Professional Documents
Culture Documents
Kelompok :3
Tugas :2
MAKALAH
LANDASAN ILMU PENDIDIKAN
‘’Hakikat Manusia dan Hakikat Pendidikan Sebagai Mekanisme
Peningkatan Mutu Kehidupan’’
OLEH
Faradillah
17175011
PENDIDIKAN FISIKA A
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. Hj. FESTIYED, M.S.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul “Hakikat Manusia
dan Hakikat Pendidikan sebagai Mekanisme Peningkatan Mutu Kehidupan”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menemui beberapa kendala.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Pendahuluan....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................3
A. Hakikat Manusia.............................................................................................3
1. Pengertian Hakikat Manusia.....................................................................3
2. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam............................................3
3. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Barat.............................................9
4. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Indonesia....................................12
B. Hakikat Pendidikan.......................................................................................15
1. Pengertian Hakikat Pendidikan...............................................................15
2. Tujuan Pendidikan...................................................................................18
3. Hakikat Pendidikan Menurut Pandangan Islam......................................19
4. Hakikat Pendidikan Menurut Pandangan Barat......................................21
5. Hakikat Pendidikan Menurut Pandangan Indonesia...............................22
C. Peranan Manusia dan Pendidikan sebagai Peningkatan Mutu Kehidupan...24
1. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan..........................................24
2. Pendidikan sebagai Peningkatan Mutu Kehidupan.................................26
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................34
A. Matriks Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam, Barat, dan
Indonesia…………………………………………………………………...33
B. Matriks Hakikat Pendidikan Menurut Pandangan Islam, Barat, dan
Indonesia.......................................................................................................38
C. Matriks Peranan Manusia dan Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu
Kehidupan.....................................................................................................40
BAB IV PENUTUP...............................................................................................42
A. Kesimpulan...................................................................................................42
B. Saran.............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................43
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Hakikat manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa hidup tanpa
bantuan manusia lain. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lain saling
membutuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut, muncul berbagai
interaksi dan kegiatan dalam kehidupan manusia. Hakikat manusia dari sisi
penciptaannya adalah makhluk yang sempurna karena dibekali dengan akal. Maka
dengan akal itulah manusia itu akan selalu berfikir tentang kelangsungan
hidupnya dan generasinya. Manusia akan selalu berupaya untuk menemukan
berbagai cara untuk survive baik bagi dirinya maupun keturunan atau generasinya,
sekaligus meningkatkan kualitas kehidupannya baik fisik maupun non fisik yang
berlangsung secara alami.
Ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu
dengan yang lain membentuk satu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu
pendidikan dibentuk oleh sebuah teori. Pendidikan merupakan pilar utama
kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk
memajukan sebuah bangsa. Sebagai usaha untuk meningkatkan mutu lulusan
pendidikan maka setiap pendidik harus mengetahui tentang pendidikan khususnya
hakikat manusia dan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut
maka seorang pendidik harus mengetahui tentang ilmu pendidikan.
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan.
Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan manusia. Seiring perkembangan
peradaban manusia, pendidikan dilaksanakan secara lebih sistematis dan
terorganisir dalam bentuk pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini manusia
pada dasarnya bisa sebagai subyek sekaligus obyek dari pendidikan. Sebagai
subyek pendidikan berarti mereka berperan aktif dalam proses dan
pelaksanaannya, mereka bertanggung jawab sebagai perencana, pengelola
sekaligus pihak yang harus mengevaluasi dan mengawasi proses berlangsungnya
pendidikan tersebut. Sedangkan sebagai obyek berarti mereka menjadi sasaran
yang harus digarap dan dituju oleh pendidikan (khususnya manusia yang belum
dewasa).
1
Makalah ini mencoba menjelaskan hakikat manusia dan hakikat
pendidikan sebagai mekanisme peningkatan mutu kehidupan. Makalah ini akan
memberikan gambaran perbedaan makna hakikat manusia dan hakikat pendidikan
dengan menampilkan pendapat-pendapat para pakar pendidikan baik dari
pandangan Barat, Islam, dan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Bagaimana pandangan Islam, Barat, dan Indonesia mengenai hakikat
manusia?
2. Bagaimana pandangan Islam, Barat, dan Indonesia mengenai hakikat
pendidikan?
