Professional Documents
Culture Documents
IPD
Nomer : 1
Soal no 1. Kunci jawaban : B. Kardioversi
Clue : gambaran EKG menunjukkan vetrikel takikardi, tekanan darah masih terukur ( with pulse)
Penjelasan :
Takikardi didefinisikan sebagai suatu kondisi denyut jantung > 100x/menit.
Klasifikasi Takikardia:
Takikardia kompleks QRS sempit Takikardia kompleks QRS lebar (QRS
(QRS≤0,12 s) ≥0.12 s)
Takikardia atrium
Junctional tachycardia
Karena pada pasien diketahui ada hipotensi maka langsung dilakukan kardioversi.
Sumber:
Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. 2015. IDI. PERKI.
AHA. 2010
stomatitis ini berupa daerah eritema pada mukosa yang berkontak dengan permukaan gigi
tiruan.13 Gigi tiruan yang menutupi mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah
terinfeksi jamur.22 Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi di
bawah gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini dapat diklasifikasikan atas tiga yaitu :13, 23
• Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir
• Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan
• Tipe III : tipe granular (inflammatory papillary hyperplasia) y ang biasanya tampak pada bagian tengah
palatum keras.
b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik
Kandidiasis ini sering disebut juga sebagai Kandida leukoplakia yang terlihat seperti plak putih
pada bagian komisura mukosa bukal atau tepi lateral lidah yang tidak bisa hilang bila dihapus.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan.3,22 Kandida leukoplakia
ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok
Opsi lain:
-Candidiasis atrof : gambaran atrofi, eritematous, distribusi patchy, biasanya pada pengguna
denture
-Candidiasis hiperplastik kronis: gambaran leukoplakia, melekat kuat dan sulit dicabut, biasanya
pada perokok berat
Sumber : PAPDI, Repositori USU
Penjelasan :
Sumber : PAPDI
SUMBER:papdi
5. Kunci jawaban : D. Gastritis erosive
Clue : muntah darah berwarna hitam riwayat alkoholik, riwayat perut membuncit, ikterik, edema
disangkal.
Penjelasan :
Perdarahan saluraan cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran makanan proksimal
dari ligamentum Treitz. Untuk keperluan klinis dibedakan perdarahan varises esophagus dan
non varises esophagus, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan
dan prognosisnya.
Penyebab perdarahan SCBA yang sering dilaporkan adalah :
- Pecahnya varises esophagus
- Gastritis erosif
- Tukak peptic
- Gastropati kongestif
- Dan keganasan
(PAPDI)
Karena pasien tidak memiliki riwayat perut membuncit, ikterik dan edema maka, diagnosis
sirosis hepar serta varises esophagus dapat disingkirkan.
Esofagitis erosive à muntah darah berwarna merah
Duodenal ulcer, seharusnya ada keterangan pain food relief
Yang paling memungkinkan ialah gastritis erosive.
No. 10
Kunci jawaban A. Hipoglikemia ringan
Clue : keluhan utama lemas, pasien dengan DM dan baru memulai pengobatan. Obat DM salah satunya
glibenklamide (golongan SU), suhu 36,2⁰C. GDS 50 mg/ml
Penjelasan:
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl, atau kadar
glukosa darah < 80 mg/dl dengan gejala klinis.. Hipoglikemia merupakan komplikasi
akut dari penyandang diabetes melitus dan geriatri.
Hipoglikemia dapat terjadi karena:
1. Kelebihan dosis obat, terutama insulin atau obat hipoglikemia oral yaitu
sulfonilurea.
2. Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun; gagal ginjal kronik, dan
paska persalinan.
3. Asupan makan tidak adekuat: jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat.
4. Kegiatan jasmani berlebihan.
Keluhan
Tanda dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi pada setiap individu dari yang ringan
sampai berat, sebagai berikut:
1. Rasa gemetar
2. Perasaan lapar
3. Pusing
4. Keringat dingin
5. Jantung berdebar
6. Gelisah
7. Penurunan kesadaran bahkan sampai koma dengan atau tanpa kejang.
Pemeriksaan Fisik
1. Pucat
2. Diaphoresis/keringat dingin
3. Tekanan darah menurun
4. Frekuensi denyut jantung meningkat
5. Penurunan kesadaran
6. Defisit neurologik fokal (refleks patologis positif pada satu sisi tubuh) sesaat.
Gejala klinis biasanya muncul pada kadar glukosa darah < 60 mg/dl, meskipun pada orang
tertentu sudah dirasakan di atas kadar tersebut (<70 mg/dl). Tapi pada umumnya pada kadar
GD <50 mg/dl telah member dampak pada fungsi cerebral. (PAPDI, hipoglikemia)
(sebenarnya kalau dari PAPDI maupun PPK tidak ada pembagian mengenai Hipoglikemia ringan
, sedang maupun berat. Namun ketika sudah ada gangguan fungsi cerebral (misal kejang,
penurunan kesadaran dapat diartikan sebagai hipoglikemia berat karena kadar gula darah
sudah dibawah 50 mg/dl.)
Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa darah sewaktu
Diagnosis Klinis
Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah. Trias whipple untuk hipoglikemia secara umum:
1. Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia
2. Kadar glukosa plasma rendah
3. Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat.
Diagnosis Banding
1. Syncope v agal
2. Stroke/TIA
PPK , 2014
Nomer: 11
Kunci: D
Clue: Perdarahan yang menimbulkan tanda-tanda shock
Penjelasan:
Nomer: 12
Kunci: B
Clue: mikrositik hipokromik, Feritin menurun, TIBC meningkat
Penjelasan:
Nomer: 13
Kunci: C
Clue: Klinis anemia (lemah, lesu), bekerja di tambang, telur dinding tipis.
Penjelasan:
Ancylostoma brazilienses:
Yang penting disini adalah bahwa cacing ini menginfeksi dalam bentuk larva filariform
yang bisa penetrasi kulit.
Nomer 14
Kunci: D
Clue: Ibu OAT kat 1, anak 1 tahun, ASI
Penjelasan:
Nomer 15
Kunci: B
Clue: dahak warna hijau kental, x-ray honeycomb appearance
Penjelasan:
Pada dahak hijau, harus dibedakan dengan PPOK. Pada PPOK, x-ray nya pelebaran
sela iga, pemeriksaan fisik ada barrel chest, dari anamnesis ada riwayat merokok, Pada
kasus ini nggak ada.
Nomer 17
Kunci: C
Clue:anemia, pekerja tambang, (sama dengan nomer 13)
Penjelasan:
Human hookworm disease is a common helminth infection that is predominantly caused by the
nematode parasites Necator americanus and Ancylostoma duodenale; organisms that play a
lesser role include Ancylostoma ceylonicum, Ancylostoma braziliense, and Ancylostoma
caninum. Hookworm infection is acquired through skin exposure to larvae in soil contaminated
by human feces (see the image below). Soil becomes infectious about 9 days after
contamination and remains so for weeks, depending on conditions.
(medscape)
Nomer 18
Kunci: B
Clue: murmur mid-diastolik pada apex
Penjelasan:
Nomor: 19
Kunci:
Clue
Penjelasan
Nomor: 20
Kunci: D. morbili virus
Clue: prodormal, rash makulopapular
Penjelasan:
21. B. Echo
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis PJR adalah echo.
Echocardiography has proven to be more sensitive and specific than auscultation.
There are significant advantages in using echocardiography to detect valvulitis.
Foremost, is its superior sensitivity in detecting rheumatic carditis, which should prevent
patients with carditis from being misclassified as noncarditic and placed on abbreviated
secondary pro- phylaxis, in line with the more benign prognosis. It is reasonable to
accept that valvular regurgitation may not always be detected by routine clinical
auscultation. The likelihood of misclassification is higher now, since clinical auscultatory
skills of training physicians are suboptimal, at least in countries where RF is declining. A
second advantage of echocardiography is that it should allow the valve structure to be
detected, as well as nonrheumatic causes of valvular dysfunction (e.g. mitral valve
prolapse, bicuspid aortic valve), and may prevent patients from being mislabeled as
cases of rheumatic carditis.
Reference :
World Heart Federation criteria for echocardiographic diagnosis of rheumatic heart
disease—an evidence-based guideline 2012
WHO technical report series 2001
22. A. Lugol
short-term iodine (potassium iodide-iodine or potassium iodide solutions) to
decrease gland vascularity and surgical blood loss [4-6] and, in patients who are not
euthyroid, to lower serum thyroid hormone concentrations. It is typically given for up to
10 days.Patients with Graves' hyperthyroidism may also be given inorganic iodine (eg,
potassium iodide [SSKI], 50 mg iodide per drop [0.05 mL], 1 to 2 drops three times daily
[approximately 300 mg daily]) for up to 10 days before surgery to decrease the
vascularity of the thyroid gland and surgical blood loss [9]. Preoperative iodine is
generally not used in patients with toxic multinodular goiter (MNG) or toxic adenoma,
whose thyroid glands tend to be less hypervascular than in patients with Graves'
disease, since iodine may actually exacerbate hyperthyroidism, especially in those
patients not concurrently treated with antithyroid drugs preoperatively.
