You are on page 1of 112

PEMBAHASAN TRYOUT AIPKI TIPE 2

IPD

Nomer : 1
Soal no 1. Kunci jawaban : B. Kardioversi
Clue : gambaran EKG menunjukkan vetrikel takikardi, tekanan darah masih terukur ( with pulse)
Penjelasan :
Takikardi didefinisikan sebagai suatu kondisi denyut jantung > 100x/menit.
Klasifikasi Takikardia:
Takikardia kompleks QRS sempit Takikardia kompleks QRS lebar (QRS
(QRS≤0,12 s) ≥0.12 s)

Sinus takikardia Ventricular tachycardia

Atrial fibrillation SVT dengan aberan

Atrial flutter Takikardia pre-eksitasi (wpw)

Re-entry nodus AV Irama pacu ventrikel

Takikardia dimediasi jalur aksesoris

Takikardia atrium

Multifocal atrial tachycardia

Junctional tachycardia
Karena pada pasien diketahui ada hipotensi maka langsung dilakukan kardioversi.

Sumber:
Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. 2015. IDI. PERKI.
AHA. 2010

2. Jawaban : B. Kandidiasis pseudomembran akut


Clue : Keluhan utama mulut keputihan 1 bulan yll. Riw DM. mukosa keputihan digosok
berdarah.
Penjelasan
Pasien memiliki riwayat DM, sehingga dapat dikatakan terdapat adanya gangguan sistem imun.
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi dalam rongga mulut yang disebabkan oleh jamur
candida. Candida sebenarnya merupakan flora normal mulut, namun berbagai faktor seperti
adanya gangguan sistem imun maupun penggunaan obat-obatan seperti antibiotic dan steroid
dapat menyebabkan flora normal tersebut menjadi pathogen.
Kandidiasis oral
Kandidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok, yaitu :
1.​ ​Akut, dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a.​ ​Kandidiasis pseudomembran akut
Kandidiasis ini biasanya disebut juga sebagai ​thrush​. Secara klinis, pseudomembranosus
kandidiasis terlihat sebagai plak mukosa yang putih atau kuning, seperti ​cheesy material ​yang
dapat dihilangkan dan meninggalkan permukaan yang berwarna merah.​4,22 ​Kandidiasis ini
terdiri atas sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur dan umumnya dijumpai pada mukosa
labial, mukosa bukal, palatum keras, palatum lunak, lidah, jaringan periodontal dan orofaring.​2,3
Thrush d ​ ijumpai sebesar 5% pada bayi bayu lahir dan 10% pada orang tua yang kondisi
tubuhnya lemah.​23 ​Keberadaan kandidiasis pseudomembranosus ini sering dihubungkan
dengan penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia, dan pada pasien dengan sistem imun
rendah seperti HIV/AIDS.​2,3,13 ​Diagnosa banding dari kandidiasis pseudomembranosus ini
meliputi flek dari susu dan debris makanan yang tertinggal menempel pada mukosa mulut,
khususnya pada bayi yang masih menyusui atau pada pasien lanjut usia dengan kondisi tubuh
yang lemah akibat penyakit.

b.​ ​Kandidiasis Atrofi Akut


Tipe kandidiasis ini kadang dinamakan sebagai ​antibiotic sore tongue ​atau juga kandidiasis
eritematus dan biasanya dijumpai pada mukosa bukal, palatum, dan bagian dorsal lidah dengan
permukaan tampak sebagai bercak kemerahan.​22-24​ Penggunaan antibiotik spektrum luas
maupun kortikosteroid sering dikaitkan dengan timbulnya kandidiasis atrofik akut.​22 ​Pasien yang
menderita kandidiasis ini mengeluh adanya rasa sakit seperti terbakar

2.​ ​Kronik,dibedakan atas tiga jenis yaitu


a.​ ​Kandidiasis atrofik kronik
Kandidiasis atrofik kronik disebut juga ​denture sore mouth a ​ tau ​denture
related stomatitis​,1​ 3,22,23 ​dan merupakan bentuk kandidiasis paling umum yang ditemukan pada
24-60% pemakai gigi tiruan.​23 G ​ ambaran klinis ​denture related

stomatitis ​ini berupa daerah eritema pada mukosa yang berkontak dengan permukaan gigi
tiruan.​13 ​Gigi tiruan yang menutupi mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah
terinfeksi jamur.​22​ Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi di
bawah gigi tiruan rahang atas, ​denture stomatitis ​ini dapat diklasifikasikan atas tiga yaitu :​13, 23
• Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir
• Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan
• Tipe III : tipe granular (​inflammatory papillary hyperplasia) y​ ang biasanya tampak pada bagian tengah
palatum keras.
b.​ ​Kandidiasis Hiperplastik Kronik
Kandidiasis ini sering disebut juga sebagai Kandida leukoplakia yang terlihat seperti plak putih
pada bagian komisura mukosa bukal atau tepi lateral lidah yang tidak bisa hilang bila dihapus.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan.​3,22 ​Kandida leukoplakia
ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok

c. Median Rhomboid Glositis


Median Rhomboid Glositis merupakan bentuk lain dari atrofik kandidiasis yang tampak sebagai
daerah atrofik pada bagian tengah permukaan dorsal lidah, dan cenderung dihubungkan
dengan perokok dan penggunaan obat steroid yang dihirup.
3.​ ​Kelitis Angularis
​ tau ​perleche​ merupakan infeksi
Keilitis Angularis atau disebut juga ​angular stomatitis a
campuran bakteri dan jamur Kandida yang umumnya dijumpai pada sudut mulut baik unilateral
maupun bilateral. Sudut mulut yang terinfeksi tampak merah dan sakit.​3,4,23 ​Keilitis angularis
dapat terjadi pada penderita anemia defisiensi besi, defisiensi vitamin B12, dan pada gigi tiruan
dengan vertikal dimensi oklusi yang tidak tepat.

Opsi lain:
-Candidiasis atrof : gambaran atrofi, eritematous, distribusi patchy, biasanya pada pengguna
denture
-Candidiasis hiperplastik kronis: gambaran leukoplakia, melekat kuat dan sulit dicabut, biasanya
pada perokok berat
Sumber : PAPDI, Repositori USU

3. Kunci jawaban : c hipokrom normositer


Clue : pasien pekerjaan buruh tani. Dating dengan gejala anemia. Konjungtiva anemis (+), HB :
8 g/dl. MCV : 72. Pemeriksaan feses didapatkan parasit bentuk oval, ukuran 40x65 mikron,
tidak berwarna berdinding tipis.

Penjelasan :
Sumber : PAPDI

4. kunci jawaban : B. Pneumothoraks sekunder


Clue: PAsien usia 67 tahun. keluhan sesak napas. Riwayat merokok sejak muda. Pemeriksaan
fisik didapat perkusi hipersonor pada lapang paru dan suara vesikuler menurun. RO thoraks
sela iga melebar.
Penjelasan:
Pasien Kemungkinan terkena PPOK (dilihat dari riwayat merokok yang lama serta tampakan
thoraks sela iga melebar dan barrel chest) yang kemudian menjadi pneumotoraks sekunder.
Pneumotoraks adalah kumpulan dari udara atau gas dalam rngga pleura. Hal ini dapat terjadi
secara spontan tanpa kandisi paru-paru kronis (primer) serta pada mereka dengan penyakit
paru-paru.

SUMBER:papdi
5. Kunci jawaban : D. Gastritis erosive
Clue : muntah darah berwarna hitam riwayat alkoholik, riwayat perut membuncit, ikterik, edema
disangkal.
Penjelasan :
Perdarahan saluraan cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran makanan proksimal
dari ligamentum Treitz. Untuk keperluan klinis dibedakan perdarahan varises esophagus dan
non varises esophagus, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan
dan prognosisnya.
Penyebab perdarahan SCBA yang sering dilaporkan adalah :
-​ ​Pecahnya varises esophagus

-​ ​Gastritis erosif

-​ ​Tukak peptic

-​ ​Gastropati kongestif

-​ ​Sindroma Mallory weis tear

-​ ​Dan keganasan

(PAPDI)

Karena pasien tidak memiliki riwayat perut membuncit, ikterik dan edema maka, diagnosis
sirosis hepar serta varises esophagus dapat disingkirkan.
Esofagitis erosive à muntah darah berwarna merah
Duodenal ulcer, seharusnya ada keterangan pain food relief
Yang paling memungkinkan ialah gastritis erosive.

6. Kunci jawaban : A. IgM antiHAV


Clue : keluhan utama demam, sclera ikterik, riw makan , riw minum alcohol dan seks bebas
disangkal. SGOT 1240, SGPT 1220.
Penjelasan:
Pada kasus ini kemungkinan diagnosis pada pasien ialah hepatitis A.
Mengapa hepatitis A, karena hepatitis yang penularan via fecal oral hanya hepatitis A dan E.
Prevalensi hepatitis E tinggi pada area Asia timur, Asia selatan.
Diagnosis hepatitis A akut ditegakkan denngan ditemukannya IgM anti HAV.

Sumber : slide mantap, KAPITA SELEKTA


7. jawaban : B. Enzim Jantung
Clue: nyeri dada menjalar ke punggung, nyeri dada meski dengan istirahat, EKG normal
Penjelasan :

Berdasarkan ​anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram


(EKG), dan pemeriksaan marka jantung​​, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infarction)
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction)
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Karena pasien ini keluhan nyeri dada tidak membaik saat istirahat , dengan gambaran EKG
normal maka pemeriksaan selanjutnya ialah enzim jantung.
Diagnosis pasien mengarah ke unstable angina pectoris.

Sumber : PERKI, 2015 , slide mantap

8. Kunci jawaban : B. Captopril


Clue : pasien hipertensi stage 1 tanpa DM dan gagal ginjal
Penjelasan
Jika mengikuti alur terapi hipertensi menurut JNC 8, pasien hipertensi berusia kurang dari 60
tahun tanpa penyakit DM dan gagal ginjal kronis serta masuk ras non black maka pilihan terapi
hipertensi yang bisa diberikan ialah; tiazid, atau ACE inh, atau ARB atau CCB.
Nomer : 9
Clue : bokong terasa panas. Ditemukan garis linear di kulit bokong bergerak cepat dalam
beberapa jam.
Penjelasn
​Diagnosis berdasarkan gambaran klinis , CLM karena Ancylostoma biasanya didapatkan pada kaki atau
jari kaki, bergerak sangat lambat dan berlangsung berbulan-bulan. CLM karenastrongyloides, biasanya
didapatkan pada bokong atau badan, bergerak sangat cepat dan berlangsung hanya beberapa jam.
(PAPDI, BAB Soil Transmitted Helminths)

No. 10
Kunci jawaban A. Hipoglikemia ringan
Clue : keluhan utama lemas, pasien dengan DM dan baru memulai pengobatan. Obat DM salah satunya
glibenklamide (golongan SU), suhu 36,2⁰C. GDS 50 mg/ml

Penjelasan:
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl, atau kadar
glukosa darah < 80 mg/dl dengan gejala klinis.. Hipoglikemia merupakan komplikasi
akut dari penyandang diabetes melitus dan geriatri.
Hipoglikemia dapat terjadi karena:
1. Kelebihan dosis obat, terutama insulin atau obat hipoglikemia oral yaitu
sulfonilurea.
2. Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun; gagal ginjal kronik, dan
paska persalinan.
3. Asupan makan tidak adekuat: jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat.
4. Kegiatan jasmani berlebihan.

Keluhan
Tanda dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi pada setiap individu dari yang ringan
sampai berat, sebagai berikut:
1. Rasa gemetar
2. Perasaan lapar
3. Pusing
4. Keringat dingin
5. Jantung berdebar
6. Gelisah
7. Penurunan kesadaran bahkan sampai koma dengan atau tanpa kejang.
Pemeriksaan Fisik
1. Pucat
2. Diaphoresis/keringat dingin
3. Tekanan darah menurun
4. Frekuensi denyut jantung meningkat
5. Penurunan kesadaran
6. Defisit neurologik fokal (refleks patologis positif pada satu sisi tubuh) sesaat.

Gejala klinis biasanya muncul pada kadar glukosa darah < 60 mg/dl, meskipun pada orang
tertentu sudah dirasakan di atas kadar tersebut (<70 mg/dl). Tapi pada umumnya pada kadar
GD <50 mg/dl telah member dampak pada fungsi cerebral. (PAPDI, hipoglikemia)
(sebenarnya kalau dari PAPDI maupun PPK tidak ada pembagian mengenai Hipoglikemia ringan
, sedang maupun berat. Namun ketika sudah ada gangguan fungsi cerebral (misal kejang,
penurunan kesadaran dapat diartikan sebagai hipoglikemia berat karena kadar gula darah
sudah dibawah 50 mg/dl.)

Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa darah sewaktu
Diagnosis Klinis
Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah. ​Trias whipple ​untuk hipoglikemia secara umum:
1. Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia
2. Kadar glukosa plasma rendah
3. Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat.
Diagnosis Banding
1. ​Syncope v​ agal
2. Stroke/TIA
PPK , 2014

Nomer: 11
Kunci: D
Clue: Perdarahan yang menimbulkan tanda-tanda shock
Penjelasan:

Pada kasus, termasuk syok derajat II

Nomer: 12
Kunci: B
Clue: mikrositik hipokromik, Feritin menurun, TIBC meningkat
Penjelasan:
Nomer: 13
Kunci: C
Clue: Klinis anemia (lemah, lesu), bekerja di tambang, telur dinding tipis.
Penjelasan:
Ancylostoma brazilienses:

Yang penting disini adalah bahwa cacing ini menginfeksi dalam bentuk larva filariform
yang bisa penetrasi kulit.

Nomer 14
Kunci: D
Clue: Ibu OAT kat 1, anak 1 tahun, ASI
Penjelasan:

Nomer 15
Kunci: B
Clue: dahak warna hijau kental, x-ray honeycomb appearance
Penjelasan:
Pada dahak hijau, harus dibedakan dengan PPOK. Pada PPOK, x-ray nya pelebaran
sela iga, pemeriksaan fisik ada barrel chest, dari anamnesis ada riwayat merokok, Pada
kasus ini nggak ada.