3. Bagaimana peranan manusia dan pendidikan terhadap peningkatan mutu
kehidupan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pandangan Islam, Barat, dan Indonesia mengenai hakikat
manusia.
2. Menjelaskan pandangan Islam, Barat, dan Indonesia mengenai hakikat
pendidikan.
3. Mengetahui peranan manusia dan pendidikan terhadap peningkatan mutu
kehidupan
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
untuk:
1. Bagi pembaca dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan.
2. Bagi mahasiswa dapat membantu memahami hakikat manusia dan hakikat
pendidikan.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan Program Studi Magister Pendidikan Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Manusia
3
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus
…,” (QS. 98:5).
Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan:
4
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS.4:1).
Selanjutnya dalam surah al- Hujurat ayat 13 dijelaskan.
5
Artinya: “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah. …” (QS. 38:26).
Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu
merupakan anugrah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia
diberikan beban untuk menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai amanah yang
harus dipertanggungjawabkan. Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai
wewenang seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 10.
Artinya: “Makan dan minumlah kamu dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbuat bencana di atas bumi.” (QS.2: 60).
Berdasarkan kedua ayat tersebut, dijelaskan bahwa manusia sebagai
khalifah memiliki wewenang untuk memanfaatkan alam (bumi) untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam.
6
d. Manusia sebagai Bani Adam
Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan
dalam al- Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan
bukan berasal dari hasil evolusi dari makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh
Charles Darwin, seperti yang dijelaskan dalam surah al- A’raf ayat 26-27.
7
Artinya: “Mengajarkan pandai berbicara.” (QS.55:4),
2) Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu, sesuai
Surat Al-Alaq ayat 1-5.
Artinya: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian
rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak
berterima kasih.” (QS. 11:9).
f. Manusia sebagai makhluk biologis (al-Basyar)
Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis manusia
terdiri atas unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar
(ragawi). Dengan kata lain manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum
terikat kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang biak,
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan
8
untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Dalam al- Qur’an surah al-
Mu’minūn dijelaskan ayat 12-14.
9
Ich ini selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral, ethika dan religius (Munawar,
2012).
Berikut ini beberapa pandangan mengenai hakikat manusia, yaitu:
a. Pandangan Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya manusia
digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
Hal ini menyebabkan tingkah laku seorang manusia diatur dan dikontrol oleh
kekuatan psikologis yang memang ada dalam diri manusia. Terkait hal ini diri
manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan atas nasibnya seseorang
tapi tingkah laku seseorang itu semata-mata diarahkan untuk mememuaskan
kebutuhan dan insting biologisnya.
b. Pandangan Humanistik
Para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan
dari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan yang positif.
Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri.
Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang untuk menjadi
pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota
kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan
selain adanya dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga
digerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu.
Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai
makhluk sosial.
c. Pandangan Martin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa
disebut ‘ini’ atau ‘itu’. Menurutnya manusia adalah sebuah eksistensi atau
keberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh kesemestaan alam. Namun
keterbatasan ini hanya bersifat faktual bukan esensial sehingga apa yang akan
dilakukannya tidak dapat diprediksi. Dalam pandangan ini manusia berpotensi
untuk menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’, tergantung kecenderungan mana yang lebih
besar dalam diri manusia. Hal ini memungkinkan manusia yang ‘baik’ kadang-
kadang juga melakukan ‘kesalahan’.
10
d. Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai
makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari
luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor dominan yang
mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar,
seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan dan keteladanan. Mereka
juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh lingkungan.
e. Pandangan Mekanistik
Dalam pandangan mekanistik semua benda yang ada di dunia ini termasuk
makhluk hidup dipandang sebagai sebagai mesin, dan semua proses termasuk
proses psikologi pada akhirnya dapat diredusir menjadi proses fisik dan kimiawi.
Lock dan Hume, berdasarkan asumsi ini memandang manusia sebagai robot yang
pasif yang digerakkan oleh daya dari luar dirinya. Menurut penulis pendapat ini
seperti menafikan keberadaan potensi diri manusia sehingga manusia hanya bisa
diaktivasi oleh kekuatan yang ada dari luar dirinya.
f. Pandangan Organismik
Pandangan organismik menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan
(gestalt), yang lebih dari pada hanya penjumlahan dari bagian-bagian. Dalam
pandangan ini dunia dianggap sebagai sistem yang hidup seperti halnya tumbuhan
dan binatang. Organismik menyatakan bahwa pada hakikatnya manusia bersifat
aktif, keutuhan yang terorganisasi dan selalu berubah. Manusia menjadi sesuatu
karena hasil dari apa yang dilakukannya sendiri, karena hasil mempelajari.
