You are on page 1of 24

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 7 Juli 1979
Usia : 39 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Cakung- Jakarta Timur
Tanggal Masuk RS : 5 November 2018

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Berdasarkan
Autoanamnesis :
Dilakukan di bangsal RSJI K tanggal 10 November 2018 pukul 13.30
WIB
Alloanamnesis :
Didapatkan dari kakak kandung dan ibu pasien.
Dilakukan via telepon pada tanggal 10 November 2018 pukul 16.30
WIB dan dilakukan di kediaman pasien pada tanggal 12 November 2018
pukul 10.00 WIB
A. Keluhan Utama
 Autoanamnesis
Pasien diantar ke RSJI K oleh kakak kandung pasien, tetapi pasien
bingung serta berontak ketika dibawa ke Rumah Sakit.
 Alloanamnesis
Menurut keterangan dari kakak kandung pasien, perilaku pasien
berubah aneh sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

1
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSJI K dibawa oleh kakak kandung pasien
dan pasien merasa bingung serta berontak ketika dibawa ke Rumah
Sakit.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak mau
keluar rumah selain shalat ke masjid. Pasien cenderung senang
menyendiri dan tidak nyaman bila bercengkrama dengan orang lain
termasuk keluarganya. Kakak kandung pasien mengatakan bahwa
pasien tiba- tiba menyebutkan ingin pergi ke Demak, Jawa
Tengah— tempat pasien mondok pesantren, dan ingin bertemu
temannya sekaligus wanita yang pernah disukainya saat di pondok
pesantren tersebut.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, Ibu pasien yang
setiap hari bersama pasien mengatakan bahwa pasien memang
tampak gelisah hingga sering terjaga semalaman dan sering
melamun dengan menampakkan tatapan yang kosong. Kakak
kandung pasien pun menambahkan, pasien terlihat sering tersenyum
sendiri saat tidak ada orang yang mengajaknya tersenyum bahkan
hingga tertawa sendirian. Menurut pengakuan pasien kepada ibunya,
ia mendengar adanya bisikan di telinga kanan dan kirinya berupa
suara laki- laki yang menyuruhnya untuk shalat serta mengaji
terutama surah Yasin, pasien mengakui terkadang menuruti atau
mengabaikan bisikan tersebut.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, menurut kakak
kandung pasien, perilaku pasien berubah aneh. Hal tersebut
diketahui bahwa pasien sering mondar- mandir tidak jelas, tidak mau
melakukan shalat seperti biasanya, dan tidak memakai celana seperti
biasanya meskipun didalam rumah. Untuk makan pun pasien
berantakan hingga tidak mau makan sama sekali bila tidak
diperintah oleh ibunya. Kakak kandung pasien mengatakan bahwa
keadaan yang dialami pasien saat itu terjadi setelah pasien

2
mengunjungi makam ayahnya dengan pergi sendirian, tak seperti
biasanya pasien tidak meminta izin pada ibunya untuk pergi keluar,
setelahnya pasien tampak lemas tak bisa berdiri dan dibawa pulang
oleh tetangganya. Pasien mengakui saat itu tiba- tiba rindu ayahnya
karena saat ayahnya meninggal pasien berada di pondok pesantren
dan tak sempat melihat jasad ayahnya. Pasien pun merasa kesepian
karena hanya tinggal bersama ibunya, para kakak kandung dari
pasien sudah berumah tangga dan tidak tinggal serumah. Pasien pun
mengutarakan bahwa mendengar adanya bisikan di telinga kanan
dan kirinya berupa suara yang diyakini pasien sebagai suara Alm.
ayahnya kemudian suara tersebut menyuruh pasien shalat serta
mengaji di makam Alm. ayahnya. Pasien pun sering melihat
sekelebat cahaya putih yang orang lain tidak bisa melihatnya. Pasien
juga meyakini bahwa dirinya mencium aroma minyak wangi yang
tidak bisa tercium oleh orang lain. Pasien meyakini bahwa dirinya
bisa mengendalikan dunia dan merasa kebal atau tidak bisa terluka
karena pasien hafal lengkap surah Yasin.
6 jam sebelum masuk rumah sakit, Kakak kandung pasien
mengatakan bahwa perilaku pasien semakin aneh, hal tersebut
terlihat ketika pasien makan tidak menggunakan tangan seperti
biasanya tetapi langsung dengan mulutnya. Makannya pun tampak
sangat berantakan. Pasien juga tiba- tiba mengatakan bahwa dirinya
meyakini ada yang mengendalikan isi pikirannya sehingga apapun
tindakan yang dilakukan oleh pasien merupakan suatu bentuk
kendali dari suatu kekuatan tersebut. Menurut pasien, kekuatan yang
mengendalikan isi pikiran dan tindakannya tersebut adalah keluarga
datosinin dari seekor macan putih. Pasien menolak untuk berbicara
lebih lanjut termasuk dengan Ibunya. Pasien kemudian kukuh ingin
menunaikan shalat dzuhur padahal waktu belum menunjukkan
shalat dzuhur. Keluarga pun menyadari keanehan tersebut yang
akhirnya pasien secara paksa dibawa oleh salah satu kakak

