Professional Documents
Culture Documents
BAB IV
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
4.1. Pendekatan
4.1.1. Pendekatan Rasional Menyeluruh
Pendekatan rasional menyeluruh atau rational comprehensive approach, yang secara
konseptual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas, dimana dalam
pertimbangan luas tersebut tercakup berbagai unsur atau subsistem yang membentuk
sistem secara menyeluruh. Meyerson Banfield mengidentifikasi terdapat 4 ciri utama
pendekatan perencanaan rasional menyeluruh, yaitu:
Dilandasi oleh suatu kebijakan umum yang merumuskan tujuan yang ingin dicapai
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh, dan terpadu.
Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi (masukan data) yang
lengkap, andal, dan rinci.
Peramalan yang diarahkan pada tujuan jangka panjang.
Namun demikian, pendekatan ini ternyata banyak dikritik karena dianggap memiliki
kelemahan-kelemahan seperti produk yang dihasilkan dirasakan kurang memberikan
informasi dan arahan yang relevan bagi stakeholders, cakupan seluruh unsur dirasakan
sukar direalisasikan, dukungan sistem informasi yang lengkap dan andal biasanya
membutuhkan dana dan waktu yang cukup besar, serta umumnya sistem koordinasi
kelembagaan belum mapan dalam rangka pelaksanaan pembangunan dengan
pendekatan yang rasional menyeluruh.
IV - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
Beberapa alasan lain yang mendukung perlunya pelaksanaan peran serta masyarakat
dalam perencanaan dan pembangunan, yaitu:
Mengkondisikan masyarakat tetap memperoleh informasi sebaik-baiknya dan
meningkatkan kepercayaan diri pembuat keputusan;
Memperoleh informasi untuk memperbaiki pengambilan keputusan;
Menghapus sikap permusuhan terhadap pihak pemerintah;
Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan kepentingan
mereka;
Tetap mempertahankan pihak pemerintah bersikap terbuka dan manusiawi;
Memperoleh jaminan dukungan dari masyarakat.
Terdapat beberapa model pemberdayaan atau peran serta masyarakat, yaitu:
Peran serta sebagai penelitian pasar, yaitu berkonsentrasi pada survei-survei dan
pengumpulan pendapat karena kita menganggap masyarakat sebagai
konsumen/pelanggan;
Peran serta sebagai pembuat keputusan, yaitu dengan memberikan kepercayaan
kepada masyarakat untuk ikut membentuk badan-badan pengambil keputusan dan
bahkan mungkin menyerahkan pengambilan keputusan kepada masyarakat;
Peran serta sebagai pemecah oposisi yang terorganisir (partisipasi retorik) yaitu
dengan memasukkan pemimpin-pemimpin golongan radikal yang cenderung
beroposisi sebagai anggota komisi yang kemudian menurunkan kredibilitas mereka
dalam pandangan pendukung-pendukungnya;
Peran serta sebagai terapi sosial (social therapy) dengan melibatkan masyarakat
tidak terlalu banyak pada penentuan apa yang harus disediakan, akan tetapi lebih
pada proses penyediaan nyata dari pelayanan itu sendiri (semacam aktivitas kerja
bakti/gotong royong);
Peran serta sebagai grass-root radicalism, yaitu sebagai ekspresi puncak dengan
mengorganisi kaum miskin untuk melawan struktur kekuasaan dengan cara apapun
yang dianggap tepat dengan situasi dan kondisi yang ada, misalnya dengan
demonstrasi, pemogokan dan sebagainya;
Peran serta sebagai partaking in benefits yaitu dengan memusatkan usaha untuk
memperluas hubungan masyarakat melalui brosur, selebaran dan forum penerangan
langsung kepada masyarakat untuk menjelaskan apa yang sedang dikerjakan dan
mengapa hal itu baik untuk mereka. Dengan demikian peran serta masyarakat dalam
pembangunan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai atau budaya dan sikap-sikap
perencanaan yang dominan di daerah yang bersangkutan.