Pandangan ini mengakui adanya kemampuan aktualisasi diri manusia melalui
pengembangan potensi-potensi yang telah ada pada diri manusia.
g. Pandangan Kontekstual
Dalam pandangan kontekstual manusia hanya dapat dipahami dalam
konteksnya. Manusia tidak independent, melainkan merupakan bagian dari
lingkungannya. Manusia adalah individu yang aktif dan organisme sosial. Untuk
bisa memahami manusia maka pandangan ini megharuskan mengenal
perkembangan manusia secara utuh seperti memperhatihan gejala-gejala fisik,
psikis, dan juga lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan historis.
11
4. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Indonesia
Menurut kaum eksistensialis (dalam Tirta Raharja dan La Sulo, 2005: 4-11)
wujud sifat hakekat manusia meliputi:
a. Kemampuan menyadari diri
Melalui kemampuan ini manusia betul-betul mampu menyadari bahwa
dirinya memiliki ciri yang khas atau karakteristik diri. Kemampuan ini membuat
manusia bisa beradaptasi dengan lingkungannya baik itu limgkungan berupa
individu lainnya selain dirinya, maupun lingkungan nonpribadi atau benda.
Kemampuan ini juga membuat manusia mampu mengeksplorasi potensi-potensi
yang ada dalam dirinya melalui pendidikan untuk mencapai kesempurnaan diri.
Kemampuan menyadari diri ini pula yang membuat manusia mampu
mengembangkan aspek sosialitas di luar dirinya sekaligus pengembangan aspek
individualitas di dalam dirinya.
b. Kemampuan bereksistensi
Melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa dirinya memang ada dan
eksis dengan sebenarnya. Dalam hal ini manusia punya kebebasan dalam
ke‘beradaan’ nya. Berbeda dengan hewan di kandang atau tumbuhan di kebun
yang ‘ada’ tapi tidak menyadari ‘keberadaan’ nya sehingga mereka menjadi
onderdil dari lingkungannya. Sementara itu manusia mampu menjadi manajer
bagi lingkungannya. Kemampuan ini juga perlu dibina melalui pendidikan.
Manusia perlu diajarkan belajar dari pengalaman hidupnya, agar mampu
mengatasi masalah dalam hidupnya dan siap menyambut masa depannya.
c. Pemilikan kata hati (Conscience of Man)
Yang dimaksud dengan kata hati di sini adalah hati nurani. Kata hati akan
melahirkan kemampuan untuk membedakan kebaikan dan keburukan. Orang yang
memiliki hati nurani yang tajam akan memiliki kecerdasan akal budi sehingga
mampu membuat keputusan yang benar atau yang salah. Kecerdasan hati nurani
inipun bisa dilatih melalui pendidikan sehingga hati yang tumpul menjadi tajam.
Hal ini penting karena kata hati merupakan petunjuk bagi moral dan perbuatan.
d. Moral dan aturan
Moral sering juga disebut etika, yang merupakan perbuatan yang merupakan
wujud dari kata hati. Namun, untuk mewujudkan kata hati dengan perbuatan
12
dibutuhkan kemauan. Artinya tidak selalu orang yang punya kata hati yang baik
atau kecerdasan akal juga memiliki moral atau keberanian berbuat. Maka
seseorang akan bisa disebut memiliki moral yang baik atau tinggi apabila ia
mampu mewujudkanya dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai
moral tersebut.
e. Kemampuan bertanggung jawab
Karakteristik manusia yang lainnya adalah memiliki rasa tanggung jawab,
baik itu tanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat ataupu pada dirinya sendiri.
Tanggung jawab kepada diri sendiri terkait dengan pelaksanaan kata hati.