Nomer 17
Kunci: C
Clue:anemia, pekerja tambang, (sama dengan nomer 13)
Penjelasan:
Human hookworm disease is a common helminth infection that is predominantly caused by the
nematode parasites ​Necator americanus​ and ​Ancylostoma duodenale​; organisms that play a
lesser role include ​Ancylostoma ceylonicum, Ancylostoma braziliense​, and ​Ancylostoma
caninum.​ Hookworm infection is acquired through skin exposure to larvae in soil contaminated
by human feces (see the image below). Soil becomes infectious about 9 days after
contamination and remains so for weeks, depending on conditions.
(medscape)

Nomer 18
Kunci: B
Clue: murmur mid-diastolik pada apex
Penjelasan:

Nomor: 19
Kunci:
Clue
Penjelasan
Nomor: 20
Kunci: D. morbili virus
Clue: prodormal, rash makulopapular
Penjelasan:

21. B. Echo
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis PJR adalah echo.
Echocardiography has proven to be more sensitive and specific than auscultation.
There are significant advantages in using echocardiography to detect valvulitis.
Foremost, is its superior sensitivity in detecting rheumatic carditis, which should prevent
patients with carditis from being misclassified as noncarditic and placed on abbreviated
secondary pro- phylaxis, in line with the more benign prognosis. It is reasonable to
accept that valvular regurgitation may not always be detected by routine clinical
auscultation. The likelihood of misclassification is higher now, since clinical auscultatory
skills of training physicians are suboptimal, at least in countries where RF is declining. A
second advantage of echocardiography is that it should allow the valve structure to be
detected, as well as nonrheumatic causes of valvular dysfunction (e.g. mitral valve
prolapse, bicuspid aortic valve), and may prevent patients from being mislabeled as
cases of rheumatic carditis.

Reference :
World Heart Federation criteria for echocardiographic diagnosis of rheumatic heart
disease—an evidence-based guideline 2012
WHO technical report series 2001

22. A. Lugol
short-term iodine (potassium iodide-iodine or potassium iodide solutions) to
decrease gland vascularity and surgical blood loss [4-6] and, in patients who are not
euthyroid, to lower serum thyroid hormone concentrations. It is typically given for up to
10 days.Patients with Graves' hyperthyroidism may also be given inorganic iodine (eg,
potassium iodide [SSKI], 50 mg iodide per drop [0.05 mL], 1 to 2 drops three times daily
[approximately 300 mg daily]) for up to 10 days before surgery to decrease the
vascularity of the thyroid gland and surgical blood loss [9]. Preoperative iodine is
generally not used in patients with toxic multinodular goiter (MNG) or toxic adenoma,
whose thyroid glands tend to be less hypervascular than in patients with Graves'
disease, since iodine may actually exacerbate hyperthyroidism, especially in those
patients not concurrently treated with antithyroid drugs preoperatively.

Reference :
Uptodate

23. D. TSH normal T4 normal


In previously untreated patients with a diagnosis of follicular thyroid cancer, their
TSH level is usually normal. The T3 and T4 levels are usually normal in patients with a
previously untreated diagnosis of follicular thyroid cancer.

Reference : thyroidcancer.com

24. A. Krisis hipertiroid


The diagnosis of thyroid storm is based upon the presence of severe and
life-threatening symptoms (hyperpyrexia, cardiovascular dysfunction, altered mentation)
in a patient with biochemical evidence of hyperthyroidism (elevation of free T4 and/or T3
and suppression of TSH).

Reference : uptodate

25. A. Taenia solium

Reference : slide mantap


26. A. Syok Kardiogenik
Cardiogenic shock is a condition in which your heart suddenly can't pump enough
blood to meet your body's needs. Dari soal jelas bahwa tidak ada faktor resiko untuk
shock jenis lainnya.

Reference : mayoclinic

27. A. Leptospirosis
Referensi :
Slide mantap

28. C. ACEI
Reference : JNC 8

29. A. Plasmodium falciparum


Reference : slide mantap

30. A. Irritable Bowel Syndrome


Reference : slide mantap

31. S.d. 38
Bedah
Nomor soal:​​ 3
Kunci:​​ a. fimosis
Clue:​​ nyeri saat buang air kecil, sering menarik-narik penisnya, px glans penis kemerahan,
preputium menggelembung
Penjelasan:
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Keluhan umumnya berupa gangguan aliran urin seperti:
1. Nyeri saat buang air kecil
2. Mengejan saat buang air kecil
3. Pancaran urin mengecil
4. Benjolan lunak di ujung penis akibat penumpukan smegma.
Faktor Risiko
1. Hygiene yang buruk
2. Episode berulang balanitis atau balanoposthitis menyebabkan
skar pada preputium yang menyebabkan terjadinya fimosis
patalogis
3. Fimosis dapat terjadi pada 1% pria yang tidak menjalani
sirkumsisi
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Preputium tidak dapat diretraksi keproksimal hingga ke korona
glandis
2. Pancaran urin mengecil
3. Menggelembungnya ujung preputium saat berkemih
4. Eritema dan udem pada preputium dan glans penis
5. Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan tampak
sehat
6. Pada fimosis patalogis pada sekeliling preputium terdapat
lingkaran fibrotik
7. Timbunan smegma pada sakus preputium
Sumber: ​PPK puskesmas 2015

Nomor soal:​​ 4
Kunci: ​a. Dislokasi bahu anterior
Clue: ​riwayat jatuh, deformitas bahu, krepitasi (-), rontgen caput humerus di depan glenoid
Penjelasan: ​dislokasi bahu anterior
● Lebih sering
● Fall on the hand
● Nyeri sekali, pasien menyangga lengan yang dislokasi dengan lengan yang sehat
● Lateral outline dari bahu tampak rata
● Caput humeri dapat diraba di bawah clavicula
● Lengan dalam posisi abduksi dan eksorotasi
● Tidak mampu abduksi dan endorotasi bahu secara penuh
Sumber: ​slide bedah 2 mantap mei 2017

Nomor soal: ​6
Kunci: ​b. Ruptur tendon achilles
Clue: ​gambar dan thompson test (+)
Penjelasan: ​ruptur tendon achilles
● Sering terjadi pada dewasa (40-50 tahun)
● laki>perempuan
● Mekanisme cedera: dorsifleksi paksa pada kaki yang plantarfleksi (aktivitas olahraga:
basket, tenis, berenang)
● Sudden snap in heel
● Nyeri akut berat di belakang tumit
● Tidak mampu plantarfleksi
● Gap in tendon
● Palpable swelling
● Tes thompson (+)
● Px penunjang: usg, mri, foto polos untuk eksklusi kelainan lain
Sumber: ​slide bedah 2 mantap mei 2017

Nomor soal: ​7
Kunci: ​c. posterior drawer test
Clue: ​tidak bisa buat berjalan
Penjelasan:
The typical symptoms of a posterior cruciate ligament injury are:
● Pain with swelling that occurs steadily and quickly after the injury
● Swelling that makes the knee stiff and may cause a limp
● Difficulty walking
● The knee feels unstable, like it may "give out"
Sumber: ​http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00420

Nomor soal: ​8
Kunci: ​e. Bed rest dan observasi
Clue: ​laserasi ginjal >1cm tanpa ekstravasasi urine

Penjelasan:​​ ​ Classification
● grade I:​​ contusion or non-enlarging ​subcapsular perirenal haematoma​, and no laceration
● grade II:​​ superficial laceration <1 cm depth and does not involve the collecting system (no
evidence of urine extravasation), non-expanding perirenal haematoma confined to retroperitoneum
● grade III:​​ laceration >1 cm without extension into the renal pelvis or collecting system (no evidence
of urine extravasation)
● grade IV
○ laceration extends to renal pelvis or urinary extravasation
○ vascular: injury to main renal artery or vein with contained haemorrhage
○ segmental infarctions without associated lacerations
○ expanding subcapsular haematomas compressing the kidney
● grade V
○ shattered kidney
○ avulsion of renal hilum: ​devascularisation of a kidney due to hilar injury
○ ureteropelvic avulsions
○ complete laceration or thrombus of the main renal artery or vein

NB advance one grade for bilateral injuries up to grade III.

Sumber: ​https://radiopaedia.org/articles/aast-kidney-injury-scale​,
https://uroweb.org/wp-content/uploads/24-Urological-Trauma_LR.pdf

Nomor soal: ​9
Kunci: ​c. proctitis
Clue: ​anal sex, ulkus pada mukosa rectum
Penjelasan:
History
General symptoms of acute proctitis include the following:
● Feeling of rectal fullness
● Anal and rectal pain
● Diarrhea, usually frequent, small amounts
● Frequent or continuous urge to have a bowel movement
● Pain in the lower left abdomen
● Passing mucus through the rectum
● Rectal bleeding

Idiopathic proctitis
Symptoms of idiopathic proctitis include the following:
● Passage of blood and mucus per rectum
● Tenesmus
● Occasionally, passage of loose stool, with or without lower abdominal pain or rectal
cramping

Infectious proctitis
Infectious proctitis may have the following features:
● Pruritus
● Rectal and anal pain (may become severe)
● Avoidance of defecation due to pain
● Most common causes - ​Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis,​ herpes
simplex virus (HSV) types 1 and 2
● Indolent and extensive HSV types 1 and 2 infections: Symptoms may include the
following: tenesmus, rectal pain, discharge, and hematochezia. The disease may
run its natural course of exacerbations and remissions but is usually more
prolonged and severe in patients with immunodeficiency disorders. Presentations
may resemble dermatitis or decubitus ulcers in debilitated, bedridden patients. A
secondary bacterial infection may be present.

Radiation-induced proctitis
Radiation-induced proctitis includes the following symptoms:
● Early symptoms include tenesmus and diarrhea that resolve shortly after the
radiation treatment period.
● Later symptoms of proctitis (occurring months to years after the completion of
radiation therapy) include tenesmus, bleeding, low-volume diarrhea, and rectal
pain.
● Symptoms of radiation-induced proctitis are associated with low-grade obstruction
or fistulous tracts into adjacent organs.

Physical examination findings may include the following:


● Mucosal erythema
● Mucosal friability
● Groups of vesicles eroding into circular superficial ulcers enlarged
● Tender inguinal lymph nodes (HSV)
● Painless chancres
● Hemoccult positive stools
● Telangiectasias
● Elevated fecal calprotectin and fecal lactoferrin
Sumber: ​medscape

Nomer soal: ​10


Kunci: ​a. Fraktur colles
Clue: ​dinner fork deformity
Penjelasan: ​CDVS, Colles Dorsal, Ventral Smith
Sumber: ​slide bedah 2 mantap mei 2017

Nomer soal: ​11


Kunci: ​a. mri
Clue: ​cedera engkel
Penjelasan: ​mri untuk melihat soft tissue
Sumber: ​slide bedah 2 mantap mei 2017

Nomer soal: ​12


Kunci: ​a. Hernia inguinalis inkarserata
Clue: ​benjolan di lipat paha, tidak bisa masuk lagi, mual muntah tidak bisa kentut dan kembung
Penjelasan: ​hernia inkarserata
● Isi hernia tidak dapat dikembalikan dan terjepit oleh cincin hernia
● Gangguan pasase usus (+), gejala ileus: mual muntah, distensi abdomen, nyeri
abdomen kolik
Sumber: ​slide bedah 2 mantap mei 2017

Bedah
13.​​ ​Identitas :-
Keluhan utama : Sesak napas
Anamnesis : Pasien sesak, lebih suka miring ke kanan (?)
Pemeriksaan fisik​​ : ketinggalan gerak thorax kiri, perkusi redup, suara napas menjauh
Penunjang : Xray opasitas inhomogen di kiri
Diagnosis? Efusi Pleura
´ ​Definisi: Merupakan suatu kumpulan cairan pada ruang antara lapisan parietal dan visceral dari
pleura, biasanya berisi cairan serosa, namun juga dapat mengandung bahan lainnya. (cairan
pleura normal 0,1 – 0,2 mL/kgbb)
´​ ​Diagnosis
Anamnesis
Sesak nafas semakin lama makin memberat
Riwayat penyakit paru
Berbaring lebih nyaman miring ke arah sisi sakit
Pemeriksaan Fisik
Pergerakan dada yang tidak simetris
Jika cairan >300 cc, pada bagian yang terdapat cairan: perkusi redup, fremitus taktil menghilang,
suara nafas melemah atau hilang, trakea terdorong ke kontralateral.
´​ ​Foto Thorax
Posisi PA: Sudut kostofrenikus tumpul (>500 cc), meniscus sign (+) foto diambil dalam posisi
duduk atau berdiri
Posisi lateral: sudut kostofrenikus tumpul jika cairan >200 cc, tampak perselubungan homogen,
radio-opak (putih), permukaan atas cekung

14.​​ ​Identitas : laki-laki


Keluhan utama : benjolan di sekitar anus
Anamnesis : benjolan di sekitar anus disertai demam
Pemeriksaan fisik : TD 120/80, RR: 20, nadi: 80, suhu 38. Ditemukan benjolan tunggal
berbatas tegas, berwarna kemerahan, terdapat nyeri tekan, ukuran sekitar 5×8×2
Diagnosis? B. Perianal Abses
Abses perianal merupakan manifestasi akut dari akumulasi pus yang berasal dari ​glandular
crypts y​ ang terinfeksi di anus dan rectum.
Gejala yang muncul dapat berupa nyeri hebat kontinyu pada anus atau rectum, demam,
malaise. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa eritematosa dan fluktuasi (+) pada
kulit perianal. Manajemen kasus ini adalah dengan dilakukan insisi dan drainase.

15.​​ ​Identitas : Laki-laki


Keluhan utama : testir membesar satu sisi
Anamnesis : benjolan di scrotum satu sisi, tidak nyeri, riwayat sterilisasi
Pemeriksaan fisik : benjolan di superoposterior testis, tidak nyeri, transluminasi (-), bentuk
spt cacing (-)
Diagnosis? B. Spermatokel
´ ​Definisi: kista benign penumpukan cairan (biasanya sperma) di epididymis akibat
adanya obstruksi di duktus epididymis
´​ ​Gejala: pasien merasakan massa pada testis satu sisi yang tidak disertai nyeri
´ ​Diagnosis: dengan pemeriksaan fisik pada beberapa kondisi bisa didapatkan
transluminasi (+) karena massa yang merupakan tumpukan cairan. Pemeriksaan fisik
dapat dikonfirmasi dengan USG.
´ ​Terapi: Apabila tidak menimbulkan masalah hanya dilakukan observasi. Namun jika ada
keluhan tidak nyaman atau nyeri maka tindakan spermatocelectomy dapat
dipertimbangkan.

