Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 7 Juli 1979
Usia : 39 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Cakung- Jakarta Timur
Tanggal Masuk RS : 5 November 2018
1
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSJI K dibawa oleh kakak kandung pasien
dan pasien merasa bingung serta berontak ketika dibawa ke Rumah
Sakit.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak mau
keluar rumah selain shalat ke masjid. Pasien cenderung senang
menyendiri dan tidak nyaman bila bercengkrama dengan orang lain
termasuk keluarganya. Kakak kandung pasien mengatakan bahwa
pasien tiba- tiba menyebutkan ingin pergi ke Demak, Jawa
Tengah— tempat pasien mondok pesantren, dan ingin bertemu
temannya sekaligus wanita yang pernah disukainya saat di pondok
pesantren tersebut.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, Ibu pasien yang
setiap hari bersama pasien mengatakan bahwa pasien memang
tampak gelisah hingga sering terjaga semalaman dan sering
melamun dengan menampakkan tatapan yang kosong. Kakak
kandung pasien pun menambahkan, pasien terlihat sering tersenyum
sendiri saat tidak ada orang yang mengajaknya tersenyum bahkan
hingga tertawa sendirian. Menurut pengakuan pasien kepada ibunya,
ia mendengar adanya bisikan di telinga kanan dan kirinya berupa
suara laki- laki yang menyuruhnya untuk shalat serta mengaji
terutama surah Yasin, pasien mengakui terkadang menuruti atau
mengabaikan bisikan tersebut.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, menurut kakak
kandung pasien, perilaku pasien berubah aneh. Hal tersebut
diketahui bahwa pasien sering mondar- mandir tidak jelas, tidak mau
melakukan shalat seperti biasanya, dan tidak memakai celana seperti
biasanya meskipun didalam rumah. Untuk makan pun pasien
berantakan hingga tidak mau makan sama sekali bila tidak
diperintah oleh ibunya. Kakak kandung pasien mengatakan bahwa
keadaan yang dialami pasien saat itu terjadi setelah pasien
2
mengunjungi makam ayahnya dengan pergi sendirian, tak seperti
biasanya pasien tidak meminta izin pada ibunya untuk pergi keluar,
setelahnya pasien tampak lemas tak bisa berdiri dan dibawa pulang
oleh tetangganya. Pasien mengakui saat itu tiba- tiba rindu ayahnya
karena saat ayahnya meninggal pasien berada di pondok pesantren
dan tak sempat melihat jasad ayahnya. Pasien pun merasa kesepian
karena hanya tinggal bersama ibunya, para kakak kandung dari
pasien sudah berumah tangga dan tidak tinggal serumah. Pasien pun
mengutarakan bahwa mendengar adanya bisikan di telinga kanan
dan kirinya berupa suara yang diyakini pasien sebagai suara Alm.
ayahnya kemudian suara tersebut menyuruh pasien shalat serta
mengaji di makam Alm. ayahnya. Pasien pun sering melihat
sekelebat cahaya putih yang orang lain tidak bisa melihatnya. Pasien
juga meyakini bahwa dirinya mencium aroma minyak wangi yang
tidak bisa tercium oleh orang lain. Pasien meyakini bahwa dirinya
bisa mengendalikan dunia dan merasa kebal atau tidak bisa terluka
karena pasien hafal lengkap surah Yasin.
6 jam sebelum masuk rumah sakit, Kakak kandung pasien
mengatakan bahwa perilaku pasien semakin aneh, hal tersebut
terlihat ketika pasien makan tidak menggunakan tangan seperti
biasanya tetapi langsung dengan mulutnya. Makannya pun tampak
sangat berantakan. Pasien juga tiba- tiba mengatakan bahwa dirinya
meyakini ada yang mengendalikan isi pikirannya sehingga apapun
tindakan yang dilakukan oleh pasien merupakan suatu bentuk
kendali dari suatu kekuatan tersebut. Menurut pasien, kekuatan yang
mengendalikan isi pikiran dan tindakannya tersebut adalah keluarga
datosinin dari seekor macan putih. Pasien menolak untuk berbicara
lebih lanjut termasuk dengan Ibunya. Pasien kemudian kukuh ingin
menunaikan shalat dzuhur padahal waktu belum menunjukkan
shalat dzuhur. Keluarga pun menyadari keanehan tersebut yang
akhirnya pasien secara paksa dibawa oleh salah satu kakak
3
kandungnya ke RSJI K, akan tetapi pasien mengerti sehingga
berontak dengan mengkakukan tubuhnya, diikuti dengan ekspresi
wajah pasien yang tampak curiga serta ketakutan.