3
kandungnya ke RSJI K, akan tetapi pasien mengerti sehingga
berontak dengan mengkakukan tubuhnya, diikuti dengan ekspresi
wajah pasien yang tampak curiga serta ketakutan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Psikiatri Sebelumnya
Pada tahun 2006 merupakan awal mula munculnya gejala
seperti pasien berbicara kacau dan tidak nyambung bila diajak
bicara, pasien sering tertawa sendiri. Hal tersebut diduga pemicunya
adalah pasien memiliki keterbatasan dalam bicara sehingga malu
untuk pergi keluar dan tidak nyaman dalam bercengkrama dengan
orang lain. Pasien pun akhirnya menjadi senang menyendiri tanpa
melakukan aktivitas apapun. Kakak kandung pasien mengatakan,
saat itu pasien pun berperilaku aneh dengan bergerak- gerak
menyerupai ular, hingga pasien mengakui bahwa merasa
dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar. Pasien juga tampak
gelisah, tidak mau makan, dan sulit untuk tidur. Keluarga pasien
mengira pasien dirasuki arwah Alm. ayahnya karena sikap dan
bicaranya terkadang menyerupai Alm. ayahnya, pasien pun dibawa
keluarganya pada habib di Sukabumi tetapi perilaku pasien
bertambah kacau. Lalu pasien dibawa oleh salah satu kakaknya ke
RSJI K yang kemudian di rawat selama ± 2 minggu. Selama
perawatan pasien diberikan obat Clozapine ½ x 25 mg dan bila
gelisah diberikan injeksi extra Haloperidol 5 mg.
Pada tahun 2009, pasien tidak minum obat secara teratur
hingga pasien tampak gelisah, seluruh badannya kaku, dan terus
menerus menjulurkan lidahnya. Saat itu pasien tidak mau berbicara
dengan siapapun termasuk keluarganya. Pasien pun berontak dan
marah karena tidak mau dibawa ke rumah sakit. Pasien dirawat di
RSJI K selama ± 1 minggu serta selama perawatan diberikan obat
Risperidon 2 x 2 mg, Trihexifenidil 2 x 2 mg, dan Clozapine ½ x 25
mg.
4
Pada tahun 2012 pasien kembali dibawa ke RSJI K karena
tampak bingung, sering melamun hingga membenturkan kepalanya
sendiri ke tembok tetapi tidak sampai terluka. Saat itu pasien juga
mengakui mendengar bisikan menyerupai suara laki-laki yang
mengomentari perilaku pasien. Pasien pun dirawat selama ± 1
minggu serta selama perawatan diberikan obat Risperidon 2 x 2 mg,
Trihexifenidil 2 x 2 mg, dan Chlorphromazine 1 x 10 mg.
Pada tahun 2015, pasien dibawa ke RSJI K karena sudah
beberapa bulan tidak mau minum obat sehingga muncul gejala
seperti perilaku kacau, sering mondar- mandir tanpa tujuan, dan
membuka- buka baju di tempat umum. Menurut kakak kandung
pasien, pasien saat itu sering mendengar bisikan menyerupai suara
laki- laki tetapi tak jelas hingga membuat pasien terjaga semalaman
dan melihat bayangan yang tak bisa dilihat oleh orang lain. Pasien
pun dirawat selama ± 1 minggu serta selama perawatan diberikan
obat Olanzapine 1 x 10 mg.
Pada bulan Agustus 2018, menurut kakak kandung pasien
inilah yang terparah selama pasien sakit. Pasien tiba- tiba
menunjukkan kedua matanya yang menjadi putih. Pasien pun
berperilaku sangat aneh hingga naik ke atas genting rumah
tetangganya. Saat itu pasien memang sulit tidur, dan mengaku selalu
mendengar bisikan- bisikan tak jelas terutama saat malam hari.
Pasien juga selalu meracau ingin pergi ke Demak, Jawa Tengah—
tempat pasien pernah sekolah di pondok pesantren dan sering
menggumamkan nama wanita dengan diketahui sebagai wanita yang
disukai oleh pasien sejak bersekolah di pondok pesantren tersebut.

