi kebijakan pembangunan, kependudukan,
fisik/lingkungan dan sumber daya alam, ekonomi, sosial budaya, penggunaan lahan,
kelembagaan, dan pendanaan pembangunan yang data dan informasinya telah
dikumpulkan pada tahap sebelumnya.
Analisis aspekaspek tersebut di atas, diharapkan dapat menggambarkan kondisi
eksisting, kecenderungan yang berkembang, proyeksi dan kebutuhan ruang masa depan
untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, dan daya dukung serta daya tampung wilayah
yang dipengaruhi aspek-aspek spasial.
Secara umum, analisis yang dilakukan dalam penyusunan RTRW meliputi:
a. Analisis kebijakan pembangunan;
b. Analisis fisik/lingkungan dan sumber daya alam;
c. Analisis kependudukan (sumber daya manusia);
IV - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

d. Analisis sosial budaya;


e. Analisis ekonomi dan sektor unggulan; dan
f. Analisis penggunaan lahan;

Tabel 4.2. Analisis dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan


Kabupaten Pringsewu
Jenis Analisis Keterangan
Analisis kebijakan pembangunan merupakan pengkajian yang dilakukan
terhadap tujuan dan sasaran pembangunan yang bersangkutan, kebijakan
pengembangan wilayah, kebijakan pembangunan yang berada di
atasnya (RTRWN, RTRWP, RPJP Provinsi, RPJM Provinsi) dan kebijakan
pembangunan lainnya serta program-program sektoral.
Analisis kebijakan pembangunan dilakukan untuk:
Kebijakan
 Memahami arahan kebijakan pembangunan wilayah dan
pembangunan
kedudukannya dalam perspektif kebijakan pembangunan nasional dan
provinsi;
 Mengetahui peran wilayah kajian sebagai bagian pembentuk pola
dan struktur ruang dalam wilayah provinsi dan provinsi/kabupaten lain
yang berbatasan;
 Mengantisipasi dan mengakomodasi program-program pembangunan
sektoral yang akan dilaksanakan;
Analisis sumber daya alam dilakukan untuk mendapatkan gambaran
mengenai batasan dan potensi pembangunan dengan mengenali
karakteristik sumber daya air, tanah, dan udara baik sumberdaya hayati
maupun non hayati serta menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar
pemanfaatan lahan dalam pengembangan wilayah dapat dilakukan
secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem dan
meminimalkan kerugian akibat bencana.
Hasil analisis menjadi salah satu arahan pendekatan, konsep
pengembangan (struktur dan pola ruang), konsep pembangunan yang
sesuai, serta alternatif-alternatif upaya untuk mengolah potensi sumber
daya alam yang ada dan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam untuk
menunjang perkembangan lintas wilayah. Hal ini didapatkan dalam
Sumber daya alam perhitungan dan penggambaran kondisi eksisting terhadap potensi,
permasalahan, dan kendala yang terkait pada bentuk-bentuk
penguasaan, intensitas penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan
sumberdaya tersebut termasuk cost benefit ratio terhadap program
pembangunan wilayah kajian terhadap daya dukung wilayah sesuai
dengan karakteristik wilayah yang akan direncanakan.
Analisis sumber daya alam mencakup:
 Analisis sumber daya air
Dilakukan untuk memahami bentuk pola kewenangan, pola
pemanfaatan, dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya air
yang ada maupun yang sebaiknya dikembangkan di dalam wilayah,
khususnya terhadap sumber air baku serta air permukaan (sungai
dan/atau danau).
 Analisis sumber daya tanah

IV - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Jenis Analisis Keterangan


Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan
pengembangan wilayah kajian berdasarkan kesesuaian tanah serta
kawasan rawan bencana. Analisis ini menghasilkan rekomendasi bagi
peruntukan kawasan budidaya dan kawasan lindung.
 Analisis sumber daya udara
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dan pola kewenangan,
pola pemanfaatan, pola kerjasama pemanfaatan sumber daya udara,
dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya udara dalam rangka
pengembangan kawasan sekaligus menjaga kualitas udara dalam
sistem wilayah.
 Analisis sumber daya hutan
Dilakukan untuk mengetahui daya dukung/kemampuan kawasan
dalam menunjang fungsi hutan, baik untuk perlindungan maupun
kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk menilai
kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan terbatas,
hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan kesesuaian fungsi
hutan lainnya.
 Analisis sumber daya alam lainnya
Selain analisis tersebut diatas, perlu juga dilakukan analisis terhadap
sumber daya alam lainnya sesuai dengan karakteristik wilayah kajian
yang akan direncanakan, untuk mengetahui kewenangan, pola
pemanfaatan, maupun pola kerjasama pemanfaatan sumber daya
tersebut.
Analisis kependudukan di wilayah kajian dilakukan untuk memahami aspek-
aspek kependudukan/sumberdaya manusia baik dari segi kuantitas
maupun kuantitas, terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan
pertumbuhan perkembangan sosial dan ekonomi. Selain itu, analisis ini juga
bertujuan untuk memahami faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang
mempengaruhi perkembangan wilayah serta hubungan kausalitas diantara
faktor-faktor tersebut.
Kependudukan Dari hasil analisis ini dapat diidentifikasi perubahan demografi untuk
memberikan gambaran sebaran/distribusi, tingkat pertumbuhan, struktur
dan karakteristik penduduk terkait dengan potensi dan kualitas penduduk,
mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral yang
dapat dikembangkan di dalam wilayah kajian. Hasil lainnya yaitu
teridentifikasinya kendala serta potensi sumber daya manusia untuk
keberlanjutan pengembangan, interaksi dan integrasi dengan wilayah di
luar wilayah kajian yang direncanakan; serta teridentifikasinya batasan
daya dukung dan daya tampung dalam jangka waktu rencana.
Analisis ini dilakukan untuk memahami aspek-aspek sosial budaya khas
(kearifan lokal) sesuai dengan wilayah kajian yang direncanakan baik
yang berwujud fisik maupun non fisik. Hasil dari analisis ini digunakan
Sosial budaya
dalam menentukan tema maupun preferensi pengembangan wilayah
kajian, serta strategi komunikasi yang digunakan dalam pembangunan
wilayah yang akan direncanakan.
Analisis ekonomi dilakukan untuk memahami kondisi dan perkembangan
Ekonomi dan sektor perekonomian wilayah kajian untuk dapat menemukenali potensi dan
unggulan permasalahan terkait aspek ekonomi yang ada di dalam wilayah kajian.
Tujuan dari analisis ini adalah mewujudkan ekonomi wilayah yang sustained

