You are on page 1of 9

Penyakit Graves: Penyebab Hipertiroid Paling Sering

Gusti Ngurah P Pradnya Wisnu1


1Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang dikarakteristikan oleh kombinasi hipertiroidisme, opthalmopathy dan
dermopathy. Penyakit Graves merupakan penyebab paling sering tirotoksikosis dan insidensi tahunannya sebesar 20-50 kasus
per 100.000 orang. Penyakit Graves terjadi akibat produksi antibodi IgG yang kemudian berikatan dan mengaktivasi reseptor TSH
pada sel folikular tiroid akibat adanya kerentanan genetik yang didukung oleh faktor lingkungan. Pengukuran level hormon tiroid
dan TSH, antibodi terhadap reseptor TSH serta pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit Graves. Tatalaksana yang diberikan berupa perbaikan gejala dengan penyekat beta dan
tatalaksana hipertiroid seperti obat antitiroid, iodin radioaktif serta serta pembedahan.

Kata kunci: Penyakit graves

PENDAHULUAN
Penyakit Graves mendapatkan namanya dari Hormon tiroid akan berikatan pada reseptornya,
dokter berkebangsaan Irlandia, Robert James yaitu TRα dan TRβ yang terdapat pada hampir
Graves, yang mendeskripsikan kondisi penyakit semua jenis jaringan dan kemudian akan
ini pada tahun 1835. Penyakit ini merupakan menghasilkan berbagai macam efek. Hormon
penyakit autoimun yang dikarakteristikan oleh tiroid akan memiliki efek metabolisme seperti
kombinasi hipertiroidisme, opthalmopathy dan meningkatkan basal metabolic rate (BMR), efek
dermopathy. Penyakit Graves merupakan kalorigenik untuk mempertahankan temperatur
penyebab paling sering tirotoksikosis dan normal tubuh, meningkatkan kewaspadaan,
insidensi tahunannya sebesar 20-50 kasus per meningkatkan motilitas gastrointestinal, serta
100.000 orang. turnover tulang.1 Di liver, T3 akan meningkatkan
ekspresi reseptor LDL sehingga meningkatkan
ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID klirens kolesterol LDL. Di jantung, T3
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang meningkatkan kontraktibilitas dan relaksasi
dihubungkan oleh sebuah istmus. Kelenjar ini miokardium dan meningkatkan laju denyut
terletak di anterior trakea, diantara kartilago jantung dengan mempercepar depolarisasi dan
krikoid dan fossa jugularis sternalis. Ukuran repolarisasi nodus sinoatrial. Selain itu, pada
kelenjar tiroid normal adalah 10-20 g, perkembangan fetal, hormon tiroid juga
berkonsistensi lembut, dan kaya akan pembuluh memiliki fungsi penting untuk perkembangan
darah.1 Kelenjar tiroid tersusun atas folikel tiroid sistem saraf pusat dan maturasi sistem skeletal.4
yang di dalamnya terdapat lumen berisi koloid
yang kaya akan tiroglobulin, prekursor hormon HIPERTIROIDISME DAN PENYAKIT GRAVES
tiroid. Dinding dari folikel-folikel ini tersusun atas Tirotoksikosis merupakan sindroma klinik yang
sel folikular akan membentuk dua jenis hormon, terjadi akibat jaringan mengalami paparan
yaitu tiroksin (disebut juga dengan nama hormon tiroid dalam jumlah yang tinggi. Hal ini
tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin (T3). dapat disebabkan oleh hiperaktivitas dari
Pertumbuhan kelenjar tiroid dan produksi kelenjar tiroid, yang disebut juga sebagai
hormon tiroid dikendalikan oleh thyrotropin hipertiroidisme, atau sebab lain seperti
releasing hormon (TRH) serta thyroid stimulating konsumsi hormon tiroid berlebihan serta sekresi
hormon (TSH).2,3 hormon tiroid berlebihan oleh tumor ovarium.3
Penyebab tersering hipertiroidisme adalah Etiologi
penyakit Graves, struma multinodosa toksik Penyakit Graves terjadi akibat produksi antibodi
(Toxic multinodular goiter, TMNG) dan adenoma IgG yang berikatan dan mengaktivasi reseptor
toksik (Toxic adenoma, TA). Berdasarkan Riset TSH pada sel folikular tiroid. Proses autoimun
Kesehatan Dasar RI 2013, prevalensi penyakit yang terjadi kemungkinan terjadi akibat adanya
hipertiroid di Indonesia adalah 0,6% pada wanita kerentanan genetik yang didukung oleh faktor
dan 0,2% pada pria. Penyakit Graves merupakan lingkungan. Diketahui bahwa alel HLA pada
penybab 60-90% dari seluruh kasus kromosom 6, yaitu HLA-DRB1-08 dan DRB3-0202
5
tirotoksikosis. meningkatkan risiko penyakit Graves.7 Faktor
lingkungan yang diduga dapat mencetuskan
Penyakit graves adalah penyakit autoimun yang penyakit ini antara lain stress psikologis,
terdiri dari hipertiroidisme, goiter, penyakit merokok, infeksi dan pajanan terhadap iodine.
mata (orbitopathy), dan terkadang dermopathy Selain itu, keadaan pospartum pada wanita juga
yang disebut sebagai myxedema pretibial dapat memicu timbulnya penyakit Graves pada
(Gambar 1).6 Keadaan hipertiroid pada penyakit wanita yang rentan.3
graves disebabkan adanya antibodi terhadap
reseptor TSH yang mengaktivasi reseptor Patogenesis
tersebut sehingga menstimulasi sintesis dan Pada penyakit graves, limfosit T mengalami
sekresi hormon tiroid serta pertumbuhan sensitisasi terhadap antigen dalam kelenjar
kelenjar tiroid yang menyebabkan timbulnya tiroid dan menstimulasi limfosit B untuk
goiter. Penyakit ini merupakan penyebab paling mensistesis antibodi terhadap antigen-antigen
sering hipertiroidisme, dengan insidensi tahunan ini. Salah satu antibodi yang dihasilkan adalah
20-50 kasus per 100.000 orang. Insidensinya antibodi yang mentarget reseptor TSH pada
memuncak antara usia 30-50 tahun. 2,4 membran sel folikular, yang kemudian akan
menstimulasi pertumbuhan dan fungsi kelenjar
tiroid. Antibodi ini dikenal sebagai thyroid-
stimulatig antibody (TSAb) atau thyroid-
stimulating immunoglobulin (TSI). Keberadaan
antibodi ini dalam sirkulasi berhubungan dengan
penyakit aktif dan relaps setelah terapi dengan
obat antitiroid. Terdapat predisposisi genetik
yang memicu penyakit ini, namun tidak jelas apa
yang memicu awal timbulnya hipertiroidisme.
Beberapa faktor yang dapat memicu respon
imun pada penyakit Graves antara lain (1)
kehamilan, terutama periode postpartum; (2)
kelebihan iodine; (3) interferon alfa; (4) infeksi
viral atau bakterial; (5) stres psikologis.3,4