Reference :
Uptodate
Reference : thyroidcancer.com
Reference : uptodate
Reference : mayoclinic
27. A. Leptospirosis
Referensi :
Slide mantap
28. C. ACEI
Reference : JNC 8
31. S.d. 38
Bedah
Nomor soal: 3
Kunci: a. fimosis
Clue: nyeri saat buang air kecil, sering menarik-narik penisnya, px glans penis kemerahan,
preputium menggelembung
Penjelasan:
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Keluhan umumnya berupa gangguan aliran urin seperti:
1. Nyeri saat buang air kecil
2. Mengejan saat buang air kecil
3. Pancaran urin mengecil
4. Benjolan lunak di ujung penis akibat penumpukan smegma.
Faktor Risiko
1. Hygiene yang buruk
2. Episode berulang balanitis atau balanoposthitis menyebabkan
skar pada preputium yang menyebabkan terjadinya fimosis
patalogis
3. Fimosis dapat terjadi pada 1% pria yang tidak menjalani
sirkumsisi
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Preputium tidak dapat diretraksi keproksimal hingga ke korona
glandis
2. Pancaran urin mengecil
3. Menggelembungnya ujung preputium saat berkemih
4. Eritema dan udem pada preputium dan glans penis
5. Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan tampak
sehat
6. Pada fimosis patalogis pada sekeliling preputium terdapat
lingkaran fibrotik
7. Timbunan smegma pada sakus preputium
Sumber: PPK puskesmas 2015
Nomor soal: 4
Kunci: a. Dislokasi bahu anterior
Clue: riwayat jatuh, deformitas bahu, krepitasi (-), rontgen caput humerus di depan glenoid
Penjelasan: dislokasi bahu anterior
● Lebih sering
● Fall on the hand
● Nyeri sekali, pasien menyangga lengan yang dislokasi dengan lengan yang sehat
● Lateral outline dari bahu tampak rata
● Caput humeri dapat diraba di bawah clavicula
● Lengan dalam posisi abduksi dan eksorotasi
● Tidak mampu abduksi dan endorotasi bahu secara penuh
Sumber: slide bedah 2 mantap mei 2017
Nomor soal: 6
Kunci: b. Ruptur tendon achilles
Clue: gambar dan thompson test (+)
Penjelasan: ruptur tendon achilles
● Sering terjadi pada dewasa (40-50 tahun)
● laki>perempuan
● Mekanisme cedera: dorsifleksi paksa pada kaki yang plantarfleksi (aktivitas olahraga:
basket, tenis, berenang)
● Sudden snap in heel
● Nyeri akut berat di belakang tumit
● Tidak mampu plantarfleksi
● Gap in tendon
● Palpable swelling
● Tes thompson (+)
● Px penunjang: usg, mri, foto polos untuk eksklusi kelainan lain
Sumber: slide bedah 2 mantap mei 2017
Nomor soal: 7
Kunci: c. posterior drawer test
Clue: tidak bisa buat berjalan
Penjelasan:
The typical symptoms of a posterior cruciate ligament injury are:
● Pain with swelling that occurs steadily and quickly after the injury
● Swelling that makes the knee stiff and may cause a limp
● Difficulty walking
● The knee feels unstable, like it may "give out"
Sumber: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00420
Nomor soal: 8
Kunci: e. Bed rest dan observasi
Clue: laserasi ginjal >1cm tanpa ekstravasasi urine
Penjelasan: Classification
● grade I: contusion or non-enlarging subcapsular perirenal haematoma, and no laceration
● grade II: superficial laceration <1 cm depth and does not involve the collecting system (no
evidence of urine extravasation), non-expanding perirenal haematoma confined to retroperitoneum
● grade III: laceration >1 cm without extension into the renal pelvis or collecting system (no evidence
of urine extravasation)
● grade IV
○ laceration extends to renal pelvis or urinary extravasation
○ vascular: injury to main renal artery or vein with contained haemorrhage
○ segmental infarctions without associated lacerations
○ expanding subcapsular haematomas compressing the kidney
● grade V
○ shattered kidney
○ avulsion of renal hilum: devascularisation of a kidney due to hilar injury
○ ureteropelvic avulsions
○ complete laceration or thrombus of the main renal artery or vein
Sumber: https://radiopaedia.org/articles/aast-kidney-injury-scale,
https://uroweb.org/wp-content/uploads/24-Urological-Trauma_LR.pdf
Nomor soal: 9
Kunci: c. proctitis
Clue: anal sex, ulkus pada mukosa rectum
Penjelasan:
History
General symptoms of acute proctitis include the following:
● Feeling of rectal fullness
● Anal and rectal pain
● Diarrhea, usually frequent, small amounts
● Frequent or continuous urge to have a bowel movement
● Pain in the lower left abdomen
● Passing mucus through the rectum
● Rectal bleeding
Idiopathic proctitis
Symptoms of idiopathic proctitis include the following:
● Passage of blood and mucus per rectum
● Tenesmus
● Occasionally, passage of loose stool, with or without lower abdominal pain or rectal
cramping
Infectious proctitis
Infectious proctitis may have the following features:
● Pruritus
● Rectal and anal pain (may become severe)
● Avoidance of defecation due to pain
● Most common causes - Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, herpes
simplex virus (HSV) types 1 and 2
● Indolent and extensive HSV types 1 and 2 infections: Symptoms may include the
following: tenesmus, rectal pain, discharge, and hematochezia. The disease may
run its natural course of exacerbations and remissions but is usually more
prolonged and severe in patients with immunodeficiency disorders. Presentations
may resemble dermatitis or decubitus ulcers in debilitated, bedridden patients. A
secondary bacterial infection may be present.
Radiation-induced proctitis
Radiation-induced proctitis includes the following symptoms:
● Early symptoms include tenesmus and diarrhea that resolve shortly after the
radiation treatment period.
● Later symptoms of proctitis (occurring months to years after the completion of
radiation therapy) include tenesmus, bleeding, low-volume diarrhea, and rectal
pain.
● Symptoms of radiation-induced proctitis are associated with low-grade obstruction
or fistulous tracts into adjacent organs.
Bedah
13. Identitas :-
Keluhan utama : Sesak napas
Anamnesis : Pasien sesak, lebih suka miring ke kanan (?)
Pemeriksaan fisik : ketinggalan gerak thorax kiri, perkusi redup, suara napas menjauh
Penunjang : Xray opasitas inhomogen di kiri
Diagnosis? Efusi Pleura
´ Definisi: Merupakan suatu kumpulan cairan pada ruang antara lapisan parietal dan visceral dari
pleura, biasanya berisi cairan serosa, namun juga dapat mengandung bahan lainnya. (cairan
pleura normal 0,1 – 0,2 mL/kgbb)
´ Diagnosis
Anamnesis
Sesak nafas semakin lama makin memberat
Riwayat penyakit paru
Berbaring lebih nyaman miring ke arah sisi sakit
Pemeriksaan Fisik
Pergerakan dada yang tidak simetris
Jika cairan >300 cc, pada bagian yang terdapat cairan: perkusi redup, fremitus taktil menghilang,
suara nafas melemah atau hilang, trakea terdorong ke kontralateral.
´ Foto Thorax
Posisi PA: Sudut kostofrenikus tumpul (>500 cc), meniscus sign (+) foto diambil dalam posisi
duduk atau berdiri
Posisi lateral: sudut kostofrenikus tumpul jika cairan >200 cc, tampak perselubungan homogen,
radio-opak (putih), permukaan atas cekung
******************************
Obstetri Ginekologi
· Rangsang oxytocin
· Analgetik
Onset Sebelum > 20 minggu > 20 minggu > 20 minggu < 20 minggu > 20 minggu
hipertensi kehamilan
atau < 20
minggu
Tekanan TD ≥ 140/90 SBP ≥140 atau SBP ≥140 atau SBP >160 atau TD ≥ 140/90 SBP >160
Darah mmHg DBP ≥90 DBP ≥90 DBP >110 mmHg mmHg atau DBP
mmHg mmHg >110 mmHg
Ax & Px Dapat Dapat disertai Nyeri kepala, Nyeri kepala, Nyeri kepala, Kejang
Fisik disertai gejala gangguan gangguan fungsi gangguan fungsi
gangguan preeklampsia fungsi ginjal, ginjal, gangguan ginjal, gangguan
organ lain gangguan fungsi hati, fungsi hati,
(hati, ginjal) fungsi hati, gangguan gangguan
gangguan pengliahatan pengliahatan
pengliahatan
Hasil Lab Proteinuria Proteinuria (-) Proteinuria ≥+1 Proteinuria ≥+2 Proteinuria >+1 Proteinuria
(-) dipstick atau atau 500 mg/24 ≥+2
Trobositopenia
≥300mg/24 jam
<100.000sel/uL
jam
Trombositopenia
(<100.000 sel/uL)
AST/ALT
Oliguria (<500
ml/24 jam)
TD post Menetap > Normal < 12 Normal < 12 Normal < 12 Menetap > 12 Normal < 12
partum 12 minggu minggu minggu minggu minggu minggu
´ Faktor resiko:
1. Usia Maternal : <20 tahun dan >35 tahun
2. Paritas : Multipara > Primipara
3. Jarak Persalinan : <15 bulan
4. Riwayat SC dahulu
5. Riwayat Abortus
6. Merokok
7. Kehamilan kembar : Ukuran plasenta besar
8. Kadar Hb : Anemia
9. Riwayat PP sebelumnya
10. Tumor seperti polip endometrium dan mioma uteri
´ Manifestasi Klinis
1. Perdarahan pervaginam tanpa disertai nyeri
2. bagian terbawah janin masih tinggi
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan
anemia sampai syok
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan asfiksia
sampai kematian janin dalam rahim.
