You are on page 1of 63

.

011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………2

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………3

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 5

2.1 Konsep Keperawatan Palliative Care........................................................ 5

2.2 Konsep Gagal Ginjal Kronis ..................................................................... 8

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 20

3.1 Kasus ....................................................................................................... 29

BAB 1V PEMBAHASAN KHASUS…………………………………………..31

4.1 Pengkajian ................................................................................................ 31

4.2 Analisa Data ............................................................................................. 38

4.3 Asuhan Keperawatan ............................................................................... 42

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 48

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 48

5.2 Saran ......................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah-Nya.
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal.
Kami harap makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua demi
mengetahui informasi tentang “Asuhan Keperawatan Paliatif pada Gagal
Ginjal Kronik”.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan kami demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

Aprillia cahyani wongkar

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat


progresif dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan
kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi
mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner &
Suddarth, 2001).

Di Amerika Serikat insiden penyakit GGK diperkirakan 100 kasus per


4 juta penduduk pertahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di
Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan
diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada
penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di
Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan
prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100-150/ 1 juta
penduduk (Suwitra, 2006).

Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan


perawatan palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah
sistemperawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup,
dengan cara meringankan nyeridan penderitaan lain, memberikan dukungan
spiritual dan psikososial mulai saat diagnosaditegakkan sampai akhir hayat
dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005).

3
Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada
saat didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien.

2.1 Konsep Keperawatan Palliative Care


a. Pengertian Keperawatan Paliatif
Perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan
keluarganya menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa
sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”.Tetapi
definisiPerawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat
berbeda. Definisi PerawataanPaliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun
2005 bahwa perawatan paliatif adalah systemperawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeridan
penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai
saat diagnosaditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap
keluarga yang kehilangan/berduka.

Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan


sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak
memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisadisembuhkan atau
tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan kepada penderita
itu.Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi
masih diteruskan denganmemberikan dukungan kepada anggota keluarga
yang berduka. Perawatan paliatif tidak hanyasebatas aspek fisik dari
penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis,
socialdan spiritual.

Titik sentral dari perawatan adalah pasien sebagai manusia


seutuhnya, bukan hanya penyakit yangdideritanya. Dan perhatian ini tidak
dibatasi pada pasien secara individu, namun diperluas sampaimencakup

4
keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang terbaik adalah melalui
pendekatanterintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi
terkait.Dengan demikian, pelayanan padapasien diberikan secara
paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual.
Makatimbullah pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang
mencakup pelayanan terintegrasiantara dokter, perawat, terapis, petugas
social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesilain yang
diperlukan.

Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi


bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai


proses yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan
palliative adalah untukmengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, jugamemberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang
terpentingsebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapipenyakit yang dideritanya.

b. Perkembangan Keperawatan Paliatif


Dari seminar keperawatan 2007 yang berjudul “Home Care: Bukti
Kemandirian Perawat”,menyebutkan bahwa di negara maju, perawatan
khusus bagi mereka yang akan segera meninggalmerupakan kolaborasi
antara keluarga dan para profesional, dan memberikan layanan
medis,psikologis, social dan spiritual.Pengobatan paliatif bermaksud

5
mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri sepertimual,
muntah dan depresi. Perawatan bagi mereka yang akan segera meninggal
pertama didirikandi Inggris melalui lokakarya cicely Saunders di RS
Khusus St. Christopher, RS khusus tersebut pindahke AS pada thn 1970-
an. RS khusus pertama di AS adalah RS New Haven yang kemudian
menjadi RSkhusus Connecticut. RS tersebut kemudian menyebar ke
seluruh Negara.Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal
19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo(Surabaya), disusul RS Cipto
Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS
WahidinSudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS
Sanglah (Denpasar).Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh
Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri.Pelayanan yang diberikan
meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah,day care,
danrespite care.

Pengertian rawat jalan dan rawat inap sudah cukup jelas. Rawat
rumah (home care) dilakukandengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah
penderita, terutama yang karena alasan-alasantertentu tidak dapat datang
ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim yang terdiri atas
dokterpaliatif, psikiater, perawat, dan relawan, untuk memantau dan
memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami penderita kanker
dan keluarganya, bukan hanya menyangkut masalahmedis/biologis, tetapi
juga masalah psikis, sosial, dan spiritual.

Day caremerupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak


memerlukan rawat inap, misalnyaperawatan luka, kemoterapi, dsb.
Sedangrespite caremerupakan layanan yang bersifat psikologis.Di sini
penderita maupun keluarganya dapat berkonsultasi dengan psikolog atau
psikiater,bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi
musik, atau sekedar bersantai danberistirahat. Bisa juga menitipkan
penderita kanker (selama jam kerja), jika pendamping ataukeluarga yang
merawatnya ada keperluan lain.

6
c. Perkembangan Hospice Care
Di Indonesia, perawatan di hospis atauHospice caremerupakan hal
yang baru. FalsafahHospice Care adalah manusia yang menderita harus
dibantu dan diringankanpenderitaannya, agar kualitas hidupnya dapat
ditingkatkan selama sakit sampai ajal, danmeninggal dengan tenang.

2.2 Tujuan

a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah palliative care dan mendapatkan penjelasan
tentang penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami
perawatan paliatifpada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.

b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep palliative care.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik.
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan palliative care pada pasien gagal ginjal kronik stadium
akhir.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Gagal Ginjal Kronis


a. Definisi Gagal Ginjal Kronis
Ginjal kronik adalah suatu kerusakan kekurangan fungsi ginjal
yang hampir selalu tidak reversibel dan sebabnya bermacam-macam.
Uremia adalah istilah yang sudah lama dipakai yang menggambarkan
suatu gambaran klinik sebagai akibat gagal ginjal. Sebenarnya pada
dewasa ini sudah dipahami bahwa retensi urea di dalam darah bukanlah
penyebab utama gejala gagal ginjal bahkan binatang percobaan yang diberi
banyak urea secara intravena, tidak menunjukkan gejala-gejala uremia.

Meskipun ukurannya kecil, organ ginjal bersifat sangat vital. Ginjal


berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta mengatur konsentrasi dan
komposisi cairan di dalam tubuh. Ginjal juga berfungsi untuk
membersihkan darah dan berbagai zat hasil metabolisme serta racun di
dalam tubuh. Sampah dari dalam tubuh tersebut akan diubah menjadi air
seni (urin). Air seni diproduksi terus menerus di ginjal, lalu dialirkan
melalui saluran kemih ke kandung kemih. Bila cukup banyak urin di dalam
kandung kemih, maka akan timbul rangsangan untuk buang air kecil.
Jumlah urin yang dikeluarkan setiap hari sekitar 1-2 liter. Selain itu, ginjal
juga berperan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah,
mengatur kalsium pada tulang, mengatur produksi sel darah merah, dan
menghasilkan hormon seperti erythropoetin, renin, dan vitamin D.

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan


penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50
mL/min. (Suyono, et al, 2001).

8
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001).

b. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :

1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).


2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis).
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik).
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal).
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).
7. Nefropati toksik.
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).
9. BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah.
10. Peningkatan ureum atau kreatinin.
(Price & Wilson, 1994)

c. Patofisiologi
a) Patofisiologi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.
Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular
Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :

1) Penurunan cadangan ginjal;


Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi
ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang
sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan
kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan

9
poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi
penurunan fungsi.

2) Insufisiensi ginjal;
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal.
Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan
sendiri karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi
akumulai sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat
tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap
diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi
menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga
perlu pengobatan medis.

3) Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4) Penyakit gagal ginjal stadium akhir;
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya
sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal
ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa
metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin
dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian
ginjal. (Corwin, 1994).

d. Manifestasi Klinis (Smeltzer & Bare, 2001)


a) Kardiovaskuler
1. Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner,
perikarditis.
2. Pitting edema (kaki, tangan, sacrum).
3. Edema periorbital.
4. Friction rub pericardial.
5. Pembesaran vena leher.
b) Dermatologi

10
1. Warna kulit abu-abu mengkilat.
2. Kulit kering bersisik.
3. Pruritus.
4. Ekimosis.
5. Kuku tipis dan rapuh.
6. Rambut tipis dan kasar.
c) Pulmoner
1. Krekels
2. Sputum kental dan liat
3. Nafas dangkal
4. Pernafasan kussmaul
d) Gastrointestinal
1. Anoreksia, mual, muntah, cegukan
2. Nafas berbau ammonia
3. Ulserasi dan perdarahan mulut
4. Konstipasi dan diare
5. Perdarahan saluran cerna
e) Neurologi
1. Tidak mampu konsentrasi
2. Kelemahan dan keletihan
3. Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
4. Disorientasi
5. Kejang
6. Rasa panas pada telapak kaki
7. Perubahan perilaku
f) Muskuloskeletal
1. Kram otot
2. Kekuatan otot hilang
3. Kelemahan pada tungkai
4. Fraktur tulang
5. Foot drop

11
e. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1. Laboratorium darah
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca,Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin).

2. Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, TKK/CCT.

b) Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).

c) Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate.

d) Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen.

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :

a) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.


b) Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi
hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC
seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.

12
c) Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang.
Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan
caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecendurungan perdarahan; dan membantu
penyembuhan luka.
d) Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
e) Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia
merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5
mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang
T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan
kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin
(Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui
retensi enema.
f) Mempertahankan keseimbangan cairan; Penatalaksanaan
keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan
yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan
haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses,
drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar
untuk terapi penggantia cairan.

2. pelayanan paliatif gagal ginjal kronik terminal


a. pengertian penyakit gagal ginjal kronik
Pengertian gagal ginjal kronik terminal
Disebut gagal ginjal kronik stadium 'terminal' (akhir) bila fungsi ginjal
sudah dibawah 10-15% dan tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian
obat-obatan atau diet. Pada stadium ini ginjal sudah tidak mampu lagi

13
beradaptasi/mengkompensasi fungsi-fungsi yang seharusnya diemban oleh
ginjal yang sangat dibutuhkan tubuh sehingga memerlukan suatu terapi
atau penanganan untuk menggantikan fungsinya yang disebut terapi
pengganti ginjal atau Renal Replacement therapy. Terapi Pengganti
Ginjal bisa dengan metode dialysis atau metode transpantasi (cangkok)
ginjal. Metode dialysis ada 2 jenis yaitu: metode cuci darah (haemodialysis
atau disingkat HD) dan cuci perut (peritoneal dialysis, disingkat PD).
Keduanya akan diuraikan kemudian.

b. Perawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Terminal


Perawatan yang biasa di gunakan dalam penanganan gangguan ginjal
kronik terminal adalah manajemen diet, dialisis dan transplantasi ginjal.
Manejemen diet di berikan kepada penderita sejak dari tahap awal sampai
tahap akhir.

a) Manajemen diet bertujuan untuk membantu mempertahankan status


gizi yang optimal mencegah faktor- faktor pemberat, mencoba untuk
memperlambat penurunan fungsi ginjal, mengurangi dan
menghilangkan gejala yang mengganggu dan mengatur
keseimbangan elektrolit.
b) Dialistis merupakan tindakan terapi keperawatan yang harus di
lakukan oleh penderita gagal ginjal baik akut atau kronis. Dialisis
saat ini hanya mengeluarkan 48 sampai 52% dari toksin urenik, oleh
karena itu penderita tetap memerlukan pembatasan pemasukan
makanan dan minuman yang ketat serta intervensi obat-obatan untuk
mengatur aspek-aspek dari kegagalan fungsi ginjal yang lain serta
untuk mencegah terjadinya akumulasi sisa-sisa metabolisme
diantaranya waktu dialisa.
Transplantasi ginjal merupakan upaya terakhir dalam perawatan
penderita gangguan ginjal. Hal ini terutama dilakukan apabila fungsi
ginjal yang tersisa sangat sedikit bahkan tidak ada. Prinsip utama nya

14
adalah mengganti ginjal yang rusak dengan ginjal yang sehat lewat
proses operasi.

Lembaga Pelayanan Kesehatan, terdiri dari :

a. Rawat Jalan
b. Institusi
c. Hospice
d. Community Based Agency
Hospice careadalahperawatan pasien terminal (stadium akhir)
dimana pengobatan terhadappenyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan
ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidaknyaman dari pasien,
berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual (Hospice Home Care,
2011).

Ruang lingkup :

1. Pasien yg tinggal di daerah pedalaman.


2. Pasien dengankanker,heart disease,AIDS,kidney and lung disease.
3. Pasien di nursing home.
4. Pasien yg tinggal sendirian
Tujuan Pelayanan Hospice Care :

1. Meringankan pasien dari penderitaannya.


2. Memberikan dukungan moril, spirituil maupun pelatihan praktis
dalam hal perawatan pasienbagi keluarga pasien dan pelaku rawat.
3. Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa duka
cita.

Tim Pelaksana Hospice Care :

1. Dokter
2. Perawat
3. Pekerja Sosial

15
4. Relawan
Bentuk Hospice Care :

1. The InstitutionHospice Care


2. HospiceHome Care
3. Palliative Care

C. Perjalanan Penyakit
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3
stadium:

1) Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % - 75 %). Tahap
inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada
tahap ini penderita ini belum merasasakan gejala gejala dan
pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam masih dalam
batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN
(Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita
asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat
diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, sepersti
tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test
GFR yang teliti.
2) Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % - 50 %). Pada tahap ini
penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya
dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada stadium ini pengobatan
harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan
garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan
yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini
dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita
masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 %
jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai

16
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini
berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada
stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi
kadar normal.
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % - 50 %). Pada
tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa
padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada stadium ini
pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan,
kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian
obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah
langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah
penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih
dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru
mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi
BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam
diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada
penyakit yang terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria
bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter / hari. Biasanya
ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5
% - 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala
gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, , aktifitas
penderita mulai terganggu.
3) Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %) Semua gejala
sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat
melakukan tugas sehari hair sebaimana mestinya. Gejal gejal
yang timbul antara lain mual, munta, nafsu makan berkurang.,
sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang
tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran

17
sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal
dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau
kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala
yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh.
Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang
dari 500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses
penyakit mula mula menyerang tubulus ginjal, kompleks
menyerang tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia dan
gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi
setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan
dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
c. Stadium Pada Gagal Ginjal Kronis
a) Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada
ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium
pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk
memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi resiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
b) Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat
fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan
perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk
mengurangi resiko masalah kesehatan lain.

c) Stadium 3

18
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada
stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita
sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati
masalah ini.

d) Stadium 4
Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk
komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai
pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan
membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan
membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat
pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum
secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam
dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga
atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.