b. Riwayat Medis Umum


Pasien tidak memiliki penyakit bawaan sejak lahir dan tidak
memiliki riwayat kejang sebelumnya. Pasien tidak pernah menderita
sakit berat hingga membutuhkan perawatan rumah sakit. Riwayat
trauma kepala, tumor, epilepsi, dan penyakit neurologis lain tidak
5
ada. Riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung, dan hipertensi
disangkal.

D. Riwayat Penggunaan Alkohol dan NAPZA


Pasien mengaku pernah sekali minum obat golongan
psikotropika yaitu pil bromazepam saat bersekolah di pondok
pesantren karena terpengaruh oleh teman- temannya yang
berperilaku bebas. Pasien pun pernah merokok, terakhir kali adalah
bulan kemarin dan hanya menghisap satu batang rokok. Pasien juga
mengakui bahwa tidak pernah minum-minuman beralkohol.

E. Riwayat Premorbid
a. Masa Prenatal dan Perinatal
Menurut kakak kandung pasien, pasien lahir dari
pernikahan yang sah. Pasien merupakan seorang anak yang
diharapkan. Selama masa kehamilan, ibu pasien tidak pernah
menderita penyakit dan tidak pernah menggunakan obat-obatan
yang mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien dilahirkan
secara normal dengan usia kandungan cukup bulan. Saat lahir pasien
langsung menangis.

b. Masa Kanak-Kanak Dini (0-3 tahun)


Pasien diasuh oleh ibu dan ayahnya. Pasien mengkonsumsi
ASI sampai usia 2 tahun. Pasien mendapatkan asupan dan nutrisi
yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut
kakak kandung pasien, pasien merupakan anak yang aktif, tumbuh
dan berkembang seperti anak lain seusianya, pasien tidak pernah
mengalami kejang, serta pasien tidak pernah memiliki riwayat jatuh
ataupun kecelakaan hingga mengenai kepalanya.

c. Masa Kanak-Kanak Pertengahan (3-11 tahun)


Pada periode ini, pasien tumbuh dan berkembang seperti
anak seusianya. Hubungan pasien dengan keluarga baik. Pasien
mulai masuk sekolah dasar ketika pasien berusia tujuh tahun. Pasien
6
tidak pernah mempunyai masalah dengan teman-temannya. Pasien
tidak pernah dikucilkan selama masa kanak kanak dan masa sekolah
dasar. Pasien tidak pernah bolos pelajaran di Sekolah maupun
tinggal kelas.

d. Masa Kanak Akhir dan Pubertas (11-18 tahun)


Pada periode ini, pasien terbilang mandiri karena sejak kelas
3 SD hingga SMA pasien bersekolah di pondok pesantren yang jauh
dari orang tua. Menurut kakak kandung pasien, pasien merupakan
anak yang cenderung pendiam dan selalu menurut apa yang
dikatakan orang tuanya terutama Alm. ayahnya yang memiliki sifat
keras. Alm. ayahnya saat itu sangat melindungi pasien hingga pasien
tidak boleh sampai salah bergaul. Pasien memiliki hubungan yang
baik dengan ayah, ibu dan keenam saudaranya meskipun menjadi
kurang dekat karena jaraknya yang jauh. Pasien pun berinteraksi
cukup baik dengan teman disekitar rumah dan di sekolahnya. Pasien
juga tidak mengalami gangguan dalam perkembangan kognitifnya.
Akan tetapi pasien tidak melanjutkan SMA karena pasien
mengalami kesulitan bicara yang dirasakan tiba- tiba hingga
sekarang.
e. Masa Dewasa
- Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak pernah mencoba maupun melakukan
pekerjaan diluar rumah. Menurut kaka kandung pasien, pasien
pernah merasa malu karena bicaranya yang tak jelas dan belum
lulus SMA. Dalam kesehariannya pasien hanya diam di rumah,
tetapi pasien rajin membantu ibunya melakukan pekerjaan
rumah tangga ataupun membeli lauk- pauk untuk makan ke
warung dengan inisiatif sendiri.