Timbulnya opthalmopathy pada penyaki graves


melibatkan limfosit sitotoksik dan antibodi
sitotoksik yang tersensitisasi terhadap antigen
reseptor TSH juga ditemukan pada fibroblas
Gambar 1. Manifestasi klinis khas pada penyakit orbita dan otot-otot orbita. Sitokin yang
Graves6
dihasilkan oleh limfosit-linfosit tersensitisasi ini Tabel 1. Gejala dan Temuan Fisik Penyakit
akan menyebabkan aktivasi dan proliferasi Graves6
fibroblas dan preadiposit pada orbita sehingga Gejala dan temuan fisik penyakit Graves
menimbulkan peningkatan timbunan lemak dan Gejala
glikosaminoglikans pada daerah retroorbita Penurunan berat badan
serta membuat otot-otot ekstraokular menjadi Palpitasi
membengkak. Hal ini menyebabkan terjadinya Dispnea
proptosis dari bola mata dan juga diplopia. Selain Tremor
itu juga dapat terjadi kemerahan dan kongesti Mudah Lelah, lemas, lemah otot
Intoleransi panas, mudah berkeringat
konjungtiva serta edema periorbital.3
Peningkatan frekuensi BAB
Ansietas, perubaah mood, insomnia
Timbulnya dermopathy serta inflamsi Hiperaktivitas
subperiosteal yang kadang timbul pada penyakit Pruritus
Graves juga melibatkan stimulasi fibroblas oleh Mudah haus dan polyuria
sitokin yang dihasilkan oleh limfosit. Berbagai Gangguan menstruasi
gejala lain dari tirotoksikosis seperti takikardia, Kehilangan libido
tremor dan keringat berlebih menunjukkan Rasa penuh pada leher
adanya keadaan katekolamin berlebihan. Gejala pada mata (bengkak, nyeri, merah,
Namun ternyata level epinefrin dan norepinefrin pengelihatan ganda
dalam sirkulasi tidak meningkat bahkan bisa jadi Temuan pemeriksaan fisik hipertiroidisme
rendah. Oleh karenanya, pada penyakit Graves, Takikardia, fibrilasi atrial
Hipertensi sistolik
diduga terjadi peningkatan sensitivitas tubuh
Gagal jantung
terhadap katekolamin.3,8
Penurunan berat badan
Tremor halus, hyperkinesis, hiperefleksia
MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT GRAVES Kulit hangat dan lembab
Manifestasi penyakit Graves tergantung pada Eritema palmaris, onycholysis
usia pasien pada saat onset hipertiroidisme, Kelemahan otot
serta tingkat keparahan dan lamanya mengalami Alopecia
hipertiroidisme. Gejala dan tanda-tanda yang Pembesaran kelenjar tiroid diffuse
muncul bisa merupakan akibat dari Perubahan status mental dan mood
hipertiroidisme atau bisa merupakan akibat dari Temuan pemeriksaan fisik ekstratiroid
proses autoimunitas yang mendasari (Tabel 1). Opthalmopathy
Pada orang tua, gejala hipertiroidisme bisa Retraksi kelopak mata
hanya sangat ringan bahkan tidak jelas, dan Eksoftalmos
Pengelihatan ganda
pasien mungkin hanya mengeluh kelelahan dan
Edema periorbital, kemosis, injeksi sklera
penurunan berat badan, suatu kondisi yang
Keratitis
dikenal sebagai tirotoksikosis apatis.4,6 Neuropati optik
Dermopathy terlokalisis
Acropachy

Hipertiroidisme dapat menyebabkan penurunan


berat badan meskipun nafsu makan bertambah,
hal ini karena peningkatan BMR. Selain itu gejala
yang menonjol lainnya adalah hiperaktivitas,
kegugupan serta iritabilitas yang selanjutnya proptosis (eksoftalmos), gangguan fungsi otot
membuat pasien merasa lebih mudah lelah. mata, dan edema periorbital dan konjungtiva. 4,6,7
Selain itu insomnia dan gangguan konsentrasi
sering muncul. Pada pemeriksaan fisik juga dapat Pasien dengan ophthalmopathy dapat
ditemukan adanya tremor halus.4 mengalami perasaan atau rasa sakit di mata,
atau diplopia karena disfungsi otot ekstraokuler.
Manifestasi kardiovaskular yaang paling sering Ulserasi kornea dapat terjadi sebagai akibat dari