Tanggung jawab kepada masyarakat terkait dengan norma-norma sosial, dan
tanggung jawab kepada Tuhan berkaitan erat dengan penegakan norma-norma
agama. Dengan kata lain kata hati merupakan tuntunan, moral melakukan
perbuatan,dan tanggung jawab adalah kemauan dan kesediaan menanggung segala
akibat dari perbuatan yang telah dilakukan.
f. Rasa kebebasan
Kebebasan yang dimaksud di sini adalah rasa bebas yang harus sesuai
dengan kodrat manusia. Artinya ada aturan-aturan yang tetap mengikat, sehingga
kebebasan ini tidak mengusik rasa kebebasan manusia lainnya. Manusia bebas
berbuat selama perbuatan itu tetap sesuai dengan kata hati yang baik maupun
moral atau etika. Kebebasan yang melanggar aturan akan berhadapan dengan
tanggung jawab dan sanksi-sanksi yang mengikutinya yang pada akhirnya justru
tidak memberikan kebebasan bagi manusia.
g. Kesediaan melakukan kewajiban dan menyadari hak
Idealnya ada hak ada kewajiban. Hak baru dapat diperoleh setelah
pemenuhan kewajiban, bukan sebaliknya. Pada kenyataanya hak dianggap sebagai
sebuah kesenangan, sementara kewajiban dianggap sebagi beban. Padahal
manusia baru bisa mempunyai rasa kebebasan apabila ia telah melaksanakan
kewajibannya dengan baik dan mendapatkan haknya secara adil. Kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari hak ini harus dilatih melalui proses
pendidikan disiplin. Selo Soemarjan menyatakan bahwa perlu ditanamkan empat
macam pendidikan disiplin untuk membentuk karakter yang memahami
kewajiban dan memahami hak-haknya. 1) disiplin rasional yang bila dilanggar
13
akan melahirkan rasa bersalah. 2) disiplin sosial, yang bila dilanggar akan
menyebabkan rasa malu. 3) disiplin afektif, yang bila dilanggar akan melahirkan
rasa gelisah dan 4) disiplin agama, yang bila dilanggar akan menimbulkan rasa
bersalah dan berdosa.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagian bisa diartikan sebagai kumpulan dari rasa gembira, senang,
nikmat yang dialami oleh manusia. Secara umum orang berpendapat bahwa
kebahagiaan itu lebih pada rasa bukan pikiran. Padahal tidak selamanya demikian,
karena selain perasaan, aspek-aspek kepribadian lainnya akal pikiran juga
mempengaruhi kebahagian seseorang. Misalnya, orang yang sedang mengalami
stress tidak akan dapat menghayati kebahagian secara utuh. Dari contoh ini jelas,
bahwa kemampuan menghayati kebahagiaan dipengaruhi juga oleh aspek nalar di
samping aspek rasa. Untuk mendapatkan kebahagiaan seseorang harus berusaha.
Usaha-usaha tersebut harus berlandaskan norma-norma atau kaidah-kaidah yang
ada. Namun usaha-usaha yang dilakukan itu akan terkait erat dengan takdir Tuhan.
Sehingga rasa menerima dan syukur akan mempengaruhi kemampuan manusia
dalam menghayati kebahagian. Dalam hal ini, pendidikan agama menjadi modal
utama untuk dapat menghayati kebahagian.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati
14
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
B. Hakikat Pendidikan
15
Landasan yuridis atau hukum pendidikan dapat diartikan seperangkat
konsep peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak atau
acuan (bersifat material, dan bersifat konseptual) dalam rangka praktek
pendidikan dan studi pendidikan. Jadi, landasan hokum pendidikan adalah dasar
atau fondasi perundang-undangan yang menjadi pijakan dan pegangan dalam
pelaksanaan pendidikan di suatu negara.
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
peserta didik menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik
hanya mungkin dilakukan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang
siapa manusia itu sebenarnya.
Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui
gambaran tentang siapa manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang
dimiliki manusia yang membedakannya dengan hewan sehingga dalam
melaksanakan pendidikan belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Disebut
sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Alasan mengapa gambaran yang benar
dan jelas tentang manusia perlu dimiliki oleh pendidikan adalah karena adanya
perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat.
Pendidikan ada seiring dengan sejarah adanya manusia, karena pada
dasarnya pendidikan adalah upaya alami mempertahankan kelangsungan dan
keberlanjutan kehidupan. Secara alamiah sejak pertama manusia yang berstatus
orang tua akan mendidik anaknya agar bertahan hidup sehingga kehidupannya dan
keturunannya terus berlangsung. Nabi Adam sebagai manusia pertama mendidik
qabil dan habil untuk bercocok tanam dan beternak. Demikian juga dengan
manusia-manusia berikutnya, baik manusia-manusia yang berkumpul dalam
komunitas masyarakat primitif hingga modern.