7
- Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah. Pasien pun tidak pernah
bercerita kepada siapapun termasuk keluarganya bila memiliki
keinginan untuk menikah.

- Riwayat Keagamaan
Pasien memiliki latar belakang yang berasal dari keluarga
beragama Islam. Pasien mendapat pendidikan agama yang
baik dari keluarga dan sekolahnya. Sebelum sakit, pasien
selalu menjalankan sholat lima waktu, sering mengaji, selalu
berpuasa di bulan Ramadhan, menjalankan puasa sunnah, dan
sering shalat sunnah tahajud.

- Riwayat Aktivitas Sosial


Pasien cenderung termasuk anak yang pendiam, namun
dapat bersosialisasi dengan baik sehingga memiliki banyak
teman. Menurut keluarga pasien, semenjak sakit pertama kali
pasien menarik diri dari teman-temannya sehingga pasien
tidak lagi sering bermain dengan teman-temannya tersebut.
Pasien menjadi lebih senang berada di rumah.

- Riwayat Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.

- Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada
umumnya. Pasien memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis
sejak duduk di bangku SMP. Kakak kandung pasien
mengatakan wanita tersebut adalah anak dari Kiyai besar
pemilik pondok pesantren. Namun hubungan kedekatan
keduanya tidak terjalin sempurna dikarenakan banyaknya
perbedaan diantara keduanya.

8
f. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kesembilan dari sepuluh
bersaudara. Semua saudara kandung pasien sudah berkeluarga
kecuali pasien. Kebutuhan sehari-hari pasien ditanggung oleh ibu
pasien dan dibantu oleh kakak- kakak pasien. Saat ini pasien
hanya tinggal bersama ibunya, dan terpisah dengan para
kakaknya. Menurut keluarga pasien, tidak ada anggota keluarga
yang memiliki gejala gangguan kejiwaan yang sama seperti
pasien.

Genogram :

Keterangan :

Laki-laki Meninggal Pasien

Perempuan Tinggal Serumah

9
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang laki-laki, usia 39 tahun, tampak sesuai dengan
usianya, berkulit sawo matang, potongan rambut pendek. Saat
diwawancara, pasien berpakaian rapi, menggunakan kaos
berwarna hijau tosca, menggunakan celana pendek hitam,
menggunakan peci putih, serta menggunakan alas kaki.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat di wawancara, pasien cukup kooperatif, dan kontak mata
cukup baik. Sesekali jari- jari dari kedua tangan pasien tampak
bergetar.
c. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif dan bersikap sopan terhadap pemeriksa

B. Mood dan Afek


a. Mood : Hipotim
b. Afek : Menyempit
c. Keserasian afek : Tak serasi

C. Pembicaraan (volume, intonasi, kualitas, kuantitas)


a. Cara berbicara : Tidak Spontan
b. Volume berbicara : Kecil seperti berbisik
c. Irama : Tidak teratur
d. Kualitas : Kurang Jelas
e. Kuantitas : Sedikit

D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
- Auditorik : Ada, pasien mendengar suara bisikan
menyerupai suara laki- laki yang diyakini
suara Alm. ayah pasien, suara tersebut

10
memerintahkan pasien untuk shalat serta
mengaji.
- Visual : Ada, pasien dapat melihat sekelebat cahaya
putih yang hanya bisa dilihatnya.
- Taktil : Tidak ada
- Olfaktorik : Ada, pasien sering merasa mencium aroma
minyak wangi padahal pasien tau bahwa
tidak ada yang mencium aroma tersebut
selain dirinya.
- Gustatorik : Tidak ada
b. Ilusi : Ada, pasien sering melihat suatu benda
berubah menjadi seekor macan putih.
c. Derealisasi : Ada, pasien merasa tempat yang
ditinggalinya adalah tidak nyata, dan pasien
mengatakan seperti berjalan atau hidup di
alam lain.
d. Depersonalisasi : Ada, pasien merasa asing dengan tubuhnya
sendiri.