IV - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Jenis Analisis Keterangan


melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih
luas (regional, provinsi, nasional, dan internasional).
Dari analisis ini, diharapkan memperoleh pengetahuan mengenai
karakteristik perekonomian wilayah kajian dan ciri-ciri ekonomi kawasan
dengan mengidentifikasi basis ekonomi di wilayah kajian, sektor-sektor
unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah kajian. Hasil lain yang diharapkan
yaitu menemukenali potensi ekonomi yang dimiliki wilayah kajian untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik, terjadinya investasi dan
mobilisasi dana yang optimal; serta teridentifikasinya interaksi penyusunan
rencana ruang wilayah kabupaten yang mengaitkan ekonomi lokal dengan
sistem ekonomi regional, nasional, maupun internasional.
Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk
penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk fungsi
budidaya dan lindung. Analisis ini juga digunakan dalam mengidentifikasi
besarnya fluktuasi intensitas kegiatan di suatu wilayah, perubahan,
Penggunaan lahan perluasan fungsi wilayah, okupasi kegiatan tertentu terhadap wilayah,
benturan kepentingan lintas wilayah dalam pemanfaatan ruang,
kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan pengaruhnya
terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian
lingkungan.
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah
kabupaten dalam menyelenggarakan pembangunan. Hasil yang
diharapkan yaitu teridentifikasinya struktur organisasi dan tata laksana
pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-
Kelembagaan
produk pengaturan serta organisasi non-pemerintah (Ornop), perguruan
tinggi dan masyarakat, khususnya dalam operasionalisasi penataan ruang
terkait pada perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Analisis pendanaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi
kapasitas pembiayaan pemerintah kabupten, sumber-sumber pembiayaan
pembangunan dan besaran biaya pembangunan dari:
 Pendapatan Asli Daerah (PAD);
 Pendanaan oleh pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus(DAK);
 Pendanaan dari pemerintah provinsi;
Pendanaan  Investasi swasta dan masyarakat;
pembangunan  Bantuan dan pinjaman luar negeri baik melalui pemerintah pusat
ataupun langsung ke pemerintah daerah;
 Perkiraan sumber-sumber pembiayaan masyarakat; dan
 Sumber-sumber pembiayaan lainnya.
Analisis ini menghasilkan perkiraan besaran kebutuhan pendanaan untuk
melaksanakan rencana pembangunan wilayah kabupaten yang
diterjemahkan dalam usulan program utama jangka menengah dan jangka
panjang.

Setelah dilakukan analisis kebijakan dan sektoral baik, langkah berikutnya adalah
melakukan analisis struktur ruang eksisting wilayah kajian; analisis potensi dan masalah
wilayah kajian; analisis kecenderungan dan kebutuhan pengembangan wilayah kajian;
IV - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

dan analisis lainnya yang sesuai dengan karakteristik wilayah kajian yang direncanakan.
Analisis ini dilakukan untuk memahami wilayah kajian dalam perspektif yang lebih
komprehensif dengan memperhatikan keterkaitan antar aspek pembangunan baik dalam
lingkup internal maupun dalam lingkup yang lebih luas. Analisis ini dilakukan dengan
melakukan sintesa atau kombinasi dua atau lebih analisis di atas.