Sebuah pernyataan yang melandasi pendapat tersebut adalah :
Di lingkungan masyarakat primitif (berbudaya asli), misalnya pendidikan
dilakukan oleh dan atas tanggung jawab kedua orangtua terhadap anak-anak
mereka. Masyarakat suku Anak Dalam (Kubu) yang menghuni wilayah
hutan, sesuai dengan lingkungan hidupnya akan berupaya mendidik putra-
putri mereka. Paling tidak secara sederhana, sang Bapak akan membimbing
dan melatih putranya mengenal kehidupan hutan seperti; mengenal buah-
buahan yang layak makan, membuat alat perangkap binatang dan
sebagainya. (Jalaludin, 2001 : 67).
16
Pendapat lain menyatakan bahwa, “pendidikan secara sederhana dapat
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian
bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi
atau berlangsung suatu proses pendidikan.
Dalam dokumen unduhan yang sama, juga mengutip pendapat ahli yaitu,
“Ki Hajar Dewantoro mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan
budi pekerti, pikiran serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup dan menghidupakn anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya”.
Mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat
manusia meningkat hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.
Mendidik adalah membudayakan manusia. (Pidarta, 2003: 2).
Dari beberapa pernyataan tersebut, masih menyimpulkan makna atau
hakikat pendidikan secara umum dari sudut pandang sejarah peradaban manusia
sejak awal. Lebih lanjut, seiring dengan perkembangan peradaban manusia hingga
pada masa manusia modern maka pendidikan menjadi lebih terorganisir dari yang
awalnya sebatas individual orang tua mendidik anak ataupun masyarakat
melestarikan budayanya.
Menurut Jalaludin (2001 : 68)
Proses yang tak jauh berbeda terjadi dan berlangsung pula di masyarakat
yang sudah maju (modern). Para orang tua juga memberi perhatian terhadap
putra-putri, generasi muda masyarakatnya. Tujuan dan misi pendidikan yang
dilaksanakan, pada prinsipnya sama, yaitu memberi bimbingan agar dapat
hidup mandiri. Bimbingan diberikan oleh generasi tua (orang tua atau guru)
kepada generasi muda (putera-puteri atau peserta didik) agar dapat
meneruskan dan melestarikan tradisi yang hidup di masyarakat.
Perbedaannya terletak pada sistem dan pola pelaksanaanya. Di masyarakat
modern pendidikan sudah menjadi potensi yang terorganisasi dengan baik.
Penyelenggaraannya dilakukan oleh institusi yang artifisial, yang secara
formal disebut sekolah.
Menurut Langeveld (Pidarta, 2003: 10), mendidik adalah memberi
pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa)
dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri
sendiri dan bertanggungjawab susila atas segala tindakannya menurut pilihannya
sendiri.
17
Dari beberapa pendapat yang mendefinisikan pendidikan secara lintas masa
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan pada dasarnya adalah
upaya manusia untuk mempertahankan keberlanjutan kehidupannya yang tidak
hanya keberlanjutan keberadaan fisik atau raganya akan tetapi juga keberlanjutan
kualitas jiwa dan peradabannya dalam arti terjadi peningkatan kualitas budayanya,
baik melalui pendidikan yang dilaksanakan secara alami oleh orang tua kepada
anak atau masyarakat kepada generasinya hingga pendidikan yang yang
diselenggarakan oleh organisasi-organisasi pendidikan yang lebih mudah dikenal
dengan istilah sekolah, baik formal maupun non formal. Sehingga pendidikan itu
berlangsung seumur hidup atau lebih dikenal dengan sebutan long-life education.
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pedidikan biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan akhir (ultimate
aims of education). Secara umum tujuan pendidikan ialah kematangan dan
integritas pribadi. Ada pula yang merumuskan dengan kata kesempurnaan
(perfection). Bagi kaum Naturalis, dengan tokohnya JJ. Rousseau, menyatakan
bahwa tujuan akhir pendidikan adalah self-realisasi potensi-potensi manusia
menjadi kenyataan di dalam tindakan yang nyata. Seperti dikatakan Rousseau: ...
education should aim to perfect the individual in all his powers ..., the education
is not to make a soldier, magistrate, or priest, but to make a man. Maksudnya
pendidikan harus bertujuan untuk menyempurnakan semua potensi individu...,
pendidikan bukan bertujuan untuk membina manusia menjadi prajurit, seorang
hakim, melainkan untuk membina seseorang menjadi manusia.