E. Proses Pikir
a. Produktivitas (flight of idea, asosiasi longgar, kemiskinan isi
pikir, dsb):
Asosiasi longgar (+).
b. Kontinuitas (blocking, tangensial, sirkumstansial, perseverasi,
dsb):
Blocking (+).
c. Hendaya Bahasa (word salad, neologisme, dsb):
Tidak ada.

11
F. Isi Pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham
Waham bizzare : Ada, pasien meyakini bahwa dirinya
bisa mengendalikan dunia dan
merasa kebal atau tidak bisa terluka
karena pasien merasa hafal lengkap
surah Yasin.
Waham sistematik : Tidak ada
Waham kebesaran : Tidak ada
Waham Nihilistik : Tidak ada
Waham kejar : Tidak ada
Waham rujukan : Tidak ada
Thought echo : Tidak ada
Thought broadcasting : Tidak ada
Thought withdrawal : Ada, pasien meyakini bahwa
pikirannya ditarik keluar oleh suatu
kekuatan yang disebut pasien
keluarga dari macan putih.
Thought insertion : Tidak ada
Delusion of control : Ada, pasien meyakini bahwa ada
yang mengendalikan isi pikirannya
sehingga apapun tindakan yang
dilakukan oleh pasien merupakan
suatu bentuk kendali dari suatu
kekuatan tersebut. Menurut pasien,
kekuatan yang mengendalikan isi
pikiran dan tindakannya tersebut
adalah seekor macan putih.
Waham cemburu : Tidak ada
Ide bunuh diri : Tidak ada

12
c. Obsesi : Tidak ada
d. Kompulsif : Tidak ada
e. Fobia : Tidak ada

G. Fungsi Kognitif dan Kesadaran


a. Kesadaran : Composmentis (E: 4, M: 6, V: 5)
b. Orientasi
- Waktu : Baik, pasien mampu menyatakan sekarang
ini siang/ malam namun pasien tidak tahu
hari ini, tanggal, bulan, dan tahun berapa
dengan tepat.
- Tempat : Baik, pasien dapat menyebutkan bahwa saat
ini sedang berada di RSJI K.
- Orang : Baik, pasien mengetahui siapa yang
membawanya ke RSJI K.
c. Daya ingat
- Segera : Baik, pasien mampu mengingat 3
nama benda yang pemeriksa
sebutkan.
- Jangka Pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu
sarapan tadi pagi dan mandi jam
berapa.
- Jangka Sedang : Baik, pasien mampu mengingat hari
masuk ke RSJI K.
- Jangka Panjang : Baik, pasien dapat mengingat
kejadian saat masih kanak-kanak dan
remaja.

13
H. Konsentrasi dan Perhatian
- Konsentrasi buruk, karena pasien tidak mampu menghitung
“serial seven”.
- Perhatian buruk, pasien tidak dapat mengeja kata D U N I A dan
tidak dapat mengejanya dari belakang

I. Kemampuan Visuospasial
Baik, karena pasien dapat menggambar segi lima berhimpit dan
dapat menggambar arah jarum jam dengan tepat.

J. Kemampuan Membaca-Menulis
Baik, karena pasien mampu membaca nama pemeriksa dan pasien
mampu menulis nama nya sendiri.

K. Pikiran Abstrak
Baik, karena pasien dapat menyebutkan 3 persamaan antara jeruk
dan apel.

L. Kemampuan Informasi dan Intelegensi


Baik, karena pasien mengetahui nama presiden RI saat ini dan nama
presiden RI yang pertama.

M. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik.

N. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Buruk.
Pasien tidak bersosialisasi dengan pasien lainnya, hal tersebut
diketahui karena pasien tidak mengetahui nama- nama pasien
lain yang sedang dirawat bersamanya.
2. Uji daya nilai : Buruk.
Pasien tidak tahu harus melakukan apa ketika ditanya pemeriksa
jika tiba- tiba pasien menemukan dompet di jalan.

O. Reality Test Ability (RTA)


Terganggu

14
P. Tilikan
Tilikan I : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.

Q. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Internus
Keadaan Umum : Sakit ringan, tampak tenang
Tanda Vital : TD : 120/80, N : 80x/menit, RR :
20x/menit, Suhu : 36,5 oC.
Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam.
Thorax : Hemithoraks simetris bilateral
Cor : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-. Wheezing -/-
Abdomen : Datar, Supel, Bising usus (+), nyeri tekan
seluruh kuadran abdomen (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, sianosis (-),
edema (-).