1. Dialisis
Dua bentuk dialisis utama adalah hemodialisis dan dialisis
peritonea. Pada hemodialisis, darah kita dialihkan melalui
penyaringan yang menghilangkan bahan ampas. Darah bersih
dikembalikan ke tubuh kita. Hemodialisis umumnya dilakukan
pada pusat dialisis tiga kali seminggu untuk 3 hingga 4 jam. Pada
dialisis peritonea, sejenis cairan dimasukkan pada perut. Cairan
ini menangkap bahan ampas dari darah kita. Setelah beberapa
jam, cairan ini yang mengandung bahan ampas tubuh kita
dibuang. Kemudian, sekantong cairan baru diinfus ke perut. Kita
dapat melakukan dialisis peritonea sendiri. Bila kita memakai
dialisis peritonea yang berlangsung secara terus-menerus sebagai
rawat jalan (continuous ambulatory peritoneal dialysis/CAPD),
kita harus mengganti cairan empat kali sehari. Ada bentuk dialisis
peritonea lain, yang disebut dialisis peritonea terus-menerus
bersiklus (continuous cycling peritoneal dialysis/CCPD), yang

19
dapat dilakukan pada malam hari dengan alat yang
mengosongkan dan mengisi kembali perut secara otomatis

3. Pencangkokan / transplantasi

Sebuah ginjal yang dapat disumbangkan oleh donor tanpa nama


yang baru saja meninggal atau dari orang yang masih hidup,
umumnya sanak saudara. Ginjal yang kita terima harus cocok
dengan tubuh kita. Semakin mirip ginjal baru dengan kita,
semakin tidak mungkin sistem kekebalan tubuh akan meningkat.

20
BAB III

PEMBAHASAN KASUS
PADA NY.S DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien

Nama : NY. S

Umur : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Suku / bangsa : Minahasa / Indonesia

Status Pernikahan : Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kakaskasen II Lingk VII

Nomor RM : 879679

Tanggal Masuk RS : 29 September 2018 Pukul : 08.00

Tanggal Pengkajian : 29 September 2018 Pukul : 10.00

Diagnosa Medis : gagal ginjal kronik

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Umur : 45 Tahun

21
Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Kakaskasen II Lingk VII

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan pasien : Suami

c. Keadaan Umum

Kesadaran : Coma

GCS : 3 E :1 , M : 1 , V: 1

d. Tanda – tanda Vital

TD : 160 / 100 mmHg

Nadi ` : 98 x/mnt

RR : 30 x/mnt

Suhu : 38o C

BB : 68 kg

TB : 155cm

2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan khawatir karena sesak nafas yang semakin parah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit pada tgl 29 September 2018 dengan keluhan
sesak napas yang semakin parah, menyebabkan pasien dan keluarga
khawatir dengan kondisi pasien saat ini. Pasien mengatakan tidak selera
makan , demam , kulit gatal, mual, sakit kepala, susah buang air kecil ,
nyeri pada panggul, kaki, dan lesu. Selama di IGD klien mendapat tindakan
pemasangan infuse dextrose 50% dengan tetesan 10 tetes per menit,

22
pemberian oksigen 3liter per menit, injeksi ranitidin 50mg iv dan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap, ureum, kreatinin, dan elektrolit.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami dan pengobatan/tindakan yang
dilakukan.
Pasien mengalami penyakit gagal ginjal kronik karena hipertensi yang
di deritanya selama 2 tahun yang lalu akibat pola makan yang terlalu
banyak mengandung garam dan sekarang pasien melakukan
hemodialisa rutin setiap hari senin dan kamis.
b. Penggunaan obat
1) Dextrose 50% 10 tpm
2) Ranitidin 2 x 50 mg IV
3) Furosemid 3 x 10 mg IV
4) Amlodipin 3 x 10 mg tablet
5) Kalsium karbonat 3 x 500 mg tablet
6) Oksigen 3L/mnt
c. Alergi

Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat ataupun makanan

d. Status imunisasi

Pasien mengatakan telah di imunisasi lengkap

23
GENOGRAM :

40
thn

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis
Pernikahan
: Garis
Keturunan
: Klien

: Tinggal
Serumah
: Meninggal

Ket : riwayat keluarga, klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.org tua
klien meninggal krna faktor usia.

5. Riwayat Psikososial

24
a. Bahasa yang digunakan
Pasien menggunakan bahasa indonesia dan jawa
b. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan takut dengan penyakitnya dan ingin segera sembuh
c. Konsep diri :
1) Body image : Pasien menerima kondisinya saat ini dan
bersyukur kepada Tuhan karena telah diberi umur panjang.
2) Ideal diri ; Pasien berkeinginan agar anak-anaknya menjadi orang
yang sukses dan memiliki pekerjaan yang mapan.
3) Harga diri : Pasien merasa dihargai dan dihormati oleh
keluarganya.
4) Peran diri : Pasien berperan sebagai seorang ibu
5) Personal identity : Pasien adalah seorang wanita sekaligus ibu
yang memiliki 2 orang anak.
d. Keadaan emosi
Pasien sering merasa takut akan masa depan yang akan dihadapi dan
perasaan marah yang berhubungan dengan pertanyaan mengapa hal
tersebut terjadi pada dirinya.
Tahap Berduka
Tahap berduka menurut Elizabeth Kubbler Ross dikutip dari Potter
dan Perry 2009 yaitu :
1) Tahap Penyangkalan ( Denial )
Klien mengatakan saat baru terdiagnosa Gagal Ginjal Kronis, klien
menyangkal dan menolak dengan kenyataan diagnosa tersebut.
2) Tahap Marah ( Anger )
Klien yang baru terdiagnosa Gagal Ginjal Kronis merasa marah
terhadap keadaanya, menyalahkan dirinya mengapa ini terjadi dan
marah terhadap Tuhan yang telah memberi penyakit tersebut.
3) Tahap Depresi ( Depression )
Klien merasa malu dengan kondisinya sehingga klien berusaha
untuk tidak berhubungan dengan orang lain.

25
4) Tahap Tawar Menawar ( Bergaining )
Klien tahu bahwa dia menderita Gagal Ginjal Kronis, namun
dirinya belum mau menerima dan berusaha meminta pada Tuhan
merubah hal tersebut.
5) Tahap Penerimaan ( Acceptance )
Klien sudah mau menerima kondisinya serta mulai mencari cara
untuk mensiasati penyakitnya dan mencari cara untuk kembali
kekehidupan normalnya.
e. Perhatian terhadap orang lain / lawan bicara
Pasien merespon lawan bicaranya
f. Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga baik, pasien selalu menceritakan
setiap kejadian kepada keluarganya
g. Hubungan dengan saudara
Hubungan pasien dengan saudaranya baik-baik saja
h. Kegemaran / hobby
Pasien memiliki hobi berkebun dan memasak
6. Riwayat Social
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang masih aktif mengikuti
kegiatan di lingkungan masyarakat, seperti arisan dan perkumpulan ibu- ibu
PKK. Pasien merasa senang karena dengan kondisi yang sekarang ini
teman dan juga tetangganya masih bisa menerimanya dan selalu
memberikan support dan semangat kepada pasien.
7. Riwayat Budaya
Dahulu pasien tinggal di daerah pesisir tepatnya kota bitung sebelum
pindah ke kota tomohon. Suami pasien adalah seorang nelayan, makanan
sehari- hari pasien dan keluarga adalah ikan asin. Karena banyak
mengkonsumsi garam, pasien sering menderita pusing, dan kaku kuduk
yang menyebabkan hipertensi.
8. Riwayat psikososial dan spiritual

26
Klien mengatakan orang yang dekat dengan klien adalah istri dan keluarga.
Pola komunikasi klien baik. Klien mengatakan dalam membuat keputusan
adalah dengan musyawarah. Klien menjalankan ibadah sesuai dengan
agamnya, tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan.