IV - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
Mengenai derajat kontrol yang dipunyai masyarakat untuk pengambilan keputusan, pada
dasarnya kita harus mencari keseimbangan di antara kedua belah pihak (masyarakat
dan pemerintah) yang biasanya diperoleh dengan cara konsensus. Pemerintah tidak akan
menyerahkan keputusan kepada masyarakat, tetapi mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada masyarakat. Kriteria keadilan sosial dan perimbangan
kesempatan bagi seluruh masyarakat harus didukung kedua belah pihak dalam
pengambilan keputusan.
Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, kenyataan menunjukkan bahwa peran
serta masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan pada umumnya terbatas pada
peran serta lapisan tipis golongan menengah ke atas. Oleh karena itu, menjadi kewajiban
pemerintah untuk menjaga kepentingan golongan-golongan lainnya yang tidak
mempunyai akses ke forum-forum peran serta tersebut dengan tidak memberikan
kekuasaan penuh pembuatan keputusan pada masyarakat.
Peran serta masyarakat mempunyai tahapan perilaku sebagai berikut:
Kognitif, masyarakat mengetahui secara baik dan benar tentang pembangunan
prasarana dan sarana dasar serta peran yang dapat dilakukan olehnya;
Afektif, masyarakat termotifasi dan timbul keinginan untuk terlibat dan berperan serta
dalam pembangunan prasarana dan sarana dasar (PSD) sesuai dengan alternatif
peran yang dimungkinkan dan kemampuannya;
Konasi, masyarakat telah terbiasa dan melakukan peran sertanya secara aktif
menjadi bagian dalam kehidupannya.
IV - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
4.2. Metodologi
4.2.1 Tahap Persiapan
Secara garis besar, metodologi penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Perdesaan Kabupaten Pringsewu terdiri dari kegiatan persiapan, pengumpulan data,
analisis serta penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten
Pringsewu.
IV - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN PRINGSEWU
Gambar 4.1. Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Pringsewu
BULAN BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4
MINGGU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
TAHAPAN PERSIAPAN DAN IDENTIFIKASI AWAL PENGUMPULAN DATA PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN
ANALISA PEMILIHAN
NILAI STRATEGIS &
PERSIAPAN DAN PRIORITAS KAWASAN
KAWASAN PERDESAAN
MOBILISASI PRIORITAS
Penyelesaian Administrasi
Pekerjaan RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
Persiapan Mobillisasi Tim dan Design KAWASAN
tenaga Ahli Survai PERDESAAN
Penajaman Rencana Kerja TERPILIH
dan Metodologi
Penyiapan Kebutuhan Data STRATEGI DAN
TUJUAN DAN
Pengumpulan Data Awal ISU STRATEGIS ARAH
SASARAN
SURVEY SURVEY ANALISIS PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
PRIMER SEKUNDER KAWASAN PERDESAAN TERPILIH
R
A ANALISIS
Review Peraturan ANALISIS ANALISIS TINGKAT
N DATA KEBIJAKAN ANALISIS INDIKATOR
KEBIJAKAN SUMBERDAYA PELAYANAN PROGRAM DAN KEBUTUHAN
G UU No. 25 Tahun SOSIAL DAN CAPAIAN
2004 DATA SUMBERDAYA ALAM/FISIK/ SEKTORAL & ALAM/FISIK/ KESEHATAN KEGIATAN PENDANAAN
LINGKUNGAN EKONOMI KEGIATAN
K UU No. 6 Tahun SPASIAL LAHAN
A STUDI 2014 KAJIAN DATA AWAL DATA PEMANFAATAN LAHAN
I LITERATUR UU No. 23 Tahun
2014 DATA SOSIAL BUDAYA & KEARIFAN ANALISIS ANALISIS
A PP No.47 Tahun Kebijakan Sektoral LOKAL KEBUTUHAN KELEMBAGAA ANALISIS ISU
N 2015 Kebijakan Spasial INFRASTRUKTU N& STRATEGIS
Permendes, PDT DATA KEPENDUDUKAN
Profil Desa R PELAYANAN PEMBIAYAAN
dan Tranmisgrasi Potensi/ DATA EKONOMI, PERTANIAN DAN
No.6 Tahun 2016 KOMODITAS UNGGULAN
Permasalahan
awal DATA SARANA DAN PRASARANA
Kajian Literatur Isu strategis awal SWOT
K
DATA KELEMBAGAN & PEMBIAYAAN Analysis
E
Desa, Perdesaan
G dan Kawasan
I Perdesaan
A Tipologi Desa
T Pembangunan
Desa POTENSI PERMASALAHAN PELUANG TANTANGAN
A KOMPILASI DATA
-S- -W- -O- - T-
N
PROFIL KAWASAN
PERDESAAN
STRATEGI STRATEGI STRATEGI STRATEGI
SO WO ST WT
Terumuskan rencana kerja dan metodologi. Diperolehnya data yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis Pemilihan Kawasan Perdesaan Prioritas
Tersusunnya Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas
Tersepakatinya metoda dan rencana kerja rinci guna Kompilasi data sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis Pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas
meliputi tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan, program dan
KEY TARGET membuat desain survai. Tersusunnya profil kawasan perdesaan beserta nilai strategis kawasan Analisis Potensi, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
kegiatan, indikator capaian kegiatan dan pendanaan.