E. Riwayat Premorbid
a. Masa Prenatal dan Perinatal
Menurut kakak kandung pasien, pasien lahir dari
pernikahan yang sah. Pasien merupakan seorang anak yang
diharapkan. Selama masa kehamilan, ibu pasien tidak pernah
menderita penyakit dan tidak pernah menggunakan obat-obatan
yang mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien dilahirkan
secara normal dengan usia kandungan cukup bulan. Saat lahir pasien
langsung menangis.
7
- Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah. Pasien pun tidak pernah
bercerita kepada siapapun termasuk keluarganya bila memiliki
keinginan untuk menikah.
- Riwayat Keagamaan
Pasien memiliki latar belakang yang berasal dari keluarga
beragama Islam. Pasien mendapat pendidikan agama yang
baik dari keluarga dan sekolahnya. Sebelum sakit, pasien
selalu menjalankan sholat lima waktu, sering mengaji, selalu
berpuasa di bulan Ramadhan, menjalankan puasa sunnah, dan
sering shalat sunnah tahajud.
- Riwayat Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.
- Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada
umumnya. Pasien memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis
sejak duduk di bangku SMP. Kakak kandung pasien
mengatakan wanita tersebut adalah anak dari Kiyai besar
pemilik pondok pesantren. Namun hubungan kedekatan
keduanya tidak terjalin sempurna dikarenakan banyaknya
perbedaan diantara keduanya.
8
f. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kesembilan dari sepuluh
bersaudara. Semua saudara kandung pasien sudah berkeluarga
kecuali pasien. Kebutuhan sehari-hari pasien ditanggung oleh ibu
pasien dan dibantu oleh kakak- kakak pasien. Saat ini pasien
hanya tinggal bersama ibunya, dan terpisah dengan para
kakaknya. Menurut keluarga pasien, tidak ada anggota keluarga
yang memiliki gejala gangguan kejiwaan yang sama seperti
pasien.
Genogram :
Keterangan :
9
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang laki-laki, usia 39 tahun, tampak sesuai dengan
usianya, berkulit sawo matang, potongan rambut pendek. Saat
diwawancara, pasien berpakaian rapi, menggunakan kaos
berwarna hijau tosca, menggunakan celana pendek hitam,
menggunakan peci putih, serta menggunakan alas kaki.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat di wawancara, pasien cukup kooperatif, dan kontak mata
cukup baik. Sesekali jari- jari dari kedua tangan pasien tampak
bergetar.
c. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif dan bersikap sopan terhadap pemeriksa
D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
- Auditorik : Ada, pasien mendengar suara bisikan
menyerupai suara laki- laki yang diyakini
suara Alm. ayah pasien, suara tersebut
10
memerintahkan pasien untuk shalat serta
mengaji.
- Visual : Ada, pasien dapat melihat sekelebat cahaya
putih yang hanya bisa dilihatnya.
- Taktil : Tidak ada
- Olfaktorik : Ada, pasien sering merasa mencium aroma
minyak wangi padahal pasien tau bahwa
tidak ada yang mencium aroma tersebut
selain dirinya.
- Gustatorik : Tidak ada
b. Ilusi : Ada, pasien sering melihat suatu benda
berubah menjadi seekor macan putih.
c. Derealisasi : Ada, pasien merasa tempat yang
ditinggalinya adalah tidak nyata, dan pasien
mengatakan seperti berjalan atau hidup di
alam lain.
d. Depersonalisasi : Ada, pasien merasa asing dengan tubuhnya
sendiri.