4.3. Metode Analisis


Beberapa metode/teknik analisis yang dapat digunakan dalam pekerjaan ini adalah
sebagai berikut :

4.3.1 Analisis Daya Dukung Fisik dan Lingkungan


Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana daya dukung fisik dan lingkungan
pada wilayah kajian, yang meliputi wilayah potensi pengembangan, wilayah kendala
dan wilayah limitasi. Analisis terhadap kondisi fisik kawasan merupakan salah satu faktor
yan penting dalam mendukung pengembangan suatu kawasan. Kondisi fisik dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
 Fisik dengan limitasi pengembangan; suatu kondisi fisik yang tidak dapat
dikembangkan untuk suatu kegiatan.
 Fisik dengan kendala pengembangan; suatu kondisi fisik yang dapat dikembangkan
untuk suatu kegiatan akan tetapi terdapat berbaai kendala.
 Fisik dengan kemungkinan pengembanan; suatu kondisi fisik yang dapat
dikembangkan untuk suatu kegiatan tanpa ada kendala.
Untuk mendapatkan kondisi fisik di atas, maka analisis yang perlu dilakukan adalah
analisis superimpose (overlay) dari beberapa kondisi fisik, yaitu:
 Kondisi topografi
 Kondisi geologi
 Kondisi hidrologi
 Kondisi hidrogeologi
 Kondisi jenis tanah
 Dan lain-lain.
Dalam analisis tiap kondisi fisik ini juga diperlukan kriteria-kritera serta berbagai
pertimbangan untuk mendapatkan hasil kondisi fisik yan sebenarnya. Faktor yang penting
dalam analisis kondisi fisik ini adalah untuk mendapatkan daerah rawan bencana (tanah

IV - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

longsor, gempa bumi, banjir dll). Dengan diketahui daerah rawan bencana tersebut maka
dapat diantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Gambar 4.3. Proses Analisis Daya Dukung dan Kesesuaian Lahan

TOPOGRAFI
GEOLOGI
ANALISIS
HIDROLOGI SUPERIMPOSE
(OVERLAY)
HIDROGEOLOGI

JENIS TANAH

LIMITASI KENDALA KEMUNGKINAN


PENGEMBANAN PENGEMBANAN PENGEMBANAN

WILAYAH
WILAYAH POTENSIAL
PERLINDUNGAN PENGEMBANGAN

KRITERIA KRITERIA KEGIATAN


ANALISIS
KESEUAIAN LAHAN FUNGSIONAL KAB.
WILAYAH
- Iklim - Permukiman perkotaan
- Vegetasi - Permukiman Pedesaan
- Potensi SDA - Prasarana & Sarana
- dll WILAYAH WILAYAH - dll
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
POTENSI KEGIATAN
SUMBERDAYA FUNGSIONAL
ALAM (SDA) KABUPATEN

4.3.2 Analisis Ekonomi


Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui kontribusi dan laju pertumbuhan tiap sektor
(PDRB). Dari analisis ini dapat diketahui pula sektor yang menjadi sektor unggulan (leading
sector) serta sektor ekonomi potensial untuk dikembangan di wilayah perencanaan.
Model analisis ekonomi yang disiapkan untuk pekerjaan difokuskan pada pemahaman
mengenai perubahan-perubahan serta trend pertumbuhan kegiatan yang mengarah
pada pergeseran pemanfaatan ruang khususnya dari lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian.

IV - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

A. Model Location Quotient (LQ), dengan rumusan matematis :


Metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah
sektor di suatu daerah (kabupaten/kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor
yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Dengan kata lain, LQ dapat
menghitung perbandingan antara share output sektor i di kabupaten/kota dan
share output sektor i di provinsi.

Si /N i
LQ 
S/ N

Si = Jumlah buruh/ produksi i di daerah yang diselidiki


S = Jumlah buruh/ produksi seluruhnya di daerah yang diselidiki
Ni = Jumlah buruh/ produksi i di seluruh daerah yang lebih luas dimana
daerah yang diselidiki menjadi bagiannya.
N = Jumlah seluruh buruh/ produksi di seluruh daerah yang lebih luas,
Dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya.

Ukuran/besaran yang dapat dipakai antara lain tenaga kerja dan hasil produksi dari
sektor kegiatan. Metode ini berguna untuk menunjukkan dominasi dan peranan suatu
sektor kegiatan dalam lingkup daerah tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya LQ.
LQ > 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan memiliki potensi ekspor.
LQ < 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan memiliki potensi impor.
LQ = 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan telah memenuhi
kebutuhan sendiri.

B. Model Analisis Pergeseran (Shift and Share):


Analisis shift-share juga membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai
sektor (industri) di daerah kita dengan wilayah nasional. Akan tetapi, metode ini lebih
tajam bila dibandingkan dengan metode LQ. Metode LQ tidak memberikan
penjelasan atas faktor perubahan sedangkan metode shift-share memperinci
penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode
pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu
daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal

IV - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu


daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Analisis shift share dapat
menggunakan variabel lapangan kerja atau nilai tambah. Apabila menggunakan nilai
tambah maka sebaiknya menggunakan data harga konstan.
Pertambahan lapangan kerja (employment) regional total dapat diuraikan menjadi
komponen shift dan komponen share. Komponen share sering pula disebut komponen
national share. Komponen national share (Ns) adalah banyaknya pertambahan
lapangan kerja regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju
pertambahan nasional selama periode studi. Hal ini dapat dipakai tumbuh lebih cepat
atau lebih lambat dari pertumbuhan nasional rata-rata. Komponen “shift” adalah
penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan lapangan kerja
regional. Penyimpangan ini positif di daerah-daerah tumbuh lebih cepat dan negatif
di daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat/merosot dibandingkan dengan
pertumbuhan lapangan kerja secara nasional. Bagi setiap daerah, shift netto dapat
dibagai menajdi 2 yaitu :
1. Proportional Shift Component (P)
Kadang-kadang dikenal sebagai komponen struktural atau industrial mix,
mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor-
sektor industri di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-
daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh
cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor
yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.