´ Diagnosis
1. USG transabdominal, dengan ketepatan diagnosis 95-98% pada trimester III
2. USG transvaginal, dengan ketepatan 97% pada semua trimester
3. Pemereiksaan USG pertama pada UK 20 minggu
• Daripada semua kehamilan, deteksi plasenta previa sebanyak 42% pada UK 11-14 minggu,
3.9% pada UK 20-24 minggu, dan 1.9% pada ibu aterm (Mustafa et al, 2002).
• Apabila plasenta menutupi OUI ≥20mm pada UK 26 minggu, USG harus dilakukan secara
routine berdasarkan UK, jarak dari OUI, dan manifestasi klinis.
• Migrasi posisi plasenta ke arah superior berterusan sehingga akhir trimester III karena
diferensiasi perkembangan segme bawah uterus secara kontinu. Kadar migrasi rata-rata
>1mm/minggu, dan mempunyai predictive value yang tinggi untuk outcome normal. Penutupan
>20mm setelah UK 26 minggu, diprediksikan untuk SC
´ Penatalaksanaan
UK <37 minggu dengan perdarahan minimal : terapi ekspektan
1. Rawat inap
2. Limitasi aktifitas
3. Corticosteroid (deksametason 6 mg/12 jam selama 48 jam) untuk maturitas paru janin
4. Tocolytics untuk mengurangkan kontraksi uterus
5. Terminasi kehamilan apabila janin viable
6. Terapi Ekspektan:
· janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunialuar baginya kecil sekali.
· dibenarkan dengan alasan perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal dan untuk
pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum ibu. Jika kehamilan 37 minggu telah
tercapai, kehamilan diakhiri.
· diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh
´ Manajemen
Nomor soal: 6.
Clue: mual muntah setiap makan apapun, tanda dehidrasi (lemas, turgor turun, mata
cekung mulut kering) hipokalemia, ketonuria
Pembahasan
Nomor soal: 7
Jawaban: A. Polip serviks
Clue: massa bertangkai berwarna sedikit pucat yg keluar dari serviks
Pembahasan:
Nomor soal: 8
Pembahasan:
Nomor soal: 9
Clue: Placenta lahir lengkap, 5 menit setelah bayi keluar. Uterus teraba
kuat dan terletak 1cm di atas simpisis pubis. Ditemukan adanya robekan di vagina
Pembahasan:
Nomor soal: 11
jawaban: E. Ruptur perineum derajat 3C
Clue: robekan perineum sampai sphincter ani interna
Pembahasan :
Nomor soal: 12
jawaban: A. Deksametason
Pembahasan:
Nomor soal: 13
jawaban: B. pervaginam
Clue: Presentasi kepala-kepala
Pembahasan:
Nomor soal: 14
Jawaban: B. Vakum
Clue: ibu tidak kuat mengejan. Penurunan kepala di hodge 4, tidak didapat molase.
Tonus uteri baik.
Nomor soal: 15
Pembahasan:
17. Pada ibu hamil, gusi bengkak, karies, tata laksana?
Rujuk, untuk scaling
18. Perdarahan post partum . Teraba massa kasar di OUE. Diagnosis:
Inversio uteri:
-Fundus uteri tidak teraba massa
-Nyeri ringan atau berat
-lumen vagina teraba massa
19. Post partus, plasenta tidak lahir2:
retensio plasenta
20. Ibu hamil datang ANC, dari hasil USG didapatkan polihidramnion,
perut bayi ascites, dan ada yg lain. Apa yg akan dokter lakukan?
A. Rujuk untuk konfirmasi anomali kongenital
Kalau inkomplit
<16 minggu, perdarahan ringan sedang: forsep cincin
<16 minggu, perdarahan berat: AVM, bila tidak ada : KURET TAJAM
>16 minggu, : oksitosin atau misoprostol , bila perlu
kuretase
22. Ibu hamil, UK 42 minggu belum merasa kontraksi ingin
melahirkan. Gerakan janin dirasa berkurang. Kemungkinan yang
mendasari keadaan ini?
Uteroplacental insuficiency
ILMU KESEHATAN ANAK
1. Anak laki laki usia 5 tahun demam dan batuk sejak seminggu.
Dalam 2 hari anak dikatakan makin lemas dan sesak. HR 120 RR 32 T
39. Nafas cuping hidung, retraksi dinding dada berat. Tindakan yang
dilakukan?
Kasus ini dikategorikan PNEUMONIA BERAT karena adanya nafas
cuping hidung dan retraksi dada.
Pilihan tindakan yang bisa dilakukan adalah RAWAT INAP dengan
antibiotik
Ampicilin IV 4x50 mg/kgbb + genta 1x7.5 mg/kgbb
2. Anak berusia 6 bulan dibawa ke RS karena muntah dan perut
kembung , pemeriksaan RT didapat red currant jelly stool:
Dx: Intususepsi
3. Seorang bayi 6 minggu lahir dengan keluhan kuning dan BAB
dempul. Lahir 34 minggu dan langsung menangis, sklera ikterik,
badan kuning. Keluhan muncul 4 hari dan menghilang 10 hari
kemudian, bilirubin total 11, bil direct 10.2, bil indirect 0.8
Diagnosis:
Atresia bilier
a. Pre hepatic: -Hemolytic anemia, bisa defek pada red
blood cell membrane (Spherocytosis, eliptocytosis), bisa defek pada
struktur nya (Sickle cell, Thalasemia).
Ini menyebabkan metabolisme Heme besar besaran dan membuat
konjugasi kewalahan dan menyebabkan peningkatan unconjugated
bilirubin.
b. Intra hepatic:- Unproper conjugation (Gilbert syndrome, Criggler
najjar syndrome)
-Unproper bile excretion (Rotor syndrome, Dubin
Johnson syndrome)
Penyebab dari jaundice intrahepatic adalah gangguan mekanisme
intraseluler dari hepatosit baik dalam proses konjugasi maupun
ekskresi bilirubin.
c. Post hepatic: -Intrinsic causes (Cholelithiasis,
Choledocholithiasis, cholangitis, benign and malignant biliary
strictures, papilla vater disorders)
-Extrinsic causes (Compression from outer anatomical
structures such as pancreas; pancreatitis, malignancy of pancreas,
pseudocyst)
Penyebab dari posthepatic jaundice adalah gangguan dari alur duktus
bilier yang membuat bile tidak dapat mencapai duodenum. Gangguan
bisa disebabkan dari intrinsik duktus bilier seperti batu maupun
tumor, dan juga dari penekanan ekstrinsik duktus bilier.
Pada pre hepactic cause, bilirubin indirect akan meningkat, karena sel
darah merah belum melewati hepar, dimana hepar adalah organ yang
melakukan proses konjugasi pada bilirubin.
Pada intra hepatic cause, bilirubin direct dan indirect akan meningkat,
tergantung yang bermasalah pada konjugasi atau pada ekskresi nya.
Pada post hepatic cause, bilirubin direct akan meningkat, karena
bilirubin sudah terkonjugasi, namun terhambat eksresi nya seperti
pada choledocholithiasis atau apapun yang menekan flow eksresi
bilirubin.
Pada kasus, bilirubin direct meningkat tinggi, sedangkan indirect nya
ada pada normal level. Ini mengindikasikan adanya post hepatic
cause icteric. Maka jawabannya adalah atresia bilier.
Nomor soal: 5
Kunci: A. Atresia Esofagus
Clue: Pemasangan OGT tidak sampai gaster. Foto babygram tidak ada udara di usus.
Penjelasan:
Atresia Esofagus
Tanda awal dari atresia esofagus pada fetus adalah polihidramnion pada saat
kehamilan. Gejala klasik pada anak: copious, fine, white, frothy bubbles of mucus in the
mouth and sometimes the nose. Anak mungkin mengalami beberapa episode batuk dan
tersedak (mungkin hingga sianosis) yang diperparah saat diberi makan. Diagnosis
atresia esofagus dapat dikonfirmasi ketika kateter 10 G tidak bisa lewat 10 cm dari gusi.
Pada kecurigaan dgn kasus atresia esofagus, chest x-ray perlu dilakukan utk melihat
apakah ada gas/udara pada abdomen. Tidak adanya gas/udara pada abdomen
menandakan bahwa pasien memiliki atresia esofagus tanpa fistula atau hanya fistula
proksimal.
