You are on page 1of 10

Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

BAB 1 database ini dimaksudkan agar dapat menyajikan informasi yang uptudate karena kunci

MANAJEMEN JEMBATAN & KINERJA penanganan jembatan ini disadari bertitik tolak pada kesempurnaan database yang harus
siap dipakai saat dibutuhkan. Untuk itu secara priodik harus diup-date, dengan memerlukan
strategi pentahapan sebagai berikut:
1.1. UMUM
a. Pengumpulan data merupakan aktivitas awal, baik pengumpulan data primer, maupun
Jembatan merupakan suatu bangunan yang menghubungkan jalan yang terputus oleh
data sekunder yang dilaksanakan secara priodik, sehingga data yang ada dapat diup-
sesuatu seperti misalnya sungai, lembah atau lain sebagainya. Dapat dipahami bahwa
date secara priodik. Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan peninjauan
jembatan adalah sangat penting peranannya dalam untuk melancarkan arus distribusi
langsung ke lapangan dengan mencatat sesuai dengan form yang sudah disiapkan
barang dan jasa. Apabila sebuah jembatan terputus (runtuh misalnya) akan mengakibatkan
dengan prosedur pendataan sesuai dengan POS (Prosedur Operasional System) yang
kendala, terutama bagi daerah yang tidak mempunyai jalan alternatif akan mengakibatkan
sudah ditetapkan pada BMS atau pada surat edaran lainnya. Pengumpulan data primer
penambahan biaya atas arus distribusi barang dan jasa atau malah distribusi barang dan
ini dikoordinasikan oleh Bina Marga pusat (Direktorat Bina Program), dan
jasa tersebut terputus.
pelaksanaannya kelapangan dapat dilakukan oleh Satker SNVT Perencanaan dan
Selain hal tersebut di atas, diperlukan juga kegiatan untuk menjaga agar jembatan yang
Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) di masing-masing provinsi.Untuk pengumpulan
sudah ada dapat melayani kebutuhan lalu-lintas secara maksimal dan memberikan
data sekunder adalah dengan mengumpulkan data dari instansi terkait, baik pada
keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan, sehingga diperlukan pemeliharaan bagi
instansi yang langsung menangani jembatan, maupun dari instansi lainnya, sehingga
jembatan yang sudah ada tersebut, atau pembangunan jembatan baru pada daerah-daerah
data primer dan tada sekunder ini adalah menjadi basik database jembatan.
terpencil dalam rangka pengembangan wilayah.
b. Strategi pengumpulan data dimulai dengan pengumpulan data utama dari tingkat
Indonesia terdiri dari pulau dan laut dimana terdapat sungai yang memotong jalan raya yang
provinsi dan kabupaten/kota yang mencakup jalan nasional, jalan propinsi maupun jalan
membutuhkan jembatan untuk menyambungkan jalan raya tersebut maupun pelintasan
kabupaten/kota atau jalan lokal. Sebagai awal untuk membangun manajemen database
sepotong seperti jalan yang berpotongan pada daerah perkotaan atau pelintasan rel kereta
jembatan nasional dapat dilaksanakan dalam bentuk kerangka kerja kebijakan seperti
api menimbulkan berbagai permasalahan yang perlu penanganan secara tepat. Berdasarkan
pada Gambar 1.1.
data BMS tahun 2006 di Indonesia terdapat 89.000 buah jembatan (1050 km) yang terdiri
dari: 60.000 jembatan (550 km) pada ruas jalan kabupaten/kota dan 29.000 jembatan (500 c. Database lainnya yang diperlukan oleh IBMS secara langsung dari sumber tersedia

km) pada ruas jalan nasional dan provinsi dengan kondisi 46% baik (230 Km), 37% (185 seperti database jalan yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dalam Bina Marga