2. Differential Shift Component (D)


Kadang-kadang dinamakan komponen lokasional atau regional adalah sisa
kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan
oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di
daerah yang bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan oleh
faktor-faktor lokasional intern. Jadi, suatu daerah yang mempunyai keuntungan
lokasional seperti sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai
differential shift component yang positif, sedangkan daerah yang secara
lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai komponen yang negatif.
Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang
bersifat ekstern dan yang bersifat intern. Proportional shift adalah akibat dari
pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan diffrential
shift adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus di daerah
yang bersangkutan.

IV - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

SHIFT SHARE ANALYSIS = Ns + P + D


Dimana :
Ns = National Share
P = Proportional Share
D = Differential Shift

National Share :  E N ,t 
Nsi ,t  E r ,i ,t  n    E r ,i ,t  n

 E N ,t  n 
Proportional Share : 
 E N .,i ,t   E N ,t 
p r ,i ,t      E r ,i , t  n
  E 
 E N ,i ,t n   N ,t  n 

Differential Shift : 
  E N ,i ,t 
Dr ,i ,t  E r ,i ,t     E r ,i ,t  n
 
  E N ,i ,t  n 

C. Model Analisis Multiplier Effect :


Penjumlahan pendapatan sektor basis dan sektor non basis merupakan total
pendapatan wilayah tersebut. Di dalam suatu wilayah dapat dihitung berapa
besarnya pendapatan sektor basis dan non basis, dan apabila angka itu
dibandingkan, dapat dihitung nilai rasio basis dan kemudian dapat dipakai untuk
menghitung nilai pengganda basis (base multiplier).

 EiN 
Basis  E   N i
R
  E R
E 

Non _ Basis  EiR  Basis

Non _ Basis
ME 
Basis

4.3.3 Analisis Sosial Kependudukan


Analisis sosial kependudukan mencakup dua aspek, meliputi: analisis kependudukan dan
analisis sosial budaya. Dari analisis ini setidaknya harus dapat diketahui beberapa
fenomena sosial kemasyarakatan yang terjadi, seperti: jumlah dan tingkat pertumbuhan

IV - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

penduduk, sebaran penduduk, struktur penduduk, perkiraan perkembangan penduduk,


sosial budaya masyarakat dan sebagainya.
Model analisis kependudukan yang diperguanakan sebagai alat bantu dalam
pemperkirakan keadan peduduk pada masa yang akan datang. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar perkiraan penduduk di masa yang akan
datang, yaitu :
1. Metode Bunga Berganda

Pn = P (1+R)n

Pn = Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun n


P = Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun dasar
R = Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setip tahun
(diperoleh dari data masa lalu)

2. Model Analisis regresi linier

Pt = a + bx
Pt = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t
X = Nilai yang diambil dari variabel (a,b)

a = P X - P XP
N X - (X)

b = N XP - P XP
N X - (X)

3. Model Analisis Migrasi Penduduk


Ada dua jenis migrasi menurut CSIS (Centre of Strategic and International Studies) yaitu
migrasi selama hidup (Live Time Migration) dan migrasi sementara waktu. Tujan dari
analisis ini adalah untuk mengetahui sejauh mana migrasi penduduk di kawasan, baik
IV - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

yang masuk atau keluar kawasan. Model analisis ini adalah menggunakan Model
Analisis Ravenstein, secara matematis adalah :

Mij = Pij . f (Zj)


Dij

Mij = Migrasi daerah i ke daerah j


Pij = Penduduk daerah i ke daerah j
F (Zj) = Beberapa fungsi Zj, dan Zj ukuran daya tarik daerah

4.3.4 Analisis Penggunaan Lahan


Analisis ini diperlukan untuk mengetahui pola, luas dan persebaran penggunaan lahan
yang ada di wilayah kajian serta kecendrungan perkembangan penggunaan lahan di
masa yang akan datang. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui pengusaan,
peruntukan, pemanfaatan dan penggunaan lahan/tanah dalam rangka mengendalikan
pemanfaatan ruang.
Secara lebih rinci analisis penggunaan lahan dimaksudkan untuk melakukan kajian-kajian
terhadap :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi pemanfaatan/penggunaan lahan/tanah,
distribusi penggunaan lahan serta interest/kecenderungan swasta dan masyarakat
dalam penguasaan/pemilikan/penggunaan lahan, baik karena pengaruh aspek
fisik/lokasi, ekonomi, harga tanah, aksesibilitas, keunggulan kompetitif, keunggulan
komparatif, keterkaitan sosial maupun aspek lainnya.
2. Bentuk-bentuk penguasaan, pemanfaatan dan penggunaan lahan yang dilakukan
masyarakat dan swasta.
3. Bentuk-bentuk intervensi pemerintah dalam rangka pengendalian pemanfaatan baik
berupa insentive misalnya berupa rangsangan pemerintah kepada swasta untuk
menanamkan modal, maupun bentuk disinsentif misalnya berupa
penguasaan/pengaturan yang dilakukan pemerintah antara lain larangan,
pengenaan pajak yang tinggi, perijinan bersyarat, dsb.
Pendekatan proses permodelan pekerjaan ini, salah satu tekniknya menggunakan
perangkat komputer melalui program GIS (Geographic Information System) atau biasa
dikenal dengan nama SIG ( Sistem Informasi Geografis ). Substansi materi GIS yang akan
mengawali pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk system informasi yang mengelola
IV - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