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017
Nomor soal: 6
Kunci: A. Feses
Clue: Demam 10 hari terutama malam hari, ada gejala intestinal, lidah tepi kotor →
thyphoid fever
Penjelasan:
Pemeriksaan penunjang utk demam thyphoid:
Isolasi organisme (kultur)
Minggu 1: sampel darah dan sumsum tulang
Minggu 2: sampel feses
Minggu 3: sampel urine
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017
Nomor soal: 7
Kunci: B. DHF
Clue: demam 3 hari, muncul bercak merah, AT 76.000 → DHF
Penjelasan: DHF grade I → trombosit < 150.000, Hmt meningkat 20% atau lebih.
Nomor soal: 8
Kunci: B. Dextrose 40% (kalau hipoglikemia). D. Rehidrasi dan insulin (kalau KAD)
Clue: lemas, riwayat DM 1 → sebenarnya kondisi ini bisa menunjukkan KAD atau
hipoglikemia. Aku lupa tanda-tanda, hasil pemeriksaan (cth: GDS) dan yg lain, jd aku
kasih penjelasan keduanya ya.
Penjelasan:
TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
TATALAKSANA KAD
Penegakan diagnosis KAD: hiperglikemia (GDS > 200 mg/dl), pH darah vena < 7.3,
bikarbonat < 15, ketonemia dan ketonuria.
Terapi cairan: NaCl 0,9% 20 cc/kg dalam waktu 1 jam. Apabila kadar gula sudah turun
< 250, diganti Dextrose 5% dalam NaCl 0,45%.
Terapi insulin: gunakan rapid insulin dosis 0,1 IU/kgBB/jam scr intravena.
Koreksi gangguan elektrolit: natrium dan kalium.
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017
Nomor soal: 9
Kunci: A. Oralit per oral 50 cc tiap setelah BAB
Clue: diare tanpa tanda dehidrasi
Penjelasan:
Penanganan Diare Tanpa Tanda Dehidrasi
Jelaskan kpd ibu ttg 4 aturan perawatan di rumah: beri cairan tambahan, beri Zinc,
lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali
1. Cairan tambahan → sebanyak yang anak mau
2. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) utk digunakan di rumah
3. < 2 tahun: berikan oralit 50-100 cc tiap kali BAB. 2 tahun atau lebih: 100-200 cc
tiap kali BAB.
4. Tab ZInc: < 6 bulan: ½ tab (10 mg) per hari selama 10 hari. > 6 bulan: 1 tab (20
mg) per hari selama 10 hari.
Sumber: WHO Pocketbook Hospital Care for children 2013
Nomor soal: 10
Kunci: A. Hemofilia
Clue: sering bengkak di lutut, aPTT memanjang
Penjelasan: Hemofilia merupakan sebuah penyakit gangguan pembekuan darah yang
diturunkan, X-linked recessive. Pada hemofilia A terjadi defisiensi faktor koagulasi VIII,
sedangkan, pada hemofilia B terjadi defisiensi faktor koagulasi IX. Manifestasi umum
pada pasien hemofilia adalah perdarahan pada sendi dan otot. Pada pasien hemofilia,
hasil pemeriksaan aPTT akan memanjang. Perbedaan dengan von Willebrand Disease
adalah pada hemofilia BT normal, sedangkan, pada von Willebrand Disease BT
memanjang.
Sumber: Medscape
Nomor soal: 11
Kunci: A. Pott Disease
Clue: batuk lama, penurunan berat badan
Penjelasan:
Spondilitis TB (Pott’s Disease)
Gejala klasik TB → lemas, penurunan nafsu makan, penurunan BB, keringat malam
hari, demam subfebris. Terdapat deformitas kifosis, small knuckle kyphosis pada
palpasi processus spinosus, gibbus, cold abcess.
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017
Nomor soal: 12
Kunci: A. GNAPS
Clue: edem, post infeksi kulit
Penjelasan:
GNAPS
Etiologi pada GNAPS adalah Streptococcus beta hemolitikus golongan A tipe 12 dan
25. Seringkali berasal dari infeksi ekstra renal (traktus respiratorius bagian atas atau
infeksi pada kulit/pioderma). Gejala klinik: edema pada kelopak mata dan tungkai,
hematuria, demam, oligo/anuria, hipertensi.
Sumber: slide MANTAP bulan Mei 2017
Nomor soal: 13
Kunci: C. Rontgen
Clue: demam, batuk dahak kuning → pneumonia. Maaf, aku lupa keterangan yg lain
(ada sesak nafas/tidak, ada wheezing/tidak, ditemukan ronkhi/tidak), tp seingatku soal
mengarahkan ke pneumonia.
Penjelasan:
Pemeriksaan Penunjang pada Pneumonia
Pada kasus pneumonia pada anak, pemeriksaan sputum jarang dilakukan karena pada
anak usia < 10 tahun, sputum jarang terproduksi, juga seringkali sputum terkontaminasi
dengan flora normal di mulut. Penggunaan biomarker inflamasi (CRP) untuk
mendukung diagnosis infeksi termasuk pneumonia masih kontroversial karena hasilnya
tidak spesifik. Pemeriksaan lab (darah rutin) untuk menegakkan diagnosis pneumonia
tidak diperlukan dan tidak dilakukan. Kriteria rawat inap untuk pasien pneumonia pun
hanya berdasar dari klinis, bukan dari hasil laboratorium. Pada pasien rawat inap, hasil
laboratorium hanya berguna untuk memantau perkembangan dari pengobatan yang
diberikan.Pemeriksaan Ro thorax rutin dilakukan untuk melihat inflamasi yang terjadi
pada parenkim paru. Pemeriksaan ini berguna utk menegakkan diagnosis, namun tidak
bisa memberi informasi etiologi dari inflamasi tersebut. Dari hasil penelitian terbaru
dikatakan bahwa pemeriksaan ultrasonografi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi utk mendiagnosis pneumonia dan mungkin dapat menggantikan Ro thorax utk
menegakkan diagnosis pneumonia.
Sumber: Medscape, NIH
Nomor soal: 14
Kunci: A. Chloramphenicol
Clue: demam, gangguan intestinal, lidah kotor → demam tifoid
Penjelasan:
Tatalaksana Demam Tifoid pada Anak
Obati dgn Chloramphenicol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena) selama 10-14 hari. Jika tidak dapat diberikan Chloramphenicol, dipakai
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari peroral atau Ampisillin intravena selama 10 hari atau
Cotrimoxazole 48 mg/kgBB/hari (dibagi 2 dosis) peroral selama 10 hari. Bila klinis tidak
ada perbaikan digunakan generasi ketiga Cephalosporin seperti Ceftriaxon (80 mg/kg
im atau iv, sekali sehari, selama 5-7 hari) atau Cefixime oral (20 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis selama 10 hari).
Sumber: WHO Pocketbook Hospital Care for children 2013
Neuro
Nomor soal: 1
Kunci:
Clue:
Penjelasan:
Nomor soal: 2
Kunci: B. Carpal Tunnel Syndrome
Clue: kebas di ibu jari, telunjuk dan jari tengah; membaik saat mengibaskan
pergelangan tangan → Flick sign (+)
Penjelasan:
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) → mononeuropati kompresif lokal.
● Disebabkan penekanan nervus medianus ketika berjalan di dalam carpal
tunnel.
● Nyeri neuropatik dan paresthesia (baal dan kesemutan) pada distribusi
nervus medianus (jari 1,2,3 dan setengah radial jari 4)
● Gejala memburuk pada malam hari (dan dapat membangunkan pasien
dari tidur). Gejala juga memburuk saat pergelangan tangan dipertahankan
dalam posisi tertentu dan saat adanya gerakan repetitif pada pergelangan
tangan
● Flick sign → untuk mengurangi gejala, pasien sering mengibaskan
pergelangan tangan
● Pada kasus yang berat → kelemahan pada otot-otot thenar,
menyebabkan ketidakmampuan dalam abduksi dan oposisi jempol
(pasien menjadi sulit memegang gelas)
Tes provokatif: Phallen test, Tinel test, Digital compression test, Reverse
Phallen test
(https://cdemcurriculum.com/meningitis-encephalitis/)
Nomor soal: 4
Kunci: A. Inhalasi oksigen 100%
Clue: nyeri kepala hebat, unilateral, di mata menjalar ke pelipis, gejala penyerta: mata
merah/nerocos, rhinorea → khas untuk Cluster headache
Penjelasan:
Abortive Therapy
● Oxygen
● Triptans, Ergot alkaloids
Nomor soal: 6
Kunci: C. Meningitis purulenta
Clue: penkes, demam, riwayat mastoiditis, kaku kuduk (+)
Penjelasan: (lihat nomor 3 dan 5)
Nomor soal: 7
Kunci: E. C6-7
Clue: hipoestesi lengan atas, lateral lengan bawah, ibu jari, telunjuk
Penjelasan:
Nomor soal: 8
Kunci: C. Lesi di neuromuscular junction
Clue: sulit membuka mata, kelemahan anggota gerak: memberat saat aktivitas, membaik saat
istirahat; Watenberg test (+) → ke arah Myasthenia Gravis
Penjelasan:
Myasthenia Gravis merupakan penyakit autoimun pada neuromuscular junction yang
dicirikan oleh kelemahan dan mudah lelahnya beberapa kelompok otot skelet yang
bersifat fluktuatif (biasanya memburuk pada sore hari). Mekanisme karena adanya
antibodi IgG yang menempel pada reseptor acetylcholine (ACh) di neuromuscular
junction (di mana fungsi ACh adalah untuk kontraksi otot)
Assessment:
● Wartenberg Test
Have patient look up for 2-3 minutes; if MG, patient will have increased drop of eyelids
● Tensilon Test
In patient with MG, there is improved muscle contractility after IV administration of
acetylcholineesterase inhibitor agent edrophonium chloride (tensilon). Keep atropine on
hand to counteract effects of tensilon
● Prostigmin / Neostigmin Test
Prostigmin 0,5-1mg + SA 0,1 mg via IM/SC
● EMG may show muscle fatigue
● Serologic testing
Presence of autoantibodies against the acetylcholine receptor (AChR-Ab), or against a
receptor associated protein, muscle specific tyrosine kinase (MuSK-Ab)
Management
● Symptomatic → Anticholinesterase inhibitors - prevents anticholinesterase from
breaking down ACh; helps neurotransmission. Monitor dose.