muncul adalah sinus takikardia, yang proptosis dan retraksi kelopak mata, dan
menunjukan gejala berupa rasa berdebar. proptosis berat dapat menyebabkan neuropati
Fibrilasi atrium karena hipertiroidisme jarang optik dan bahkan kebutaan.4,6
terjadi pada pasien yang berusia lebih muda dari
60 tahun tetapi terjadi pada lebih dari 10% Dermatopathy
pasien yang berusia 60 tahun atau lebih.4,9 Dermatopati tiroid terjadi pada <5% pasien
dengan penyakit Graves, hampir selalu terjadi
Kulit penderita penyakit Graves biasanya hangat bersamaan dengan ophthalmopathy sedang
dan lembab dan pasien juga mengeluh mudah atau berat. Meskipun paling sering terjadi di atas
berkerigat serta mengalami intoleransi panas, aspek anterior dan lateral dari tungkai bawah,
terutama pada cuaca panas. Eritema palmaris, perubahan kulit dapat terjadi di tempat lain,
onchylosis, pruritus, urtikaria atau terutama setelah trauma. Lesi tipikal yang timbul
hiperpigmentasi difussa juga dapat timbul berupa plak tanpa inflamasi dengan warna pink
meskipun jarang. Tekstur rambut dapat menjadi tua atau ungu dengan penampilan seperti “kulit
halus dan alopecia timbul pada 40% penderita. jeruk”. Acropachy thyroid mengacu pada bentuk
Terjadi penurunan transit gastrointestinal clubbing nail yang ditemukan pada <1% pasien
sehingga frekuensi buang air besar meningkat dengan penyakit Graves. 6
dan terkadang menyebabkan diare.4,9
DIAGNOSIS PENYAKIT GRAVES
Pada penyakit Graves, kelenjar tiroid biasanya Diagnosis hipertiroidisme ditegakkan
bertambah ukurannya hingga dua atau tiga kali berdasarkan pada gejala klinis yang khas dan
normal. Konsistensinya padar namun tidak adanya kelainan biokimia. Pemeriksaan yang
nodular. Selain itu bisa terdapat thrill atau bruit dilakukan untuk menentukan keberadaan dan
akibat peningkatan vaskularitas kelenjar tiroid. penyebab dari tirotoksikosis dirangkum pada
Pembesaran kelenjar tiroid lebih banyak muncul Gambar 2. Pada penyakit Graves, terjadi
pada usia penderita kurang dari 60 tahun.4 penekanan level TSH, dan kadar hormon tiroid
total dan tak terikat meningkat. Pada 2-5%
Opthalmopathy pasien, hanya T3 yang meningkat (toksisitas T3).
Retraksi kelopak mata, yang menyebabkan mata Keadaan toksisitas T4, dengan peningkatan T4
terlihat seperti melotot, dapat timbul pada total dan T3 normal, kadang-kadang terlihat
semua pasien hipertiroid akibat overaktivitas ketika hipertiroidisme diinduksi oleh kelebihan
simpatetik. Namun pada penyakit Graves yodium, memberikan bahan berlebihan untuk
terdapat tanda-tanda kelainan pada mata yang sintesis hormon tiroid. Diagnosis tirotoksikosis
disebut sebagai Graves opthalmopathy dapat dengan mudah disingkirkan apabia TSH
(orbitopathy). Hal ini ditandai dengan dan level T4 dan T3 tidak terikat normal. Level TSH
peradangan otot ekstraokular serta lemak dan yang normal juga dapat menyingkirkan penyakit
jaringan ikat orbital, yang menyebabkan Graves sebagai pembesaran kelenjar tiroid
diffuse. Pengukuran antibodi TPO atau TRAb atau penurunan berat badan yang disebabkan
dapat berguna apabila diagnosis tidak jelas oleh keganasan.4
secara klinis tetapi tidak diperlukan secara
rutin.2,4 Indeks Diagnostik Wayne (Gambar 3) dapat
digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosa hipertiroid Graves secara klinis apabila
fasilitas laboratorium biokimia untuk
menentukan kadar hormon tiroid belum
tersedia. Bila nilai skor Indeks Wayne sama atau
lebih dari 19, maka pasien dinyatakan
mengalami keadaan hipertiroid.5