27
2.1 PENGKAJIAN POLA GORDON

a. kajian persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan


1. data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Keluarga mengataka klien tidak pernah mengalami sakit
yang serius seperti ini,bila sakit,klien dengan keluarga
memeriksa diri ke rumah sakit.dalam anggota keluarga
tidak ada yang menderita penyakit menuular atau penyakit
kronis,klien tidak memiliki alergi obat atau makanan.
b. Keadaan sejak sakit
Klien juga mengalami bengkak pada kedua kakinya,
penembahan berat badan dengan cepat dari 58- 68 kg ,klien
mengatakan takut, khawatir dengan kondisinya dan merasa
lemah, letih, tidak selera makan , demam , kulit gatal, mual,
sakit kepala, susah buang air kecil , nyeri pada panggul,
kaki, dan lesu. Selama di IGD klien mendapat tindakan
pemasangan infuse dextrose 50% dengan tetesan 10 tetes
per menit, pemberian oksigen 3liter per menit, injeksi
ranitidin 50mg iv dan dilakukan pemeriksaan darah
lengkap, ureum, kreatinin, dan elektrolit.
- Klien sudah melakukan hemodialisa rutin setiap hari senin
dan kamis selama 1 tahun.
2. data objektif
a. Observasi
 Kebersihan rambut : Bersih
 Kulit Kepala : Bersih
 Kebersihan Kulit : Bersih
 Higiene rongga mulut : Bersih
 Kebersihan genitalia : Bersih
 Kebersihan anus : Bersih

28
b. kajian nutrisi metabolik
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
 Makan
 Frekuensi : 3 x sehari
 Jenis : Nasi, ikan, sayur
 Porsi : 1/2
 Minum
 Frekuensi : 6-8 gelas /hari
 Jenis : Air putih
 Jumlah : 1200-1400 cc
b. Keadaan sejak sakit:
 Selama dirawat di rumah sakit pasien mendapatkan diet
soft dan liquid Pasien makan dengan bantuan NGT dan
dibantu oleh keluarga ataupun perawat.

c. kajian pola eliminasi


1. Data Subyektif
a. Keadaan Sebelum sakit :
 BAB
 Frekuensi : 1x /hari
 Warna : Coklat , Lembek
 Bau : Bau Khas
 Jumlah : 200 gr
 BAK
 Frekuensi : 3-4x / hari
 Warna : Kuning Bening
 Bau : Bau Khas
 Jumlah : 1200 cc
b. Keadaan sejak sakit :
 BAB

29
 Frekuensi : 2x /hari
 Warna : Kuning,feces cair
 Bau : Bau Khas
 Jumlah : 200 gr
 BAK
 Frekuensi : 4-6x / hari
 Warna : Kemerahan dan terdapat stosel
 Bau : Bau Khas
 Jumlah : 600 cc

d. kajian pola aktivitas dan latihan


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
 Keadaan aktivitas sehari-hari. Pasien dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari -secara mandiri seperti halnya
BAB, BAK, makan, dan juga mandi. Dan pasien tidak
menggunakan alat bantu apapun selama menjalankan
aktivitasnya.
 Keadaan pernafasan. Pasien tidak biasa menggunakan
obat-obatan untuk melancarkan pernafasan. Tidak ada
rasa sesak selama bernafas.
 Keadaan kardiovaskuler. Pasien tidak menggunakan
alat pacu jantung. Saat beraktivitas pasien sering merasa
cepat lelah karena kondisi dirinya yang sudah tua.
b.Keadaan sejak sakit
 Keadaan aktifitas sehari-hari. Keluarga pasien
mengatakan jika aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
diantaranya memakai baju, makan, mandi, duduk,
ataupun untuk miring kanan kiri pasien juga
membutuhkan bantuan. Pasien BAK melalui selang

30
nefrostomi. Pasien makan ataupun minum
menggunakan NGT.
 Keadaan pernafasan. Pasien mengatakan sering merasa
sesak jika terlalu banyak bergerak. Pasien mengatakan
posisi yang nyaman agar tidak sesak jika kepalanya
lebih ditinggikan. Respirasi rate 19x/menit.
 kardiovaskuler. Pasien mengatakan tidak ada rasa nyeri
dada ataupun pusing. Nadi 98x/menit.

2. Data Objektif
a. Observasi
 Aktivitas harian :
 Makan 4
 Mandi 0: Mandiri
4
 Berpakaian 1: bantuan dengan alat
4
2 : bantuan orang
4
 Kerapihan
3 : bantuan orang dan alat
 Buang air besar
4 4 : Bantuan penuh

 Buang air Kecil 4

 Mobilisasi di tempat tidur 4

 Ambulasi : dibantu
 Postur tubuh : Tegak
 Gaya jalan : Normal
 Anggota gerak yang cacat : Tidak ada masalah
 Fiksasi : ada alat fiksasi
 Tracheostomie : Tidak ada masalah

31
e. kajian pola tidur dan istirahat
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
 Tidur
 Pagi : Beraktifitas
 Siang : 2-3 Jam

Malam : 7 Jam

b. Keadaan sejak sakit :


 Keadaan aktifitas sehari-hari. Keluarga pasien
mengatakan jika aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga diantaranya memakai baju, makan,
mandi, duduk, ataupun untuk miring kanan kiri
pasien juga membutuhkan bantuan. Pasien BAK
melalui selang nefrostomi. Pasien makan
ataupun minum menggunakan NGT.
 Keadaan pernafasan. Pasien mengatakan sering
merasa sesak jika terlalu banyak bergerak.
Pasien mengatakan posisi yang nyaman agar
tidak sesak jika kepalanya lebih ditinggikan.
Respirasi rate 19x/menit.
 Keadaan kardiovaskuler. Pasien mengatakan
tidak ada rasa nyeri dada ataupun pusing. Nadi
98x/menit.
 Kebutuhan tidur. Pasien mengatakan jika tidur
sering terbangun karena merasa tidak nyaman
selama di rumah sakit. Kebutuhan tidur pasien
kurang lebih 5- 6 jam sehari. Pasien terlihat
lemas, mata sayu.
 Kebutuhan istirahat. Pasien mengatakan merasa
bosan di rumah sakit dan ingin cepat pulang.

32
Selain itu pasien mengatakan tidak bisa tidur
jika berada di rumah sakit
2. Data Obyektif
a. Observasi :
 Ekspresi wajah mengantuk : Positif

 Banyak menguap : Positif

 Palpebrae Inferior berwarna gelap : Positif

f. kajian pola persepsi kognitif


1. Data Subyektif
Keluarga mengatakan bahwa klien masih bisa mendengar
dengan baik , melihat dengan jelas tidak ada gangguan
penciuman dan bisa merasakan makanan dengan baik sebelum
dan saat sakit klien mulai kehilangan kesadaran sehingga mulai
terjadi penurunan fungsi alat indera

2. Data Obyektif
a. Observasi
- Tidak menggunakan alat bantu penglihatan
- Klien tidak dapat berkomunikasi dengan baik
- Pasien tidak mengenal orang-orang disekitarnya

g. kajian pola persepsi dan konsep diri


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
-Pasien sbelumnya melakukan pekerjaan dengan baik
-Pasien dapat berinteraksi baik bersama keluarga dan orang lain
karena fisik tidak terganggu
b. Keadaan Sejak sakit :

33
- Keluarga mengatakan bahwa klien sudah menerima
penyakitnya sejak mulai menjalani hemodialisi
2. Data Obyektif
Klien tampak cukup tenang, tidak ada kelainan tubuh .