– Examples : Edrophonium, Neostigmine, and Pyridostigmine
● Chronic Immunomodulator → Immunosuppressants such as azathioprine and
prednisone used to treat generalized MG when other medications fail to reduce
symptoms
● Rapid Immunomodulator → Plasmapheresis and IVIG -removes ACh autoantibodies
and short-term improvement.
● Surgical Thymectomy → Thymectomy is a widely accepted option for peripubertal and
postpubertal children with generalized MG who have positive acetylcholine receptor
antibodies or who are seronegative
(Slide Neurologi, Mantap Mei 2017)
Nomor soal: 9
Kunci: A. Sindrom Cauda Equina
Clue: riwayat trauma, saddle anestesi, paraparese, motorik ekstremitas bawah kanan 4, kiri 3
Penjelasan:
SAH:
● Aneurisma arteri-arteri pada circulus arteriosus Willis
● Thunderclap headache → nyeri kepala terhebat yang pernah dirasakan pasien
● Muntah, kaku kuduk
● Tanda-tanda iritasi meninges (meningismus)
● CT: Gambaran hiperdense (darah) yang mengisi hingga celah-celah sulci dan fissura
Tic douloureux or trigeminal neuralgia is a severe, stabbing pain to one side of the face. It
stems from one or more branches of the nerve that supplies sensation to the face, the
trigeminal nerve. It is considered one of the most painful conditions to affect people.
The pain usually lasts from a few seconds to a few minutes. It may be so intense that you
wince involuntarily, hence the term tic. There is usually no pain or numbness between
attacks and no dysfunction of the muscles of the face.
- Sindroma Horner
MRI allows accurate diagnosis of the infarct lesion, detection of cerebral arterial occlusion or
significant stenosis with evaluation of actual collateral flow and may also display certain
reversible ischemic changes(1).
The guidelines for its use include stroke onset within 3 hours of intravenous drug administration,
preceded by a computed tomographic (CT) scan to exclude the presence of hemorrhage, which is
a contraindication to the use of the drug.(2)
1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/19851429
2. http://stroke.ahajournals.org/content/ strokeaha/40/11/3646.full.pdf
clue: penkes dan hemiparese serta multicranial nerve palsy. Babinski (+)
penjelasan :
sesuai algoritma bila ada 2-3 dari gejala (penkes, nyeri kepala, babinski) masuk pada tatalaksana
stroke perdarahan
KonjungtivitisAlergikaSederhana
Klasifikasi:
•Seasonal Allergic Conjunctivitis berhubungan dengan allergen musiman seperti polen
•Perennial Allergic Conjunctivitis berhubungan dengan allergen tahunan seperti debu rumah dan tungau
•Tanda dan Gejala: Konjungtivitis alergikanon-spesifik akut (hipersensitivitas tipe I), ringan, yang
ditandai dengan gatal, hiperemis, dan reaksi papilar ringan serupa dengan reaksi urtikaria ringan
•Terapi: Hindari allergen; Artificial tears; Antihistamin; Vasokonstriktor (adrenalin, ephedrine,
dannaphazoline); Stabilizer sel mast (tetes mata sodium kromoglikat2%); Steroid
(Slide Mantap, 2017)
2. A stye or hordeolum is a small, painful lump on the inside or outside of the eyelid. It is actually an
abscess filled with pus and is usually caused by a staphylococcus bacteria eye infection
● A chalazion (say "kuh-LAY-zee-on") is a lump in the eyelid. Chalazia (plural) may look
like styes, but they are usually larger and may not hurt. May go away without treatment
· Blepharitis is an inflammation of the eyelids in which they become red, irritated and itchy
and dandruff-like scales form on the eyelashes. It is a common eye disorder caused by either
bacteria or a skin condition, such as dandruff of the scalp or acne rosacea. It affects people of all
ages. Although uncomfortable, blepharitis is usually not contagious and generally does not cause
any permanent damage to eyesight.
Blepharitis is classified into two types:
Anterior blepharitis occurs at the outside front edge of the eyelid where the eyelashes attach.
Posterior blepharitis affects the inner edge of the eyelid that touches the eyeball.
Sumber :
1. http://www.webmd.com/eye-health/tc/styes-and-chalazia-topic-overview#1
2. http://emedicine.medscape.com/article/1212709-overview
3. nomor soal : Tipe 2, Mata No. 3
kunci : A. HSV
clue: kornea lesi dendritik
penjelasan :
HSV : kornea lesi dendritik
HZV : kornea lesi pseudodendritik
4. nomor soal : Tipe 2, Mata No. 4
kunci : A. Pterigium
clue: jaringan fibrovaskular melewati limbus kornea
pembahasan :
penjelasan :
Papillae coat the tarsal surface of the upper eyelid and may reach large size (giant papillary
conjunctivitis). Limbal papillae may occur in vernal keratoconjunctivitis (Horner-Trantas dots).
The histologic appearance of papillary conjunctivitis is identical, regardless of the cause: closely
packed, flat-topped projections, with numerous eosinophils, lymphocytes, plasma cells, and
mast cells in the stroma surrounding a central vascular channel.
sumber :
https://www.aao.org/bcscsnippetdetail.aspx?id=9d2ac3f7-43cb-4096-9c26-3c7b6d052e20
Nomor soal: 6
Kunci: D. Alergi
Clue: Mata merah, terasa berair dan mengganjal. Px: injeksi konjungtiva, reaksi papiler
Penjelasan:
Mata merah tanpa penurunan visus dan terdapat sekret --> konjungtivitis
Papil + + +
Folikel + +
Nomor soal: 8
Kunci: A. Episkleritis
Clue: Riwayat TB. Gambar adalah episkleritis.
Penjelasan:
Tuberculosis can affect the eye either primarily with active infection or secondarily as a
result of immune reaction to the mycobacterium. The conjunctiva, cornea, and sclera
are sites of primary ocular involvement. Hematogenous spread of the disease or spread
from neighboring structures is responsible for uveitis which is the most common
manifestation of secondary ocular TB. Ocular manifestations of TB are varied and
include scleritis, phlyctenulosis, interstitial keratitis, corneal infiltrates, anterior chamber
and iris nodules, and granulomatous anterior uveitis. These can occur without signs of
systemic involvement.
Sumber: AAO EyeWiki (http://eyewiki.aao.org/Tuberculosis_Uveitis)
Nomor soal: 9
Kunci: A. Posisi semi-fowler+siklopegik --> berdasarkan dr Indra
Clue: Trauma tumpul pada mata. Px: Hematoma palpebra, hifema minimal
Penjelasan:
Pada hifema, pasien diposisikan semi-fowler --> posisi terlentang dengan kepala
ditinggikan 30-45 derajat.
Medical treatment for an isolated hyphema typically is topical.
- Topical corticosteroids (systemic for severe cases) may reduce associated
inflammation, although the effect on the risk for rebleeding is debatable.
- Topical cycloplegic agents are also useful for patients with significant ciliary
spasm or photophobia.
- In the setting of intraocular pressure elevation, topical aqueous suppressants are
first line agents for pressure management (beta-blockers and alpha-agonists).
- Systemic carbonic anydrase inhibitors and hyperosmotic agents (acetazolamide
or mannitol) may be required if topical management fails to control the pressure.
If this is the case, the patient will likely require surgical intervention.