Tersusunnya kerangka acuan survey. perdesaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas
IV - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
Setelah dilakukan analisis kebijakan dan sektoral baik, langkah berikutnya adalah
melakukan analisis struktur ruang eksisting wilayah kajian; analisis potensi dan masalah
wilayah kajian; analisis kecenderungan dan kebutuhan pengembangan wilayah kajian;
IV - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
dan analisis lainnya yang sesuai dengan karakteristik wilayah kajian yang direncanakan.
Analisis ini dilakukan untuk memahami wilayah kajian dalam perspektif yang lebih
komprehensif dengan memperhatikan keterkaitan antar aspek pembangunan baik dalam
lingkup internal maupun dalam lingkup yang lebih luas. Analisis ini dilakukan dengan
melakukan sintesa atau kombinasi dua atau lebih analisis di atas.
IV - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
longsor, gempa bumi, banjir dll). Dengan diketahui daerah rawan bencana tersebut maka
dapat diantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
TOPOGRAFI
GEOLOGI
ANALISIS
HIDROLOGI SUPERIMPOSE
(OVERLAY)
HIDROGEOLOGI
JENIS TANAH
WILAYAH
WILAYAH POTENSIAL
PERLINDUNGAN PENGEMBANGAN
IV - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
Si /N i
LQ
S/ N
Ukuran/besaran yang dapat dipakai antara lain tenaga kerja dan hasil produksi dari
sektor kegiatan. Metode ini berguna untuk menunjukkan dominasi dan peranan suatu
sektor kegiatan dalam lingkup daerah tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya LQ.
LQ > 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan memiliki potensi ekspor.
LQ < 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan memiliki potensi impor.
LQ = 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan telah memenuhi
kebutuhan sendiri.
IV - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
National Share : E N ,t
Nsi ,t E r ,i ,t n E r ,i ,t n
E N ,t n
Proportional Share :
E N .,i ,t E N ,t
p r ,i ,t E r ,i , t n
E
E N ,i ,t n N ,t n
Differential Shift :
E N ,i ,t
Dr ,i ,t E r ,i ,t E r ,i ,t n
E N ,i ,t n
EiN
Basis E N i
R
E R
E
Non _ Basis
ME
Basis
IV - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
Pn = P (1+R)n
Pt = a + bx
Pt = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t
X = Nilai yang diambil dari variabel (a,b)
a = P X - P XP
N X - (X)
b = N XP - P XP
N X - (X)
yang masuk atau keluar kawasan. Model analisis ini adalah menggunakan Model
Analisis Ravenstein, secara matematis adalah :
data dan menghasilkan informasi yang beraspek spasial, bergeoferensi dan berbasisi
komputer dengan kemampuan memasukan, menyusun, memanipulasi dan menganalisa
data serta menampilkan sebagai suatu informasi.
Setiap feature (titik, garis dan polygon) disimpan dalam angka koordinat X, Y dan untuk
konsep layernya disimpan dalam bentuk coverage. Secara umum dijelaskan sebagai
berikut: Setiap layer pada GIS dalam bentuk coverage terdiri dari feature geografi yang
dihubungkan secara topologi dan berkaitan dengan data atribut, sebagaimana dapat
terlihat pada gambar berikut.