B. Status neurologis
Rangsang meningeal : Negatif
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-,
Strabismus -/-
Gerakan bola mata : Gerakan kedua bola mata baik ke segala
arah.
Reflek pupil : +/+, pupil isokor, diameter pupil ± 3 mm
Motorik : Normal
Tonus otot : Nomotonus
Kekuatan : 5555  ekstremitas superior- inferior dextra
dan sinistra.
Koordinasi : Normal
Sensorik : Normoestesia

15
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki berusia 39 tahun datang ke RSJI K dibawa oleh
kakak kandungnya dengan keluhan berperilaku aneh yaitu pasien sering
mondar- mandir tidak jelas, tidak mau melakukan shalat seperti
biasanya bahkan ingin menunaikan shalat tapi tak sesuai di waktu
shalat, tidak mau makan sama sekali hingga terakhir kali makan tidak
menggunakan tangannya melainkan langsung dengan mulutnya, dan
tidak memakai celana seperti biasanya meskipun didalam rumah.
Keluhan tersebut disertai dengan pasien tampak gelisah hingga terjaga
semalaman dan sering melamun dengan menampakkan tatapan yang
kosong. Pasien juga merasa mendengar suara yang memerintahkan
pasien untuk selalu shalat serta mengaji. Pasien pun melihat sekelebat
bayangan putih yang orang lain tidak bisa melihatnya. Pasien juga
sering mencium aroma minyak wangi yang pasien ketahui hanya
dirinya yang mencium aroma wangi tersebut. Selain itu, pasien merasa
hidup ataupun berjalan di alam lain. Pasien juga merasa asing dengan
tubuhnya sendiri. Pasien pun meyakini bahwa dirinya bisa
mengendalikan dunia dan merasa kebal atau tidak bisa terluka karena
pasien hafal lengkap surah Yasin. Pasien pun meyakini bahwa ada yang
mengendalikan isi pikirannya dan isi pikirannya ditarik keluar oleh
kekuatan dari keluarga macan putih sehingga apapun tindakan yang
dilakukan oleh pasien merupakan suatu bentuk kendali dari suatu
kekuatan tersebut.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan :
- RTA terganggu
- Mood hipotimia
- Afek menyempit
- Halusinasi audiotorik
- Halusinasi visual
- Halusinasi olfaktorik
- Ilusi

16
- Derealisasi
- Depersonalisasi
- Waham bizzare
- Delusion of control
- Thought withdrawal
- Tilikan derajat I

VI. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologik :
Tidak ada riwayat genetik gangguan psikiatri dalam keluarga.
B. Psikologik :
Halusinasi auditorik, Halusinasi visual, Halusinasi olfaktorik,
Derealisasi, Depersonalisasi, Waham bizzare, Delusion of control,
dan Thought withdrawal.
C. Lingkungan dan Faktor Sosial :
Masalah “primary support group” (Keluarga)

VII. FORMULASI DIAGNOSIS


Berdasarkan riwayat penyakit pasien didapatkan adanya pola
perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna dan khas berkaitan
dengan gejala yang menimbulkan suatu penderitaan (distress) maupun
hendaya (disability) dalam fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologikus tidak
ditemukan kelainan gangguan medis umum yang secara fisiologis
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang
diderita saat ini sehingga Gangguan Mental Organik dapat
disingkirkan.
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan permasalahan berupa
perilaku aneh yaitu mondar- mandir tak jelas, pasien senang menyendiri,
sering tersenyum sendiri, dan tidak bisa melakukan perawatan pada diri
sendiri seperti tidak memakai celana meski didalam rumah dan makan

17
pun harus diperintah. Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya
gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik, halusinasi visual,
halusinasi olfaktorik, waham bizzare, waham nihilistik, delusion of
control, dan thought withdrawal. Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini
digolongkan kedalam :

AKSIS I
Pasien didapatkan :
 Berdasarkan keluhan dari kakak kandung dan ibu pasien didapatkan
bahwa pasien sering mondar-mandir tak jelas hingga pergi ke makam
alm. ayahnya sendirian, pasien sering tersenyum sendiri hingga tertawa
sendirian, tidak melakukan aktivitas dan cenderung senang menyendiri.
 Halusinasi auditorik, visual, dan olfaktorik.
 Waham bizzare, delusion of control, dan thought withdrawal.