16.​​ ​Identitas : Laki-laki


Keluhan utama : post KLL
Anamnesis : post KLL
Pemeriksaan fisik : post resusitasi awal dilakukan pemeriksaan orthologis. Pada sepertiga
medial cruris didapatkan false movement, angulasi lateral pada cruris dextra, dan krepitasi
Diagnosis?

17.​​ ​Identitas : Wanita


Keluhan utama : kaki nyeri dan tidak bisa digerakkan post jatuh
Anamnesis : ​Saat berjalan ke kamar mandi pasien terjatuh; tidak bisa menggerakkan
kakinya dan nyeri; riwayat ca mammae sudah menjalani mastektomi 3 tahun yang lalu
Pemeriksaan fisik​​ : -
Diagnosis? C. Fraktur Patologis
Tulang merupakan lokasi tersering ditemukannya metastasis kanker payudara (sekitar 70%).
Metastasis tulang dapat ditandai dengan gejala nyeri yang diawali memberat saat malam dan
membaik ketika digerakkan kemudian nyeri menjadi lebih hebat dan terasa lebih sakit ketika
digerakkan. Gejala lainnya adalah fraktur. Fraktur pada metastasis tulang tergolong fraktur
patologis karena sel kanker membuat tulang rapuh sehingga dengan aktivitas harian saja dapat
menyebabkan fraktur. Lokasi fraktur biasanya terjadi pada tulang-tulang panjang di lengan
dan tungkai atau juga bisa ditemui di tulang vertebra.

******************************
Obstetri Ginekologi

1. Identitas : Wanita, 27 tahun


Keluhan utama : nyeri pada payudara kanan
Anamnesis : nyeri payudara kanan sejak 1 hari yang lalu; saat ini sedang menyusui
anaknya yang berusia 1 bulan.
Pemeriksaan fisik : payudara kanan tampak kemerahan, batas tidak tegas, nyeri (+), fluktuasi
(-)
Diagnosis? C. Mastitis
Definisi:
Peradangan payudara yang terjadi 1-3 minggu masa nifas akibat sumbatan saluran susu.
Faktor resiko:
kurangnya ASI yang dikeluarkan, penghisapan ASI yang kurang efektif, tekanan baju/pakaian
dalam
Tanda dan gejala:
payudara merah dan bengkak, nyeri, demam, fluktuasi (-)
Tatalaksana :
·​ Tetap lanjutkan laktasi

·​ ​Kompres hangat untuk melancarkan ASI saat menyusui

·​ ​Kompres dingin apabila nyeri

·​ ​Rangsang oxytocin

·​ ​Analgetik

·​ ​Antibiotik : eritromisin 7-10 hari

2.​​ I​ dentitas : Wanita, 18 tahun


Keluhan utama : hipertensi pada kehamilan
Anamnesis : G1P0A0 UK 8 bulan; keluhan pusing dan nyeri ulu hati; rutin periksa
kehamilan, tidak didapatkan kelainan; tidak terdapat hipertensi sebelumnya
Pemeriksaan fisik​​ : TD 160/110, nadi 90, R 22 T 37
Penunjang : lab protein (++)
Diagnosis? D. PEB
Hipertensi Hipertensi Preeklampsia Preeklampsia Superimposed Eklampsia
Kronis Gestasional Ringan Berat Preeklampsia

Onset Sebelum > 20 minggu > 20 minggu > 20 minggu < 20 minggu > 20 minggu
hipertensi kehamilan
atau < 20
minggu

Tekanan TD ≥ 140/90 SBP ≥140 atau SBP ≥140 atau SBP >160 atau TD ≥ 140/90 SBP >160
Darah mmHg DBP ≥90 DBP ≥90 DBP >110 mmHg mmHg atau DBP
mmHg mmHg >110 mmHg

Ax & Px Dapat Dapat disertai Nyeri kepala, Nyeri kepala, Nyeri kepala, Kejang
Fisik disertai gejala gangguan gangguan fungsi gangguan fungsi
gangguan preeklampsia fungsi ginjal, ginjal, gangguan ginjal, gangguan
organ lain gangguan fungsi hati, fungsi hati,
(hati, ginjal) fungsi hati, gangguan gangguan
gangguan pengliahatan pengliahatan
pengliahatan

Hasil Lab Proteinuria Proteinuria (-) Proteinuria ≥+1 Proteinuria ≥+2 Proteinuria >+1 Proteinuria
(-) dipstick atau atau 500 mg/24 ≥+2
Trobositopenia
≥300mg/24 jam
<100.000sel/uL
jam
Trombositopenia
(<100.000 sel/uL)

AST/ALT

Oliguria (<500
ml/24 jam)

Kreatinin > 1,2


mg/dL

TD post Menetap > Normal < 12 Normal < 12 Normal < 12 Menetap > 12 Normal < 12
partum 12 minggu minggu minggu minggu minggu minggu

3.​​ I​ dentitas : Wanita, 35 tahun


Keluhan utama : perdarahan dari jalan lahir dalam kehamilan
Anamnesis : G6P3A2 UK 38 mgg keluar darah per vaginam 1 jam yg lalu; ganti
pembalut 2-3x; tidak disertai nyeri; ada riwayat yg sama 1 bulan yg lalu
Pemeriksaan fisik​​ : bayi letak lurus kepala blm masuk panggul
Diagnosis? A. Plasenta Previa
´ ​Definisi: Implantasi plasenta pada segmen bawah rahim sehingga menutup seluruh/sebagia
ostium uteri internum (OUI).
´​ ​Klasifikasi:
1. PP total : menutupi seluruh OUI.
2. PP partial : menutupi sebagian OUI
3. PP marginal : tepi plasenta berada pada pinggir OUI tetapi tidak menutupinya
4. PP letak rendah : tepi plasenta <2cm dari pinggir OUI

´​ ​Faktor resiko:
1. Usia Maternal : <20 tahun dan >35 tahun
2. Paritas : Multipara > Primipara
3. Jarak Persalinan : <15 bulan
4. Riwayat SC dahulu
5. Riwayat Abortus
6. Merokok
7. Kehamilan kembar : Ukuran plasenta besar
8. Kadar Hb : Anemia
9. Riwayat PP sebelumnya
10.​​ ​Tumor seperti polip endometrium dan mioma uteri
´​ ​Manifestasi Klinis
1. Perdarahan pervaginam tanpa disertai nyeri
2. bagian terbawah janin masih tinggi
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan
anemia sampai syok
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan asfiksia
sampai kematian janin dalam rahim.
´​ ​Diagnosis
1. USG transabdominal, dengan ketepatan diagnosis 95-98% pada trimester III
2. USG transvaginal, dengan ketepatan 97% pada semua trimester
3. Pemereiksaan USG pertama pada UK 20 minggu
• ​Daripada semua kehamilan, deteksi plasenta previa sebanyak 42% pada UK 11-14 minggu,
3.9% pada UK 20-24 minggu, dan 1.9% pada ibu aterm (Mustafa et al, 2002).
• ​Apabila plasenta menutupi OUI ≥20mm pada UK 26 minggu, USG harus dilakukan secara
routine berdasarkan UK, jarak dari OUI, dan manifestasi klinis.
• ​Migrasi posisi plasenta ke arah superior berterusan sehingga akhir trimester III karena

diferensiasi perkembangan segme bawah uterus secara kontinu. Kadar migrasi rata-rata
>1mm/minggu, dan mempunyai predictive value yang tinggi untuk outcome normal. Penutupan
>20mm setelah UK 26 minggu, diprediksikan untuk SC
´​ ​Penatalaksanaan
UK <37 minggu dengan perdarahan minimal : terapi ekspektan
1.​​ ​Rawat inap
2.​​ ​Limitasi aktifitas
3.​​ ​Corticosteroid (deksametason 6 mg/12 jam selama 48 jam) untuk maturitas paru janin
4.​​ ​Tocolytics untuk mengurangkan kontraksi uterus
5.​​ ​Terminasi kehamilan apabila janin viable
6.​​ ​Terapi Ekspektan:
·​ ​ janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunialuar baginya kecil sekali.
· ​dibenarkan dengan alasan perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal dan untuk

menurunkan kematian bayi karena prematuritas.


· ​Syarat bagi terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik (Hb-nya normal)
dan perdarahan tidak banyak.
·​ ​dirawat di rumah sakit sampai berat anak ±2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37 minggu.
· ​Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk menentukan lokalisasi plasenta dengan

pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum ibu. Jika kehamilan 37 minggu telah
tercapai, kehamilan diakhiri.
· ​diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh

perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterine.


·​ ​Bisa diberikan tocolytic berupa Nifedipine untuk mengurangi kontraksi uterus.
UK ≥37 minggu/perdarahan memburuk/L:S > 2:1
1.​​ T
​ erapi aktif : terminasi kehamilan dengan SC

4.​​ I​ dentitas : Wanita, 36 tahun


Keluhan utama : perdarahan post partum
Anamnesis : perdarahan post partum setelah 2 jam melahirkan anak kelima dengan
BBL 4200; plasenta sudah lahir​ ​5 menit setelah bayi lahir
Pemeriksaan fisik : Uterus teraba 2 jari di bawah pusat dengan kontraksi baik. Pada
pemeriksaan dalam tampak darah mengalir dari robekan dinding vagina posterior
Tindakan selanjutnya?
5. Identitas : Wanita
Keluhan utama : perdarahan per vaginam
Anamnesis : Wanita datang dengan keluhan keluar darah saat berhubungan intim
dengan suaminya
Pemeriksaan fisik​​ : dbn
Penunjang : IVA test positif
Diagnosis? B. Ca Cervix
´​ ​Faktor Resiko:
1. Infeksi HPV
2. Merokok
3. Memiliki HIV atau kondisi lain yang membuat tubuh kesulitan melawan masalah
kesehatan.
4. Menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama (≥5 tahun)
5. Melahirkan 3 anak atau lebih
6. Memiliki beberapa pasangan seksual
´​ ​Tanda dan Gejala
1.​ ​Tidak ada tanda atau gelaja pada kanker serviks non invasif.
2.​ ​Postcoital spotting or blood-tinged leukorrhea sering sebagai tanda awal dari ulserasi.
3.​ ​Intermenstrual bleeding sering pada keganasan invasif.
4. ​Bladder or rectal discomfort or dysfunction and fistulas merupakan manifestasi lanjut kanker
serviks.
5. ​Nyeri sering unilateral dan menjalar ke paha menunjukkan perkembangan kanker ketika

ureter sebagian teroklusi atau nervus sakralis terlibat.


6.​ ​Anemia, anorexia, and weight loss merupakan tanda kanker yang parah
´​ ​Skrining

´​ ​Manajemen
Nomor soal: 6.

Jawaban: C. Hiperemesis gravidarum

Clue: mual muntah setiap makan apapun, tanda dehidrasi (lemas, turgor turun, mata
cekung mulut kering) hipokalemia, ketonuria

Pembahasan
Nomor soal: 7
Jawaban: A. Polip serviks
Clue: massa bertangkai berwarna sedikit pucat yg keluar dari serviks
Pembahasan:
Nomor soal: 8

Jawaban: D. Kertas lakmus

Clue: cairan bening tanpa disertai nyeri

Pembahasan:

Nomor soal: 9

Jawaban: B. Pernah terinfeksi toxoplasma

Clue: IgG Toxo (+), IgM Toxo (-)


Nomor soal: 10

Jawaban: D. Melakukan jahitan di dinding posterior vagina

Clue: Placenta lahir lengkap, 5 menit setelah bayi keluar. Uterus teraba

kuat dan terletak 1cm di atas simpisis pubis. Ditemukan adanya robekan di vagina

Pembahasan:

Nomor soal: 11
jawaban: E. Ruptur perineum derajat 3C
Clue: robekan perineum sampai sphincter ani interna
Pembahasan :
Nomor soal: 12

jawaban: A. Deksametason

Pembahasan:

Nomor soal: 13

jawaban: B. pervaginam
Clue: Presentasi kepala-kepala

Pembahasan:

Nomor soal: 14

Jawaban: B. Vakum

Clue: ibu tidak kuat mengejan. Penurunan kepala di hodge 4, tidak didapat molase.
Tonus uteri baik.
Nomor soal: 15

Jawaban: A. protein urin

Clue: tensi 140/90 mmHg, edema (+).