Km) kondisi rusak ringan dan rusak sedang serta 17% (85 Km) kondisi rusak berat atau d. Tujuan dari pengembangan sistem ini adalah tersedianya sistem informasi kondisi
putus yang membutuhkan penanganan rehabilitasi atau penggantian. Dengan demikian maka jembatan yang dapat menjadi acuan dan dasar penetapan penanganan jembatan secara
diperlukan penanganan yang tepat sehingga Sub Direktorat Teknik Jembatan Direktorat Bina cepat dan tepat sehingga dapat mendukung peningkatan keamanan sistem jaringan
Teknik mengembangkan suatu sistem manajemen dan kinerja jembatan.
e. Sistem dapat menampilkan semua informasi menurut provinsi, jenis jembatan, tahun,
1.2. DATABASE JEMBATAN serta sistem pencarian data secara otomatis, mudah dan cepat

Database jembatan pertama sekali dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga pada f. Sistem dilengkapi kemampuan query sesuai dengan keinginan pengguna
tahun 90-an yang disebut dengan Sistem Manajemen Jembatan (BMS), yang pada awalnya
g. Sistem memiliki kemampuan kesesuaian serta dapat melakukan komunikasi melalui
merupakan Sistem Jembatan Antar Kota (IBMS) yang mencakup pada Jalan Nasional dan
sarana interface (yang akan dikembangkan) dengan IBMS
Jalan Provinsi yang dilaksanakan dengan Sistem Manajemen Informasi Komputer. Tujuan

Manajemen Jembatan & Kinerja 1 Manajemen Jembatan & Kinerja 2


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

KERANGKA KERJA KEBIJAKAN

PEMERIKSAAN
•Pemeriksaan Inventaris AKSI DARURAT

•Pemeriksaan Detail
•Pemeriksaan Rutin PENILAIAN BEBAN
•Pemeriksaan khusus

MIS – DIRJEN BINA MARGA

DATA BASE JEMBATAN DATABASE JALAN


(MIS-IBMS) (MIS IRMS)

PERENCANAAN & PEMROGRAMAN

INVESTIGASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN

MATERIAL PENGGANTIAN REHABILITASI PEMELIHARAAN


JEMBATAN JEMBATAN JEMBATAN JEMBATAN
Gambar 1.2 Program Aplikasi Data Base Jembatan

MONITORING 1.3. FASILITAS SISTEM DATABASE JEMBATAN


Sistem Database Jembatan berisi :
Gambar 1.1 Bagan Alir Sistem Manajemen Jembatan
a) Informasi Jembatan yang mencakup pada:
h. Penampilan image komputer dengan kemampuan penyajian grafis peta sistem jaringan
¾ Peta sistem jaringan jalan nasional/provinsi
jalan nasional berikut entity jembatan.
¾ Data teknis konstruksi jembatan

i. Kemampuan akses yang berbasis website ¾ Updates photo2 kondisi jembatan


¾ Riwayat konstruksi
¾ Data kondisi fisik bangunan jembatan
b) Kemampuan query sesuai dengan keinginan pengguna dan memiliki kemampuan
kesesuaian serta dapat melakukan komunikasi melalui sarana interface (yang akan
dikembangkan) dengan sistem informasi database yang telah ada di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Marga.
c) Pelaporan

Manajemen Jembatan & Kinerja 3 Manajemen Jembatan & Kinerja 4


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

1.4. SISTEM TEKNIK PENANGANAN JEMBATAN BERDASAR EXPERT SYSTEM g) efektivitas masing-masing rencana perbaikan yang ada ditinjau dari aspek manfaat dan
Sub Direktorat Teknik Jembatan Direktorat Bina Teknik Ditjen Bina Marga sejak tahun 2006 daya guna dalam mempertahankan dan meningkatkan kapasitas jembatan
telah mengembangkan suatu sistem dalam penanganan rehabilitasi jembatan secara
komputerisasi yang disebut dengan EXPERT SYSTEM. Sistem ini dalam bentuk sofwere 1.4.2. Identifikasi Daftar Kerusakan Jembatan