Layer data
Model data vektor :
Titik, garis, poligon
Hasil dari digitasi, vektorisasi
IV - 28
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
2. Tahap Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal (IFE DAN EFE)
Pada tahap ini faktor internal dan faktor eksternal yang telah terhimpun dianalisis
nilainya dengan cara dilakukan scoring (skor) dan weighting (pembobotan) masing-
masing untuk aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Skor dapat
dilakukan dengan cara mengkuantifikasi komponen faktor-faktor tersebut menurut
gradasinya, biasanya menggunakan metode abu-abu (grey scale method) yang berisi
kisaran nilai ekstrim positif, ekstrim negatif dan average.
Dalam prakteknya biasanya tercerminkan dengan nilai kuantitatif 1-3, 1-5, 1-7. atau
1-19; dengan atribut kualitatif baik, sedang, jelek; sangat baik, baik, sedang, kurang
dan tidak baik; sempurna baik, sangat baik, baik, sedang, kurang, tidak baik, sangat
tidak baik, dan sempurna jelek.
Pembobotan (weighting) dapat menggunakan metode perbandingan berpasangan
(pairwise comparison) dengan cara memberi nilai masing-masing alternatif cara
dengan kisaran nilai antara 0-1 dalam nilai absolut; 10-100 persen. Penilaian IFE dan
EFE dapat dilakukan dengan cara membuat matriks IFE dan EFE dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
Pada kolom 1, dilakukan penyusunan terhadap semua faktor internal dan
eksternal, yang terbagi kedalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
IV - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
Pada kolom 2, pemberian bobot masing-masing faktor mulai dari 1,00 (sangat
penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting) (contoh penggunaan salah satu
metode pembobotan dengan kisaran 0-1). Masing-masing faktor internal dan
eksternal bobotnya 100% atau 1. Bobot 1 selanjutnya dibagi jumlah komponen,
untuk nilai rata-rata. Kemudian, bobot sesungguhnya masing-masing komponen
dinilai dengan metode perbandingan berpasangan dengan menggunakan
professional judgement si penilai.
Pada kolom 3, diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut
berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi institusi yang bersangkutan. Rentang
nilai rating 1 berarti kurang berpengaruh sampai 5 berarti sangat berpengaruh.
Kolom 4, diisi dengan cara mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada
kolom 3.
Penjumlahan total skor pembobotan untuk masing-masing faktor internal dan
eksternal.
Meletakkan nilai skor pada kuadran yang sesuai untuk menentukan alternatif
strategi yang tepat.
IV - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
I. PENDAHULUAN
Pada bagian ini diuraikan latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, ruang
lingkup serta metodologi penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Pringsewu. Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten
Pringsewu menerangkan secara singkat dan fokus ke kawasan perencanaan dan
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) daerah setempat,
serta menyimpulkan informasi latar belakang secukupnya sebagai pengantar subtansi
Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Pringsewu. Ruang lingkup
didalam pendahuluan menguraikan isi dokumen yang disusun.
IV - 34
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 35
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
IV - 36
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN KABUPATEN
PRINGSEWU
masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak
lanjutan (impacts). Inputs dan outputs dapat dinilai sebelum kegiatan yang dilakukan
selesai. Sedangkan indikator dampak (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak
lanjutan (impacts) akan diperoleh setelah kegiatan selesai; namun perlu diantisipasi
sejak tahap perencanaan.
Indikator kinerja dapat dinyatakan dalam bentuk unit yang dihasilkan, waktu yang
diperlukan, nilai yang dihasilkan, dana yang diperlukan, produktivitas, ketaatan,
tingkat kesalahan, frekuensi, dan sebagainya.
Penetapan indikator kinerja didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan
memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Indikator kinerja hendaknya (1)
spesifik dan jelas; (2) dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif; (3) dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukan
pencapaian keluaran, hasil, manfaat, dan dampak; (4) harus cukup fleksibel dan
sensitif terhadap perubahan; dan (5) efektif, yaitu dapat dikumpulkan, diolah, dan
dianalisis datanya secara efisien dan ekonomis.
VIII. PENDANAAN
Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah,
dan/atau sumber dana lain yang dibelanjakan untuk pengembangan kawasan
perdesaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendanaan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan/atau
e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
IV - 38