h. kajian pola peran dan hubungan dengan sesama

1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
- Hubungan dengan keluarga baik
- Sangat ramah dengan orang-orang disekitar
b. Keadaan sejak sakit :
Klien tampak cukup tenang , keluarga selalu mendampingi
klien dan mengajak untuk bercakap apabila klien bangun atau
saat merasa susah tidur . Keluarga tampak sedih melihat
kondisi klien dan mulai kurang berkomunikasi dengan klien
saat klien sakit.

i. kajian pola reproduksi-seksualitas

1. Data Subyektif
Keluarga mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami
gangguan reproduksi apapun , dan klien memiliki 3 orang anak

j. kajian mekanisme koping dan toleransi terhadap stres


1. Data Subyektif
Keluarga mengatakan merasa cemas dengan keadaan yang
dialaminya sekarang
2. Data Obyektif
Keluarga klien terlihat cemas,dan selalu bertanya-tanya tentang
kondisi pasien tersebut

34
k. kajian pola sistem nilai kepercayaan
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
-Pasien Beragama Kristen Protestan
-Pasien rajin beribadah setiap hari minggu, sering mengikuti
ibadah kolom, kaum bapa, pasien juga sering berdoa
b. Keadaan sejak sakit :
Pasien tidak bisa mengikuti ibadah lagi seperti biasa karena
kesehatannya terganggu , tetapi pasien selalu berdoa

2. Data Obyektif
a. Observasi
Sering membaca firman Tuhan di Alkitab

35
KLASIFIKASI DATA

NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF


1. DS : klien mengatakan susah DO :
BAK,nyeri pada panggul dan -wajah klien tampak meringis.
Ttv :
kaki.
Tekanan darah : 160/100 Mmhg
Suhu : 38oC
Respirasi : 30x/menit
Nadi : 98x/menit
Skala Nyeri : 5
Tipe Nyeri : Nyeri sangat terasa

DO :
DS :
Tanda-tanda Vital
2. Klien mengatakan sesak nafas
Tekanan Darah: 160/100 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 30x/menit
Suhu : 38.0c
SPO2 : 3 liter/ mnit

DO :
3. DS :
Tanda-tanda Vital
Klien mengeluh lemah, letih,
Tekanan Darah: 140/90 mmHg
lesu.
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 35x/menit
Suhu : 37,6 0c
Konjungtiva palpebral anemis
CRT pada ekstremitas atas dan

36
bawah lebih dari 3 detik
Hemoglobin 8.4 g/dl (low)
Hematokrit 26.4 % (low)
Eritrosit3.5 juta/mmk (low)
SPO2 :80% .

3. DS : DO :
Klien mengatakan BAK tidak Edema pada tangan dan kaki
lancar, air kencing sedikit dan Turgor kulit tidak elastis
warna kemerahan dan terdapat CRT lebih dari 3 detik.
stosel,Tanggan dan kaki BB : 68 kg
membengkak. Ureum : 130,1/ dl

4. DS : DO :
Klien mengatakan mual-mual Ureum : 130,1 mg/dl
dan nafsu makan berkurang Kreatinin : 10,33 U/L
HGB : 9,7
Diet : makanan soft,dan liquid
Uremia 170 kkal
Protein 0,6 hd/kg BB
Rendah garam

37
5. DS : keluarga mengatakan DO :
bahwa klien mengalami Keluarga tampak sedih melihat
kesulitan untuk melakukan kondisi klien sekarang.
semua aktifitas fisik,dan perlu
bantuan untuk menjalani
aktivitas kesehariannya.

6. DS : Keluarga mengatakan DO : Keluarga klien terlihat


merasa cemas dengan keadaan cemas,dan selalu bertanya-tanya
yang dialaminya sekarang tentang kondisi pasien tersebut

38
PATOFLOW /PENYIMPANGAN KDM
Chonic Kidney Disease

Obstruksi Kerusakan GGK dan Gagal Kerusakan GGK dan


saluran Fungsi Ginjal Jantung Fungsi Ginjal Gagal
kemih Jantung

BUN, Kreatinin Cairan


Sekresi Peningkatan Intravaskuler
Retensi Eritropoetin Cairan
urine Intravaskuler
Produksi Perpindahan
Produksi Sampah Dialiran Cairan dari
Terdapat Eritrosit Perpindahan Darah Intravaskuler ke
batu ginjal Cairan dari Intersitisl di
Intravaskuler Perifer
Oksi ke Intersitial Masuk Dalam
Hemoglobin diPerifer Saluran
Penekanan Gastrointestinal Kerusakan
saraf perifer Fungsi Ginjal
Suplai Oksigen Cairan Intersitial
Ke Jaringan Nausea Vomitus BUN, Kreatinin
Nyeri
Edema Perifer
dan Paru Produksi
Gangguan Gangguan Nutrisi
Perfusi Jaringan Sampah Dialiran
Kurang Dari
Darah
Kelebihan Kebutuhan Tubuh
Volume Cairan
Masuk Dalam
Saluran GI

Fatigue/malaise
Nausea Vomitus

Hambatan mobilitas
fisik Perubahan Status
Kesehatan

Takut dan Gelisah

39
Kecemasan
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : klien mengatakan susah Obstruksi Nyeri
BAK,nyeri pada panggul dan saluran kemih
kaki.
DO : Retensi Urin
-wajah klien tampak meringis.
Ttv :
Terdapat batu
Tekanan darah : 160/100 Mmhg
ginjal
Suhu : 38oC
Respirasi : 30x/menit
Penekana saraf
Nadi : 98x/menit
perifer
Skala Nyeri : 5
Tipe Nyeri : Nyeri sangat terasa
Nyeri

2 DS : kerusakan fungsi Gangguan perfusi


Klien mengatakan sesak nafas ginjal jaringan
DO :
Tanda-tanda Vital sekresi eritropoetin
Tekanan Darah: 160/100 mmHg menurun
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 30x/menit produksi eritrosit
Suhu : 38.0c menurun
SPO2 : 3 liter/ mnit
oksi hemoglobin
menurun

40
suplay oksigen ke
jaringan menurun

gangguan perfusi
jaringan

3 DS : GGK dan gagal Kelebihan


Klien mengatakan BAK tidak jantung volume cairan
lancar, air kencing sedikit dan
warna kemerahan dan terdapat Peningkatan cairan
stosel,Tanggan dan kaki intravaskuler
membengkak
Terjadi
DO : perpindahan cairan
Edema pada tangan dan kaki Dari intravaskuler
Turgor kulit tidak elastis ke interstitial di
CRT lebih dari 3 detik. perifer
BB : 68 kg
Ureum : 130,1/ dl Cairan interstitial
meningkat

Edema perifer dan


paru

kelebihan volume
cairan

4 DS : Kerusakan fungsi Gangguan

41
Klien mengatakan mual-mual ginjal nutrisi kurang dari
dan nafsu makan berkurang kebutuhan tubuh
DO : BUN, kreatinin
Ureum : 130,1 mg/dl meningkat
Kreatinin : 10,33 U/L
HGB : 9,7 Produksi sampah
Diet : makanan soft,dan liquid dialiran darah
Uremia 170 kkal
Protein 0,6 hd/kg BB Masuk dalam
Rendah garam saluran
gastrointestinal

Nausea
Vomitus

Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

+
DS : Sekresi eriprotein Hambatan
5. keluarga mengatakan bahwa mobilitas fisik
klien mengalami kesulitan untuk Produksi SDM
melakukan semua aktifitas
fisik,dan perlu bantuan untuk oksihemoglobin
menjalani aktivitas
kesehariannya. Suplai O2
DO : kejarinag
Keluarga tampak sedih melihat
kondisi klien sekarang. Fatigue/malaise