dengan tujuan memberikan kemudahan pada pengguna dalam hal penanganan rehabilitasi 1. BAHAN
jembatan dimana fasilitas yang ada akan didapat standar penanganan perbaikan (rehabilitasi − Pasangan batu/bata (100)
dan peningkatan) jembatan yang sistematis yang dapat dipergunakan oleh aparat Bina Marga • Penurunan mutu atau Retak (101)
di daerah yang terlibat dalam penyiapan perencanaan/pelaksanaan dalam penanganan • Perubahan bentuk/penggembungan (102)
perbaikan jembatan. Sistem ini dapat dikategorikan dengan ciri-ciri sebagai berikut: • Pecah atau hilangnya material (103)
− Sistem berbasis database komputer − Beton (200)
− Kelanjutan sistem penanganan jembatan yang telah ada. • Kerontokan, keropos, berongga, mutu jelek (201)
− Sistem ini untuk menjawab permasalahan secara komputerisasi dalam perencanaan • Keretakan (202)
teknik pelaksanaan perbaikan jembatan. • Karat pada tulangan baja (203)
− Pengguna jasa baik pusat maupun daerah dapat menentukan perbaikan jembatan • Aus/pelapukan beton (204)
pada daerah otoritasnya masing-masing dengan melihat kondisi kerusakan secara • Pecah atau hilanganya material (205)
optimal • Lendutan (206)
− Perencanaan dan rencana pelaksanaan perbaikan jembatan tidak lagi bergantung − Baja (300)
pada pihak penyedia jasa • Penurunan mutu cat (301)
− Tidak memerlukan waktu yang lebih lama dan biaya untuk perencanaan. • Karat/korosi (302)
− Dapat dikembangkan terus menerus sesuai dengan dinamika perkembangan • Perubahan bentuk (303)
teknologi perbaikan jembatan
• Keretakan (304)
• Elemen rusak/hilang (305)
1.4.1. Fasilitas Program Expert System
• Elemen yang salah (306)
a) identifikasi kerusakan pada elemen dan struktur jembatan (setiap kerusakan dilihat dari • Kabel yang aus/terurai (307)
besaran kerusakan) • Ikatan/sambungan longgar (308)
b) prediksi kerusakan dan resiko terhadap elemen dan struktur jembatan − Kayu (400)
c) klasifikasi kerusakan yang termasuk kategori perbaikan • Pembusukan, Pelapukan, bengkok, cacat (401)
d) informasi tentang penanganan jembatan (perbaikan dengan berbagai cara sesuai dengan • Pecah atau hilangnya elemen (402)
ketersediaan teknik/teknologi yang ada) • Penyusutan (403)
e) alternatif perbaikan yang memenuhi standar pemeliharan jembatan sesuai dengan tingkat • Penurunan mutu pelapis permukaan (404)
kerusakan dan rencana pelaksanaannya • Elemen yang longgar(405)
f) Tinjauan dari aspek ketersediaan teknik dan teknologi yang ada dan kemudahan 2. ELEMEN
pelaksanaan serta terhadap biaya • Aliran sungai (501)
• Bangunan pengaman (511)

Manajemen Jembatan & Kinerja 5 Manajemen Jembatan & Kinerja 6


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

• Daerah timbunan (521)


• Tanah bertulang (531)
• Anker jembatan gantung & kabel (541)
• Kepala jembatan (551)
• Landasan penahan gempa (561)
• Landasan/Perletakan (600)
• Pelat dan Lantai (701)
• Pipa drainase, pipa cucuran, dan drainase lantai (711)
• Lapisan permukaan (721)
• Trotoar/Kerb (731)
• Sambungan lantai (800)
• Rambu-rambu lalu lintas dan Marka Jalan (901)
• Lampu, tiang lampu, dan kabel listrik (921)
• Utilitas (931)

Gambar 1.5 Contoh Tampilan Inputing Kerusakan Jembatan (Denah) System Expert
Jembatan

Gambar 1.4 Contoh Tampilan Program System Expert Jembatan

Gambar 1.6 Inputing Kerusakan Jembatan (Expansion Joint & Parapet) System Expert
Jembatan

Manajemen Jembatan & Kinerja 7 Manajemen Jembatan & Kinerja 8


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

Kriteria penentuan nilai kondisi kerusakan elemen jembatan:


a) (S)truktur
Apakah suatu struktur dalam keadaan berbahaya atau tidak
b) Ke(R)usakan
Sampai manakah tingkat kerusakan yang telah dicapai karena kerusakan tersebut,
parah dan atau ringan
c) (K)uantitas/volume
Apakah kerusakan tersebut sudah atau belum meluas artinya apakah kerusakan
tersebut terdapat kurang atau lebih dari 50% dari panjang, luas atau volume
elemen
d) (F)ungsi
Apakah elemen tersebut masih berfungsi
e) (P)engaruh
Apakah elemen yang rusak mempunyai dampak yang serius terhadap elemen lain
atau arus lalu lintas