data dan menghasilkan informasi yang beraspek spasial, bergeoferensi dan berbasisi
komputer dengan kemampuan memasukan, menyusun, memanipulasi dan menganalisa
data serta menampilkan sebagai suatu informasi.
Setiap feature (titik, garis dan polygon) disimpan dalam angka koordinat X, Y dan untuk
konsep layernya disimpan dalam bentuk coverage. Secara umum dijelaskan sebagai
berikut: Setiap layer pada GIS dalam bentuk coverage terdiri dari feature geografi yang
dihubungkan secara topologi dan berkaitan dengan data atribut, sebagaimana dapat
terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4.4. Permodelan Dunia Nyata Dalam Data Spasial GIS

Layer data
Model data vektor :
 Titik, garis, poligon
 Hasil dari digitasi, vektorisasi

Integrasi informasi spasial


dan non-spasial (atribut)
Model data raster :

Dunia Nyata  Pixels


 Foto udara, scanned image,
citra satelit

4.3.5 Analisis Kelembagaan


Analisis Kelembagaan lebih banyak dilakukan secara normatif kualitatif komparatif.
Normatif didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku terutama bagi
kelembagaan di bidang pemerintahan. Tetapi juga dilakukan analisis kualitatif terhadap
teori manajemen yang berlaku dengan melakukan perbandingan kondisi kelembagaan
dengan prinsip-prinsip yang dianut dalam teori manajemen yang ada (dipakai sebagai
acuan).

IV - 28
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

4.3.6 Analisis Pembiayaan Pembangunan


Analisis ini pada umumnya perkiraan kemampuan keuangan di masa depan, dan
perkiraan kebutuhan pembiayaan pembangunan dan perkiraan sumber-sumber
penerimaan untuk membiayai unsur-unsur utama kawasan, khususnya yang bersifat
strategis.

4.3.7 Analisis SWOT


Adapun langkah-langkah dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut:
1. Tahap Inventarisasi Faktor Internal (IFAS) dan Eksternal (EFAS)
Tahap ini merupakan tahap kegiatan pengumpulan dan pengklasifikasian dan pra-
analisis data. Pada pengumpulan data awal, data digolongkan atas data eksternal
dan data internal. Data eksternal meliputi: peluang (Opportunities) dan ancaman
(Threat) diperoleh dari lingkungan luar yang mempengaruhi strategi manajemen
institusi. Data internal meliputi kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)
diperoleh dari lingkungan dalam institusi. Untuk memudahkan analisis, jumlah IFAS dan
EFAS sebaiknya dibatasi 2-10 faktor saja yang merupakan isu pokok (crusial issues).
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara interview dan inventarisasi data institusi.

2. Tahap Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal (IFE DAN EFE)
Pada tahap ini faktor internal dan faktor eksternal yang telah terhimpun dianalisis
nilainya dengan cara dilakukan scoring (skor) dan weighting (pembobotan) masing-
masing untuk aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Skor dapat
dilakukan dengan cara mengkuantifikasi komponen faktor-faktor tersebut menurut
gradasinya, biasanya menggunakan metode abu-abu (grey scale method) yang berisi
kisaran nilai ekstrim positif, ekstrim negatif dan average.
Dalam prakteknya biasanya tercerminkan dengan nilai kuantitatif 1-3, 1-5, 1-7. atau
1-19; dengan atribut kualitatif baik, sedang, jelek; sangat baik, baik, sedang, kurang
dan tidak baik; sempurna baik, sangat baik, baik, sedang, kurang, tidak baik, sangat
tidak baik, dan sempurna jelek.
Pembobotan (weighting) dapat menggunakan metode perbandingan berpasangan
(pairwise comparison) dengan cara memberi nilai masing-masing alternatif cara
dengan kisaran nilai antara 0-1 dalam nilai absolut; 10-100 persen. Penilaian IFE dan
EFE dapat dilakukan dengan cara membuat matriks IFE dan EFE dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
 Pada kolom 1, dilakukan penyusunan terhadap semua faktor internal dan
eksternal, yang terbagi kedalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

IV - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

 Pada kolom 2, pemberian bobot masing-masing faktor mulai dari 1,00 (sangat
penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting) (contoh penggunaan salah satu
metode pembobotan dengan kisaran 0-1). Masing-masing faktor internal dan
eksternal bobotnya 100% atau 1. Bobot 1 selanjutnya dibagi jumlah komponen,
untuk nilai rata-rata. Kemudian, bobot sesungguhnya masing-masing komponen
dinilai dengan metode perbandingan berpasangan dengan menggunakan
professional judgement si penilai.
 Pada kolom 3, diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut
berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi institusi yang bersangkutan. Rentang
nilai rating 1 berarti kurang berpengaruh sampai 5 berarti sangat berpengaruh.
 Kolom 4, diisi dengan cara mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada
kolom 3.
 Penjumlahan total skor pembobotan untuk masing-masing faktor internal dan
eksternal.
 Meletakkan nilai skor pada kuadran yang sesuai untuk menentukan alternatif
strategi yang tepat.