42
Hambatan
mobilitas fisik

DS :
6. Keluarga mengatakan merasa GGK dan gagal Ansietas
cemas dengan keadaan yang jantung
dialaminya sekarang
DO : HN Peningkatan
Keluarga klien terlihat cairan
cemas,dan selalu bertanya-tanya intravaskuler
tentang kondisi pasien tersebut
Terjadi
perpindahan cairan
Dari intravaskuler
ke interstitial di
perifer

Kerusakan fungsi
ginjal

BUN, kreatinin
meningkat

Produksi sampah
dialiran darah

Masuk dalam
saluran

43
gastrointestinal

Nausea
Vomitus

Perubahan Status
Kesehatan

Takut dan Gelisah

Kecemasan

44
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA/UMUR :
RUMAH SAKIT :
RUANG/KAMAR :
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA JELAS
1. Nyeri beruhubangn dengan kekakuan pada
sendi. Di tandai dengan :
DS : klien mengatakan susah BAK,nyeri pada
panggul dan kaki.
DO :
-wajah klien tampak meringis.
Ttv :
Tekanan darah : 160/100 Mmhg
Suhu : 38oC
Respirasi : 30x/menit
Nadi : 98x/menit
Skala Nyeri : 5
Tipe Nyeri : Nyeri sangat terasa

Gangguan perfusi jaringan berhub dengn


2.
suplai oksigen yang tidak adekuat.di tandai
dengan:
DS :
Klien mengatakan sesak nafas
DO :
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah: 160/100 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 30x/menit
Suhu : 38.0c

45
SPO2 : 3 liter/ mnit

Kelebihan Volume Cairan Berhubungan


3. Dengan Input Cairan Lebih Besar Dari Pada
Output, di tandai dengan :
DS :
Klien mengatakan BAK tidak lancar, air
kencing sedikit dan warna kemerahan dan
terdapat stosel,Tanggan dan kaki membengkak

DO :
Edema pada tangan dan kaki
Turgor kulit tidak elastis
CRT lebih dari 3 detik.
BB : 68 kg
Ureum : 130,1/ dl

4. Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan


Tubuh, di tandai dengan :
Ansietas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan, di tandai dengan :
DS :
Klien mengatakan mual-mual dan nafsu
makan berkurang
DO :
Ureum : 130,1 mg/dl
Kreatinin : 10,33 U/L
HGB : 9,7
Diet : makanan soft,dan liquid

46
Uremia 170 kkal
Protein 0,6 hd/kg BB
Rendah garam

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


penurunan kekuatan dan ketahanan fisik. Yang
di tandai dengan :
DS :
keluarga mengatakan bahwa klien mengalami
kesulitan untuk melakukan semua aktifitas
fisik,dan perlu bantuan untuk menjalani
aktivitas kesehariannya.
DO :
Keluarga tampak sedih melihat kondisi klien
sekarang.

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan


status kesehatan.yang di tandai dengan :
DS :
Keluarga mengatakan merasa cemas dengan
keadaan yang dialaminya sekarang
DO :
Keluarga klien terlihat cemas,dan selalu
bertanya-tanya tentang kondisi pasien tersebut

47
Tg N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Tg Implementasi Tgl/ evaluasi
l/J o Keperawatan l/ Ja
am ja m
m
29/ 1 Pola Nafas Setelah a. Auskultasi a. menyatakan adanya 29/ a. melakukan 29/ S :Klien mengatakan
9/1 9/1 pemeriksaan 9/1
Tidak Efektif dilakukan bunyi nafas, pengumpulan sekret sesak nafas
8 8 auskultasi : 8
Berhubungan intervesi catat adanya pernapasan : O : Tanda-tanda Vital
Ja Ja 35x/menit,tidak Jam Tekanan Darah: 140/90
Dengan Edema selama 5 menit crakles
m m adanya crakless. 14. mmHg
10. Paru. diharapkanPola 10. 00 Nadi : 100
00 00 b.mengajarkan klien x/menit
DS : Nafas Tidak b. Ajarkan klien b. membrsihkan jalan
tekhnik batuk efektif Pernafasan : 35x/menit
Klien Efektif teknik batuk nafas dan dan nafas dalam Suhu : 36,6.0c
SPO2
mengatakan Berhubungan efektif dan memudahkan alirfan
A :masalah belum teratasi
sesak nafas Dengan Edema nafas dalam oksigen
P : intervensi di lanjutkan
Paru dapat c. Atur posisi c. mencegah terjadimya
c. mengatur posisi
DO : teratasi, dengan senyaman sesak nafas klien :semi fowler a. Auskultasi bunyi
Tanda-tanda : mungkin nafas, catat adanya
Vital d. Batasi untuk d. mencegah sesak atau d. memberi edukasi crakles
Tujuan : kepada klien untuk
Tekanan Darah: beraktivitas hipoksia b. Ajarkan klien teknik
membatasi aktivitas
pola nafas
140/90 mmHg batuk efektif dan nafas
kembali
Nadi : dalam

48
100 x/menit normal/stabil c. Atur posisi senyaman
e. . perfusi jaringan e. memberikan terapi
Pernafasan : Kriteria hasil : e. kolaborasi mungkin
adekuat O2 3 liter melalui
35x/menit Klien tidak pemberian nasal kanul. d. Batasi untuk
Suhu : mengalami oksigen beraktivitas
36,6.0c dyspnea e. kolaborasi pemberian
SPO2 oksigen
:80% .

Gangguan Setelah
2 a. Selidiki adanya 10 a. memeriksa tanda 14.
Perfusi Jaringan dilakukan a. Mengetahui penyebab S :Klien mengeluh lemah,
00 anemia pada klien : 00
Berhubungan intervesi tanda anemia :
Gangguan Perfusi klien merasa letih, lesu.
Dengan Suplai selama 1x24
kelelahan,pusin kelelahan,pusing,sakit
Oksigen Ke jam diharapkan Jaringan O : Tanda-tanda Vital
kepala,tampak
Jaringan Gangguan g,palpitasi,puca Tekanan Darah: 140/90
pucat,dan terjadi
Menurun. Perfusi Jaringan mmHg
t,sakit kepala. palpitasi.
DS : Berhubungan Nadi : 100
Dengan Suplai x/menit
Klien mengeluh
Oksigen Ke Pernafasan : 35x/menit
lemah, letih, Jaringan Suhu : 37,6 0c
Menurun. Konjungtiva palpebral
lesu. b.mengobservasi
anemis
b. Observasi adanya edema :
Tujuan : b. Edema merupakan CRT pada ekstremitas atas
terdapat edema pada
adanya edema dan bawah lebih dari 3
DO : Perfusi jaringan penyebab gangguan ekstremitas atas dan
detik.