Gambar 1.7 Tampilan Program


Item Kriteria Nilai
1.5. PEMERIKSAAN JEMBATAN
Struktur Berbahaya 1
1. Tujuan Utama:
Tidak berbahaya 0
− Mengetahui kondisi jembatan
keRusakan Parah 1
− Strategi pemeliharaan/perbaikan/rehabilitasi
Ringan 0
2. Tujuan Spesifik:
Kuantitas Meluas hingga 50% 1
− Memeriksa keamanan jembatan saat layan
Kurang dari 50% 0
− Menjaga lancarnya lalu-lintas
Fungsi Elemen tidak berfungsi 1
− Menyediakan data/kondisi jembatan
Elemen masih berfungsi 0
− Memeriksa pengaruh beban dan jumlah kendaraan
Pengaruh Dipengaruhi elemen lain 1
− Memantau keadaaan jembatan jangka panjang
Tidak dipengaruhi elemen lain 0
− Menyediakan informasi mengenai kapasitas jembatan
NK = S + R + K + F + P 0–5
1.6. PENILAIAN KONDISI JEMBATAN
1.7. JENIS PEMERIKSAAN JEMBATAN
Pemeriksaan Detail bertujuan mendata kondisi elemen pada level yang paling tinggi, dan
pada level ini semua elemen memiliki kondisi yang sama. Dalam upaya menyederhanakan a. Inventarisasi
prosedur pemeriksaan, hanya kerusakan yang penting yang dicatat selama pemeriksaan Pendataan jembatan secara detail terhadap pisik jembatan yang mencakup pada
secara detail. panjang, lebar, jenis konstruksi, aliran sungai (jika jembatan berada diatas sungai)

Manajemen Jembatan & Kinerja 9 Manajemen Jembatan & Kinerja 10


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

atau profil lokasi. Inventarisasi ini dilaksanakan terutama jembatan baru atau − Mencatat dan melaporkan pekerjaan darurat
jembatan setelah dilakukan rehabilitasi jembatan − Dilakukan tiap tahun sekali untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin
dilaksanakan dengan baik atau tidak
b. Rutin
− Dapat merekomendasikan apakah harus dilaksanakan tindakan darutat atau
Pemeriksaan rutin kondisi jembatan dilaksanakan secara priodik (tahunan) untuk
perbaikan untuk memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak
mencatat perobahan-perubahan yang ada terutama terhadap kondisi jembatan
sehingga layan jembatan tetap baik. 3. Pemeriksaan Detail (Penanggung jawab kegiatan: Inspektur SMJ)
− Pemeriksaan meliputi pendataan detail kondisi elemen-elemen struktur jembatan
c. Detail
− Dilakukan oaling sedikit limata tahun sekali atau dengan intercal waktu yang lebih
Melakukan pengecekan secara rinci terhadap semua elemen jembatan sehingga
pendek tergantung pada kondisi jembatan
diketahui kondisi elemen-elemen tersebut. Dari hasil pemeriksaan tersebut inspector
− Pemeriksaan detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau
dapat memberikan nilai kondisi dari nilai nol sampai nilai empat (0 s/d 4) sesuai
pekerjaan besar
dengan ketentua penilaian yang diatur dalam BMS.
− Maksud:
d. Khusus (tambahan) • Mendata kerusakan elemen jembatan
Pemeriksaan khusus dilakukan apabila ada keraguan atas pemeriksaan detail atau • Penilaian ulang kondisi jembatan
tidak dapat menganalisa kerusakan secara tepat yang mencakup pada: • Tindakan darurat yang diperlukan
− Kondisi jembatan secara spesifik • Melaporkan hasil pemeliharaan rutin
− Lanjutan dari pemeriksaan detail sesuai kondisi yang dibutuhkan dengan inspector • Foto-foto kerusakan jembatan
ahli dan penggunaan alat khusus.
4. Pemeriksaan Khusus (Penanggung jawab kegiatan: Specialist Engineer)
e. Pemeriksaan sewaktu-waktu − Kondisi jembatan secara spesifik
− Lanjutan dari pemeriksaan detail sesuai kondisi yang dibutuhkan dengan
1.8. STRATEGI PENGUMPULAN DATA
menggunakan alat khusus
1. Pemeriksaan Inventarisasi (Penanggung jawab kegiatan: Inspektur SMJ)
PEMERIKSAAN JEMBATAN
− Pendataan jembatan, dilakukan pada jembatan baru maupun jembatan yang belum
BILA AWAL SETELAH SETIAP SETIAP
pernah dicatat DIPERLUKAN SMJ PEKERJAAN
BESAR
3-5 TAHUN/
BILA NK > 3
TAHUN