Jadi sebenernya timolol, siklopegik, dan steroid bener semua, mungkin tinggal dilihat
keluhan utama pada pasien apa :”)
Sumber: AAO EyeWiki (http://eyewiki.org/Hyphema)
Nomor soal: 10
Kunci: A. Dakriosistitis
Clue: Mata nrocos, tampak sekret di saccus lacrimalis
Penjelasan:
Dakriosistitis
- Radang pada saccus lakrimalis akibat obstruksi duktus nasolakrimal
- Px: epifora, nyeri dan bengkak di saccus lakrimalis (bagian nasal rongga orbita),
nyeri tekan di saccus lakrimalis disertai keluarnya sekret mukopurulen saat
ditekan
Dakrioadenitis
- Radang pada glandula lakrimalis
- Px: Nyeri dan bengkak di temporal atas rongga orbita, konjungtiva kemotik,
sekret
Sumber: Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima, FK UI
Nomor soal: 11
Kunci: B. Glaukoma sekunder sudut tertutup
Clue: Katarak dengan shadow test (+) dan COA dangkal
Penjelasan:
Nomor soal: 12
Kunci: E. Retinopati
Clue: Ax: visus turun, riwayat DM; Px: cotton wool patches, drusen, flame hemorrhage,
mikroaneurisma
Penjelasan:
Slit lamp examination and dilated fundus examination should be performed. One should
look carefully for the presence of abnormal blood vessels on the iris (rubeosis or NVI),
cataract (associated with diabetes) and vitreous cells (blood in the vitreous or
pigmented cells if there is a retinal detachment with hole formation). IOP should be
checked especially when NVI is seen. Dilated fundus examination should include a
macular examination (contact lens or non-contact examination lens) to look for
microaneurysms, hemorrhage, hard exudates, cotton wool spots, retinal swelling
(edema)/ cystoid macular edema. The optic disc and area surrounding it (for one disc
diameter) should be examined for presence of abnormal new blood vessels
(neovascularization of the disc, NVD). The remainder of the retina should also be
examined for presence of abnormal new blood vessels (neovascularization elsewhere,
NVE)
Sumber: AAO EyeWiki
(http://eyewiki.org/Diabetic_Retinopathy#Physical_examination_and_Signs)
Nomor soal: 13
Kunci: A. Dislokasi lensa ATAU C. Ectopia lentis
Clue: Trauma tumpul pada mata. Px slit lamp: tremorous iris
Penjelasan:
ECTOPIA LENTIS
- Ectopia lentis is defined as displacement or malposition of the crystalline lens of
the eye
- Berhubungan dengan riwayat trauma tumpul pada mata atau kelainan sistemik
(ex. sindron Marfan, homocystinuria)
--> berdasarkan AAO (http://eyewiki.aao.org/Ectopia_Lentis), ectopia lentis adalah
dislokasi lensa. CMIIW
DISLOKASI LENSA
1. Subluksasi lensa
- Putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa berpindah tempat
- Px: iris tremulans
- Komplikasi: glaukoma sekunder karena penutupan sudut bilik mata oleh lensa
yang mencembung
2. Luksasi lensa anterior
- Putusnya seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator
- Lensa masuk ke dalam bilik mata depan sehingga terjadi glaukoma akut sudut
tertutup
- SS: penglihatan turun mendadak, nyeri berat, muntah, mata merah,
blepharospasm
- Px: injeksi siliar berat, edema korna, lensa di COA, iris terdorong ke belakang,
pupil lebar, TIO naik
3. Luksasi lensa posterior
- Putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator
- Lensa jatuh ke vitreous body dan tenggelam di dataran bawah polus posterior
fundus okuli
- SS: skotoma, muncul gejala afakia
- Px: COA dalam, iris tremulans, 6/6 pada +12 D
- Komplikasi: glaukoma fakolitik, uveitis fakotoksik
Sumber: Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima, FK UI
Nomor soal: 14
Kunci: Skleritis necrotican
Clue: Mata merah. Nyeri saat ditekan dan ada bayangan hitam di konjungtiva.
Penjelasan:
EPISKLERITIS
- Radang jaringan ikat vaskuler, biasanya Idiopatik
- Tipe: Episkleritis simple & episkleritis nodular
- SS: mata kering, nyeri ringan, mengganjal, konjungtiva kemotik, biasanya
unilateral
- Px: benjolan setempat, batas tegas, warna merah di bawah konjungtiva --> jika
ditekan nyeri menjalar ke sekitar mata; dapat digerakkan
- PxP: tes fenil efrin 2.5% topikal --> vasa mengecil
SKLERITIS
- SS: nyeri berat, diperparah dengan gerakan bola mat
- Px: warna violet-blue pada mata, tidak dapat digerakkan
- PxP: tes fenil efrin 2.5% topikal --> vasa tidak mengecil
Scleritis, or inflammation of the sclera, can present as a painful red eye with or without
vision loss.
The most common form, anterior scleritis, is defined as scleral inflammation anterior to
the extraocular recti muscles.
- Diffuse form, anterior scleral edema is present along with dilation of the deep
episcleral vessels. The entire anterior sclera or just a portion may be involved.
- Nodular disease, a distinct nodule of scleral edema is present. The nodules may
be single or multiple in appearance and are often tender to palpation.
- Necrotizing anterior scleritis is the most severe form of scleritis. It is
characterized by severe pain and extreme scleral tenderness. Severe vasculitis
as well as infarction and necrosis with exposure of the choroid may result.
A rare form of necrotizing anterior scleritis without pain can be called
scleromalacia perforans. The sclera is notably white, avascular and thin. Both
choroidal exposure and staphyloma formation may occur.
Posterior scleritis is defined as involvement of the sclera posterior to the insertion of the
rectus muscles. Posterior scleritis, although rare, can manifest as serous retinal
detachment, choroidal folds, or both. There is often loss of vision as well as pain upon
eye movement.
Sumber: AAO EyeWiki (http://eyewiki.org/Episcleritis ; http://eyewiki.org/Scleritis)
No soal : 1
Kunci : timpanosklerosis
Clue : Penurunan pendengaran, disangkal adanya keluhan demam, gatal, trauma, dan
keluar cairan dari telinga. Adanya riwayat keluar cairan dari telinga, namun tidak diobati
Otoskopi : timpanosklerosis
Pembahasan :
Timpanosklerosis adalah penyakit pd membran timpani yang menunjukkan gambaran
bercak-bercak putih tebal atau tebal seluruhnya akibat timbunan kolagen terhialinisasi
pada bagian tengahnya. Keadaan ini sering terjadi pada pasien dengan riwayat OMSK
atau post operasi membran timpani dan telinga tengah.
No soal : 2
Kunci : persisten sedang berat
Clue : hidung tersumbat sejak 2 minggu, disertai bersin, gatal, beringus, gangguan pola
tidur dan aktivitas sehari-hari. Riwayat keluarga asma (+)
Pembahasan :
ARIA classification of rhinitis alergy
Intermitten : berlangsung < 4 hari seminggu atau < 4 minggu
Persisten : berlangsung > 4 hari seminggu atau > 4 minggu
Mild : normal sleep; no impairment of daily activities, sport, leisure; no impairment of
work and school; no troublesome symptoms
Moderate – severe : abnormal sleep; impairment of daily activities,, sport, leisure;
impaired work and school; troublesome symptoms
No soal : 3
Kunci : a. Sphenopalatina
Clue : epistaksis pada penderita sirosis hepatis
Pembahasan :
Pada pasien dengan sirosis hepatis, akan terjadi hipertensi porta dan koagulopati yang
merupakan faktor predisposisi terjadinya epistaksis posterior.
Anterior Plexus Kiesselbach, a. Ethmoidalis anterior, a.
Sphenopalatina
Disebabkan oleh : trauma, infeksi
o soal : 5
N
Kunci : ekstraksi dengan forceps
Clue : corpus alienum baterai jam tangan di 1/3 lateral canalis auditori eksterna, anak 3
th
Pembahasan :
Manajemen ekstraksi corpus alienum pada telinga :
- Corpus alienum yang besar à gunakan pengait
- Corpus alienum yang kecil à gunakan cunam atau pengait
- Corpus alienum yang bisa dikait à pengait atau hook
- Corpus alienum logam à forceps dan magnet
- Corpus alienum binatang à matikan terlebih dahulu à ekstraksi
Alat yang biasa digunakan : forcep alligator, hook ekstraktor, pinset bayonet
No soal : 6
Kunci : rhinitis ozaena
Clue : hidung mampet, bau busuk, terdapat krusta mengering
Pembahasan :
Rhinitis ozaena : Infeksi hidung kronis, terjadi atrofi progresif pd mukosa dan konka,
mukosa à sekret kental, cepat mengering à krusta berbau busuk
Etiologi yang paling sering : infeksi Klebsiella ozaena
No soal : 7
Kunci : tuli campuran
Clue : audiometri terdapat penurunan frekuensi bunyi disertai gaps bone dan air
conduction
Pembahasan :
Interpretasi Audiometri
Deskripsi
· 0-25 dB : normal
No soal : 8
Kunci : labirinitis
Clue : vertigo disertai riwayat keluar cairan dari telinga
Pembahasan :
Labirinitis adalah adanya inflamasi pada labirin
Secara klinis ditandai dengan : vertigo, hearing loss (mixed), tinnitus, demam, otalgia,
fecial weakness
No soal : 9
Kunci : meniere disease
Clue : vertigo, tinnitus, penurunan pendengaran
Pembahasan :
Meniere disease : adanya peningkatan tekanan endolimfe
Tanda spesifik : sensasi berputar, tinnitus, penurunan pendengaran, dan ear fullness
Anestesi
Nomor : 1
Kunci :
C. Stabilisasi, eliminasi, dekontaminasi, antidotum, penyelesaian masalah klinis, penyelesaian
masalah psikologis, rehabilitasi
Penjelasan :
Berikut tahapan tatalaksana penanganan intoksikasi pada umumnya :
· Stabilisasi: lakukan tindakan resusitasi kardiopulmoner dengan cara memperbaiki sirkulasi
darah, membebaskan jalan napas, dan memperbaiki fungsi pernapasan
· Dekontaminasi: kurangi paparan terhadap racun
· Eliminasi: percepat pengeluaran racun dari dalam tubuh
· Pemberian antidotum (anti racun)
· Penanganan kondisi klinis lain
· Penanganan masalah psikologis dan rehabilitasi
Sumber : Medscape
Forensik
Nomor : 1
Kunci :
B. Luka akibat benda tajam
Clue :
Luka tusuk
Penjelasan :
Klasifikasi luka berdasarkan etiologi :
1. Trauma Mekanik
A. Benda Tajam
i. Luka iris
ii. Luka Tusuk
iii. Luka Bacok
B. Benda Tumpul
i. Luka Lecet
ii. Luka Memar
iii. Luka retak, robek
C. Senjata Api
i. Luka tembak masuk
ii. Luka tembak keluar
2. Trauma Fisik
A. Trauma suhu
B. Trauma listrik
C. Trauma petir
3. Trauma Kimia
A. Trauma asam
B. Trauma basa
Bioetik
Nomor : 1
Kunci :
B. 100 per 100.000 penduduk
Clue :
Incidence rate, jumlah kasus baru 75 jiwa, jumlah penduduk berisiko 75.000
Penjelasan :
Incidence Rate =
Nomor : 2
Kunci :
A. Non-Maleficence
Clue :
Goldar keluarga yang mengantar tidak ada yang cocok, dokter memilih menggunakan darah
dari bank.