Pembahasan:
17. Pada ibu hamil, gusi bengkak, karies, tata laksana?
Rujuk, untuk scaling
18. Perdarahan post partum . Teraba massa kasar di OUE. Diagnosis:
Inversio uteri:
-Fundus uteri tidak teraba massa
-Nyeri ringan atau berat
-lumen vagina teraba massa
19. Post partus, plasenta tidak lahir2:
retensio plasenta
20. Ibu hamil datang ANC, dari hasil USG didapatkan polihidramnion,
perut bayi ascites, dan ada yg lain. Apa yg akan dokter lakukan?
A. Rujuk untuk konfirmasi anomali kongenital

Penyebab terbesar dari polyhidramnion adalah fetal malformation dan


maternal diabetes mellitus. Jadi untuk intervensi awal, curigalah pada
2 hal ini dulu, bisa dilakukan usg ataupun dirujuk ke tempat dengan
modalitas imaging yang lengkap.
Pada kasus, bayi mengalami ascites, dicurigai adanya fetal hydrops,
penyebab nya bisa 2:
-immune related : alloimune hemolytic disease or RH isoimmunization
-non immune related: primary myocardiac failure, high output cardiac
failure, decreased oncotic plasma pressure, increased cappilary
permeability or obstruction of venous flow.
Lakukan sonografi untuk mengexclude hal ini, dan singkirkan
malformasi kongenital terlebih dahulu.
21. Abortus 10 minggu, tindakan? Tergantung tipe abortus nya.
Kalau Insipien:
<16 minggu : AVM, jika tidak bisa ergometrin atau misoprostol
>16 minggu: tunggu ekspulsi spontan, masukkan oksitosin bila perlu

Kalau inkomplit
<16 minggu, perdarahan ringan sedang: forsep cincin
<16 minggu, perdarahan berat: AVM, bila tidak ada : KURET TAJAM
>16 minggu, : oksitosin atau misoprostol , bila perlu
kuretase
22. Ibu hamil, UK 42 minggu belum merasa kontraksi ingin
melahirkan. Gerakan janin dirasa berkurang. Kemungkinan yang
mendasari keadaan ini?
Uteroplacental insuficiency
ILMU KESEHATAN ANAK
1. Anak laki laki usia 5 tahun demam dan batuk sejak seminggu.
Dalam 2 hari anak dikatakan makin lemas dan sesak. HR 120 RR 32 T
39. Nafas cuping hidung, retraksi dinding dada berat. Tindakan yang
dilakukan?
Kasus ini dikategorikan PNEUMONIA BERAT karena adanya nafas
cuping hidung dan retraksi dada.
Pilihan tindakan yang bisa dilakukan adalah RAWAT INAP dengan
antibiotik
Ampicilin IV 4x50 mg/kgbb + genta 1x7.5 mg/kgbb
2. Anak berusia 6 bulan dibawa ke RS karena muntah dan perut
kembung , pemeriksaan RT didapat red currant jelly stool:
Dx: Intususepsi
3. Seorang bayi 6 minggu lahir dengan keluhan kuning dan BAB
dempul. Lahir 34 minggu dan langsung menangis, sklera ikterik,
badan kuning. Keluhan muncul 4 hari dan menghilang 10 hari
kemudian, bilirubin total 11, bil direct 10.2, bil indirect 0.8
Diagnosis:
Atresia bilier
a. Pre hepatic: -Hemolytic anemia, bisa defek pada red
blood cell membrane (Spherocytosis, eliptocytosis), bisa defek pada
struktur nya (Sickle cell, Thalasemia).
Ini menyebabkan metabolisme Heme besar besaran dan membuat
konjugasi kewalahan dan menyebabkan peningkatan unconjugated
bilirubin.
b. Intra hepatic:- Unproper conjugation (Gilbert syndrome, Criggler
najjar syndrome)
-Unproper bile excretion (Rotor syndrome, Dubin
Johnson syndrome)
Penyebab dari jaundice intrahepatic adalah gangguan mekanisme
intraseluler dari hepatosit baik dalam proses konjugasi maupun
ekskresi bilirubin.
c. Post hepatic: -Intrinsic causes (Cholelithiasis,
Choledocholithiasis, cholangitis, benign and malignant biliary
strictures, papilla vater disorders)
-Extrinsic causes (Compression from outer anatomical
structures such as pancreas; pancreatitis, malignancy of pancreas,
pseudocyst)
Penyebab dari posthepatic jaundice adalah gangguan dari alur duktus
bilier yang membuat bile tidak dapat mencapai duodenum. Gangguan
bisa disebabkan dari intrinsik duktus bilier seperti batu maupun
tumor, dan juga dari penekanan ekstrinsik duktus bilier.

Pada pre hepactic cause, bilirubin indirect akan meningkat, karena sel
darah merah belum melewati hepar, dimana hepar adalah organ yang
melakukan proses konjugasi pada bilirubin.
Pada intra hepatic cause, bilirubin direct dan indirect akan meningkat,
tergantung yang bermasalah pada konjugasi atau pada ekskresi nya.
Pada post hepatic cause, bilirubin direct akan meningkat, karena
bilirubin sudah terkonjugasi, namun terhambat eksresi nya seperti
pada choledocholithiasis atau apapun yang menekan flow eksresi
bilirubin.
Pada kasus, bilirubin direct meningkat tinggi, sedangkan indirect nya
ada pada normal level. Ini mengindikasikan adanya post hepatic
cause icteric. Maka jawabannya adalah atresia bilier.

4. Bayi laki laki baru lahir datang dengan keluhan muntah


kehijauan. Riw prenatal ibu polihidramnion. Waktu lahir mekonium
sedikit. Pada foto terdapat double bubble sign:
Diagnosis: Stenosis Duodenal, Atresia intestinal

Nomor soal: 5
Kunci: A. Atresia Esofagus
Clue: Pemasangan OGT tidak sampai gaster. Foto babygram tidak ada udara di usus.
Penjelasan:
Atresia Esofagus
Tanda awal dari atresia esofagus pada fetus adalah polihidramnion pada saat
kehamilan. Gejala klasik pada anak: copious, fine, white, frothy bubbles of mucus in the
mouth and sometimes the nose. Anak mungkin mengalami beberapa episode batuk dan
tersedak (mungkin hingga sianosis) yang diperparah saat diberi makan. Diagnosis
atresia esofagus dapat dikonfirmasi ketika kateter 10 G tidak bisa lewat 10 cm dari gusi.
Pada kecurigaan dgn kasus atresia esofagus, chest x-ray perlu dilakukan utk melihat
apakah ada gas/udara pada abdomen. Tidak adanya gas/udara pada abdomen
menandakan bahwa pasien memiliki atresia esofagus tanpa fistula atau hanya fistula
proksimal.
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017

Nomor soal: 6
Kunci: A. Feses
Clue: Demam 10 hari terutama malam hari, ada gejala intestinal, lidah tepi kotor →
thyphoid fever
Penjelasan:
Pemeriksaan penunjang utk demam thyphoid:
Isolasi organisme (kultur)
Minggu 1: sampel darah dan sumsum tulang
Minggu 2: sampel feses
Minggu 3: sampel urine
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017

Nomor soal: 7
Kunci: B. DHF
Clue: demam 3 hari, muncul bercak merah, AT 76.000 → DHF
Penjelasan: DHF grade I → trombosit < 150.000, Hmt meningkat 20% atau lebih.
Nomor soal: 8
Kunci: B. Dextrose 40% (kalau hipoglikemia). D. Rehidrasi dan insulin (kalau KAD)
Clue: lemas, riwayat DM 1 → sebenarnya kondisi ini bisa menunjukkan KAD atau
hipoglikemia. Aku lupa tanda-tanda, hasil pemeriksaan (cth: GDS) dan yg lain, jd aku
kasih penjelasan keduanya ya.
Penjelasan:
TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
TATALAKSANA KAD
Penegakan diagnosis KAD: hiperglikemia (GDS > 200 mg/dl), pH darah vena < 7.3,
bikarbonat < 15, ketonemia dan ketonuria.
Terapi cairan: NaCl 0,9% 20 cc/kg dalam waktu 1 jam. Apabila kadar gula sudah turun
< 250, diganti Dextrose 5% dalam NaCl 0,45%.
Terapi insulin: gunakan rapid insulin dosis 0,1 IU/kgBB/jam scr intravena.
Koreksi gangguan elektrolit: natrium dan kalium.
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017

Nomor soal: 9
Kunci: A. Oralit per oral 50 cc tiap setelah BAB
Clue: diare tanpa tanda dehidrasi
Penjelasan:
Penanganan Diare Tanpa Tanda Dehidrasi
Jelaskan kpd ibu ttg 4 aturan perawatan di rumah: beri cairan tambahan, beri Zinc,
lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali
1. Cairan tambahan → sebanyak yang anak mau
2. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) utk digunakan di rumah
3. < 2 tahun: berikan oralit 50-100 cc tiap kali BAB. 2 tahun atau lebih: 100-200 cc
tiap kali BAB.
4. Tab ZInc: < 6 bulan: ½ tab (10 mg) per hari selama 10 hari. > 6 bulan: 1 tab (20
mg) per hari selama 10 hari.
Sumber: WHO Pocketbook Hospital Care for children 2013

Nomor soal: 10
Kunci: A. Hemofilia
Clue: sering bengkak di lutut, aPTT memanjang
Penjelasan: Hemofilia merupakan sebuah penyakit gangguan pembekuan darah yang
diturunkan, X-linked recessive. Pada hemofilia A terjadi defisiensi faktor koagulasi VIII,
sedangkan, pada hemofilia B terjadi defisiensi faktor koagulasi IX. Manifestasi umum
pada pasien hemofilia adalah perdarahan pada sendi dan otot. Pada pasien hemofilia,
hasil pemeriksaan aPTT akan memanjang. Perbedaan dengan von Willebrand Disease
adalah pada hemofilia BT normal, sedangkan, pada von Willebrand Disease BT
memanjang.
Sumber: Medscape

Nomor soal: 11
Kunci: A. Pott Disease
Clue: batuk lama, penurunan berat badan
Penjelasan:
Spondilitis TB (Pott’s Disease)
Gejala klasik TB → lemas, penurunan nafsu makan, penurunan BB, keringat malam
hari, demam subfebris. Terdapat deformitas kifosis, small knuckle kyphosis pada
palpasi processus spinosus, gibbus, cold abcess.
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017

Nomor soal: 12
Kunci: A. GNAPS
Clue: edem, post infeksi kulit
Penjelasan:
GNAPS
Etiologi pada GNAPS adalah Streptococcus beta hemolitikus golongan A tipe 12 dan
25. Seringkali berasal dari infeksi ekstra renal (traktus respiratorius bagian atas atau
infeksi pada kulit/pioderma). Gejala klinik: edema pada kelopak mata dan tungkai,
hematuria, demam, oligo/anuria, hipertensi.
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017

Nomor soal: 13
Kunci: C. Rontgen
Clue: demam, batuk dahak kuning → pneumonia. Maaf, aku lupa keterangan yg lain
(ada sesak nafas/tidak, ada wheezing/tidak, ditemukan ronkhi/tidak), tp seingatku soal
mengarahkan ke pneumonia.
Penjelasan:
Pemeriksaan Penunjang pada Pneumonia
Pada kasus pneumonia pada anak, pemeriksaan sputum jarang dilakukan karena pada
anak usia < 10 tahun, sputum jarang terproduksi, juga seringkali sputum terkontaminasi
dengan flora normal di mulut. Penggunaan biomarker inflamasi (CRP) untuk
mendukung diagnosis infeksi termasuk pneumonia masih kontroversial karena hasilnya
tidak spesifik. Pemeriksaan lab (darah rutin) untuk menegakkan diagnosis pneumonia
tidak diperlukan dan tidak dilakukan. Kriteria rawat inap untuk pasien pneumonia pun
hanya berdasar dari klinis, bukan dari hasil laboratorium. Pada pasien rawat inap, hasil
laboratorium hanya berguna untuk memantau perkembangan dari pengobatan yang
diberikan.Pemeriksaan Ro thorax rutin dilakukan untuk melihat inflamasi yang terjadi
pada parenkim paru. Pemeriksaan ini berguna utk menegakkan diagnosis, namun tidak
bisa memberi informasi etiologi dari inflamasi tersebut. Dari hasil penelitian terbaru
dikatakan bahwa pemeriksaan ultrasonografi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi utk mendiagnosis pneumonia dan mungkin dapat menggantikan Ro thorax utk
menegakkan diagnosis pneumonia.
Sumber: Medscape, NIH

Nomor soal: 14
Kunci: A. Chloramphenicol
Clue: demam, gangguan intestinal, lidah kotor → demam tifoid
Penjelasan:
Tatalaksana Demam Tifoid pada Anak
Obati dgn Chloramphenicol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena) selama 10-14 hari. Jika tidak dapat diberikan Chloramphenicol, dipakai
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari peroral atau Ampisillin intravena selama 10 hari atau
Cotrimoxazole 48 mg/kgBB/hari (dibagi 2 dosis) peroral selama 10 hari. Bila klinis tidak
ada perbaikan digunakan generasi ketiga Cephalosporin seperti Ceftriaxon (80 mg/kg
im atau iv, sekali sehari, selama 5-7 hari) atau Cefixime oral (20 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis selama 10 hari).
Sumber: WHO Pocketbook Hospital Care for children 2013
Neuro
Nomor soal: ​1
Kunci:
Clue:
Penjelasan:

Nomor soal: ​2
Kunci: ​B. Carpal Tunnel Syndrome
Clue: ​kebas di ibu jari, telunjuk dan jari tengah; membaik saat mengibaskan
pergelangan tangan → Flick sign (+)
Penjelasan:
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) → mononeuropati kompresif lokal.
● Disebabkan penekanan nervus medianus ketika berjalan di dalam carpal
tunnel.
● Nyeri neuropatik dan paresthesia (baal dan kesemutan) pada distribusi
nervus medianus (jari 1,2,3 dan setengah radial jari 4)
● Gejala memburuk pada malam hari (dan dapat membangunkan pasien
dari tidur). Gejala juga memburuk saat pergelangan tangan dipertahankan
dalam posisi tertentu dan saat adanya gerakan repetitif pada pergelangan
tangan
● Flick sign → untuk mengurangi gejala, pasien sering mengibaskan
pergelangan tangan
● Pada kasus yang berat → kelemahan pada otot-otot thenar,
menyebabkan ketidakmampuan dalam abduksi dan oposisi jempol
(pasien menjadi sulit memegang gelas)

Tes provokatif​​: Phallen test, Tinel test, Digital compression test, Reverse
Phallen test

Tatalaksana Carpal Tunnel Syndrome (CTS)


● Konservatif (untuk CTS ringan, sedang) → wrist splinting, injeksi steroid
(metilprednisolon 40 mg) intra carpal tunnel bila respon inadekuat, atau
steroid oral (prednison 20 mg/hari selama 10-14 hari) bila injeksi tidak
dapat dilakukan
● Bedah dekompresi → pelebaran tunnel dengan insisi transverse ligament

(Slide Neurologi, Mantap Mei 2017)


Nomor soal:​​ 3
Kunci:​​ B. Meningitis Bakteri
Clue:​​ Penkes, demam, kaku kuduk, brudzinski (+). Riwayat keluar cairan dari telinga
Penjelasan:
Commonly reported descriptions of patients with meningitis typically include the
classic clinical triad of ​fever, neck stiffness, and altered mental status.
Patients may also experience confusion, altered mental status, or seizure as the
disease progresses. Classically described meningeal findings include nuchal
rigidity (severe neck stiffness due to meningeal irritation), Kernig’s sign (flexing
the hip and extending the knee to elicit pain in the back and the legs) and
Brudzinski’s sign (passive flexion of the neck elicits flexion of the hips).