− Pemeriksaan rutin dilaksanakan sebagai bagian dari pemeriksaan detail


− Maksud: PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
KHUSUS INVENTARISASI MENDETAIL RUTIN
• Data administrasi jembatan (nomor dan lokasi)
• Data geometri jembatan SPESIALIS INSPEKTUR INSPEKTUR INSPEKTUR
ENGINEER SMJ SMJ CABANG
• Jenis/tipe jembatan, tanggal/tahun konstruksi
• Data lalu-lintas
• Data kapasitas jembatan
DATABASE JEMBATAN

2. Pemeriksaan Rutin (Penanggung jawab kegiatan: Inspektur Cabang)


Gambar 1.8 Bagan Alur Pemeriksaan Jembatan
− Mengecek pemuktahiran data kondisi jembatan

Manajemen Jembatan & Kinerja 11 Manajemen Jembatan & Kinerja 12


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

1.9. PEMELIHARAAN JEMBATAN merupakan kejadian yang sering tidak terduga sehingga diharapkan pada setiap provinsi
tersedia sumber-sumber yang diperlukan untuk dapat bertindak secara tepat dan pasti bila
Pemeliharaan jembatan ini dimaksudkan agar jembatan tetap berfungsi sampai menunggu
terjadi keadaan darurat. Perbaikan darurat dapat dari bentuk yang sederhana seperti
adanya dana untuk perbaikan atau penggantian. Tingkat pelayanan jembatan yang
perbaikan sandaran atau pemasangan jembatan darurat pada jembatan yang runtuh akibat
mendapat penunjangan biasanya lebih rendah dari pada jembatan asalnya dan hal ini
bencana alam.
dilaksanakan dalam waktu sementara saja. Kegiatan ini mencakup pada pekerjaan
menunjang jembatan pada elemen yang dianggap rawan yang sebaiknya memerlukan Karena dana pemeliharaan sering terbatas jumlahnya, maka diprioritaskan untuk biaya
perencanaan sebelum dilaksanakan. Sistem pemeliharaan jembatan ini dapat dibagi atas 3 pemeliharaan berkala, rehabilitasi dan perbaikan atau penggantian. Tak dapat dihindari
pekerjaan, yakni: bahwa beberapa jembatan tidak akan tetap berada pada tingkat kemampuan yang diinginkan
yang diakibatkan beberapa fasktor, maka diperlukan antisipasi terhadap kegiatan ini yang
1. Pemeliharaan Rutin
mencakup kepada sumber dan dana untuk keperluan perbaikan darurat. Secara umum
Pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan berulang setiap tahun dimulai sejak jembatan
kegiatan ini dapat mencakup pada: perbaikan pada bagian awal quard rail (pengaman),
selesai dibangun sampai umur pakai jembatan tersebut dimana pelaksanaan teknisnya
pembuatan bangunan penahan tanah, perbaikan bangunan pengaman air, pembuatan
cukup sederhana dan bertujuan menjaga jembatan agar dalam keadaan semula.
pembatasan sementara atau mengalihkan lalu-lintas ke jalan alternative, penggantian
Pekerjaan ini mencakup pada pembersihan secara umum, membersihkan tumbuhan
komponen, pembuatan jembatan sementara dan lain sebagainya. Selain penanganan
liar dan sampah, pembersihan dan melancarkan aliran air, penanganan kerusakan
tersebut di atas diperlukan juga penanganan sementara yang mencakup pada: membuat
ringan drainase, pengecatan sederhana, pemeliharaan expiation join dan lantai
penyangga sementara dari bagian bawa gelegar, menambah baut untuk memperkuat
kendaraan dan lain-lain.
komponen rangka, menambah tiang npancang pada bagian yang sudah ada, memasang
2. Pemeliharaan Berkala bangunan sementara diatas bangunan guna memindahkan beban, dan lain sebagainya.
Pekerjaan pemeliharaan yang bertujuan menjaga jembatan tetap dalam kondisi dan
daya layan yang baik yang mencakup pekerjaan pemeliharaan berkala dan perbaikan 1.10. ORGANISASI PENYELENGGARA JEMBATAN
sederhana. Pemeliharaan berkala ini mencakup pada: pengecatan ulang, penggantian
lapisan permukaan, penggantian lantai kayu, penggantian kayu jalur roda kendaraan,
pembersihan jembatan secara keseluruhan, pemeliharaan perletakan/landasan,
penggantian expansion joint dan lain sebagainya. Sedang perbaikan sederhana
mencakup pada: penggantian bagian-bagian kecil atau elemen kecil, perbaikan tiang
dan sandaran, perkuatan baian-bagian yang bergerak, perkuatan bagian yang
structural, perbaikan tebing yang longsor atau terkena erosi, perbaikan bangunan
pengaman yang sederhana dan lain sebagainya.