3. Penentuan posisi strategi pada matriks IFE/ EFE SWOT (x; y)


Pada tahap ini kita akan menentukan koordinat (x;y) yang mencerminkan posisi
strategis pada diagram SWOT. Nilai koordinat x dan y diperoleh dari total skor
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan nilai koordinat y diperoleh dari total
skor faktor eksternal.

IV - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

Total skor IFE

Tinggi (x;y) Sedang (x;y) Rendah (x;y)

Strength (S) Weaknesses (W)


IFAS  Tentukan 2-10 faktor-  Tentukan 2-10 faktor-
faktor kekuatan internal faktor kelemahan
Tinggi EFAS internal
T
(x;y)
o
t 3 2 1
a Opportunities (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
l  Tentukan 2-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Sedang peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
(x;y) peluang (strategi agresif) peluang (strategi turn
2 around, stabilisasi)
s Threath (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
k  Tentukan 2-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
o ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman
r (strategi diversifikasi) (strategi defensif)
Rendah
(x;y) 1
2

4. Tahap Pengambilan Keputusan : pemaknaan dan penentuan strategi


Pada tahap ini kita akan memaknai posisi strategi serta menentukan jenis strategi
kebijakan yang akan dilakukan dengan mengacu kepada kombinasi nilai koordinat
IFE dan EFE.

5. Tahap penentuan strategi terbaik


Analisis Matrik Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM, Quantitative Strategic
Planning Matrix) adalah teknik analisis yang secara obyektif mengindikasikan
alternatif strategi mana yang terbaik. Teknik ini menggunakan input dari analisis
faktor eksternal dan internal dan hasil pencocokan dari analisis SWOT untuk
menentukan strategi obyektif diantara alternatif strategi. QSPM adalah alat yang
memungkinkan penyusunan strategi untuk menganalisis alternatif strategi secara
obyektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Adapun tahap-tahap analisis QSPM adalah sebagi berikut:

IV - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

a. Membuat daftar eksternal dan internal.


b. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal.
c. Analisis matriks SWOT dan identifikasi alternatif strategi yang harus
dipertimbangkan untuk diimplementasikan.
d. Catat strategi-strategi dan kelompokan dalam set yang independen jika
memungkinkan.
e. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractivenesses Scores-AS)
Nilai daya tarik ditentukan dengan menganalisis masing-masing faktor internal
dan eksternal kunci. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi
untuk mengidentifikasikannya daya tarik relatif dari satu strategi atau strategi
lainya dengan mempertimbangkan faktor tertentu.
Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah : 1 = tidak menarik; 2 = agak menarik;
3 = cukup menarik; 4 = sangat menarik.
f. Hitung Total Nilai Daya Tarik
Total Nilai Daya Tarik diidentifikasikan sebagai produk dan pengalian bobot
dengan nilai daya tarik dalam masing-masing baris. Total Nilai Daya Tarik
mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi, yang
hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal yang terdekat. Semakin tinggi nilai daya tarik, semakin menarik
alternatif strategi tersebut.
g. Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik
Jumlahkan Nilai Daya Tarik dalam masing-masing baris strategi dari QSPM.
Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik mengugkapkan strategi aman yang paling
menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi
yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang
relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Tingkat perbedaan
antara penjumlahan Total Nilai Daya Tarik dari set alternatif strategi tertentu
mengindikaskan tingkat kesukaan relatif dari satu strategi di atas lainnya.

IV - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

4.4. Penyusunan Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan


Kabupaten Pringsewu
Secara garis besar, muatan dalam dokumen Rencana Pengembangan Kawasan
Perdesaan Kabupaten Pringsewu akan meliputi muatan sebagai berikut :
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Dasar Hukum
3. Maksud dan Tujuan
4. Ruang Lingkup
5. Metodologi
II. Gambaran Umum
1. Deskripsi Umum
2. Aspek fisik, sumberdaya alam dan lingkungan.
3. Aspek pemanfaatan lahan.
4. Aspek sosial, budaya dan kearifan lokal.
5. Aspek kependudukan.
6. Aspek ekonomi, pertanian dan komoditas unggulan.
7. Aspek sarana dan prasarana.
8. Aspek pembiayaan dan kelembagaan.
9. Potensi, Permasalahan, Peluang dan Tantangan.
III. Isu Strategis
IV. Tujuan dan Sasaran
V. Strategi dan Arah Kebijakan
VI. Program dan Kegiatan
VII. Indikator Capaian Kegiatan
VIII.Kebutuhan Pendanaan
IX. Lampiran

IV - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

I. PENDAHULUAN
Pada bagian ini diuraikan latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, ruang
lingkup serta metodologi penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Pringsewu. Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten
Pringsewu menerangkan secara singkat dan fokus ke kawasan perencanaan dan
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) daerah setempat,
serta menyimpulkan informasi latar belakang secukupnya sebagai pengantar subtansi
Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Pringsewu. Ruang lingkup
didalam pendahuluan menguraikan isi dokumen yang disusun.