Penjelasan :
Dokter membuat keputusan untuk melakukan tindakan dalam kondisi gawat darurat yang
menurutnya dapat menyelamatkan nyawa pasien.
Kriteria Beneficence
Kriteria Non Maleficence
Kriteria Autonomy
Kriteria Justice
Nomor : 3
Kunci :
A. Suami pasien
Penjelasan :
Informed consent hanya dapat ditandatangani oleh keluarga terdekat yang sah, yang berada di
tempat yaitu suami / istri, orang tua / wali, saudara kandung.
Suami pasien meskipun sudah dalam tahap perceraian, masih memiliki status sah sebagai
suami pasien di bawah hukum sehingga dalam kondisi ini suami pasien berhak memberi
consent terhadap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
Orang tua pasien tidak berada di lokasi maka pilihan B gugur.
Adik pasien tidak diberi keterangan berusia berapa tahun, karena bila berusia kurang dari 18
tahun maka belum dapat dianggap kompeten dalam memberi consent yang sah, sehingga
pilihan C meragukan.
Paman pasien tidak termasuk keluarga terdekat sehingga pilihan D gugur.
Di dalam kasus pasien hanya dikatakan tidak sadarkan diri tetapi tidak ada keterangan dalam
kondisi gawat darurat sehingga pilihan E gugur.
Sumber :
UU No. 29 pasal 45 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Permenkes No. 290 pasal 13 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
Nomor : 4
Kunci :
A. primer
Penjelasan :
Pemberian vit A pada balita yang belum menderita gangguan pengelihatan
Pencegahan Primer
Upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda munculnya penyakit atau gangguan
kesehatan pada orang sehat
Pencegahan Sekunder
Upaya yang dilakukan terutama untuk deteksi dini adanya penyakit atau gangguan kesehatan
agar dapat dilakukan tatalaksana sedini mungkin
Pencegahan Tersier
Upaya yang dilakukan untuk penanganan adekuat untuk penyakit yang sudah diderita agar
tidak terjadi komplikasi yang dapat memperburuk kondisi kesehatan, mencegah disabilitas.
Sumber : PAPDI
Nomor : 5
Kunci :
E. benda asli
Clue :
Tidak bisa membaca dan hanya mengerti bahasa daerah
Penjelasan :
Penggunaan benda asli merupakan cara yang paling tepat karena lebih mudah dipersiapkan
dan dapat memberi gambaran langsung kepada masyarakat akan apa yang sedang dijelaskan
oleh pemberi penyuluhan.
Flipchart, poster dan leaflet merupakan media penyuluhan yang berisikan gambar dan tulisan
dengan proporsi yang berbeda pada masing-masing jenisnya tetapi dikarenakan kendala
masyarakat tidak bisa membaca maka tidak cocok digunakan pada masyarakat dalam kasus
ini.
Video merupakan media yang cukup baik, tetapi dikarenakan kendala bahasa yang dialami,
cukup sulit untuk menemukan video penjelasan yang menggunakan bahasa daerah setempat.
Nomor : 6
Kunci :
A. Cohort prospektif
Clue :
Hubungan antara faktor risiko dan penyakit, mengkuti pasien dengan dan tanpa faktor risiko
selama setahun dan dinilai penyakitnya.
Penjelasan :
Meskipun pasien yang diikuti telah meminum soda sejak 3 bulan yang lalu tetapi penelitian
masih memiliki durasi 9 bulan proses follow up lagi hingga data diambil untuk penelitian
sehingga masih termasuk jenis penelitian cohort prospective.
Hal ini berbeda dengan cohort retrospective dimana faktor risiko dan outcome sudah terjadi di
masa lalu, dan posisi peneliti sekarang hanya untuk mengumpulkan data penelitian. Cohort
retrospective memiliki kesamaan dengan Case Control, hanya saja terdapat perbedaan starting
point dimana Cohort retrospective memulai dari mencari subjek dengan faktor risiko yang
kemudian dilihat outcomenya, sedangkan Case Control memulai dari mencari pasien dengan
outcome ditelusuri ke masa lalu untuk ada tidaknya paparan terhadap faktor risiko
Nomor : 7
N
Kunci :
B. 1,3
Penjelasan :
Tabel yang diberikan posisinya tidak sesuai sehingga perlu direposisi ulang menjadi
Nomor : 8
Kunci :
B. menasihati suami bahwa istri berhak tahu
Penjelasan :
Sesuai dengan prinsip beneficence dan justice terhadap sang istri tetapi tidak melanggar prinsip
autonomi dari pasien sendiri.
KLB: timbulnya atau meningkatnya kejadian morbiditas atau mortalitas yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu wilayah dan periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah. (UU no. 4 thn 1984 tentang wabah penyakit menular dan PP
no. 40 thn 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular).
Endemi: adanya penyakit atau agen menular yang tetap dalam suatu area geografis
tertentu, dapat juga berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul
dalam suatu area tertentu.
Epidemi: kejadian atau peristiwa dalam suatu masyarakat atau wilayah dari suatu kasus
penyakit tertentu (atau suhu kasus kejadian yang luar biasa) yang secara nyata melebihi
dari jumlah yang diperkirakan.
Pandemi : wabah yg berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang
luas (kbbi.co.id)
Pengobatan rersier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu dengan cara rehabilitatif dan
paliatif.
Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di
Puskesmas (Kemenkes, 2013).
19.
Kunci : A. Adverse event krn unforeseeable risk
Clue: pasien gak ada riwayat alergi, lalu tiba tiba ada alergi obat (tak bisa diantisipasi)
Sumber: WHO
20.
Kunci : A. Disparitas
Clue: ada penggunaan tenaga medis yang tidak merata dan ada yang tidak diuntungkan (yang
perifer lacking tenaga medis) → kesenjangan
•Health disparity: a particular type of health difference that is closely linked with economic,
social, or environmental disadvantage.
•variasi : belum ketemu sumber yg jelas. Kayaknya lebih mengarah ke variation in health care
(misal: perbedaan protokol manajeme per rumah sakit)
Sumber: pubmed
https://googleweblight.com/?lite_url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3863701/&e
i=GGJlsJ4V&lc=en-ID&s=1&m=481&host=www.google.co.id&ts=1492652589&sig=AJsQQ1AF
PoBOzGgj6ICXldxg63nee1lCCg
21.
C. Nominal
Clue: berarti datanya anemia dan tak anemia → on/off → nominal
22.
Kunci: A. Wilcoxon
Clue : data ordinal, paired
1. C. PTSD
Clue; ada peristiwa katastropik, ada hiperarousal (letemu laki2 berjenggot lgsg takut) .
Seharusnya berlangsung minimal 1 bulan
Source: ppdgj
2. B. Haloperidol
Clue: inkoheren ada riwayat kejang berulang (anti psikotik yg aman untuk pasien
epilepsi). Antipsikotiik + antikonvulsan → menurunkan ambang kejang. yg plg aman
adalah anti psikotik generasi 1 (haloperidol). Risperidon tiap penelitian gak konsisten
blg aman.
3. A. Gangguan pica
4. C. Sertraline 1x50 mg
Clue: pasien depresi berat dgn usaha bunuh diri. Tx; SSRI ( fluoxetine 20-40 mg SID
atau BID, atau Sertraline 50-100 mg SID atau BID)
5. B. GAD
Clue: khawatir karena hal yang terjadi sehari-hari, gejala otonom simpatis.