E. Proses Pikir
a. Produktivitas (flight of idea, asosiasi longgar, kemiskinan isi
pikir, dsb):
Asosiasi longgar (+).
b. Kontinuitas (blocking, tangensial, sirkumstansial, perseverasi,
dsb):
Blocking (+).
c. Hendaya Bahasa (word salad, neologisme, dsb):
Tidak ada.
11
F. Isi Pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham
Waham bizzare : Ada, pasien meyakini bahwa dirinya
bisa mengendalikan dunia dan
merasa kebal atau tidak bisa terluka
karena pasien merasa hafal lengkap
surah Yasin.
Waham sistematik : Tidak ada
Waham kebesaran : Tidak ada
Waham Nihilistik : Tidak ada
Waham kejar : Tidak ada
Waham rujukan : Tidak ada
Thought echo : Tidak ada
Thought broadcasting : Tidak ada
Thought withdrawal : Ada, pasien meyakini bahwa
pikirannya ditarik keluar oleh suatu
kekuatan yang disebut pasien
keluarga dari macan putih.
Thought insertion : Tidak ada
Delusion of control : Ada, pasien meyakini bahwa ada
yang mengendalikan isi pikirannya
sehingga apapun tindakan yang
dilakukan oleh pasien merupakan
suatu bentuk kendali dari suatu
kekuatan tersebut. Menurut pasien,
kekuatan yang mengendalikan isi
pikiran dan tindakannya tersebut
adalah seekor macan putih.
Waham cemburu : Tidak ada
Ide bunuh diri : Tidak ada
12
c. Obsesi : Tidak ada
d. Kompulsif : Tidak ada
e. Fobia : Tidak ada
13
H. Konsentrasi dan Perhatian
- Konsentrasi buruk, karena pasien tidak mampu menghitung
“serial seven”.
- Perhatian buruk, pasien tidak dapat mengeja kata D U N I A dan
tidak dapat mengejanya dari belakang
I. Kemampuan Visuospasial
Baik, karena pasien dapat menggambar segi lima berhimpit dan
dapat menggambar arah jarum jam dengan tepat.
J. Kemampuan Membaca-Menulis
Baik, karena pasien mampu membaca nama pemeriksa dan pasien
mampu menulis nama nya sendiri.
K. Pikiran Abstrak
Baik, karena pasien dapat menyebutkan 3 persamaan antara jeruk
dan apel.
M. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik.
N. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Buruk.
Pasien tidak bersosialisasi dengan pasien lainnya, hal tersebut
diketahui karena pasien tidak mengetahui nama- nama pasien
lain yang sedang dirawat bersamanya.
2. Uji daya nilai : Buruk.
Pasien tidak tahu harus melakukan apa ketika ditanya pemeriksa
jika tiba- tiba pasien menemukan dompet di jalan.
14
P. Tilikan
Tilikan I : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
B. Status neurologis
Rangsang meningeal : Negatif
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-,
Strabismus -/-
Gerakan bola mata : Gerakan kedua bola mata baik ke segala
arah.
Reflek pupil : +/+, pupil isokor, diameter pupil ± 3 mm
Motorik : Normal
Tonus otot : Nomotonus
Kekuatan : 5555 ekstremitas superior- inferior dextra
dan sinistra.
Koordinasi : Normal
Sensorik : Normoestesia
15
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki berusia 39 tahun datang ke RSJI K dibawa oleh
kakak kandungnya dengan keluhan berperilaku aneh yaitu pasien sering
mondar- mandir tidak jelas, tidak mau melakukan shalat seperti
biasanya bahkan ingin menunaikan shalat tapi tak sesuai di waktu
shalat, tidak mau makan sama sekali hingga terakhir kali makan tidak
menggunakan tangannya melainkan langsung dengan mulutnya, dan
tidak memakai celana seperti biasanya meskipun didalam rumah.