(https://cdemcurriculum.com/meningitis-encephalitis/)

Nomor soal:​​ 4
Kunci: ​A. Inhalasi oksigen 100%
Clue:​​ nyeri kepala hebat, unilateral, di mata menjalar ke pelipis, gejala penyerta: mata
merah/nerocos, rhinorea → khas untuk Cluster headache
Penjelasan:

Abortive Therapy
● Oxygen
● Triptans, Ergot alkaloids

(Slide Neurologi, Mantap Mei 2017)


Nomor soal:​​ 5
Kunci: ​C. Meningitis bakterial
Clue: ​penkes, riwayat sakit telinga, AL 21rb, LP: bakteri gram (+), leukosit 10/lpb
Penjelasan:
CSF findings suggestive of bacterial meningitis include the following:
● Positive Gram’s stain with identified organism
● Glucose less than 40 mg/dL or ratio of CSF/blood glucose less than 0.40
● Protein greater than 200 mg/dL
● WBC greater than 1000/mL
● Greater than 80% polymorphonuclear neutrophils
● Elevated opening pressure of CSF during LP (pressure reading must be obtained
with patient in the lateral decubitus position)

(Slide Neurologi, Mantap Mei 2017), https://cdemcurriculum.com/meningitis-encephalitis/

Nomor soal:​​ 6
Kunci:​​ C. Meningitis purulenta
Clue:​​ penkes, demam, riwayat mastoiditis, kaku kuduk (+)
Penjelasan:​​ (lihat nomor 3 dan 5)

Nomor soal:​​ 7
Kunci: ​E. C6-7
Clue:​​ hipoestesi lengan atas, lateral lengan bawah, ibu jari, telunjuk
Penjelasan:

Nomor soal:​​ 8
Kunci:​​ C. Lesi di neuromuscular junction
Clue: ​sulit membuka mata, kelemahan anggota gerak: memberat saat aktivitas, membaik saat
istirahat; Watenberg test (+) → ke arah Myasthenia Gravis
Penjelasan:
Myasthenia Gravis​​ merupakan penyakit autoimun pada ​neuromuscular junction​​ yang
dicirikan oleh kelemahan dan mudah lelahnya beberapa kelompok otot skelet yang
bersifat fluktuatif (biasanya memburuk pada sore hari). Mekanisme karena adanya
antibodi IgG yang menempel pada reseptor acetylcholine (ACh) di neuromuscular
junction (di mana fungsi ACh adalah untuk kontraksi otot)

Tanda dan gejala utama


● Mudah lelahnya otot-otot skelet ​selama aktivitas​​ (membaik setelah adanya
periode istirahat). Otot-otot yang terlibat : mata dan ​kelopak mata​​ (90%), wajah,
otot-otot mastikasi, otot-otot menelan, otot-otot bicara, dan otot-otot pernapasan
● Kelemahan ​fluktuatif ​: biasanya otot akan semakin lemah ketika adanya ativitas
dan memburuk saat siang-sore
● Tidak adanya defisit sensorik atau hilangnya refleks

Hallmark Signs & Symptoms of Myasthenia Gravis


○ Eye lid drooping (ptosis)
○ Blurred/Double Vision (diplopia)
○ Impaired speech (dysarthria)
○ Difficulty Swallowing (dysphagia)
○ Voice impairment (dysphonia)
○ Easily fatigued, quick recovery with rest
○ Waddling gait

Assessment:
● Wartenberg Test
Have patient look up for 2-3 minutes; if MG, patient will have increased drop of eyelids
● Tensilon Test
In patient with MG, there is improved muscle contractility after IV administration of
acetylcholineesterase inhibitor agent edrophonium chloride (tensilon). Keep atropine on
hand to counteract effects of tensilon
● Prostigmin / Neostigmin Test
Prostigmin 0,5-1mg + SA 0,1 mg via IM/SC
● EMG may show muscle fatigue
● Serologic testing
Presence of autoantibodies against the acetylcholine receptor (AChR-Ab), or against a
receptor associated protein, muscle specific tyrosine kinase (MuSK-Ab)

Management
● Symptomatic → ​Anticholinesterase inhibitors - prevents anticholinesterase from
breaking down ACh; helps neurotransmission. Monitor dose.
– Examples : Edrophonium, Neostigmine, and Pyridostigmine
● Chronic Immunomodulator​​ → Immunosuppressants such as azathioprine and
prednisone used to treat generalized MG when other medications fail to reduce
symptoms
● Rapid Immunomodulator ​→ Plasmapheresis and IVIG -removes ACh autoantibodies
and short-term improvement.
● Surgical Thymectomy​​ → Thymectomy is a widely accepted option for peripubertal and
postpubertal children with generalized MG who have positive acetylcholine receptor
antibodies or who are seronegative
(Slide Neurologi, Mantap Mei 2017)

Nomor soal: ​9
Kunci: ​A. Sindrom Cauda Equina
Clue:​​ riwayat trauma, saddle anestesi, paraparese, motorik ekstremitas bawah kanan 4, kiri 3
Penjelasan:

(Slide Neurologi, Mantap Mei 2017)

Nomor soal: ​10


Kunci: ​D. Subarachnoid hemorrhage
Clue:​​ post KLL, pusing, muntah, kaku kuduk (+), Babinski (+)
Penjelasan:
The Brudziński neck sign or Brudziński's symptom is a clinical sign in which forced
flexion of the neck elicits a reflex flexion of the hips. It is found in patients with meningitis,
subarachnoid haemorrhage and possibly encephalitis.

SAH:
● Aneurisma arteri-arteri pada circulus arteriosus Willis
● Thunderclap headache → nyeri kepala terhebat yang pernah dirasakan pasien
● Muntah, kaku kuduk
● Tanda-tanda iritasi meninges (meningismus)
● CT: Gambaran hiperdense (darah) yang mengisi hingga celah-celah sulci dan fissura

(Slide Neurologi, Mantap Mei 2017)

11. nomor soal : Paket-2, Neuro no.11


kunci : D. Tic douloureux
clue: ​nyeri di bagian pipi, unilateral, intesitas berat, px fisik, dentis, dan neurologi dbn
penjelasan :

- ​Tic douloureux or ​trigeminal neuralgia

Tic douloureux or ​trigeminal neuralgia is a ​severe​​, stabbing pain to ​one side of the face​​. It
stems from one or more branches of the nerve that supplies sensation to the face, the
trigeminal nerve. It is considered one of the most painful conditions to affect people.

The pain usually lasts from a ​few seconds to a few minutes​​. It may be so intense that you
wince involuntarily, hence the term tic​​. There is usually no pain or numbness between
attacks and no dysfunction of the muscles of the face.

- ​Sindroma Horner

Horner syndrome (Horner’s syndrome) results from an interruption of the sympathetic


nerve supply to the eye and is characterized by the classic triad of miosis (ie, constricted
pupil), partial ​ptosis​, and loss of hemifacial sweating (ie, anhidrosis)

· ​First-order neuron lesions – Hemisensory loss, dysarthria, dysphagia, ataxia,


vertigo, and nystagmus
· ​Second-order neuron lesions – Prior trauma; facial, neck, axillary, shoulder or
arm pain; cough; hemoptysis; previous thoracic or neck surgery; previous chest tube
or central venous catheter placement; or neck swelling
· ​Third-order neuron lesions – Diplopia from sixth nerve palsy, numbness in the
distribution of the first or second division of the trigeminal nerve (cranial nerve [CN]
V), and pain
- ​Arteritis giant cell
Giant cell arteritis (GCA) is primarily a disease of cell-mediated immunity, which is thought
to arise as a maladaptive response to endothelial injury.
Actinic damage to the temporal artery from chronic sun exposure has been proposed as one
source of the injury.​ [​8​]
The adventitia is the likely site of initial immunologic injury and is considered the
immunological center of the disorder, while the intima and media are the histological center.

- ​Bell’s palsy : slide mantap hal 99


- ​Migraine : slide mantap hal 166
sumber :
1. ​ ​http://www.webmd.com/a-to-z-guides/tic-douloureux#1
2. ​ ​http://emedicine.medscape.com/ article/1145144-overview

12. nomor soal : Tipe 2, Neuro no.12


kunci : A. MRI
clue: kelemahan anggota gerak sejak 1 jam yang lalu pemeriksaan paling tepat.
penjelasan :

MRI allows accurate diagnosis of the infarct lesion, detection of cerebral arterial occlusion or
significant stenosis with evaluation of actual collateral flow and may also display certain
reversible ischemic changes(1).
The guidelines for its use include stroke onset within 3 hours of intravenous drug administration,
preceded by a computed tomographic (CT) scan to exclude the presence of hemorrhage, which is
a contraindication to the use of the drug.(2)
1. ​ ​https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/19851429
2. ​ ​http://stroke.ahajournals.org/content/ strokeaha/40/11/3646.full.pdf

13. nomor soal : Tipe 2. Neuro no. 13


kunci : A. n. medianus
clue: sering kesemutan, atrofi tenar, phallen (+), tinel (+)
penjelasan :

•Disebabkan ​penekanan nervus medianus ketika berjalan di dalam carpal tunnel

sumber : (Slide Mantap Mei 2017)

14. nomor soal : Tipe 2, Neuro No. 14


kunci : C. pecahnya pembuluh darah

clue: penkes dan hemiparese serta multicranial nerve palsy. Babinski (+)

penjelasan :

sesuai algoritma bila ada 2-3 dari gejala (penkes, nyeri kepala, babinski) masuk pada tatalaksana
stroke perdarahan

15. nomor soal : Tipe 2, Neuro no. 15


kunci : C. radikulopati
clue: bekerja sebagai tukang angkat, nyeri dan kesemutan yang menjalar seperti tersetrum listrik
penjelasan :....
● Radiculopathy is caused by compression or irritation of a nerve as it exits the spinal
column. Symptoms of radiculopathy include ​pain​, numbness, tingling, or ​weakness​ in the
arms or legs. Risk factors for radiculopathy are activities that place an excessive or
repetitive load on the spine. Patients involved in heavy labor or contact sports are more
prone to develop radiculopathy than those with a more sedentary lifestyle
● Mononeuropathy​​ refers to a single nerve being affected
● Polyneuropathy​​ means several nerves are affected
● Myelopathy is an injury to the spinal cord due to severe compression that may result from
trauma, congenital stenosis, degenerative disease or disc herniation.
● Vasculopathy​​ is a general term used to describe any disease affecting blood vessels [1].
It includes vascular abnormalities caused by degenerative, metabolic and inflammatory
conditions, embolic diseases, coagulative disorders, and functional disorders

· ​Myelopathy Versus Radiculopathy


Myelopathy may sometimes be accompanied by ​radiculopathy​. Radiculopathy is the term used
to describe pinching of the nerve roots as they exit the spinal cord or cross the intervertebral
disc, rather than the compression of the cord itself (myelopathy).
sumber :
1. ​ ​http://www.medicinenet.com/radiculopathy/article.htm
2.
http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/conditions/nervous_system_disorders/myelopathy
_22,Myelopathy/
Mata

1. nomor soal : Tipe 2, Mata No. 1


kunci : A. Reaksi papil
clue: Mata kadangkadang merah dan berair. Anak juga suka bersin-bersin di pagi hari
penjelasan :

KonjungtivitisAlergikaSederhana
Klasifikasi:
•Seasonal Allergic Conjunctivitis berhubungan dengan allergen musiman seperti polen
•Perennial Allergic Conjunctivitis berhubungan dengan allergen tahunan seperti debu rumah dan tungau
•Tanda dan Gejala: Konjungtivitis alergikanon-spesifik akut (hipersensitivitas tipe I), ringan, yang
ditandai dengan gatal, hiperemis, dan ​reaksi papilar ringan​​ serupa dengan reaksi urtikaria ringan
•Terapi: Hindari allergen; Artificial tears; Antihistamin; Vasokonstriktor (adrenalin, ephedrine,
dannaphazoline); Stabilizer sel mast (tetes mata sodium kromoglikat2%); Steroid
(Slide Mantap, 2017)

2. ​A ​stye or hordeolum is a small, painful lump on the inside or outside of the eyelid. It is actually an
abscess filled with pus and is usually caused by a staphylococcus bacteria eye infection
● A ​chalazion​ (say "kuh-LAY-zee-on") is a lump in the eyelid. Chalazia (plural) may look
like styes, but they are usually larger and may not hurt. May go away without treatment

· ​Blepharitis​​ is an inflammation of the eyelids in which they become red, irritated and itchy
and dandruff-like scales form on the eyelashes. It is a common eye disorder caused by either
bacteria or a skin condition, such as dandruff of the scalp or acne rosacea. It affects people of all
ages. Although uncomfortable, blepharitis is usually not contagious and generally does not cause
any permanent damage to eyesight.
Blepharitis is classified into two types:
Anterior blepharitis​​ occurs at the outside front edge of the eyelid where the eyelashes attach.
Posterior blepharitis​​ affects the inner edge of the eyelid that touches the eyeball.
Sumber :
1. ​ ​http://www.webmd.com/eye-health/tc/styes-and-chalazia-topic-overview#1
2. ​ ​http://emedicine.medscape.com/article/1212709-overview
3. nomor soal : Tipe 2, Mata No. 3
kunci : A. HSV
clue: kornea lesi dendritik

penjelasan :
HSV : kornea lesi dendritik
HZV : kornea lesi pseudodendritik
4. nomor soal : Tipe 2, Mata No. 4
kunci : A. Pterigium
clue: jaringan fibrovaskular melewati limbus kornea
pembahasan :

5. nomor soal : Tipe 2, Mata no. 5


kunci : a. vernal

clue: Reaksi papilar

penjelasan :

Papillary conjunctivitis​ shows a cobblestone arrangement of flattened nodules with central


vascular cores (Fig 5-4). It is most commonly associated with an ​allergic immune response​​,
as in vernal and atopic keratoconjunctivitis, or it is a response to a foreign body such as a
contact lens or ocular prosthesis.

Papillae coat the tarsal surface of the upper eyelid and may reach large size ​(giant papillary
conjunctivitis).​ Limbal papillae may occur in vernal keratoconjunctivitis ​(Horner-Trantas dots).
The histologic appearance of papillary conjunctivitis is identical, regardless of the cause: closely
packed, flat-topped projections, with numerous eosinophils, lymphocytes, plasma cells, and
mast cells in the stroma surrounding a central vascular channel.