Panic disorder → gejala otonom, tercekik, tiba2, tanpa oencetus, takut terulang lagi.
Source : PPDGJ
6. B. Hipokondriasis
Clue: cemas terjangkit penyakit yg spesifik, sudah dipastikan tidak terjangkit masih cemas.
Somatisasi: banyak keluhan fisik, hbs diperiksa gak bs disimpulkan penyakit apa.
Kulit
DV 5-14
5. A. Trikomoniasis
Clue : keputihan berwarna kehijauan ; strawberry cervix
G vaginalis is the only member of its genus. Originally, it was known as Haemophilus
vaginalis and then as Corynebacterium vaginale. It is a nonmotile, nonflagellated,
nonsporeforming, facultative anaerobic, and nonencapsulated bacteria. Although G
vaginalis appears microscopically as a gram-variable rod, it is officially categorized as a
gram-negative rod.
Bacterial vaginosis (BV), or nonspecific vaginitis, was named because bacteria are the
etiologic agents and an associated inflammatory response is lacking. Many studies
have demonstrated the relation of Gardnerella vaginalis with other bacteria in causing
BV, such as Lactobacillus, Prevotella, and anaerobes, including Mobiluncus,
Bacteroides, Peptostreptococcus, Fusobacterium, Veillonella, and Eubacterium.
Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum,Streptococcus viridans, and Atopobium
vaginae have also been associated with BV
Reference : Medscape
7. B. Dermatitis seboroik
Clue : Kulit mengelupas meluas ke wajah, pemeriksaan dengan kertas rokok
didapatkan berminyak
8. A. Cream Metronidazole
Clue : penggunaan krim malam pemutih wajah, kebanyakan dikarenakan kortikosteroid
Dx : dermatitis perioral
What are the treatment options for perioral dermatitis?
The American Osteopathic College of Dermatology (AOCD) recommends stopping the use of
topical steroid creams or nasal sprays containing steroids, if e. These products can make
symptoms worse and are likely responsible for the symptoms. Consider a slower withdrawal
from topical steroid/face creams if there is a severe flare after steroid cessation. Temporarily,
replace it by a less potent or less occlusive cream or apply it less and less frequently until it
is no longer required.
● Wash the face with warm water alone while the rash is present. When it has cleared up,
use a non-soap bar or liquid cleanser if you wish.
● Choose a liquid or gel sunscreen.
Medications your doctor may prescribe to treat your condition include:
● topical antibiotic medications, such as metronidazole (Metro gel) and erythromycin
● immunosuppressive creams, such as pimecrolimus or tacrolimus cream
● topical acne medications, such as adapalene or azelaic acid
● oral antibiotics, such as doxycycline, tetracycline, minocycline, or isotretinoin, for more
severe cases
reference : www.dermnetnz.org
9. A. Lentigo Maligna
Lentigo maligna is a precursor to lentigo maligna melanoma, a potentially serious form
of skin cancer. Lentigo maligna is also known as Hutchinson melanotic freckle. Lentigo
maligna is an early form of melanoma in which the malignant cells are confined to the
tissue of origin, the epidermis, hence it is often reported as ‘in situ’ melanoma. It occurs
in sun damaged skin so is generally found on the face or neck, particularly the nose and
cheek. It grows slowly in diameter over 5 to 20 years or longer.
The risk of lentigo maligna relates to sun damage. Thus lentigo maligna is more
common in outdoor workers, in older people and in association with solar damage and
keratinocyte skin cancer (basal cell carcinoma, squamous cell carcinoma). Although
often occurring in those with very fair skin (skin phototype 1 and 2), it may also occur in
those who tan quite easily (phototype 3). It is rare in brown or black skin (phototype
4-6).
Lentigo maligna presents as a slowly growing or changing patch of discoloured skin. At
first, it often resembles common freckles or brown marks (lentigines). It becomes more
distinctive in time, often growing to several centimetres over several years or even
decades. Like other flat forms of melanoma, it can be recognised by the ABCDE rule:
Asymmetry, Border irregularity, Colour variation, large Diameter and Evolving.
Reference : www.dermnetnz.org+ Slide mantap
10. A. Klotrimazole
Clue : keputihan ; Pemeriksaan KOH hasil : pseudohifa
11. A. Keratosis seboroik
Seborrheic keratoses are common, benign, pigmented epidermal tumors. Many terms
such as senile wart, melanoacanthoma, basal cell papilloma, senile keratosis and
seborrheic wart have been applied, but seborrheic keratosis is the most widely accepted
term.
These usually develop after the age of 50 years although occasionally, seen in young
adulthood without any sexual predilection.The common site of involvement includes the
trunk, particularly the interscapular area, sides of the neck, the face and the arms. The
tumors are not, however, seen on the mucous membranes.
Lesions appear as coin-like, sharply demarcated, exophytic lesions and are “stuck on
the skin” with a verrucous, rough, dull or punched-out surface. Flat lesions often have a
smooth surface and are scarcely elevated above the surface of the skin.
The etiology is not well-known, although heredity, sunlight and human papilloma virus
(HPV) have been suggested as risk factors. Recent genetic studies have suggested that
somatic mutations in Fibroblast Growth Factor Receptor 3 (FGFR3) gene are important
in the development of these lesions.
Although seborrheic keratosis is a commonly encountered lesion by the dermatologists,
the dentist should be able to recognize and diagnose it when it presents in the head and
neck region
Microscopically, the H/E stained sections exhibited exophytic proliferation of epidermal
cells. The lesion exhibited papillomatosis, hyperparakeratinization, acanthosis and
deep, keratin-filled invaginations .Keratotic invaginations (“pseudohorn cysts”) as well
as intraepithelial keratin cysts (“true horn cysts”) were present. Melanin pigmentation
was observed in the basal layer .The dermis exhibited collagen fibers, blood vessels
and moderate inflammatory infiltrate.
No soal : 15
Kunci : A. Emolient
c. Kelainan baru muncul setelah kontak dengan bahan iritan berminggu-minggu atau
bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian sehingga waktu dan rentetan kontak
merupakan faktor penting.
d. Kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang
mengalami kontak terus-menerus dengan deterjen. Keluhan penderita umumnya rasa
gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur). Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit
kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita.
Tata Laksana
• Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0,025%).
• Pada kasus DKI kumulatif dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi,
dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim
0,1%).
No soal : 16
Pembahasan :
The most common symptom of NF1 is the appearance of painless coffee-coloured
patches on the skin, known as café au lait spots. They affect 95% of people with NF1.
The spots can be present at birth or develop by the time a child is three years old.
During childhood, most children with NF1 will have at least six café au lait spots around
5mm across. These grow to about 15mm during adulthood.
The number of café au lait spots someone has isn't related to the severity of the
condition. For example, a person with 10 spots has the same chance of developing
further problems as someone with 100 spots.
Having a couple of café au lait spots doesn't necessarily mean you have NF1. About
one in 10 people without the condition have one or two of these spots.
As a child gets older, usually during teenage years or early adulthood, they develop
bumps on or under their skin (neurofibromas). These are caused by non-cancerous
tumours that develop on the coverings of nerves. They may vary in size, from pea-sized
to slightly bigger tumours. Some neurofibromas have a purple colour.
The number of neurofibromas a person has can vary. Some people only have a small
number while others have them on large sections of their body.
Most neurofibromas aren't particularly painful, but may look unattractive, catch on
clothes and occasionally cause irritation and stinging.
No soal : 17
Kunci : A. Lentigo
Clue : bercak hiperpigmentasi, tidak nyeri, tidak progresif, batas tegas
Pembahasan : Gambaran klinis lentigo simpleks ditandai dengan; awitan pada masa
kecil, remaja dan beberapa kasus pada usia yang lebih tua; dapat terjadi pada semua
tipe kulit; berhubungan dengan pajanan sinar matahari terus menerus; biasanya
berbentuk makula 1- 5mm, warna coklat muda hingga coklat tua, atau bahkan hitam;
pola warna homogen; berbentuk lingkaran atau oval, simetris; berbatas tegas dan
teratur; terletak di permukaan kulit mana saja termasuk bagian yang tidak terkena
pajanan sinar matahari serta mukosa.1,3
No soal : 18
Clue : nelayan, bercak hiperpigmentasi, progresif, batas tidak tidak tegas, erosi (+)
No soal : 19
Kunci : A. Syphilis
Tempat predileksi
1. Genitalia ekterna, pada pria pada sulkus koronarius, wanita di labia minor dan mayor.
2. Ekstragenital: lidah, tonsil dan anus.
No soal : 20
Clue : wanita, ruam saat terpapar matahari, kemerahan di pipi, nyeri sendi
berpindah-pindah.
Pembahasan : Manifestasi klinik SLE sangat beragam dan seringkali tidak terjadi saat
bersamaan. Keluhan awal dapat berupa:
1. Kelelahan
3. Rambut rontok
5. Sakit kepala
6. Demam
8. Gangguan kesadaran
9. Sesak