Gambar 2. Skema Evaluasi Tirotoksikosis4

Diagnosis penyakit Graves dapat dengan mudah


ditegakkan pada pasien dengan tirotoksikosis Gambar 3. Indeks Wayne5
yang terkonfirmasi secara biokimia, pembesaran
kelenjar tiroid diffuse pada palpasi, TATALAKSANA PENYAKIT GRAVES
ophthalmopathy, dan adanya riwayat gangguan Pendekatan terapeutik untuk penyakit Graves
autoimun pada pribadi atau keluarga.4 Apabila terdiri dari upaya untuk memperbaiki gejala
diagnosis belum jelas, pemeriksaan tambahan secara cepat dengan pemberian beta blocker
lain yag dapat dilakukan antara lain adalah dan tindakan-tindakan yang ditujukan untuk
pemeriksaan TRAb, uptake iodine radioaktif, mengurangi sintesis hormon tiroid seperti
ultrasonografi tiroid dengan Doppler.10 pemberian thionamide, ablasi radioiodine, atau
Pemeriksaan uptake iodine radioaktif akan operasi.11
membedakan penyerapan yang tinggi dan
diffuse pada penyakit Graves dibanding tiroiditis Kontrol Gejala
destruktif atau jaringan tiroid ektopik. 4,10 Beta blocker dapat meringankan gejala
Pemeriksaan ultrasonografi akan menunjukan tirotoksikosis tanpa memandang sebab
pmbesaran diffuse kelenjar tiroid, peningkatan dasarnya. Palpitasi, tremor, dan ansietas akan
vaskularitas kelenjar, adanya plak-plak dapat dikontrol dengan segera. Namun gejala
hipoeikoik yang menunjukkan adanya proses lain seperti penurunan berat badan, intoleransi
inflamasi. Diagnosis banding dari tirotoksikosis panas, dan kelelahan tidak mengalami perbaikan
antara lain TMN, painless thyroiditis, dan drug dengan pemberian obat ini. Pada pasien
induced thyroiditis.7,10 Selain itu, gambaran klinis tirotoksikosis dengan takikardi sinus atau fibrilasi
tirotoksikosis dapat menyerupai aspek-aspek atrial, beta bloker dapat digunakan sebagai obat
tertentu dari gangguan lain, termasuk gangguan pengontrol laju jantung. Propanolol juga secara
psikologis seperti serangan panik dan mania, parsial menekan konversi ekstratiroid dari T4
menjadi T3, hal ini merupakan nilai tambah Tatalaksana Hipertiroid
digunakannya obat ini pada pasien dengan Ada tiga cara pengobatan penyakit hipertiroid
tirotoksikosis berat.4,11 yaitu menggunakan obat anti tiroid, pengobatan
dengan iodium radioaktif atau pembedahan.
Propranolol dapat dimulai dengan dosis 20-40 Karena tidak ada konsensus mengenai
mg tiap 8 jam dan dititrasi hingga dosis harian pengobatan "terbaik" untuk hipertiroid,
maksimal 240 mg berdasarkan tingkat pedoman ATA menekankan pentingnya
terkontrolnya gejala. Sustained-release mendiskusikan pilihan dengan pasien dan
propranolol atau β-blocker kerja panjang, seperti mempertimbangkan nilai dan preferensi mereka
metoprolol dan atenolol, juga dapat digunakan. sebelum memutuskan rencana tatalaksana.11
β-Blocker harus digunakan dengan hati-hati Oleh karenaya, kelebihan dan kekurangan
pada pasien tirotoksikosis dengan riwayat masing-masing pilihan terapi (tabel 2) harus
penyakit paru obstruktif, fenomena Raynaud, dijelaskan sejelas-jelasnya kepada pasien.12
atau gagal jantung.4 Namun beberapa kriteria dapat mempengaruhi
pemilihan jenis terapi yang digunakan pada
penyakit Graves, kriteria ini ditunjukkan pada
gambar 4.12

Tabel 2: Kelebihan dan Kekurangan Pilihan Terapi Hipertiroid12


Pilihan Terapi Keuntungan Kerugian
Obat Anti Tiroid Tatalaksana konservatif Tingkat kekambuhan tinggi
Tidak memerlukan rawat inap Memerlukan control ulang yang sering
Risiko rendah mengalami untuk pengawasan
hipotiroidisme setelah terapi Kepatuhan rendah
Tidak mengalami pajanan radiasi Efek samping (jarang berat)
Tidak memiliki efek samping pada
opthalmopathy Graves
Aman digunakan pada ibu hamil dan
menyusui
Radioaktif Iodin Terapi definitif Hipotiroidisme sepanjang hayat
Biaya rendah Pajanan radiasi
Tidak memerlukan rawat inap Kontrol hipertiroidisme lambat
Tidak memerlukan operasi atau Kemungkinan memeperburuk
anestesi opthalmopathy
Tiroidektomi Terapi definitif Hipotiroidisme sepanjang hayat
Tidak ada pajanan radiasi Efek samping yang berkaitan dengan
Kontrol hipertiroidisme segera prosedur bedah dan anestesi
Perlu rawat inap
Biaya tinggi
Jaringan parut permanen
kebanyakan pasien selama masih dikonsumsi,
tetapi tingkat remisi (persentase pasien yang
tetap euthyroid selama satu tahun setelah
pengobatan dihentikan) rata-rata di bawah 40
persen. Terapi dengan obat antitiroid primer
mungkin lebih dianjurkan untuk pasien dengan
penyakit ringan dan goiter yang kecil, serta
mereka yang lebih mungkin untuk mencapai
remisi setelah satu tahun pengobatan (pasien
dengan penyakit ringan, goiter kecil, titer TRAb
negatif atau rendah).4,11