Follicular conjunctivitis​ (Fig 5-5) is seen in a variety of conditions, including inflammation


caused by pathogens such as ​viruses; atypical bacteria​;​ and toxins, including topical
medications (glaucoma medications, especially brimonidine, or over-the-counter ophthalmic
decongestants).
In contrast to papillae, follicles are small, dome-shaped nodules without a prominent central
vessel. Accordingly, whereas a papilla clinically appears more red on its surface and more pale
at its base, a follicle appears more pale on its surface and more red at its base.

sumber :

https://www.aao.org/bcscsnippetdetail.aspx?id=9d2ac3f7-43cb-4096-9c26-3c7b6d052e20

Nomor soal:​​ 6
Kunci: D. Alergi
Clue:​​ Mata merah, terasa berair dan mengganjal. Px: injeksi konjungtiva, reaksi papiler
Penjelasan:
Mata merah tanpa penurunan visus dan terdapat sekret --> konjungtivitis

Alergi Vernal Bakterial Viral Trakoma

Sekret Cair Mukoid Purulen Jernih Purulen

Papil + + +

Folikel + +

Ciri khas Mata gatal Cobblestone Injeksi Entropion,


appearance, konjungtiva sikatriks
Horner mencolok
Trantas dot
Sumber: Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima, FK UI
K
Nomor soal:​​ 7
Kunci: C. Air mata buatan
Clue:​​ Gambar adalah perdarahan subkonjungtiva
Penjelasan:
Tatalaksana perdarahan subkonjungtiva:
- Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu.
- Pengobatan penyakit yang mendasari bila ada
- Apabila terasa iritasi, dapat dipertimbangkan artificial tears
Sumber: PPK 2014, AAO Eye Wiki

Nomor soal:​​ 8
Kunci:​​ A. Episkleritis
Clue:​​ Riwayat TB. Gambar adalah episkleritis.
Penjelasan:
Tuberculosis can affect the eye either primarily with active infection or secondarily as a
result of immune reaction to the mycobacterium. The conjunctiva, cornea, and sclera
are sites of primary ocular involvement. Hematogenous spread of the disease or spread
from neighboring structures is responsible for uveitis which is the most common
manifestation of secondary ocular TB. ​Ocular manifestations of TB are varied and
include ​scleritis​​, phlyctenulosis, interstitial keratitis, corneal infiltrates, anterior chamber
and iris nodules, and granulomatous anterior uveitis. These can occur without signs of
systemic involvement.
Sumber: AAO EyeWiki (http://eyewiki.aao.org/Tuberculosis_Uveitis)

Nomor soal:​​ 9
Kunci: A. Posisi semi-fowler+siklopegik --> berdasarkan dr Indra
Clue:​​ Trauma tumpul pada mata. Px: Hematoma palpebra, hifema minimal
Penjelasan:
Pada hifema, pasien diposisikan semi-fowler --> posisi terlentang dengan kepala
ditinggikan 30-45 derajat.
Medical treatment for an isolated hyphema typically is topical.
- Topical corticosteroids (systemic for severe cases) may reduce associated
inflammation, although the effect on the risk for rebleeding is debatable.
- Topical cycloplegic agents are also useful for patients with significant ciliary
spasm or photophobia.
- In the setting of intraocular pressure elevation, topical aqueous suppressants are
first line agents for pressure management (beta-blockers and alpha-agonists).
- Systemic carbonic anydrase inhibitors and hyperosmotic agents (acetazolamide
or mannitol) may be required if topical management fails to control the pressure.
If this is the case, the patient will likely require surgical intervention.
Jadi sebenernya timolol, siklopegik, dan steroid bener semua, mungkin tinggal dilihat
keluhan utama pada pasien apa :”)
Sumber: AAO EyeWiki (http://eyewiki.org/Hyphema)

Nomor soal:​​ 10
Kunci: A. Dakriosistitis
Clue:​​ Mata nrocos, tampak sekret di saccus lacrimalis
Penjelasan:
Dakriosistitis
- Radang pada saccus lakrimalis akibat obstruksi duktus nasolakrimal
- Px: epifora, nyeri dan bengkak di saccus lakrimalis (bagian nasal rongga orbita),
nyeri tekan di saccus lakrimalis disertai keluarnya sekret mukopurulen saat
ditekan
Dakrioadenitis
- Radang pada glandula lakrimalis
- Px: Nyeri dan bengkak di temporal atas rongga orbita, konjungtiva kemotik,
sekret
Sumber: Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima, FK UI

Nomor soal:​​ 11
Kunci: B. Glaukoma sekunder sudut tertutup
Clue:​​ Katarak dengan shadow test (+) dan COA dangkal
Penjelasan:

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang


masuk) (air+masa
lensa keluar

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam


depan (COA)

Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka


mata

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudo-positif

Penyulit Glaukoma - Glaukoma


fakomorfik --> fakolitik -->
glaukoma akut glaukoma akut
sudut tertutup sudut terbuka
- Uveitis
Sumber: Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima, FK UI

Nomor soal:​​ 12
Kunci: E. Retinopati
Clue: ​Ax: visus turun, riwayat DM; Px: cotton wool patches, drusen, flame hemorrhage,
mikroaneurisma
Penjelasan:
Slit lamp examination and dilated fundus examination should be performed. One should
look carefully for the presence of abnormal blood vessels on the iris (rubeosis or NVI),
cataract (associated with diabetes) and vitreous cells (blood in the vitreous or
pigmented cells if there is a retinal detachment with hole formation). IOP should be
checked especially when NVI is seen. Dilated fundus examination should include a
macular examination (contact lens or non-contact examination lens) to look for
microaneurysms, hemorrhage, hard exudates, cotton wool spots, retinal swelling
(edema)/ cystoid macular edema. The optic disc and area surrounding it (for one disc
diameter) should be examined for presence of abnormal new blood vessels
(neovascularization of the disc, NVD). The remainder of the retina should also be
examined for presence of abnormal new blood vessels (neovascularization elsewhere,
NVE)
Sumber: AAO EyeWiki
(http://eyewiki.org/Diabetic_Retinopathy#Physical_examination_and_Signs)

Nomor soal:​​ 13
Kunci: A. Dislokasi lensa ATAU C. Ectopia lentis
Clue:​​ Trauma tumpul pada mata. Px slit lamp: tremorous iris
Penjelasan:
ECTOPIA LENTIS
- Ectopia lentis is defined as displacement or malposition of the crystalline lens of
the eye
- Berhubungan dengan riwayat trauma tumpul pada mata atau kelainan sistemik
(ex. sindron Marfan, homocystinuria)
--> berdasarkan AAO (http://eyewiki.aao.org/Ectopia_Lentis), ectopia lentis adalah
dislokasi lensa. CMIIW
DISLOKASI LENSA
1. Subluksasi lensa
- Putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa berpindah tempat
- Px: iris tremulans
- Komplikasi: glaukoma sekunder karena penutupan sudut bilik mata oleh lensa
yang mencembung
2. Luksasi lensa anterior
- Putusnya seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator
- Lensa masuk ke dalam bilik mata depan sehingga terjadi glaukoma akut sudut
tertutup
- SS: penglihatan turun mendadak, nyeri berat, muntah, mata merah,
blepharospasm
- Px: injeksi siliar berat, edema korna, lensa di COA, iris terdorong ke belakang,
pupil lebar, TIO naik
3. Luksasi lensa posterior
- Putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator
- Lensa jatuh ke vitreous body dan tenggelam di dataran bawah polus posterior
fundus okuli
- SS: skotoma, muncul gejala afakia
- Px: COA dalam, iris tremulans, 6/6 pada +12 D
- Komplikasi: glaukoma fakolitik, uveitis fakotoksik
Sumber: Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima, FK UI

Nomor soal:​​ 14
Kunci: Skleritis necrotican
Clue: ​Mata merah. Nyeri saat ditekan dan ada bayangan hitam di konjungtiva.
Penjelasan:
EPISKLERITIS
- Radang jaringan ikat vaskuler, biasanya Idiopatik
- Tipe: Episkleritis simple & episkleritis nodular
- SS: mata kering, nyeri ringan, mengganjal, konjungtiva kemotik, biasanya
unilateral
- Px: benjolan setempat, batas tegas, warna merah di bawah konjungtiva --> jika
ditekan nyeri menjalar ke sekitar mata; dapat digerakkan
- PxP: tes fenil efrin 2.5% topikal --> vasa mengecil
SKLERITIS
- SS: nyeri berat, diperparah dengan gerakan bola mat
- Px: warna violet-blue pada mata, tidak dapat digerakkan
- PxP: tes fenil efrin 2.5% topikal --> vasa tidak mengecil
Scleritis, or inflammation of the sclera, can present as a painful red eye with or without
vision loss.
The most common form, anterior scleritis, is defined as scleral inflammation anterior to
the extraocular recti muscles.
- Diffuse form, anterior scleral edema is present along with dilation of the deep
episcleral vessels. The entire anterior sclera or just a portion may be involved.
- Nodular disease, a distinct nodule of scleral edema is present. The nodules may
be single or multiple in appearance and are often tender to palpation.
- Necrotizing anterior scleritis is the most severe form of scleritis. It is
characterized by severe pain and extreme scleral tenderness. ​Severe vasculitis
as well as infarction and necrosis with exposure of the choroid may result.
A rare form of necrotizing anterior scleritis without pain can be called
scleromalacia perforans. The sclera is notably white, avascular and thin. Both
choroidal exposure and staphyloma formation may occur.
Posterior scleritis is defined as involvement of the sclera posterior to the insertion of the
rectus muscles. Posterior scleritis, although rare, can manifest as serous retinal
detachment, choroidal folds, or both. There is often loss of vision as well as pain upon
eye movement.
Sumber: AAO EyeWiki (​http://eyewiki.org/Episcleritis​ ; http://eyewiki.org/Scleritis)

Nomor soal: ​15


Kunci: Glaukoma
Clue: OD visus turun, riw penggunaan steroid lama. Px: ODS sinekia posterior (+) OD
injeksi siler, COA dangkal
Pembahasan:
Ocular steroids are potent and relatively inexpensive, but their side effects are
considerable. TOPICAL, INJECTION, AND SUSTAINED-RELEASE DELIVERY
ROUTES. All of these can lead to cataracts​, glaucoma​​, secondary infection, or delayed
healing.
Sumber: AAO EyeWiki (https://www.aao.org/eyenet/article/savvy-steroid-use)
THT

No soal : 1
Kunci : timpanosklerosis
Clue : Penurunan pendengaran, disangkal adanya keluhan demam, gatal, trauma, dan
keluar cairan dari telinga. Adanya riwayat keluar cairan dari telinga, namun tidak diobati
Otoskopi : timpanosklerosis
Pembahasan :
Timpanosklerosis adalah penyakit pd membran timpani yang menunjukkan gambaran
bercak-bercak putih tebal atau tebal seluruhnya akibat timbunan kolagen terhialinisasi
pada bagian tengahnya. Keadaan ini sering terjadi pada pasien dengan riwayat OMSK
atau post operasi membran timpani dan telinga tengah.

No soal : 2
Kunci : persisten sedang berat
Clue : hidung tersumbat sejak 2 minggu, disertai bersin, gatal, beringus, gangguan pola
tidur dan aktivitas sehari-hari. Riwayat keluarga asma (+)
Pembahasan :
ARIA classification of rhinitis alergy
Intermitten​​ : berlangsung < 4 hari seminggu atau < 4 minggu
Persisten​​ : berlangsung > 4 hari seminggu atau > 4 minggu
Mild​​ : normal sleep; no impairment of daily activities, sport, leisure; no impairment of
work and school; no troublesome symptoms
Moderate – severe​​ : abnormal sleep; impairment of daily activities,, sport, leisure;
impaired work and school; troublesome symptoms

No soal : 3
Kunci : a. Sphenopalatina
Clue : epistaksis pada penderita sirosis hepatis
Pembahasan :
Pada pasien dengan sirosis hepatis, akan terjadi hipertensi porta dan koagulopati yang
merupakan faktor predisposisi terjadinya epistaksis posterior.
Anterior Plexus Kiesselbach, a. Ethmoidalis anterior, a.
Sphenopalatina
Disebabkan oleh : trauma, infeksi

Posterior a. Ethmoidalis posterior, a. Sphenopalatina


Disebabkan oleh : arteriosklerosis, hipertensi
No soal : 4
Kunci : miringotomi
Clue : nyeri telinga kiri, riwayat keluar cairan dari telinga 2 minggu yang lalu
Otoskopi à miringitis bulosa
Pembahasan :
Miringitis bulosa merupakan miringitis akut yang ditandai dengan adanya pembentukan
bulla pada membran timpani. Secara klinis ditandai dengan adanya otalgia yang
bersifat akut dan tampak bullae membran timpani. Miringitis bullosa biasanya terjadi
pada 5% kasus OMA pada anak.

