You are on page 1of 2

Peningkatan Produksi Udang Di Tambak Tradisional Dengan Menggunakan Rumput Laut Glacilaria Sp.

Sebagai Fitoremediasi PAHs Di Kalimantan Utara.

Kota Tarakan merupakan kawasan pesisir yang menjadi pintu gerbang pembangunan di wilayah
perbatasan, terutama di Kalimantan Utara. Tarakan memiliki potensi SDI, terutama budidaya
tambak udang dan ikan. Kota ini rentan terhadap pencemaran yang dapat mempengaruhi perairan
pesisirnya. Diantaranya adalah pencemar minyak yang berbahaya Yaitu Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons (PAHs) karena sifatnya yang mutagenik dan karsinogenik, terutama terhadap
sumberdaya ikan yang menjadi salah satu potensi kualitas ekspor Kota Tarakan yang di akui dunia.
Telah terjadi kecenderungan terjadinya penurunan produksi sumberdaya ini. Sebagai contoh
pada Tahun 2010 ekspor udang, ikan dan kepiting berturut-turut 11.000 ton, 4 ton dan 0.199 ton
menjadi hanya 9.000 ton, 0.923 ton dan 0.065 ton pada Tahun 2013 (BPS 2011; BPS 2014).
Terjadinya penurunan produksi ini diduga karena adanya kontaminan PAHs yang memasuki
lahan tambak. Hal ini dimungkinkan karena PAH masuk ke tambak melalui air laut. Perlu
adanya cara untuk mengatasi permasalahan ini yaitu melalui teknologi fitoremediasi dengan
menggunakan rumput laut Glacilaria sp. Sejauh mana rumput laut ini mampu mengurangi atau
bahkan menghilangkan kontaminan PAHs belum diketahui. Sehingga peneliti menarik
melakukan penelitian ini dan mengaplikasinya di tambak tradisional. Tahapan kegiatan yang
dilakukan meliputi penelitian aplikasi efektifitas Glacilaria menyerap PAHs di tambak. Kegiatan
berikutnya adalah hilirisasi teknologi penggunaanya di budidaya tambak tradisional. Hasil dari
peneliti ini diharapkan dapat menjadi acuan petambak tradisional untuk meningkatkan produksi
khususnya di Kalimantan Utara. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
eksperimental.

Keyword : PAHs, Tambak, Tradisional, Glacilaria sp, Fitoremediasi

You might also like