Ada banyak variasi regimen penggunaan obat


antitiroid. Dosis awal carbimazole atau
methimazole biasanya 10-20 mg setiap 8 atau 12
jam, tetapi dosis sekali sehari mungkin diberikan
setelah keadaan eutiroid tercapai.
Propylthiouracil diberikan dengan dosis 100-200
Gambar 4. Faktor yang mempengaruhi mg setiap 6-8 jam, dan dosis terbagi biasanya
pemilihan jenis terapi pada penyakit graves12 diberikan seterusnya. Dosis yang lebih rendah
dari masing-masing obat mungkin dapat
Tatalaksana Hipertiroid dengan Obat Anti Tiroid diberikan untuk pasien di daerah dengan intake
Obat antitiroid yang utama adalah obat-obatan iodium rendah. Dosis awal obat antitiroid dapat
thionamides, yaitu propylthiouracil (PTU), dikurangi secara bertahap (regimen titrasi)
carbimazole, methimazole. Ketiga obat ini setelah tirotoksikosis membaik. Alternatif lain
menghambat fungsi TPO, mengurangi oksidasi, berupa pemberian dosis tinggi yang
dan organifikasi iodida. Obat-obatan ini juga dikombinasikan dengan suplementasi
mengurangi kadar antibodi tiroid dengan levothyroxine (regimen blok-ganti) untuk
mekanisme yang masih belum jelas. Karena menghindari hipotiroidisme yang diinduksi obat.
hepatotoksisitas dari propylthiouracil, Food and Regimen titrasi lebih disukai untuk
Drug Administration (FDA) Amerika Serikat meminimalkan dosis antithyroid obat dan untuk
membatasi indikasi penggunaannya yaitu hanya menyediakan indeks respon pengobatan.12
untuk trimester pertama kehamilan, pengobatan
badai tiroid, dan pasien dengan efek samping Tes fungsi tiroid dan gejala klinis ditinjau ulang
minor terhadap methimazole.4,11 setelah 4-6 minggu pengobatan, dan dosis obat
dititrasi berdasarkan kadar T4 bebas.
Tujuan terapi thionamide di penyakit Graves Kebanyakan pasien tidak mencapai euthyroidism
adalah untuk mencapai keadaan euthyroid sampai 6–8 minggu setelah pengobatan dimulai.
dalam waktu tiga hingga delapan minggu. Hal ini Dosis harian obat antitiroid yang biasa dipakai
dapat dilanjutkan dengan terapi ablasi dengan sehari-hari dalam regimen titrasi adalah 2,5–10
radioiodine atau pembedahan, dengan mg karbimazol atau methimazole dan 50–100
melanjutkan obat selama satu hingga dua tahun mg propylthiouracil. Dalam regimen blok-ganti,
dengan harapan mencapai remisi, atau dengan dosis awal obat antitiroid dipertahankan
terapi jangka panjang. Obat-obatan antitiroid konstan, dan dosis levothyroxine disesuaikan
akan mengontrol hipertiroidisme pada
untuk mempertahankan kadar T4 bebas yang cepat diserap dari saluran pencernaan dan
normal. Ketika penekanan TSH mengalami terkonsentrasi pada jaringan tiroid. Radioiodine
perbaikan, tingkat TSH juga dapat digunakan menginduksi kerusakan jaringan yang luas,
untuk memantau terapi. Tingkat remisi mengablasi kelenjar tiroid dalam waktu 6 hingga
maksimum (hingga 30-60% pada beberapa 18 minggu. Sekitar 10 hingga 20 persen pasien
populasi) dicapai setelah 12-18 bulan untuk mengalami kegagalan dalam pengobatan
regimen titrasi dan 6 bulan untuk regimen blok- radioiodine pertama dan membutuhkan dosis
ganti.4,12 kedua atau selanjutnya. Pasien-pasien ini
biasanya memiliki hipertiroidisme yang lebih
Efek samping minor yang sering muncul pada berat atau pembesaran kelenjar tiroid yang lebih
penggunaan obat antitiroid adalah ruam, besar. Hipertiroidisme dapat bertahan selama 2–
urtikaria, demam, dan artralgia. Efek samping 3 bulan sebelum radioiodine berefek penuh.
mayor yang dapat timbul berupa hepatitis Oleh karenanya, β-adrenergik bloker atau obat
(propylthiouracil; hindari penggunaan pada antitiroid dapat digunakan untuk mengontrol
anak-anak) dan kolestasis (methimazole dan gejala selama interval ini.
carbimazole); sindrom mirip SLE; dan, yang
paling penting, agranulositosis (<1%). Tatalaksana Hipertiroid dengan Operasi