Sehingga pasien ini memenuhi kriteria umum diagnosis :


F20.0 Skizofrenia Paranoid

18
Tabel 1. Pedoman Diagnostik Skizofrenia

Kriteria Diagnosis Hasil


Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas:
a. Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought Ada
broadcasting.
b. Delusion of control, delusion of influence, delusion of Ada
passivity, delusional perception.
c. Halusinasi Ada
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya Ada
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila Ada
disertai oleh waham ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang Tidak ada
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,
atau neologisme.
c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, posisi Tidak Ada
tubuh tertentu, fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan
stupor.
d. Gejala-gejala negatif yang mengakibatkan penarikan diri dari Ada
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.
Adanya gejala-gejala tersebut di atas telah berlangsung selama Terpenuhi
kurun waktu satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu Terpenuhi
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.

19
Tabel 2. Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid

Kriteria Diagnosis Hasil


Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Terpenuhi
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham yang menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau Ada
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat Ada
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham Ada
dikendalikan, dipengaruhi, atau “passivity” dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah
yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta Tidak Ada
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

AKSIS II (Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental)


Pada pasien tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi
mental.

AKSIS III (Kondisi medis umum)


Tidak ada kelainan medis umum pada pasien.

AKSIS IV (Masalah psikososial dan lingkungan)


Masalah berkaitan dengan primary support group (keluarga)

AKSIS V (Penilaian fungsi secara global)


GAF saat masuk : 30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya
nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.
GAF saat diperiksa : 30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya
nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.

20
GAF satu tahun terakhir : 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Tidak ada
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan primary support group
(keluarga)
Aksis V :
 GAF saat masuk : 30-21
 GAF saat diperiksa : 30-21
 GAF satu tahun terakhir : 40-31

IX. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
- Risperidon 2 x 2 mg
B. Nonfarmakoterapi
a. Edukasi
Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya
mengenai penyakit yang dialami pasien, gejala yang mungkin
terjadi, rencana tatalaksana yang mungkin diberikan, pilihan
obat, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.
b. Terapi suportif
- Membiarkan pasien mengeluarkan isi hatinya yaitu
mengenai kekhawatiran, kecemasan, masalah yang dihadapi
pasien.
- Menerangkan kepada pasien mengenai gejala-gejala yang
terdapat pada pasien serta baik-buruknya dan akibat yang
dapat timbul dari gejala tersebut.

21
- Menanamkan pikiran kepada pasien dan membangkitkan
kepercayaan bahwa gejala-gejala tersebut akan hilang.
- Memberikan nasihat-nasihat yang berhubungan dengan
masalah kesehatan jiwa pasien agar pasien sanggup
mengatasi masalahnya, seperti cara berkomunikasi, bekerja,
belajar, hubungan antar-manusia dan sebagainya.
- Menimbulkan kesadaran pada pasien akan penyakitnya
sehingga dapat memperbaiki kembali kepribadian pasien
yang telah mengalami goncangan akibat adanya stressor
sosial yang tidak dapat diatasi oleh pasien.
c. Terapi spiritual
Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah dan selalu
mengingat Allah di setiap saat.

X. PROGNOSIS
Tabel 3. Prognosis

Morbid Prognosis
Onset usia dewasa muda Ada Buruk

Perjalanan penyakit Kronis Buruk

Kelainan organik Tidak Ada Baik

Kepatuhan minum obat Tidak patuh Buruk

Gejala positif Ada Baik

Gejala negatif Ada Buruk

Sosial ekonomi Cukup Baik

Riwayat pekerjaan Tidak pernah bekerja Buruk

Status pernikahan Belum menikah Buruk

Faktor genetik Tidak Ada Baik

22
 Faktor yang memberikan pengaruh baik :
- Tidak ada kelainan organik
- Adanya gejala positif
 Faktor yang memberikan pengaruh buruk :
- Pasien sudah sakit sejak usia 27 tahun
- Pasien belum menikah
- Adanya gejala negatif
- Pasien tidak patuh minum obat
- Pasien tidak pernah bekerja

Kesimpulan prognosis :
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Malam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam

23
Lampiran

Gambar 1 dan 2. Kemampuan visuospasial pasien Tn. AF (berupa gambar segilima


berhimpit dan arah jarum jam)

Gambar 3. Kemampuan menulis Tn. AF

24

You might also like