49
Tanda-tanda adekuat ekstremitas perfusi jaringan bawah. A : masalah belum teratasi
c. membantu klien P : intervensi di lanjutkan
Vital Kriteria hasil : c. Dorongan c. Meningkatkan
melakukan latihan a. Selidiki adanya
Tekanan Darah: CRT kurang latihan aktif sirkulasi perifer rentang gerak
tanda anemia :
dari 2 detik. aktif(ROM)
140/90 mmHg dengan rentang
kelelahan,pusing,p
Nadi : gerak sesuai
alpitasi,pucat,sakit
100 x/menit toleransi
kepala.
Pernafasan :
b. Observasi adanya
35x/menit
edema ekstremitas
Suhu :
c. Dorongan latihan aktif
37,6 0c
dengan rentang gerak
Konjungtiva
sesuai toleransi
palpebral
anemis
CRT pada
ekstremitas atas
dan bawah lebih
dari 3 detik

50
3 Kelebihan Setelah a. Kaji status a. Mengetahui status a. menimbang BB
dilakukan klien : 80 Kg
Volume Cairan cairan dengan cairan, meliputi input S : Klien mengatakan
intervesi Turgor kulit tidak
Berhubungan selama 1x24 menimbang dan output. BAK tidak lancar, air
elastis
jam diharapkan
Dengan Input BB perhari, kencing sedikit dan warna
Kelebihan CRT lebih dari 3 detik.
Cairan Lebih keseimbangan keruh. Tanggan dan kaki
Volume Cairan Tanda-tanda Vital
Besar Dari Pada masukan dan membengkak.
Berhubungan Tekanan Darah:
Output. keluaran, O : Edema pada tangan
Dengan Input 140/90 mmHg
DS : turgor kulit dan kaki
Cairan Lebih Nadi : 100
Klien Tanda-tanda Turgor kulit tidak elastis
Besar Dari Pada x/menit
mengatakan vital CRT lebih dari 3 detik.
Output dapat Pernafasan :
BAK tidak BB : 80 kg.
teratasi, dengan 35x/menit
lancar, air A : masalah belum teratasi
: Suhu : 37,6
kencing sedikit 0 P : intervensi di lanjutkan
Tujuan : c
dan warna a. Kaji status cairan
Volume cairan
keruh. Tanggan dengan menimbang
dalam keadaan
dan kaki b. Batasi b. Pembatasan cairan BB perhari,
seimbang b.mengontrol cairan
membengkak. masukan cairan akan menentukan BB yang masuk : klien keseimbangan
minum 5-6 glas
ideal, keluaran urine, masukan dan
Kriteria hasil :
DO : dan respon terhadap keluaran, turgor
Tidak ada

51
Edema pada edema, terapi. kulit Tanda-tanda
keseimbangan
tangan dan kaki vital.
antara input dan
Turgor kulit output cairan b. Batasi masukan cairan
tidak elastis c. Jelaskan pada c. Pemahaman
c. memberi edukasi
CRT lebih dari 3 pasien dan meningkatkan kepada klien dan c. Jelaskan pada pasien
keluarga untuk
detik. keluarga kerjasama klien dan dan keluarga tentang
mengurangi konsumsi
BB : 80 kg tentang keluarga dalam cairan. pembatasan cairan.
pembatasan pembatasan cairan.
cairan.

4 Gangguan Setelah a. Identifikasi a. Mengetahui penyebab a. mengidentifikasi


dilakukan
Nutrisi Kurang factor pencetus kekurangan nutrisi pada klien factor S :Klien mengatakan
intervesi
Dari Kebutuhan selama 3x24 mual. pencetus mual: BUN, mual-mualn dan nafsu
jam diharapkan
Tubuh kreatinin meningkat makan berkurang.
Gangguan
DS : O :Klien makan porsi
Nutrisi Kurang
Klien b. Perhatikan b. Menurunkan b. memperhatikan sedikit, tidak habis 1
Dari Kebutuhan
adanya mual muntah :
mengatakan adanya mual pemasukan dan porsi, habis 2-3 sendok
klien merasa mual

52
mual-mualn Tubuh dapat muntah memerlukan tetapi tidak muntah makan.
nafsu makan teratasi, dengan intervensi A : masalah belum teratasi
berkurang. : P : intervensi di lanjutkan
c. membantu klien
DO : Tujuan : c. Berikan c. Menurunkan a. Identifikasi factor
melakukan oral hygine
Klien makan Mempertahanka perawatan ketidaknyamanan dan pencetus mual.
porsi sedikit, n masukan mulut sering mempengaruhi b. Perhatikan adanya mual
tidak habis 1 nutrisi yang masukan makanan. muntah
porsi, habis 2-3 adekuat dengan c. Berikan perawatan
sendok makan Kriteria hasil : mulut sering.
Menunjukan
protein albumin
stabil.

Ansietas Setelah . Berikan


5 1. Memberikan
berhubungan dilakukan kesempatan pada
kesempatan pada klien S : - Klien mengatakan siap
dengan intervesi klien dan keluarga
dan keluarga untuk
perubahan status selama 3x24 untuk menerima kenyataan yang
mengungkapkan
kesehatan jam mengungkapkan
perasaan. akan terjadi
perasaan.
diharapkanpasie

53
DS : n mampu : O :Klien tampak tenang
1. merasa 2. Menjelaskan bahwa
- Pasien TTV :
nyaman dan 2. jelaskan bahwa berduka adalah reaksi
mengatakan mengekpresikan berduka adalah yang umum. TD: 100/70 mmHg
perasaannya pada reaksi yang umum
N: 80x/mnt
takut dan cemas perawat.
R:30x/mnt
dengan 2. Klien tidak
A :Masalah teratasi
kondisinya saat merasa sedih dan 3. bantu klien dan 3. Membantu klien dan
siap menerima anggota keluarga anggota keluarga P :Intervensi Dihentikan
ini kenyataan. menerima dan menerima dan mengatasi
mengatasi situasi situasi dan respon
- Pasien dan respon mereka mereka terhdap situasi
mengatakan terhdap situasi tersebut.
tersebut.
takut dan tidak
ingin 4.. Berikan 4.. Memberikan
dorongan dorongan penggunaan
meninggal, dan penggunaan strategi koping positif
strategi koping yang terbukti yang
tidak ingin positif yang memberikan
meninggalkan terbukti yang keberhasilan pada masa
memberikan lalu Stategi koping
orang-orang keberhasilan pada positif membantu
masa lalu Stategi penerimaan dan
terdekatnya koping positif pemecahan masalah.
DO : membantu
penerimaan dan
Klien tampak pemecahan
masalah.
gelisah

54
- Ekspresi wajah
5. Bantu klien 5. Membantu klien
Sedih. mengatakan dan mengatakan dan
menerima kematian menerima kematian
yang akan terjadi, yang akan terjadi, jawab
jawab semua semua pertanyaan
pertanyaan dengan dengan jujur Proses
jujur Proses berduka, proses
berduka, proses berkabung adaptif tidak
berkabung adaptif dapat dimulai sampai
tidak dapat dimulai kematian yang akan
sampai kematian terjadi di terima.
yang akan terjadi di
terima.

55
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA/UMUR :Tn. A.P


RUANG/KAMAR : X
Diagnose
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Pola Nafas a. melakukan S : Klien mengatakan sesak nafas
Tidak Efektif pemeriksaan
auskultasi : O : Tanda-tanda Vital
Berhubungan
pernapasan :
Dengan Edema Tekanan Darah: 140/90 mmHg
35x/menit,tidak
Paru. adanya crakless. Nadi : 100 x/menit

DS : Pernafasan : 35x/menit
b.mengajarkan klien Suhu : 36,6.0c
Klien tekhnik batuk efektif
mengatakan dan nafas dalam SPO2

sesak nafas
A :masalah belum teratasi

DO : c. mengatur posisi
klien :semi fowler P : intervensi di lanjutkan
Tanda-tanda
a. Auskultasi bunyi nafas, catat
Vital
adanya crakles
d. memberi edukasi
Tekanan Darah: kepada klien untuk b. Ajarkan klien teknik batuk

140/90 mmHg membatasi aktivitas efektif dan nafas dalam


c. Atur posisi senyaman mungkin
Nadi :
d. Batasi untuk beraktivitas
100 x/menit e. memberikan terapi
O2 3 liter melalui e. kolaborasi pemberian oksigen
Pernafasan : nasal kanul.