Penggunaan obat antitiroid harus dihentikan dan Tiroidektomi total merupakan pilihan terapi
tidak diulang jika seorang pasien mengalami efek yang efektif untuk mencapai remisi namun
samping mayor.4,10,12 memiliki risiko komplikasi yang berhubungan
dengan anesthesia umum, palsy nervus
Tatalaksana Hipertiroid dengan Iodine laryngeus recurrens, serta hipoparatiroidisme.7
Radioaktif Terapi operatif terutama diindikasikan pada
Radioiodine merupakan pilihan tatalaksana yang pasien yang memiliki pembesaran keenjar tiroid
lebih murah dan memiliki tingkat komplikasi yang menyebabkanobstruksi atau pembesaran
yang lebih rendah daripada operasi dan lebih kelenjar tiroid yang sangat hebat; pada pasien
dianjurkan sebagai terapi definitif dengan orbitopati aktif sedang hingga berat yang
hipertiroidisme pada pasien tidak hamil kecuali menginginkan terapi definitif untuk
pada pasien dengan orbitopati sedang atau hipertiroidisme mereka; pada wanita hamil yang
berat. Pedoman ATA tidak merekomendasikan alergi terhadap obat antitiroid; dan pada pasien
terapi radioiodine untuk pasien dengan yang memiliki alergi atau kepatuhan yang buruk
orbitopati sedang sampai berat karena dapat pada obat antitiroid tetapi menolak terapi
memperburuk orbitopathy. Untuk pasien radioiodin. Pembedahan juga dapat
dengan gejala hipertiroidisme yang signifikan, diindikasikan apabila terdapat kecurigaan
usia yang lebih tua, atau yang memiliki penyakit adanya nodul tiroid yang mencurigakan atau
jantung atau komorbiditas lain, pemberian ganas atau hiperparatiroidisme primer.10
thionamide dapat dilakukan (ditambah beta
blocker) untuk mengembalikan keadaan eutiroid DAFTAR PUSTAKA
sebelum perawatan radioiodine. Untuk pasien 1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of
dengan hipertiroidisme ringan, tatalaksana awal anatomy and physiology. 14th ed. New
dengan thionamide tidak perlu dilakukan.4,11,12 York, NY: John Wiley & Sons, Inc.; 2014.
615-661 p.
Radioiodine diberikan dalam bentuk kapsul atau 2. Kim M, Ladenson PW. Thyroid. In: Goldman
larutan oral natrium iodine-131 (I-131), yang L, Schaefer AI, editors. Goldman-Cecil
Medicine. 25th ed. Philadelphia: Elsevier 8. Ginsberg J. Diagnosis and management of
Saunders; 2015. p. 1500–13. Graves’ disease. Cmaj. 2003;168(5):575–
3. Cooper DS, Ladenson PW. The Thyroid 85.
Gland. In: Gardner DG, Shoback D, editors. 9. Ross DS. Overview of the clinical
Greenspan’ s basic & clinical manifestations of hyperthyroidism in
endocrinology. 9th ed. New York: McGraw- adults. In: Cooper DS, editor. UpToDate.
Hill Education; 2011. p. 163–226. 2018. Available from:
4. Jameson JL, Mandel SJ, Weetman AP. https://www.uptodate.com/contents/over
Disorders of the Thyroid gland. In: Kasper view-of-the-clinical-manifestations-of-
DL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J, Hauser hyperthyroidism-in-adults
SL, Jameson JL, editors. Harrison’s 10. Burch HB, Cooper DS. Management of
principles of internal medicine. 19th ed. graves disease a review. JAMA - J Am Med
New York: McGraw-Hill Education; 2015. p. Assoc. 2015;314(23):2544–54.
2283–309. 11. Ross DS, Burch HB, Cooper DS, Greenlee
5. Kelompok Studi Tiroidologi Indonesia. MC, Laurberg P, Maia AL, et al. 2016
Pedoman Pengelolaan Penyakit Hipertiroid. American Thyroid Association Guidelines
Kelompok Studi Tiroidologi Indonesia, for Diagnosis and Management of
editor. Jakarta: PERKENI; 2017. Hyperthyroidism and Other Causes of
6. Smith TJ, Hegedüs L. Graves Disease. N Engl Thyrotoxicosis. Thyroid. 2016;26(10):1343–
J Med. 2016;375(16):1552–65. 421.
7. Girgis CM, Champion BL, Wall JR. Current 12. Bartalena L. Diagnosis and management of
concepts in Graves’ disease. Ther Adv Graves disease: A global overview. Nat Rev
Endocrinol Metab. 2011;2(3):135–44. Endocrinol. 2013;9(12):724–34.

You might also like