You are on page 1of 2

BAB 1

PENDAHULUAN

“Probiotics and the gut microbiota in intestinal health and disease” (belum fix)

1.1 Latar Belakang


Penggunaan probiotik semakin populer baik untuk pencegahan dan
pengobatan berbagai penyakit. Sementara semakin banyak uji klinis yang
dilakukan dengan baik, prospektif, acak, terkontrol, muncul dan penyelidikan
mekanisme yang mendasari sedang dilakukan, pertanyaan tetap berkenaan dengan
kekebalan spesifik dan efek fisiologis probiotik dalam kesehatan dan penyakit.
Ekosistem mikroba yang paling padat penduduknya berkoloni tubuh manusia
terletak di usus dan sering disebut sebagai mikrobiota usus. Komunitas mikroba
ini meliputi triliunan bakteri dengan perkiraan biomassa 1,5 kg, ukuran yang
mirip dengan hati, organ terbesar di tubuh. Hal ini menggoda untuk
mempertimbangkan mikrobiota usus sebagai organ itu sendiri, terdiri dari 1.000–
1.200 jenis sel (spesies) yang mengkodekan gen 150- kali lipat lebih banyak
(microbiome) daripada yang kita miliki di genom kita sendiri. Mikrobiota usus
sangat dinamis dan menunjukkan variasi temporal (umur) dan spasial (panjang
usus). Selanjutnya, komposisi mikroba usus responsif terhadap genetika tuan
rumah, diet, obat yang tertelan, dan sejumlah besar faktor lingkungan lainnya.
Mikrobiota usus memainkan peran mendasar dalam kesehatan manusia, karena itu
mengembangkan fungsi spesifik yang melengkapi metabolisme dan fisiologi
manusia. Sebagai contoh, bakteri usus menunjukkan fungsi spesifik yang terlibat
dalam fermentasi nutrisi polisakarida yang tersedia secara hayati yang juga dapat
berfungsi sebagai komponen pensinyalan. Selain itu, bakteri usus mengambil
bagian dalam produksi vitamin, regulasi sintesis hormon, dan pematangan
kekebalan sistem. Oleh karena itu, dysbiosis dari mikrobiota usus telah terlibat
dalam banyak penyakit manusia seperti penyakit usus inflamasi, obesitas,
diabetes, dan penyakit celiac. (Rosenberg, et al. 2013)
Organisme Probiotic adalah: organisme hidup, yang memberikan manfaat
kepada tuan rumah (manusia) bila diberikan dalam jumlah yang cukup. Sebagai
contoh, S. boulardii, strain E. coli Gram-negatif. Nissle 1917, berbagai strain
lactobacilli penghasil asam laktat, dan sejumlah strain bifidobakteri adalah
mikroorganisme primer yang diklasifikasikan dan dipelajari sebagai agen
probiotik. Namun, tidak semua probiotik bermanfaat dalam semua keadaan.
Pemilihan yang cermat dari organisme spesifik berdasarkan hasil klinis yang
diinginkan adalah strategi yang efektif untuk memilih terapi yang tepat untuk
penyakit. Identifikasi yang tidak memadai dalam literatur strain probiotik terus
menjadi hambatan bagi peneliti dan populasi umum. Kelebihan menggunakan
organisme tunggal versus kombinasi strain probiotik juga tetap menjadi titik
pertikaian berkelanjutan, bahkan di antara para ahli di lapangan. Penggunaan
probiotik dalam rejimen kombinasi berkaitan dengan beberapa peneliti, terutama
yang berkaitan dengan upaya untuk mendefinisikan mekanisme kerja terapi yang
tepat. (Gareau, Sherman and Walker 2010)

You might also like