Manajemen pada miringitis bullosa adalah :


- Bersihkan CAE
- Irigasi telinga untuk membersihkan dari debris
- Timpanosentesis – cairan dapat dilakukan kultur
- Miringitomi – apabila terjadi bulging
- Timpanostomi – insersi pipa ke telinga tengah
- Terapi farmakologis : amoxicillin 3x500 mg

​ o soal : 5
N
Kunci : ekstraksi dengan forceps
Clue : corpus alienum baterai jam tangan di 1/3 lateral canalis auditori eksterna, anak 3
th
Pembahasan :
Manajemen ekstraksi corpus alienum pada telinga :
- Corpus alienum yang besar à gunakan pengait
- Corpus alienum yang kecil à gunakan cunam atau pengait
- Corpus alienum yang bisa dikait à pengait atau hook
- Corpus alienum logam à forceps dan magnet
- Corpus alienum binatang à matikan terlebih dahulu à ekstraksi
Alat yang biasa digunakan : forcep alligator, hook ekstraktor, pinset bayonet

No soal : 6
Kunci : rhinitis ozaena
Clue : hidung mampet, bau busuk, terdapat krusta mengering
Pembahasan :
Rhinitis ozaena : Infeksi hidung kronis, terjadi atrofi progresif pd mukosa dan konka,
mukosa à sekret kental, cepat mengering à krusta berbau busuk
Etiologi yang paling sering : infeksi ​Klebsiella ozaena

No soal : 7
Kunci ​: tuli campuran
Clue : audiometri terdapat penurunan frekuensi bunyi disertai gaps bone dan air
conduction
Pembahasan :
Interpretasi Audiometri

Deskripsi

CHL BC normal atau kurang dari 25 dB


AC lebih dari 25 dB
Terdapat air-bone gap antara AC dan
BC

SNHL AC dan BC lebih dari 25 dB


AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone
gap

Mixed HL BC lebih dari 25 dB


AC lebih besar dari BC
Terdapat air-bone gap

NIHL Takik (notch) pada frekuensi 4.000 Hz


Presbycusis Gradually slopping downward pattern
*Air-bone gap : antara BC dan AC terdapat perbedaan ³ 10 dB, minimal pada 2
frekuensi yang berdekatan
*Derajat ketulian : (AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz) : 4

· 0-25 dB : normal

· >25 – 40 dB : tuli ringan

· >40 – 55 dB : tuli sedang

· >55 – 70 dB : tuli sedang-berat

· >70 – 90 dB : tuli berat

· > 90 dB : tuli sangat berat

No soal : 8
Kunci : labirinitis
Clue : vertigo disertai riwayat keluar cairan dari telinga
Pembahasan :
Labirinitis adalah adanya inflamasi pada labirin
Secara klinis ditandai dengan : vertigo, hearing loss (mixed), tinnitus, demam, otalgia,
fecial weakness

No soal : 9
Kunci : meniere disease
Clue : vertigo, tinnitus, penurunan pendengaran
Pembahasan :
Meniere disease : adanya peningkatan tekanan endolimfe
Tanda spesifik : sensasi berputar, tinnitus, penurunan pendengaran, dan ear fullness
Anestesi
Nomor​​ : 1

Kunci​​ :
C. Stabilisasi, eliminasi, dekontaminasi, antidotum, penyelesaian masalah klinis, penyelesaian
masalah psikologis, rehabilitasi

Penjelasan​​ :
Berikut tahapan tatalaksana penanganan intoksikasi pada umumnya :
·​ ​Stabilisasi: lakukan tindakan resusitasi kardiopulmoner dengan cara memperbaiki sirkulasi
darah, membebaskan jalan napas, dan memperbaiki fungsi pernapasan
·​ ​Dekontaminasi: kurangi paparan terhadap racun
·​ ​Eliminasi: percepat pengeluaran racun dari dalam tubuh
·​ ​Pemberian antidotum (anti racun)
·​ ​Penanganan kondisi klinis lain
·​ ​Penanganan masalah psikologis dan rehabilitasi

Pada kondisi intoksikasi alkohol :


·​ ​Stabilisasi : Tangani ABC
·​ ​Dekontaminasi : Bilas lambung dengan karbon teraktivasi (bila perlu)
·​ ​Eliminasi : Hemodialisis (jarang dilakukan)
·​ ​Antidotum : Fomepizole atau ethanol
·​ ​Tx. Kondisi Medis : Terapi simptomatik
·​ ​Tx. Kondisi Psikologis dan rehabilitasi

Sumber​​ : Medscape
Forensik
Nomor ​: 1

Kunci​​ :
B. Luka akibat benda tajam

Clue​​ :
Luka tusuk

Penjelasan​​ :
Klasifikasi luka berdasarkan etiologi :
1. Trauma Mekanik
A. Benda Tajam
i. Luka iris
ii. Luka Tusuk
iii. Luka Bacok
B. Benda Tumpul
i. Luka Lecet
ii. Luka Memar
iii. Luka retak, robek
C. Senjata Api
i. Luka tembak masuk
ii. Luka tembak keluar
2. Trauma Fisik
A. Trauma suhu
B. Trauma listrik
C. Trauma petir
3. Trauma Kimia
A. Trauma asam
B. Trauma basa
Bioetik
Nomor​​ : 1

Kunci​​ :
B. 100 per 100.000 penduduk

Clue​​ :
Incidence rate, jumlah kasus baru 75 jiwa, jumlah penduduk berisiko 75.000

Penjelasan​​ :
Incidence Rate =

Nomor ​: 2

Kunci​​ :
A. Non-Maleficence

Clue​​ :
Goldar keluarga yang mengantar tidak ada yang cocok, dokter memilih menggunakan darah
dari bank.

Penjelasan​​ :
Dokter membuat keputusan untuk melakukan tindakan dalam kondisi gawat darurat yang
menurutnya dapat menyelamatkan nyawa pasien.
Kriteria Beneficence
Kriteria Non Maleficence

Kriteria Autonomy

Kriteria Justice
Nomor ​: 3

Kunci​​ :
A. Suami pasien

Penjelasan​​ :
Informed consent hanya dapat ditandatangani oleh keluarga terdekat yang sah, yang berada di
tempat yaitu suami / istri, orang tua / wali, saudara kandung.
Suami pasien meskipun sudah dalam tahap perceraian, masih memiliki status sah sebagai
suami pasien di bawah hukum sehingga dalam kondisi ini suami pasien berhak memberi
consent terhadap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
Orang tua pasien tidak berada di lokasi maka pilihan B gugur.
Adik pasien tidak diberi keterangan berusia berapa tahun, karena bila berusia kurang dari 18
tahun maka belum dapat dianggap kompeten dalam memberi consent yang sah, sehingga
pilihan C meragukan.
Paman pasien tidak termasuk keluarga terdekat sehingga pilihan D gugur.
Di dalam kasus pasien hanya dikatakan tidak sadarkan diri tetapi tidak ada keterangan dalam
kondisi gawat darurat sehingga pilihan E gugur.

Sumber​​ :
UU No. 29 pasal 45 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Permenkes No. 290 pasal 13 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

Nomor ​: 4

Kunci​​ :
A. primer

Penjelasan​​ :
Pemberian vit A pada balita yang belum menderita gangguan pengelihatan

Pencegahan Primer
Upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda munculnya penyakit atau gangguan
kesehatan pada orang sehat
Pencegahan Sekunder
Upaya yang dilakukan terutama untuk deteksi dini adanya penyakit atau gangguan kesehatan
agar dapat dilakukan tatalaksana sedini mungkin
Pencegahan Tersier
Upaya yang dilakukan untuk penanganan adekuat untuk penyakit yang sudah diderita agar
tidak terjadi komplikasi yang dapat memperburuk kondisi kesehatan, mencegah disabilitas.

Sumber ​: PAPDI
Nomor : ​5

Kunci​​ :
E. benda asli

Clue​​ :
Tidak bisa membaca dan hanya mengerti bahasa daerah

Penjelasan​​ :
Penggunaan benda asli merupakan cara yang paling tepat karena lebih mudah dipersiapkan
dan dapat memberi gambaran langsung kepada masyarakat akan apa yang sedang dijelaskan
oleh pemberi penyuluhan.
Flipchart, poster dan leaflet merupakan media penyuluhan yang berisikan gambar dan tulisan
dengan proporsi yang berbeda pada masing-masing jenisnya tetapi dikarenakan kendala
masyarakat tidak bisa membaca maka tidak cocok digunakan pada masyarakat dalam kasus
ini.
Video merupakan media yang cukup baik, tetapi dikarenakan kendala bahasa yang dialami,
cukup sulit untuk menemukan video penjelasan yang menggunakan bahasa daerah setempat.
Nomor​​ : 6

Kunci​​ :
A. Cohort prospektif

Clue​​ :
Hubungan antara faktor risiko dan penyakit, mengkuti pasien dengan dan tanpa faktor risiko
selama setahun dan dinilai penyakitnya.

Penjelasan​​ :
Meskipun pasien yang diikuti telah meminum soda sejak 3 bulan yang lalu tetapi penelitian
masih memiliki durasi 9 bulan proses follow up lagi hingga data diambil untuk penelitian
sehingga masih termasuk jenis penelitian cohort prospective.

Hal ini berbeda dengan cohort retrospective dimana faktor risiko dan outcome sudah terjadi di
masa lalu, dan posisi peneliti sekarang hanya untuk mengumpulkan data penelitian. Cohort
retrospective memiliki kesamaan dengan Case Control, hanya saja terdapat perbedaan starting
point dimana Cohort retrospective memulai dari mencari subjek dengan faktor risiko yang
kemudian dilihat outcomenya, sedangkan Case Control memulai dari mencari pasien dengan
outcome ditelusuri ke masa lalu untuk ada tidaknya paparan terhadap faktor risiko
Nomor ​: 7
N
Kunci​​ :
B. 1,3

Penjelasan​​ :
Tabel yang diberikan posisinya tidak sesuai sehingga perlu direposisi ulang menjadi

Nomor ​: 8

Kunci ​:
B. menasihati suami bahwa istri berhak tahu

Penjelasan​​ :
Sesuai dengan prinsip beneficence dan justice terhadap sang istri tetapi tidak melanggar prinsip
autonomi dari pasien sendiri.

10. Soal nomor 10.


Jawaban: c. Kapitasi
Ada dua metode pembayaran yang digunakan oleh BPJS, yaitu pembayaran secara kapitasi
dan pembayaran berdasarkan INA CBG's. Bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),
metode pembayaran yang digunakan adalah kapitasi. Adapun fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjut (FKRTL), pembayaran berdasarkan tarif INA CBGs.
Klinik pratama termasuk FKTP sehingga sistem pembayan yang digunakan adalah kapitasi.
Sumber: bpjs-kesehatan.go.id

11. Soal nomor 11.


Jawaban: a. Cross Sectional
Untuk mengkaji hubungan leptospirosis dengan pengelolaan limbah, baik cross sectional,
cohort, maupun case control dapat digunakan. Di soal ini tidak disebutkan perbedaan waktu
pengamatan antara exposure dan disease. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa
exposure dan disease diamati pada waktu yang sama, lalu disimpulkan apakah ada hubungan
antara keduanya. Dengan demikian, metode penelitian yang sesuai adalah cross sectional.

12. Soal nomor 12.


Jawaban: b. confounding
Variabel bebas pada penelitian di atas adalah 1) pasien tindakan bedah dan 2) pasien
pengobatan. Adapun variabel terikat adalah hasil terapi. Pada penelitian ini usia pasien tidak
diperhitungkan senagai variabel bebas, padahal usia mempengaruhi hasil terapi. Dengan
demikian, usia adalah confounding factor terhadap hasil terapi.

13. Soal nomor 13.


Jawaban: c. dilalui 2 sungai
KLB berhubungan dengan peningkatan mortalitas/morbiditas penyakit (lihat pembahasan nomor
14). Dengan demikian, faktor yang paling mungkin menimbulkan KLB adalah faktor yang
dinamis dan mudah mengalami perubahan. Pada opsi jawaban di soal, pilihan faktor yang
spesifik berkaitan dengan penyakit menular dan faktor tersebut bersifat dinamis/mudah berubah
ialah adanya dua sungai di wilayah tersebut. Banyak penyakit yang ditularkan melalui air
sungai, terutama jika air sungai dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

14. Soal nomor 14.


Jawaban : d. kejadian luar biasa
Berikut ini beberapa istilah dalam epidemiologi.
Wabah: wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
junlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada wilayah dan
periode tertentu tmserta dapat menimbulkan malapetaka. (UU no. 4 thn 1984 tentang wabah
penyakit menular dan PP no. 40 thn 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular).

KLB: timbulnya atau meningkatnya kejadian morbiditas atau mortalitas yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu wilayah dan periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah. (UU no. 4 thn 1984 tentang wabah penyakit menular dan PP
no. 40 thn 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular).

Endemi: ​adanya penyakit atau agen menular yang tetap dalam suatu area geografis
tertentu, dapat juga berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul
dalam suatu area tertentu.

Epidemi: ​kejadian atau peristiwa dalam suatu masyarakat atau wilayah dari suatu kasus
penyakit tertentu (atau suhu kasus kejadian yang luar biasa) yang secara nyata melebihi
dari jumlah yang diperkirakan.
Pandemi : wabah yg berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang
luas (kbbi.co.id)

15. Soal nomor 15.


Jawaban: a. memberi penyuluhan
Untuk mencegah penularan dari anak sehat ke anak sakit dan untuk mencegah
auto-infeksi, dapat dilakukan prevensi primer berupa edukasi kebersihan. Edukasi
kebersihan selangkah lebih awal dari pemberian obat cacing.

16. Soal nomor 16.


Jawaban: b. Sekunder
Pencegahan primer: segala kegiatan yang dapat menghentikan atau mengurangi faktor
risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan
penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit
tersebut tidak menjadi parah. Pencegahan sekunder dapat dilaksanakan melalui skrining/uji
tapis dan deteksi dini.

Pengobatan rersier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu dengan cara rehabilitatif dan
paliatif.
Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di
Puskesmas (Kemenkes, 2013).

17. Soal nomor 17.


Jawaban: a. per kelompok diagnosis
Bagi Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKTRL), sistem pembayaran yang
digunakan adalah sistem tarif paket INA CBG’s. Sistem INA CBGs adalah tarif paket pelayanan
kesehatan yang mencakup seluruh komponen biaya RS, mulai dari pelayanan non medis
hingga tindakan medis.Tarif paket dalam INA CBGs dihitung berdasarkan data di berbagai RS
di Indonesia (pemerintah atau swasta). Data meliputi tindakan medis yang dilakukan,
obat-obatan, jasa dokter, dan barang medis habis pakai kepada pasien, termasuk profit yang
diperoleh RS. Data tersebut kemudian dihitung dalam rumus yang berlaku secara internasional
dan diambil besaran rata-rata. Dengan paket biaya itu, RS dan dokter dituntut efektif dan efisien
dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Pembayaran dengan INA CBGs didasarkan pada kelompok diagnosis.
Sumber: bpjs-kesehatan.go.id

18. Soal nomor 18.


Jawaban: a. cross sectional.
Penelitian cross sectional, cohort, dan case control termasuk penelitian observasional.
Penelitian cross sectional adalah yang paling murah karena pengambilan data hanya dilakukan
pada satu waktu, tidak mengamati perkembangan paparan/exposure.

19.
Kunci : A. Adverse event krn unforeseeable risk
Clue: pasien gak ada riwayat alergi, lalu tiba tiba ada alergi obat (tak bisa diantisipasi)

Acceptable jika secara umum bisa diantisipasi, bisa ditoleransi.

