You are on page 1of 4

Abstrak

Dye sensitzed solar (DSSC) merupakan sel surya berbasis pewarna tersensitisasi yang
merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pengaruh zat warna yang diperoleh dari anggur yang difermentasi, pengaruh
jenis elektrolit, dan pengaruh konsentrasi polimer Polyethylene Glikol (PEG) sebagai
elektrolit semi padat terhadap efisiensi DSSC. Semi padat menggunakan polimer PEG
dengann variasi konsentrasi 0,1 M, 0,25 M, dan 0,5 M. DSSC dirangkai membentuk seperti
struktur sandwich yang terdiri dari dua elektroda. Elektroda kerja dilapisi TiO2 dengan luas
permukaan 1 cm dan direndam dalam zat warna antosianin selama 24 jam, kemudian ditetesi
elektrolit. Elektroda lawan dilapisi dengan karbon. Zat warna (dye) antosianin diperoleh dari
buah anggur merah yang diekstrak menggunakan campuran metanol, air, dan asam asetat. Zat
warna juga diperoleh dari fermentasi buah anggur menggunakan Saccaromyces cerevisiae.
Zat warna yang telah diperoleh, dikarakterisasi menggunakan UV-Vis dan FTIR. Hasil
karakterisasi UV-Vis diperoleh λmax 520 nm untuk zat warna dari buah anggur yang
difermentasi dan λmax 527 nm untuk zat warna dari ekstrak buah anggur. Berdasarkan data
UV-Vis diperoleh dat antosianin jenis pelargonin (λmax 520 nm) dan peonidin (λmax 527
nm). Data spektrum FTIR kedua zat warna mempunyai gugus fungsi diantaranya OH, C=O,
C-O, C-H. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan lampu UV 24 Watt. Efisiensi DSSC
menggunakan Dye dari fermentasi buah anggur lebih tinggi dari dye dari ekstrak buah anggur
dengan efisiensi yaitu 1.50 % menggunakan elektrolit semi padat dengan konsentrasi PEG
0,25 M.

Kata Kunci : DSSC, Anggur merah (Vitis vinifera), dye, elektrolit, polimer PEG, Efisiensi
Pendahuluan

Latar belakang

Indonesia merupakan suatu negara yang banyak memiliki potensi energi pembangkit listrik
terbarukan, seperti tenaga air, panas bumi, biomassa, angin dan surya (matahari) yang bersih
dan ramah lingkungan, tetapi pemanfaatannya belum optimal. Pemanfaatan yang belum
optimal dari energi terbarukan ini disebabkan karena tidak dapatnya bersaing dengan
pembangkit listrik berbahan bakar fosil (bahan bakar minyak, gas bumi, dan batubara).

Penggunan energi yang bersumber dari energi fosil ini memiliki efek negatif seperti : polusi,
efek rumah kaca, perubahan iklim dan lain-lain. Masalah ini merupakan masalah yang besar.
Masalah yang lainnya yaitu penggunaan energi fosil yang terancam habis, sehingga
kebutuhan energi untuk kebutuhan manusia sangatlah terancam. Solusi yrang didapatkan
adalah menciptakan sumber energi alternatif yang terbarukan. Energi alternatif yang
terbarukan yang bisa menjawab permasalahan ini yaitu dengan cara transformasi energi surya
menjadi energi listrik. Sumber energi ini merupakan sumber energi yang berasal dari cahaya
matahari. Energi matahari merupakan sumber energi yang paling besar dan tidak akan habis
sehingga bisa memenuhi kebutuhan energi.

Secara geografis indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa sehingga indonesia memiliki
sumber energi surya yang melimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata 4,8 kWh/m2
per hari di seluruh wilayah indonesia. Melimpahnya energi surya tersebut, indonesia
berpotensi untuk mengembangakn sumber energi alternatif yang berasal dari energi cahaya
matahari. Energi matahari bisa diubah menjadi listrik menggunakan efek fotovoltaik. Kata
fotovoltaik berasal dari dua kata yaitu : photo, diturunkan dari bahasa Yunani untuk cahaya
dan volt yang berhubungan dengan listrik. Fotovoltaik dapat diartikan sebagai listrik dari
cahaya. Proses perubahan cahaya (foton) menjadi listrik (voltase) disebut efek fotovoltaik.
Efek fotovoltaik ini merupakan dasar atau prinsip dari sel surya.

Sel surya merupakan suatu perangkat yang memiliki kemampuan mengubah energi cahaya
matahari. Perkembangan yang menarik dari teknologi sel surya saat ini salah satunya adalah
sel surya yang dikembangkan oleh Gratzel. Sel surya ini sering juga disebut dengan Gratzel
atau dye sensitized solar cells (DSSC)

DSSC merupakan salah satu alternatif dari sel surya karena memiliki keunggulan
dibandingkan dengan sel surya berbasis silikon diantaranya murah pembuatannya mudah
serta memiliki efisiensi tinggi walaupun pada intensitas cahaya yang kurang. Prinsip kerja
DSSC mengkonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik berbasis dye atau zat
warna. DSSC memiliki beberapa komponen yang sangat penting dalam meningkatkan
efisiensi sel surya salah satunya adalah jenis dye (zat warna) dan elektrolit yang digunakan.
Alat dan bahan

1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, pisau, botol gelap,
timbangan, cawan petri, mortar, kertas saring whatman, corong pisah, pipet tetes,
gelas kimia 100 ml dan 50 ml, gelas ukur, penjepit besi, magnetic stirer, spatula,
timbangan digital, furnace, oven, multimeter digital, dan alat-alat instrument (XRD,
FTIR, UV-Vis)
2. Bahan
Bahan-bahan yang akan digunnakan pada penelitian ini adalah Anggur merah (Vitis
vinifera L), bubuk TiO2, methanol, aquades, asam asetat p.a , n-heksan, etil asetat p.a,
kalium iodide, iodine, cytyl Trimethil Ammonium Bromine (CTAB), asetonitil,
polietien glikol (PEG) 1000, kaca TCO (Transparent Conductive Oxyde), pensil 8B,
ragi (yeast).

You might also like