Keluhan tersebut disertai dengan pasien tampak gelisah hingga terjaga
semalaman dan sering melamun dengan menampakkan tatapan yang
kosong. Pasien juga merasa mendengar suara yang memerintahkan
pasien untuk selalu shalat serta mengaji. Pasien pun melihat sekelebat
bayangan putih yang orang lain tidak bisa melihatnya. Pasien juga
sering mencium aroma minyak wangi yang pasien ketahui hanya
dirinya yang mencium aroma wangi tersebut. Selain itu, pasien merasa
hidup ataupun berjalan di alam lain. Pasien juga merasa asing dengan
tubuhnya sendiri. Pasien pun meyakini bahwa dirinya bisa
mengendalikan dunia dan merasa kebal atau tidak bisa terluka karena
pasien hafal lengkap surah Yasin. Pasien pun meyakini bahwa ada yang
mengendalikan isi pikirannya dan isi pikirannya ditarik keluar oleh
kekuatan dari keluarga macan putih sehingga apapun tindakan yang
dilakukan oleh pasien merupakan suatu bentuk kendali dari suatu
kekuatan tersebut.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan :
- RTA terganggu
- Mood hipotimia
- Afek menyempit
- Halusinasi audiotorik
- Halusinasi visual
- Halusinasi olfaktorik
- Ilusi
16
- Derealisasi
- Depersonalisasi
- Waham bizzare
- Delusion of control
- Thought withdrawal
- Tilikan derajat I
17
pun harus diperintah. Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya
gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik, halusinasi visual,
halusinasi olfaktorik, waham bizzare, waham nihilistik, delusion of
control, dan thought withdrawal. Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini
digolongkan kedalam :
AKSIS I
Pasien didapatkan :
Berdasarkan keluhan dari kakak kandung dan ibu pasien didapatkan
bahwa pasien sering mondar-mandir tak jelas hingga pergi ke makam
alm. ayahnya sendirian, pasien sering tersenyum sendiri hingga tertawa
sendirian, tidak melakukan aktivitas dan cenderung senang menyendiri.
Halusinasi auditorik, visual, dan olfaktorik.
Waham bizzare, delusion of control, dan thought withdrawal.
18
Tabel 1. Pedoman Diagnostik Skizofrenia
19
Tabel 2. Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid
20
GAF satu tahun terakhir : 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi.
IX. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
- Risperidon 2 x 2 mg
B. Nonfarmakoterapi
a. Edukasi
Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya
mengenai penyakit yang dialami pasien, gejala yang mungkin
terjadi, rencana tatalaksana yang mungkin diberikan, pilihan
obat, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.
b. Terapi suportif
- Membiarkan pasien mengeluarkan isi hatinya yaitu
mengenai kekhawatiran, kecemasan, masalah yang dihadapi
pasien.
- Menerangkan kepada pasien mengenai gejala-gejala yang
terdapat pada pasien serta baik-buruknya dan akibat yang
dapat timbul dari gejala tersebut.
21
- Menanamkan pikiran kepada pasien dan membangkitkan
kepercayaan bahwa gejala-gejala tersebut akan hilang.
- Memberikan nasihat-nasihat yang berhubungan dengan
masalah kesehatan jiwa pasien agar pasien sanggup
mengatasi masalahnya, seperti cara berkomunikasi, bekerja,
belajar, hubungan antar-manusia dan sebagainya.
- Menimbulkan kesadaran pada pasien akan penyakitnya
sehingga dapat memperbaiki kembali kepribadian pasien
yang telah mengalami goncangan akibat adanya stressor
sosial yang tidak dapat diatasi oleh pasien.
c. Terapi spiritual
Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah dan selalu
mengingat Allah di setiap saat.
X. PROGNOSIS
Tabel 3. Prognosis
Morbid Prognosis
Onset usia dewasa muda Ada Buruk
22
Faktor yang memberikan pengaruh baik :
- Tidak ada kelainan organik
- Adanya gejala positif
Faktor yang memberikan pengaruh buruk :
- Pasien sudah sakit sejak usia 27 tahun
- Pasien belum menikah
- Adanya gejala negatif
- Pasien tidak patuh minum obat
- Pasien tidak pernah bekerja
Kesimpulan prognosis :
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Malam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
23
Lampiran
24