Sumber: WHO

20.
Kunci : A. Disparitas
Clue: ada penggunaan tenaga medis yang tidak merata dan ada yang tidak diuntungkan (yang
perifer lacking tenaga medis) → kesenjangan

•Health disparity: a particular type of health difference that is closely linked with economic,
social, or environmental disadvantage.
•variasi : belum ketemu sumber yg jelas. Kayaknya lebih mengarah ke variation in health care
(misal: perbedaan protokol manajeme per rumah sakit)

Sumber: pubmed

https://googleweblight.com/?lite_url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3863701/&e
i=GGJlsJ4V&lc=en-ID&s=1&m=481&host=www.google.co.id&ts=1492652589&sig=AJsQQ1AF
PoBOzGgj6ICXldxg63nee1lCCg

21.
C. Nominal
Clue: berarti datanya anemia dan tak anemia → on/off → nominal

22.

Kunci: A. Wilcoxon
Clue : data ordinal, paired

Mann whitney: komparatif, 2 kelompok, variabel tgt ordinal, unpaired


Friedman: komparatif >2 kelompok, var tgt ordinal, unpaired
Kruskal: idem friedman tp datanya paired
Spearman: korelatif, data ordinal vs numerik
23.
A.Paired t test
Data 2 kelompok, var tgt numerik, komparatif → t paired
Psikiatri

1. C. PTSD

Clue; ada peristiwa katastropik, ada hiperarousal (letemu laki2 berjenggot lgsg takut) .
Seharusnya berlangsung minimal 1 bulan

Source: ppdgj

2. B. Haloperidol

Clue: inkoheren ada riwayat kejang berulang (anti psikotik yg aman untuk pasien
epilepsi). Antipsikotiik + antikonvulsan → menurunkan ambang kejang. yg plg aman
adalah anti psikotik generasi 1 (haloperidol). Risperidon tiap penelitian gak konsisten
blg aman.
3. A. Gangguan pica

Clue: makan makanan yg non-nutrisional, gak ada kelainan IQ dan keterlambatan


perkembangan

4. C. Sertraline 1x50 mg

Clue: pasien depresi berat dgn usaha bunuh diri. Tx; SSRI ( fluoxetine 20-40 mg SID
atau BID, atau Sertraline 50-100 mg SID atau BID)

5. B. GAD

Clue: khawatir karena hal yang terjadi sehari-hari, gejala otonom simpatis.
Panic disorder → gejala otonom, tercekik, tiba2, tanpa oencetus, takut terulang lagi.

Source : PPDGJ

6. B. Hipokondriasis
Clue: cemas terjangkit penyakit yg spesifik, sudah dipastikan tidak terjangkit masih cemas.

Somatisasi: banyak keluhan fisik, hbs diperiksa gak bs disimpulkan penyakit apa.
Kulit

DV 5-14
5. A. Trikomoniasis
Clue : keputihan berwarna kehijauan ; strawberry cervix

Reference : Slide mantap


6. C. Gardnella Vaginalis
Clue : keputihan seperti butir nasi dan keju busuk

G vaginalis is the only member of its genus. Originally, it was known as ​Haemophilus
vaginalis and then as ​Corynebacterium vaginale. It is a nonmotile, nonflagellated,
nonsporeforming, facultative anaerobic, and nonencapsulated bacteria. Although ​G
vaginalis appears microscopically as a gram-variable rod, it is officially categorized as a
gram-negative rod.
Bacterial vaginosis (BV), or nonspecific vaginitis, was named because bacteria are the
etiologic agents and an associated inflammatory response is lacking. Many studies
have demonstrated the relation of ​Gardnerella vaginalis with other bacteria in causing
BV, such as ​Lactobacillus,​ ​Prevotella, and anaerobes, including ​Mobiluncus,
Bacteroides, Peptostreptococcus, Fusobacterium, Veillonella, and ​Eubacterium.​
Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum,Streptococcus viridans, and ​Atopobium
vaginae​ have also been associated with BV
Reference : Medscape

7. B. Dermatitis seboroik
Clue : Kulit mengelupas meluas ke wajah, pemeriksaan dengan kertas rokok
didapatkan berminyak

Seborrheic dermatitis is a papulosquamous disorder patterned on the ​sebum-rich areas


of the scalp, face, and trunk. When localized to the scalp, it is commonly referred to as
dandruff. In addition to sebum, this dermatitis is linked to ​Malassezia, ​immunologic
abnormalities, and activation of complement. It is commonly aggravated by changes in
humidity, changes in seasons, trauma (eg, scratching), or emotional stress. The severity
varies from mild dandruff to exfoliative erythroderma. Seborrheic dermatitis may worsen
in ​Parkinson disease and in ​AIDS​. Increased perspiration in Parkinson disease may be
the link to seborrheic dermatitis.
Reference : slide mantap+medscape

8. A. Cream Metronidazole
Clue : penggunaan krim malam pemutih wajah, kebanyakan dikarenakan kortikosteroid
Dx : dermatitis perioral
What are the treatment options for perioral dermatitis?
The​ ​American Osteopathic College of Dermatology (AOCD)​ ​recommends ​stopping the use of
topical steroid creams or nasal sprays containing steroids​​, if e. These products can make
symptoms worse and are likely responsible for the symptoms. Consider a slower withdrawal
from​ ​topical steroid​/face creams if there is a severe flare after steroid cessation. Temporarily​,
replace it by a less potent or less occlusive cream or apply it less and less frequently until it
is no longer required​​.
● Wash the face with warm water alone while the rash is present. When it has cleared up,
use a non-soap bar or liquid​ ​cleanser​ if you wish.
● Choose a liquid or gel​ ​sunscreen​.
Medications your doctor may prescribe to treat your condition include:
● topical antibiotic medications, such ​as metronidazole​​ (Metro gel) and erythromycin
● immunosuppressive creams, such as pimecrolimus or tacrolimus cream
● topical acne medications, such as adapalene or azelaic acid
● oral antibiotics, such as doxycycline, tetracycline, minocycline, or isotretinoin, for more
severe cases
reference : ​www.dermnetnz.org

9. A. Lentigo Maligna
Lentigo maligna is a precursor to lentigo maligna melanoma, a potentially serious form
of ​skin cancer​. Lentigo maligna is also known as Hutchinson melanotic freckle. Lentigo
maligna is an early form of ​melanoma in which the malignant cells are confined to the
tissue of origin, the epidermis, hence it is often reported as ‘in situ’ melanoma. It occurs
in sun damaged skin so is generally found on the face or neck, particularly the nose and
cheek. It grows slowly in diameter over 5 to 20 years or longer.
The risk of lentigo maligna relates to sun damage. Thus lentigo maligna is more
common in outdoor workers, in older people and in association with solar damage and
keratinocyte skin cancer (​basal cell carcinoma​, ​squamous cell carcinoma​). Although
often occurring in those with very fair skin (​skin phototype 1 and 2), it may also occur in
those who tan quite easily (phototype 3). It is rare in brown or black skin (phototype
4-6).
Lentigo maligna presents as a slowly growing or changing patch of discoloured skin. At
first, it often resembles common freckles or brown marks (​lentigines​). It becomes more
distinctive in time, often growing to several centimetres over several years or even
decades. Like other flat forms of melanoma, it can be recognised by the ABCDE rule:
Asymmetry, Border irregularity, Colour variation, large Diameter and Evolving.
Reference : www.dermnetnz.org+ Slide mantap

10. A. Klotrimazole
Clue : keputihan ; Pemeriksaan KOH hasil : pseudohifa
11. A. Keratosis seboroik
Seborrheic keratoses are common, benign, pigmented epidermal tumors. Many terms
such as senile wart, melanoacanthoma, basal cell papilloma, senile keratosis and
seborrheic wart have been applied, but seborrheic keratosis is the most widely accepted
term.
These usually develop after the age of 50 years although occasionally, seen in young
adulthood without any sexual predilection.The common site of involvement includes the
trunk, particularly the interscapular area, sides of the neck, the face and the arms. The
tumors are not, however, seen on the mucous membranes.
Lesions appear as coin-like, sharply demarcated, exophytic lesions and are “stuck on
the skin” with a verrucous, rough, dull or punched-out surface. Flat lesions often have a
smooth surface and are scarcely elevated above the surface of the skin.
The etiology is not well-known, although heredity, sunlight and human papilloma virus
(HPV) have been suggested as risk factors. Recent genetic studies have suggested that
somatic mutations in Fibroblast Growth Factor Receptor 3 (FGFR3) gene are important
in the development of these lesions.
Although seborrheic keratosis is a commonly encountered lesion by the dermatologists,
the dentist should be able to recognize and diagnose it when it presents in the head and
neck region
Microscopically, the H/E stained sections exhibited exophytic proliferation of epidermal
cells. The lesion exhibited papillomatosis, hyperparakeratinization, acanthosis and
deep, keratin-filled invaginations .Keratotic invaginations (“pseudohorn cysts”) as well
as intraepithelial keratin cysts ​(“true horn cysts”)​​ were present. Melanin pigmentation
was observed in the basal layer .The dermis exhibited collagen fibers, blood vessels
and moderate inflammatory infiltrate.

12. A. Krim Ointment (prinsip terapi pada penyakit kulit no 14)


13. C Dermatitis seboroik
(penjelasan sama seperti no 7)
14. A. Krim ointment

No soal : 15

Kunci : A. Emolient

Clue : tukang cuci, kulit kering, pecah-pecah

Pembahasan : DKI kumulatif/ DKI kronis:

a. Penyebabnya adalah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah (faktor fisis


misalnya gesekan, trauma minor, kelembaban rendah, panas atau dingin, faktor kimia
seperti deterjen, sabun, pelarut, tanah dan bahkan air).

b. Umumnya predileksi ditemukan di tanganterutama pada pekerja.

c. Kelainan baru muncul setelah kontak dengan bahan iritan berminggu-minggu atau
bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian sehingga waktu dan rentetan kontak
merupakan faktor penting.

d. Kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang
mengalami kontak terus-menerus dengan deterjen. Keluhan penderita umumnya rasa
gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur). Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit
kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita.

Tata Laksana

Topikal (2 kali sehari)

• Pelembab krim hidrofilik urea 10%.

• Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0,025%).

• Pada kasus DKI kumulatif dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi,
dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim
0,1%).

• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.

Sumber : PPK 2015

No soal : 16

Kunci : neurofibromatosis/ NF1

Clue : hiperpigmentasi multiple, massa menggantung sewarna kulit.

Pembahasan :
The most common symptom of NF1 is the appearance of painless coffee-coloured
patches on the skin, known as café au lait spots. They affect 95% of people with NF1.
The spots can be present at birth or develop by the time a child is three years old.

During childhood, most children with NF1 will have at least six café au lait spots around
5mm across. These grow to about 15mm during adulthood.

The number of café au lait spots someone has isn't related to the severity of the
condition. For example, a person with 10 spots has the same chance of developing
further problems as someone with 100 spots.

Having a couple of café au lait spots doesn't necessarily mean you have NF1. About
one in 10 people without the condition have one or two of these spots.

Bumps on or under the skin

As a child gets older, usually during teenage years or early adulthood, they develop
bumps on or under their skin (neurofibromas). These are caused by non-cancerous
tumours that develop on the coverings of nerves. They may vary in size, from pea-sized
to slightly bigger tumours. Some neurofibromas have a purple colour.

The number of neurofibromas a person has can vary. Some people only have a small
number while others have them on large sections of their body.

Most neurofibromas aren't particularly painful, but may look unattractive, catch on
clothes and occasionally cause irritation and stinging.

However, if neurofibromas develop where multiple branches of nerves come together


(plexiform neurofibromas), they can cause large swellings. Plexiform neurofibromas
sometimes occur on the skin, but may also develop on larger nerves deeper in the
body. They may sometimes cause symptoms including pain, weakness, numbness,
bleeding, or bladder or bowel changes.

No soal : 17

Kunci : A. Lentigo
Clue : bercak hiperpigmentasi, tidak nyeri, tidak progresif, batas tegas

Pembahasan : Gambaran klinis lentigo simpleks ditandai dengan; awitan pada masa
kecil, remaja dan beberapa kasus pada usia yang lebih tua; dapat terjadi pada semua
tipe kulit; berhubungan dengan pajanan sinar matahari terus menerus; biasanya
berbentuk makula 1- 5mm, warna coklat muda hingga coklat tua, atau bahkan hitam;
pola warna homogen; berbentuk lingkaran atau oval, simetris; berbatas tegas dan
teratur; terletak di permukaan kulit mana saja termasuk bagian yang tidak terkena
pajanan sinar matahari serta mukosa.1,3

Sumber : Harijono Kariosentono, NEOPLASMA JINAK DAN HIPERPLASIA


MELANOSIT, MDVI Vol. 40 No.3 Tahun 2013:145-152

No soal : 18

Kunci : A. Lentigo maligna ??

Clue : nelayan, bercak hiperpigmentasi, progresif, batas tidak tidak tegas, erosi (+)

Pembahasan : lentigo maligna melanoma Usually a darkly pigmented raised papule or


nodule, arising from a patch of irregularly pigmented flat brown to dark brown lesion of
sun exposed skin of the face or arms in an elderly patient.

No soal : 19

Kunci : A. Syphilis

Clue : supir, ulkus penis,tepi meninggi, bersih, tidak nyeri.

Pembahasan : Stadium I (sifilis primer), Diawali dengan papul lentikuler yang


permukaannya segera erosi dan menjadi ulkus berbentuk bulat dan soliter, dindingnya
tak bergaung dan berdasarkan eritem dan bersih, di atasnya hanya serum.Ulkus khas
indolen dan teraba indurasi yang disebut dengan ulkus durum. Ulkus durum merupakan
afek primer sifilis yang akan sembuh sendiri dalam 3-10 minggu.

Tempat predileksi

1. Genitalia ekterna, pada pria pada sulkus koronarius, wanita di labia minor dan mayor.
2. Ekstragenital: lidah, tonsil dan anus.

Sumber : PPK 2015

No soal : 20

Kunci : kutaneous lupus eritematosus

Clue : wanita, ruam saat terpapar matahari, kemerahan di pipi, nyeri sendi
berpindah-pindah.

Pembahasan : Manifestasi klinik SLE sangat beragam dan seringkali tidak terjadi saat
bersamaan. Keluhan awal dapat berupa:

1. Kelelahan

2. Nyeri sendi yang berpindah-pindah

3. Rambut rontok

4. Ruam pada wajah

5. Sakit kepala

6. Demam

7. Ruam kulit setelah terpapar sinar matahari

8. Gangguan kesadaran

9. Sesak

10. Edema anasarka

Sumber : PPK 2015

You might also like