Pada dasarnya, pendidikan di semua institusi dan tingkat pendidikan
mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan anak manusia
menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, tujuan
pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada Undang-undang RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan undang-undang tersebut.
Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
18
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
19
b. Membantu manusia membersihkan nafsaniyahnya dari segala potensi fujur
dengan mengembangkan potensi taqwa menjadi energi kinetik dalam
kehidupan insan kamil.
c. Membantu manusia mengasah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi
sehingga mampu mempelajari ayat-ayat Allah (Quraniyah dan kauniyah).
20
baik ke seluruh unsur pembelajaran baik pada bahan ajar, skenario
pembelajaran maupun pada manajemen kelas. Proses ini juga harus ada di
dalam kurikulum.
21
c. Menurut John Dewey (Wistohadi, 2014)
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses penggalian dan
pengolahan pengalaman secara terus-menerus. Inti pendidikan tidak terletak
dalam usaha menyesuaikan dengan standar kebaikan, kebenaran dan keindahan
yang abadi, melainkan dalam usaha untuk terus menerus menyusun kembali
(reconstruction) dan menata ulang (reorganization) pengalaman hidup subjek
didik. Perumusan teknis tentang pendidikan, yakni “menyusun kembali dan
menata ulang pengalaman yang menambahkan arti pada pengalaman tersebut, dan
yang menambah kemampuan untuk mengarahkan jalan bagi pengalaman
berikutnya”. Dengan kata lain, pendidikan haruslah memampukan subjek didik
untuk menafsirkan dan memaknai rangkaian pengalamannya sedemikian rupa,
sehingga ia terus bertumbuh dan diperkaya oleh pengalaman tersebut. Hakikat
pendidikan semacam itu, berimplikasi pada segenap komponen pendidikan
lainnya, misalnya kurikulum, metode pendidikan, peserta didik, dan peran guru.
Segenap komponen pendidikan lainnya harus mendukung bagi terwujudnya
idealisasi pendidikan yang menempatkan pengalaman sebagai basis orientasinya.
22
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia
tidak sekadar hak moral melainkan juga hak konstitusional. Ini sesuai dengan
ketentuan UUD 1945 (pascaperubahan), khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang
menyatakan, “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” Kemudian Pasal 31
ayat (1) menyatakan “Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.” Hak-
hak dasar itu adalah akibat logis dari dasar negara Pancasila yang dianut oleh
bangsa Indonesia.
Permendikbud No 20 Tahun 2016 menjelaskan tentang Sesuai sasaran
pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang
berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-
nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;
b. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan
yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
c. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
23
C. Peranan Manusia dan Pendidikan sebagai Peningkatan Mutu
Kehidupan
1. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan
Dalam era pembangunan diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas
secara utuh. Konsepsi manusia seutuhnya menunut Noor Syam dalam buku
Pangantar Dasar-dasar Kependidikin (1980), mencakup pengertian (1) Keutuhan
potensi manusia sebagai subjek yang berkembang, (2) Keutuhan wawasan
(orientasi) manusia sebagai subjet yang sadar nilai (yang menghayati dan yakin
akan cita-cita dan tujuan hidupnya). Potensi-potensi manusia sebagai subjek yang
berkembang meliputi (1) potensi jasmaniah: fisik, badan dan pancaindera yang
sehat (normal). (2) potensi pikir (akal, rasio, inteligensi), (3) potensi rasa
(perasaan, emosi) baik perasaan etis moral maupun perasaan estetis, (4) potensi
karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kocenderungan-kecenderungan
nafsu termasuk Prakarsa). (5) potensi cipta (daya cipta kreativitas, fantasi dan
imajinasi) (6) potensi karya (kemampuan menghasilkan, kerja, amal sebagai
tindak lanjut dari point 1 sampai dengan 5, atau tindakan dan lakon manusia), dan
(7) potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hari, conscienci, geweten
atau gewessen yang bersifat super rasional). Ketujuh potensi itu merupakan
potensi dan watak bawaan yang potensial. Aktualisasi dari ketujuh potensi
tersebut menentukan kualitas pribadi seseorang.
