You are on page 1of 8

1. Apa diagnosa dan apa saja diagnosa banding dari kasus pada skenario ?

Diagnosa banding: interpretasi radiologi osteomyelitis


Area radiolusensi terlihat compang-camping, setengah-setengah, atau moth-eaten shape. Area
terluarnya tidak beraturan.
 Terdapat sequestra radioopak kecil di tulang yang mati pada area radiolusensi
 Terdapat pembentukan tulang subperiosteal yang baru, biasanya di luar area nekrosis

2. Bagaimana patofisiologi dari kasus pada skenario ? dan penyebab bakterinya


Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organisme
penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis
tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri
melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung
selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan
nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau
menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk.
Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar
jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar
(Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).

Patogenesis osteomielitis pada rahang biasanya ditandai dengan adanya

eksudat inflamasi yang terdiri dari fibrin, polimorfonuklear leukosit dan makrofag.
Inflamasi terjadi di dalam rongga medula dalam tulang spongiosa dan dapat

melibatkan trabekula spongiosa serta dapat mempenetrasi korteks dan mencapai

periosteum. Daerah sumsum tulang dipenuhi oleh neutrofil, debris nekrotik dan

mikroorganisme. Jaringan sumsum tulang yang berlemak dan sumsum hematopoetik

menjadi nekrosis dan berganti menjadi eksudat inflamasi. Tekanan di dalam rongga

medula meningkat dan pembuluh darah menjadi hancur. Akibatnya perfusi vaskular

mengakibatkan terjadinya nekrosis pada tulang spongiosa dan korteks. Pada tulang

trabekula yang nekrosis terjadi hipereusinofilik. Osteosit membesar dengan tepi yang

berwarna biru tua. Pembentukan sequester dapat terjadi. Sequester akan dikolonisasi

oleh mikroorganisme dalam bentuk biofilm dan akan memperparah inflamasi.

Infiltrat inflamasi mengandung sel plasma, selain itu juga terdapat limfosit

dan makrofag. Fibrosis pada sumsum tulang akan terjadi setelah faktor pertumbuhan

fibroblas dilepas. Pembentukan tulang baru berlangsung dengan cepat dan memicu

tulang penderita menjadi sklerosis. Aktivitas osteoblas meningkat yang

mengakibatkan meningkatnya diameter intralesional dan trabekular medula.

3. Bagaimana hubungan diagnosis pada skenario dengan munculnya tanda-tanda yang ada
pada pasien ?

4. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario ?

Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses


infeksi (Boughman, 2000:389).
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat
selama 20 menit beberapa kali sehari.
4

2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi


organisme dan memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.

4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol :


teruskan selama 3 bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik
pertahankan terapi antibiotik tambahan.
5. Apa saja faktor kegagalan dari perawatan kasus pada skenario ?
6. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi setelah pencabutan gigi ?
Komplikasi yang mungkin terjadi segera setelah ekstraksi gigi

dilakukan antara lain :

1. Perdarahan

Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada

12-24 jam pertama sesudah pencabutan atau pembedahan gigi.

Penekanan oklusal dengan menggunakan kasa adalah jalan terbaik

untuk mengontrolnya dan dapat merangsang pembentukan bekuan

darah yang stabil. Perdarahan bisa diatasi dengan tampon

(terbentuknya tekanan ekstravaskuler lokal dari tampon),

pembekuan, atau keduanya. 1,6

2. Rasa sakit

Rasa sakit pada awal pencabutan gigi, terutama sesudah

pembedahan untuk gigi erupsi maupun impaksi, dapat sangat

mengganggu. Orang dewasa sebaiknya mulai meminum obat

pengontrol rasa sakit sesudah makan tetapi sebelum timbulnya rasa

sakit. 1,6

3. Edema

Edema adalah reaksi individual, yaitu trauma yang besarnya sama,

tidak selalu mengakibatkan derajat pembengkakan yang sama.

Usaha – usaha untuk mengontrol edema mencakup termal (dingin),

fisik (penekanan), dan obat – obatan. 1


17

4. Reaksi terhadap obat

Reaksi obat – obatan yang relative sering terjadi segera sesudah

pencabutan gigi adalah mual dan muntah karena menelan analgesik

narkotik atau non narkotik. Reaksi alergi sejati terhadap analgesik

bisa terjadi, tetapi relative jarang. Pasien dianjurkan untuk

menghentikan pemakaian obat sesegera mungkin jika diperkirakan

berpotensi merangsang reaksi alergi. 1

c. Komplikasi Jauh Sesudah Ekstraksi Gigi

1. Alveolitis

Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit

sesudah pencabutan gigi adalah dry socket atau alveolitis ( osteitis

alveolar). 1

2. Infeksi

Pencabutan suatu gigi yang melibatkan proses infeksi akut, yaitu

perikoronitis atau abses, dapat mengganggu proses pembedahan.

Penyebab yang paling sering adalah infeksi yang termanifestasi

sebagai miositis kronis. Terapi antibiotik dan berkumur dengan

larutan saline diperlukan jika terbukti ada infeksi yaitu adanya

pembengkakan, nyeri, demam, dan lemas. 1,6


7. Bagaimana hubungan antara penyakit sistemik dengan diagnosa dari kasus pada
skenario ?
8. Bagaimana pandangan dalam islam setelah pencabutan gigi yang menimbulkan
komplikasi seperti osteomyelitis ?
Para ulama menjadikan hadits tersebut sebagai salah satu dasar untuk memotivasi umat
agar mau bersabar saat diberi cobaan oleh Allah berupa sakit. Namun demikian itu bukan
berarti Islam memandang sebelah mata pada usaha menyembuhkan penyakit dengan
berobat. Para ulama memandang sunah (mustahabb) berobat bagi orang yang sedang
sakit.

Ada banyak hadits yang menjadi dasar pijakan. Imam Nawawi dalam kitab al-Majmû’
Syrahul Muhadzdzab (Kairo: Darul Hadits, 2010) menuturkan beberapa hadits yang
disabdakan oleh Rasulullah di antaranya:

ََ ‫ل وَال َّدوَا ََء ال َّدا ََء أَ ْن َز‬


‫ل تعالى هللا إن‬ ََ ‫ج َع‬ َِ ‫بالحرام تداووا وال فتداووا َدوَاءَ دَاءَ لِ ُك‬
َ ‫ل َو‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya dan menjadikan bagi
setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan
yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abu Darda)

Hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Abu Hurairah:

َّ ‫ّللا‬
َ‫إن‬ ََ َّ ‫م‬
َْ َ‫ل ل‬
َْ ‫إال دَاءَ ُي ْن ِز‬ ََ ‫ه أَ ْن َز‬
ََّ ‫ل‬ َُ َ‫ش َفاءَ ل‬
ِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit kecuali diturunkan pula
baginya obat.”

Dari kedua hadits di atas bisa diambil satu kesimpulan bahwa ketika Allah memberikan
satu penyakit kepada hamba-Nya maka kepadanya pula akan diberikan obat yang bisa
menyembuhkannya. Tentunya orang yang sakit dituntut untuk berusaha mendapatkan
obat tersebut agar teraih kesembuhannya. Boleh saja orang yang sakit tak melakukan
usaha berobat bila memang ia berserah diri dan ridlo terhadap penyakit yang diberikan
Allah kepadanya.

9. Kenapa osteomyelitis terjadi pada mandibula ?

10. Mengapa pasien pada skenario harus dirujuk ?

You might also like