II. GAMBARAN UMUM


Gambaran umum kondisi daerah, berisi deskripsi umum, aspek fisik, sumberdaya alam
dan lingkungan, aspek pemanfaatan lahan, aspek sosial, budaya dan kearifan lokal,
aspek kependudukan, aspek ekonomi, pertanian dan komoditas unggulan, aspek
sarana dan prasarana, aspek pembiayaan dan kelembagaan serta potensi,
permasalahan, peluang dan tantangan.

III. ISU STRATEGIS


III.1 Isu Strategis
Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam
proses penyusunan rencana untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah
dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis
meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan etika birokratis.
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan
dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi
entitas (daerah/masyarakat) di masa datang. Isu strategis juga diartikan sebagai
suatu kondisi/kejadian penting/keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan
peluang apabila tidak dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah
kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak,
bersifat kelembagaan/ keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan
analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi
untuk dipilih menjadi isu strategis.

IV - 34
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

III.2 Teknik Analisis Isu Strategis


Untuk mengumpulkan issue dan menganalisisnya, ada beberapa teknik analisis
issue yang dapat digunakan, antara lain: Analisis Pohon Masalah (problem tree
analysis), Focus Group Discussion (FGD), Analisis SWOT dan lain-lain. Teknik untuk
menentukan skala prioritas yang akan ditangani bisa menggunakan meta plan.
Dalam teknik meta plan, para pemangku kepentingan menyuarakan aspirasinya
isu-isu apa yang paling penting untuk ditangani dalam dimensi ruang dan waktu
yang terbatas. Mereka masing-masing menuliskannya lalu menyusun keterkaitan
antara issue yang satu dengan yang lain. Kemudian untuk merumuskan langkah-
langkah strategis memilih isu yang menjadi prioritas dan mengatasi isu tersebut
dalam jangka panjang.

III.3 Langkah-Langkah Penyaringan Isu


Langkah-langkah yang digunakan dalam penjaringan isu dengan metode Focus
Group Discussion (FGD) dilanjutkan dengan analisis SWOT adalah sebagai
berikut:
a. Jaring seluruh isu, tuliskan pernyataan isu dengan kata yang singkat.
b. Setiap peserta tidak diperkenankan mempengaruhi peserta lainnya.
c. Dari keseluruhan pernyataan isu yang disampaikan, perlu disepakati berapa
isu yang prioritas untuk ditangani dengan pertimbangan yang valid.
d. Dalam suatu kawasan perencanaan, mungkin isunya banyak, namun tidak
semua isu ini dapat ditangani oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu
tertentu.
e. Oleh sebab itu ditentukan isu prioritas yang mungkin dapat ditangani secara
partisipatif dari instansi daerah dan lembaga non-pemerintah dengan
keterbatasan sumber dana dan tenaga.
f. Dari isu prioritas tersebut diatas, ditentukan apakah termasuk isu ekternal atau
internal. Pada isu eksternal, tentukan peluang dan ancaman, sedangkan pada
isu internal tentukan kekuatan dan kelemahan, semuanya dilakukan secara
partisipatif.
g. Lakukan pembobotan oleh masing-masing pemangku kepentingan utama,
terhadap isu eksternal dan internal, dimana jumlah bobot dari setiap
pemangku kepentingan utama adalah seratus. Selanjutnya jumlahkan bobot
yang diberikan oleh pemangku kepentingan utama dan buat nilai rata-rata.
h. Masing-masing pemangku kepentingan utama menentukan rating dengan
memberi nilai skala 1 s/d 4.

IV - 35
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

IV. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan merupakan pernyataan umum yang menerangkan mengenai kondisi atau
keluaran (outcome) yang diinginkan Pemerintah Daerah dalam mengatasi isu tertentu.
Karakter kunci dari pernyataan tujuan adalah: (1) Biasanya bermaksud umum; (2)
tidak ada kerangka waktu yang tentu untuk pencapaian; (3) diterapkan pada seluruh
kawasan perencanaan; dan (4) biasanya tidak kuantitatif. Setiap isu mungkin
mempunyai beberapa tujuan yang menempatkan berbagai aspek dari isu. Tujuan
dikelompokkan pada aspek :
a. Tujuan sosial budaya,
b. Tujuan ekonomis, dan
c. Tujuan kelembagaan
Sasaran menerangkan mengenai kondisi yang diharapkan, tetapi lebih spesifik
daripada pernyataan tujuan. Suatu sasaran memiliki: (1) garis besar dari hasil akhir
yang akan mengkontribusikan pencapaian suatu tujuan; (2) terukur; (3) memiliki suatu
kerangka waktu tertentu untuk pencapaian; dan (4) diterapkan keseluruh kawasan
perencanaan atau bagian tertentu dari kawasan perencanaannya. Setiap tujuan
kemungkinan didukung oleh beberapa sasaran.

V. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN


Strategi dapat menjelaskan bagaimana aktivitas akan dilakukan untuk mencapai
suatu sasaran, menyatakan setiap kondisi yang dapat diterapkan untuk masa depan,
atau untuk proses-proses pengelolaan, dan diterapkan pada seluruh kawasan
perencanaan atau pada lokasi spesifik. Biasanya, strategi akan berkaitan dengan
peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, kebijakan, sistem (proses/prosedur),
teknologi (infrastruktur/perangkat keras), informasi dan pembiayaan. Arah kebijakan
itu akan dirumuskan lebih lanjut oleh para eksekutif dari Pemerintah Daerah setempat
dalam bentuk penentuan strategi, prioritas kegiatan yang berkaitan dengan
pendanaan sesuai mekanisme yang berlaku dan dinamika masyarakat yang
berkembang. Kebijakan pembangunan daerah juga mengandung arti sebagai
operasionalisasi dari visi dan misi daerah untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena
itu arah dan kebijakan pembangunan yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Pringsewu harus seoptimal
mungkin memperhatikan, hal-hal berikut:
a. Isu pembangunan kawasan perdesaan yang mendesak dan harus segera diatasi;
b. Aspirasi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai bentuk
kebutuhan riil, yang semua itu dapat dijaring melalui mekanisme perencanaan

IV - 36
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

pembangunan daerah seperti penjaringan aspirasi masyarat, dan dialog antara


masyarakat dengan pemerintah daerah;
c. Prediksi perkembangan penyelenggaraan otonomi daerah dengan
memperhatikan kewenangan serta tugas pokok dan fungsi masing-masing
dinas/instansi di daerah;
d. Kemampuan daerah khususnya pendanaan pembangunan, sumber daya alam
yang ada, sumber daya manusia yang dimiliki, fasilitas untuk bekerja dan
kelembagaan yang ada.

VI. PROGRAM DAN KEGIATAN


Dengan mengacu pada sejumlah kebijakan tersebut diatas, maka untuk
mewujudkannya selanjutnya dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan.
Program operasional yang dimaksud merupakan proses penentuan atau penjabaran
suatu kebijakan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana.
Sebagai perwujudan dari beberapa kebijakan dan strategi dalam rangka mencapai
setiap tujuan strategisnya, maka langkah operasionalnya harus dituangkan ke dalam
program dan kegiatan indikatif yang mengikuti ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku. Dengan demikian kegiatan merupakan
penjabaran lebih lanjut dari suatu program sebagai arah dari pencapaian tujuan dan
sasaran strategis. Kegiatan merupakan aspek operasional dari suatu rencana
strategis yang diarahkan untuk memenuhi tujuan dan sasaran.

VII. INDIKATOR CAPAIAN KEGIATAN


Target untuk indikator memberikan suatu dasar untuk membedakan kinerja “baik“ dan
“buruk”. Sebagai titik awal, keadaan sekarang dari suatu indikator tertentu
digunakan sebagai dasar perbandingan perubahan ke depan. Patokan kinerja dalam
indikator yang serupa pada jurisdiksi yang berbeda adalah sangat berguna untuk
menghitung target pencapaian untuk suatu perubahan. Target tidak selalu berkaitan
dengan perubahan, tetapi mungkin berhubungan dengan pemeliharaan status kini,
atau “status quo”. Indikator pengukuran kinerja dimaksudkan sebagai sarana
penilaian atas keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi yang telah disepakati bersama. Pengukuran kinerja mencakup penetapan
indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja.
Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikator
kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data/informasi untuk menentukan
kinerja kegiatan. Penetapan indikator kinerja tersebut dengan mempertimbangkan
IV - 37
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU

masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak
lanjutan (impacts). Inputs dan outputs dapat dinilai sebelum kegiatan yang dilakukan
selesai. Sedangkan indikator dampak (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak
lanjutan (impacts) akan diperoleh setelah kegiatan selesai; namun perlu diantisipasi
sejak tahap perencanaan.
Indikator kinerja dapat dinyatakan dalam bentuk unit yang dihasilkan, waktu yang
diperlukan, nilai yang dihasilkan, dana yang diperlukan, produktivitas, ketaatan,
tingkat kesalahan, frekuensi, dan sebagainya.
Penetapan indikator kinerja didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan
memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Indikator kinerja hendaknya (1)
spesifik dan jelas; (2) dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif; (3) dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukan
pencapaian keluaran, hasil, manfaat, dan dampak; (4) harus cukup fleksibel dan
sensitif terhadap perubahan; dan (5) efektif, yaitu dapat dikumpulkan, diolah, dan
dianalisis datanya secara efisien dan ekonomis.

VIII. PENDANAAN
Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah,
dan/atau sumber dana lain yang dibelanjakan untuk pengembangan kawasan
perdesaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendanaan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan/atau
e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

IV - 38

You might also like