Konsepsi keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subjek yang sadar
nilai. Tingkah laku manusia terutama yang dewasa dan berpendidikan dipengaruhi
oleh wawsan atau orientasi terhadap nilai-nilai yang ada dalam kehidupan dan
telah diakui kebenarannya. Wawasan tersebut meliputi (1) wawasan dunia akhirat:
cara pandang manusia tentang kehidupan di dunia yang pasti akan berakhir
dengan kematian, selanjutnya akan diteruskan dalam kehidupan akhirat. Sesuai
dengan pandangan ini manusia berusaha untuk memperoleh kehidupan yang baik
di akhirat, selain kehidupan yang baik di dunia, untuk itu manusia berusaha untuk
berbuat baik dan meninggalkan dosa, (2) wawasan indivudalitas dan sosial yang
seimbang, artinya tingkah laku manusia yang didasarkan atas keseimbangan
antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat (3) wawasan jasmaniah
dan rokhaniah, yaitu kesadaran pribadi akan adanya kebutuhan jasmaniah seperti
24
kesehatan, makanan bergizi, olahraga, rekreasi, dan sebagainya ; dan kesadaran
akan kebutuhan rokhani akan nilai-nilai budaya, ilmu pengetahuan, kesenian dan
nilai agama, dan (4) wawasan masa lampau dan masa datang, yaitu cara pandang
manusia untuk memperoleh kebahagiaan atau kesejahteraan di masa datang
dengan bercermin dari pengalaman masa lampau.
Sesuai dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia yang
berkualitas yaitu manusia yang mmapu untuk mengembangkan potensi-potensi
yang dimilikinya secara optimal dan seimbang sehingga potensi-potensi tersebut
dapat diakutualisasikan dalam kehidupan berupa tingkah laku dan perbuatan;
tingkah laku dan perbuatan yang merupakan aktualisasi dari potensi-potensi
tersebut perlu didasari dengan atau berorientsi pada nilai-nilai dalam kehidupan
yang memberikan arah dan pertimbangan dalam bertingkah laku.
Dalam rangka meningkatkan kualitas manusia sebagai sumberdaya
pembangunan Emil Salim (1991) mengemukakan perlunya penekanan terhadap
beberapa segi kualitas manusia yang meliputi :
1. Kualitas spiritual
Yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam hubungan ini
perlu ditumbuhkan kesadaran mengembangkan segi-segi kehidupan spiritual yang
benar dan menghindari subjektivisme intuisi yang tidak tidak terkontrol oleh
dimensi sosial yang menjurus pada kultur. Segi-segi kehidupan spiritual seperti
iman, tagwa dan moralitas perlu ditingkatkan. Dengan kemudian kepada Tuhan
Yang Maha Esa manusia sebagai makhluk individu yang bebas akan mamiliki
kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam pembentukan kepribadian.
Untuk mengembangkan kepribadian manusia memerlukan cara peribadatan untuk
mencapai kualitas spiritual umum yaitu taqwa.
2. Kualitas kemasyarakatan dan kualitas berbangsa
Masyarakat Indonesia bersifat majemuk, sehingga diperlukan keterikatan
lintas kelompok sebagaimana tercermin dalam kualitas bermasyarakat dan
berbangsa. Sebagai indikasi kualitas ini adalah kesetiakawanan sosial, tanggung
jawab dan disiplin sosial. kesetiakawanan sosial akan tumbuh subur bila
diimbangi dengan pertumbuhan keadilan sosial, dimana sermua diperlakukan
secara adil dan mempunyai kesempatan sama. Tanggungjawab dan disiplin sosial
25
tercermin pada kesadaran meletakkan kepentingan umurm di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Komitmen ini harus tumbuh atas dasar pemahaman dan
bukan paksaan dari luar.
3. Kualitas kekaryaan
Kualitas kekaryaan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pribadi
(kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman sikap kerja), faktor
lingkungan dalam organisasi (situasi kerja, kepemimpinan), dan faktor lingkungan
luar organisasi (nilai-nilai sosial, keadaan ekonomi dan lain-lain).
26
nasional melalui kegiatan evaluasi pendidikan, sebagaimana tertuang dalam pasal
57 ayat 1, bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian kualitas
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Undang-Undang Sisdiknas,
2003).