3. Rehabilitasi dan Perbaikan


Pekerjaan perbaikan yang bertujuan mengembalikan kondisi jembatan agar seperti
semula sehingga mampu mencapai umur jembatan yang direncanakan.
Gambar 1.9 Tabel Keterkaitan Dengan Unit Lain Dalam Penyelenggaraan Jembatan

Selain kegiatan pemeliharaan tersebut di atas sering pada kasus tertentu diperlukan
perbaikan darurat dan penanganan sementara. Kondisi ini pada hakekatnya

Manajemen Jembatan & Kinerja 13 Manajemen Jembatan & Kinerja 14


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

− Keberhasilan penanganan infrastruktur jembatan di lingkungan Ditjen Bina Marga 1.11. KINERJA JEMBATAN
ditentukan oleh beberapa unit di tingkat Eselon II dan Eselon III
Jumlah jembatan di Indonesia, Sumber data BMS 2006
− Untuk jembatan standar, penanganan jembatan didasarkan pada Sistem Manajemen
Jembatan (BMS) yang keberhasilan ditentukan oleh ketersediaan data jembatan
(sistem pengumpulan dan validasi data) yang berorientasi pada hasil/outcome
− Untuk jembatan non-standar, penanganan dapat dimulai dengan melakukan kajian-
kajian maupun studi kelayakan sebelum dilanjut-kan pada tahap pengembangan
design (design development/ preliminary). Ref. POS Penyiapan KAK & POS Penyiapan
Jembatan
− Jembatan non-standar biasa digunakan untuk pembangunan jembatan baru

Terdapat 89.000 jumlah jembatan (1050 km) di Indonesia, yang terdiri dari:
- 60.000 jembatan (550 km) pada ruas jalan kabupaten/kota
- 29.000 jembatan (500 km) pada ruas jalan nasional dan provinsi

Distribusi bentang jembatan di Indonesia, Sumber data BMS 2006

2% 2%

9%

9%

78%

0- 20 m 20- 30 m 30- 6 0 m 60 - 100 m > 100 m

Gambar 1.10 Bagan Alur Penanganan Jembatan Standar


Gambar 1.12 Distribusi Bentang Jembatan di Indonesia

Kondisi tahun bangun jembatan di Indonesia, Sumber data BMS 2006

23%
29%

20%

28%

< 1970 1970-1980 1980-1990 > 1990

Gambar 1.11 Bagan Alur Penanganan Jembatan Non Standar Gambar 1.13 Distribusi Tahun Bangun Jembatan di Indonesia