35x/menit

Suhu :
36,6.0c

SPO2

56
:80% .

Gangguan
Perfusi Jaringan
Berhubungan
Dengan Suplai a. memeriksa tanda S : Klien mengeluh lemah, letih, lesu.
2. anemia pada klien :
Oksigen Ke
Jaringan O : Tanda-tanda Vital
klien merasa
Menurun.
kelelahan,pusing,sakit Tekanan Darah: 140/90 mmHg
DS : kepala,tampak
Nadi : 100 x/menit
pucat,dan terjadi
Klien mengeluh palpitasi. Pernafasan : 35x/menit
lemah, letih,
Suhu : 37,6 0c
lesu.
b.mengobservasi Konjungtiva palpebral anemis
DO : adanya edema :
CRT pada ekstremitas atas dan bawah
terdapat edema pada lebih dari 3 detik.
Tanda-tanda
ekstremitas atas dan
Vital bawah. A : masalah belum teratasi

Tekanan Darah: P : intervensi di lanjutkan

140/90 mmHg c. membantu klien a. Selidiki adanya tanda anemia :


melakukan latihan kelelahan,pusing,palpitasi,pucat,saki
Nadi : rentang gerak t kepala.
100 x/menit aktif(ROM) b. Observasi adanya edema
ekstremitas
Pernafasan :
c. Dorongan latihan aktif dengan
35x/menit
rentang gerak sesuai toleransi

Suhu :
37,6 0c

Konjungtiva

57
palpebral
anemis

CRT pada
ekstremitas atas
dan bawah lebih
dari 3 detik

Kelebihan
Volume Cairan
Berhubungan
Dengan Input
Cairan Lebih
Besar Dari Pada
Output.

DS :
3. S : Klien mengatakan BAK tidak
a. menimbang BB
Klien klien : 80 Kg lancar, air kencing sedikit dan warna
mengatakan keruh. Tanggan dan kaki membengkak.
Turgor kulit tidak
BAK tidak
elastis O : Edema pada tangan dan kaki
lancar, air
kencing sedikit CRT lebih dari 3 detik. Turgor kulit tidak elastis
dan warna
Tanda-tanda Vital CRT lebih dari 3 detik.
keruh. Tanggan
dan kaki Tekanan Darah: BB : 80 kg.

58
membengkak. 140/90 mmHg A : masalah belum teratasi

DO : Nadi : 100 x/menit P : intervensi di lanjutkan

Edema pada Pernafasan : a. Kaji status cairan dengan


tangan dan kaki 35x/menit menimbang BB perhari,
keseimbangan masukan dan
Turgor kulit Suhu : 37,6 0c
keluaran, turgor kulit Tanda-tanda
tidak elastis
vital.
CRT lebih dari 3 b.mengontrol cairan b. Batasi masukan cairan
detik. yang masuk : klien c. Jelaskan pada pasien dan keluarga
minum 5-6 glas tentang pembatasan cairan.
BB : 80 kg

c. memberi edukasi
kepada klien dan
keluarga untuk
mengurangi konsumsi
cairan.

Gangguan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh

DS :

Klien
mengatakan
mual-mualn
nafsu makan
berkurang.

59
DO : a. mengidentifikasi S :Klien mengatakan mual-mualn dan
4. pada klien factor nafsu makan berkurang.
Klien makan
pencetus mual: BUN,
porsi sedikit, O : Klien makan porsi sedikit, tidak
kreatinin meningkat
tidak habis 1 habis 1 porsi, habis 2-3 sendok makan.
porsi, habis 2-3 b. memperhatikan
adanya mual muntah : A : masalah belum teratasi
sendok makan
klien merasa mual
P : intervensi di lanjutkan
tetapi tidak muntah
a. Identifikasi factor pencetus
mual.
c. membantu klien
Ansietas melakukan oral hygine b. Perhatikan adanya mual muntah
berhubungan c. Berikan perawatan mulut
dengan
sering.
perubahan status
kesehatan
DS :

- Pasien
mengatakan
takut dan cemas
dengan
kondisinya saat
ini

- Pasien
mengatakan

5. takut dan tidak 1. Memberikan S : - Klien mengatakan siap menerima


kesempatan pada klien kenyataan yang akan terjadi
ingin
dan keluarga untuk
meninggal, dan mengungkapkan O :Klien tampak tenang
tidak ingin perasaan.
TTV :
meninggalkan
orang-orang 2. Menjelaskan bahwa TD: 100/70 mmHg
berduka adalah reaksi

60
terdekatnya yang umum. N: 80x/mnt

DO : R:30x/mnt

Klien tampak 3. Membantu klien dan


A :Masalah teratasi
anggota keluarga
gelisah menerima dan mengatasi
P :Intervensi Dihentikan
- Eksprwajah situasi dan respon
mereka terhdap situasi
Sedih.
tersebut.

4.. Memberikan
dorongan penggunaan
strategi koping positif
yang terbukti yang
memberikan
keberhasilan pada masa
lalu Stategi koping
positif membantu
penerimaan dan
pemecahan masalah.

5. Membantu klien
mengatakan dan
menerima kematian
yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan
dengan jujur Proses
berduka, proses
berkabung adaptif tidak
dapat dimulai sampai
kematian yang akan
terjadi di terima.

61
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Laporan ini berisi tentang Palliative Care pada penderita gagal ginjal kronik.
Diharapkan perawat dapat mengetahui lebih lagi mengenai PalliativeCare dan
cara penanganan pada pasien penderita gagal ginjal kronik, tidak hanya
tindakan medis tetapi penanganan pada psikis penderita
(Meningkatkankualitashiduppenderita) dan keluarga dan dapat melakukan
komunikasi terapeutik.

4.2 Saran
1. Bagipembacadiharapkanmakalahinidapatmemberiinformasidanpengetahu
antentangpenyakitGagalGinjalKronissertadapatmenjadipemicuuntukmela
kukantindakanpencegahandiniterhadapPenyakitGagalGinjalKronis.
2. Bagipetugasperawatandiharapkanmakalahinidapatmenjadiinformasitamb
ahanmengenaipenyakitGagalGinjalKronissehinggadapatmemberikanasuh
ankeperawatan yang tepatdandapatmenjadisarana
informasibagiklien/masyarakatdalammemberikanpendidikankesehatan.
3. Bagiinstitusipendidikandiharapkandapatikutsertauntukmelakukanpromosi
kesehatanataupenyuluhantentangPenyakitGagalGinjalKroniskepadamasy
arakat.

62
DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson , Ian .D : Care of the Critically Ill Surgical Patient,


1999, The Royal College of Surgeons of England
2. Hopkinson R.B : General Care Units, in Critical Care, Standards –
Audit and Ethics, ED. Tinker, Browne and Sibbald, 1996, Arnold p. 37 –
54
3. Moore E.E, Mattox K.L, Feliciano D.V ; Principles of Critical
Care, in Trauma Manual, ED. Moore E.E, Mattox K.L, Feliciano D.V
; 2003, McGraw Hill Book Coy.,p. 441 – 451
4. Rivet E.B and Coopersmith C.M : Critical Care, in The Washington
MANUAL OF surgery, 5th ed. , Ed. Klingensmith M.E, Lie E.C, Glasgow
S.C et al, 2008, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, p. 134 – 52.

5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC;
2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
6. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih
bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan
tahun 1999)
7. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.
Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
8. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994
(Buku asli diterbitkan tahun 1992)
9. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2001

2 Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa :
Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001(Buku asli diterbitkan tahun 1999)

63

You might also like