Manajemen Jembatan & Kinerja 15 Manajemen Jembatan & Kinerja 16


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

Kondisi struktur jembatan di Indonesia, Sumber data BMS 2006 1.13. PEMBANGUNAN JEMBATAN STANDAR DI INDONESIA
Program pembangunan jembatan di Indonesia didominasi penggunaan teknologi bangunan
6%
3%
atas bentang standard. Sejak Pelita I sampai dengan sekarang telah dibangun lebih dari
8%
450.000 meter dengan prioritas pembangunan ditekankan pada peningkatan kualitas layan
15%
46%
jaringan jalan pada ruas jalan nasional dan jalan provinsi, dan kemudian pada era pelita-
pelita terakhir ini diperluas sampai ruas jalan kabupaten. Pengadaan BA standar dari:
22%

Belanda, Australia, Austria, Canada, UK, Spanyol dan dari fabrikator local.

1 2 3 4 5 6

Gambar 1.14 Distribusi Kondisi Struktur Jembatan di Indonesia

1.12. PERKEMBANGAN PERATURAN PERENCANAAN


1. Bridge Design Code BMS 1992, beserta revisi
− Bagian 2 dengan Pembebanan untuk Jembatan. (SK.SNI T-02-2005), sesuai
Kepmen PU No.498/KPTS/M/2005
− Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. (SK.SNI T-12-
2004), sesuai Kepmen PU No.260/KPTS/M/2004
− Bagian 7 dengan Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, (SK.SNI T-03-
2005), sesuai Kepmen PU No.498/KPTS/M/2005
Gambar 1.15 Tabel Pembangunan Jembatan Di Indonesia
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya (SK.SNI T-14-
1990-0.3) 1.14. PEMBANGUNAN JEMBATAN NON STANDAR DI INDONESIA
3. Bridge Design Manual BMS 1992 Di Indonesia jembatan tipe ini pertama kali dibangun adalah jembatan Rantau Berangin di
4. Prosedur Operasi Standar Jembatan: provinsi Riau pada tahun 1972 dan sejak itu tidak kurang ada 8 jembatan sejenis lainnya
− POS Penyiapan KAK yang dibangun dengan panjang bentangan yang bervariasi yaitu:
− POS Survey Pendahuluan 1. Jembatan Rantau Berangin (1972-1974) Riau dengan bentang 38,5+121+38,5m;
− POS Survey Geodesi 2. Jembatan Rajamandala (1972-1979) Jawa Barat bentang 45+132+45m;
− POS Survey Lalu Lintas 3. Jembatan Serayu Kesugihan (1978-1985) Jawa Tengah bentang 62+128+84m;
− POS Survey Geoteknik 4. Jembatan Mojokerto (1975-1977) Jawa Timur bentang 22+62+62+62+22m;
− POS Survey Hidrologi 5. Jembatan Arakundo (1987-1990) Nanggro Aceh Darussalam bentang 57+96+57m;
− POS Perencanaan Teknis Jembatan 6. Jembatan Siti Nurbaya, Padang (1995-2002) Sumatera Barat, bentang 40+76+40m;
− POS Penyampaian DED Perencanaan Teknis 7. Jembatan Teluk Efil, Sekayu (2006) Sumatera Selatan bentang 52+104+52m;
− POS Sistematika Pelaporan 8. Jembatan Tukad Bakung (2006) Bali, bentang 60+120+60m.
− POS Penyiapan Jembatan 9. Jembatan Suramadu (2003 – Juni 2009), bentang 1400(causeway) + 670(approach)
− POS Penyelenggaraan Jembatan Khusus + 818 (main)+ 670(approach) +1760(causeway)

Manajemen Jembatan & Kinerja 17 Manajemen Jembatan & Kinerja 18


Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan

Gambar 1.19 Kesuksesan Tidak Selalu Dapat Dirasakan Masyarakat

Gambar 1.16 Gerusan dan Korosi pada Fondasi

Gambar 1.20 Refleksi Sejarah Jembatan


Gambar 1.17 Keruntuhan Jembatan Akibat Muatan Berat

Gambar 1.18 Perencanaan Tidak Melibatkan Stakeholders

Manajemen Jembatan & Kinerja 19 Manajemen Jembatan & Kinerja 20

You might also like