Tanpa menghasilkan lulusan yang bermutu, program pendidikan bukanlah
suatu investasi SDM melainkan justru pemborosan baik dari segi biaya, tenaga
dan waktu, serta akan menimbulkan masalah sosial. Pendidikan yang berorentasi
mutu meliputi:
a. Keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari angka partisipasi murid
tetapi lebih pada tingkat literasi yang dikuasai,
b. Sekolah tidak diukur dari menterengnya fasilitas fisik serta proses kurikuler
yang dijalankan, melainkan dari kualitas dan kuantitas lulusannya.
c. Standardisasi kualitas lulusan secara nasional, adalah lebih penting dari pada
standardisasi kurikulum dan sarananya.
d. Adanya kepedulian yang tinggi terhadap mutu, yang manifestasinya adalah
dilakukannya manajemen mutu (quality control, quality assurance, and
quality improvement).
Mutu kehidupan manusia yang dipengaruhi adanya pendidikan, dalam
bentuk pengendalian pertumbuhan penduduk. Pengendalian pertumbuhan
penduduk mutlak diperlukan, bukan saja oleh karena pertumbuhan penduduk yang
tinggi akan mengurangi serta memperlambat pencapaian sasaran peningkatan
kesejahteraan rakyat secara menyeluruh, melainkan karena pertumbuhan yang
tinggi juga akan mempengaruhi secara kurang menguntungkan kesejahteraan
keluarga dan perkembangan mutu sumber daya manusia.
Oleh karena itu pengendalian pertumbuhan penduduk akan ditingkatkan dan
diintensifkan dalam Repelita V. Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama akan
dilaksanakan melalui penurunan tingkat kelahiran, penurunan tingkat kematian dan
peningkatan mutu penduduk.
a. Penurunan Tingkat Kelahiran
Penurunan tingkat kelahiran terutama akan diusahakan secara langsung melalui
pemantapan pelaksanaan program keluarga berencana yang diarahkan pada
27
pengikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada. Usaha ini perlu
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sehingga dapat tercipta suatu gerakan
keluarga berencana. Kebijaksanaan penurunan tingkat kelahiran perlu pula dibarengi
dengan kebijaksanaan yang di arahkan kepada usaha meningkatkan umur perkawinan
dan umur persalinan pertama, dan dengan upaya meningkatkan kesadaran penduduk
akan kegunaan dan keuntungan mempunyai anak sedikit. Kebijaksanaan ini selanjutnya
akan mendorong pelembagaan. Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) di samping akan mempercepat penurunan tingkat kelahiran.
Penurunan tingkat kematian, terutama kematian bayi, anak dan ibu, serta
peningkatan usia harapan hidup pada saat lahir, dilaksanakan melalui kebijaksanaan
peningkatan status kesehatan dan gizi, peningkatan pelayanan kesehatan, pening-katan
kesehatan lingkungan dan peningkatan keselamatan kerja.
Sesuai dengan amanat GBHN usaha langsung untuk menurun kan tingkat
kelahiran adalah melalui kebijaksanaan pelaksanaan keluarga berencana. Di samping itu
GBHN juga menekankan pentingnya keberhasilan pelaksanaan keluarga berencana
karena ketidakberhasilannya akan membahayakan generasi yang akan datang. Dengan
makin banyaknya peserta keluarga berencana, maka akan dapat diusahakan secara
lebih efektif penurunan tingkat kematian dan peningkatan peranan wanita dalam pem
bangunan yang akhirnya akan menurunkan tingkat kelahiran.
Sementara itu peningkatan kegiatan pembangunan akan menyebabkan kenaikan
pendapatan masyarakat. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan pendidikan minimum yang dibutuhkan oleh peningkatan
kegiatan pembangunan. Oleh karena itu peranan anak sebagai sumber tenaga kerja
menjadi berkurang. Hal ini berarti bahwa jumlah angkatan kerja di bawah umur 15 tahun
akan menurun. Perkembangan yang demikian akan membuka kemungkinan terjadi nya
kenaikan usia kawin. Keadaan ini akan mengurangi dorongan untuk mempunyai jumlah
anak yang besar dan selanjutnya menu runkan tingkat kelahiran.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tercapainya berbagai sasaran
pembangunan baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan
sumbangan positif bagi tercapainya sasaran di bidang kependudukan, yaitu menurunkan
angka fertilitas total dari 3,48 per wanita umur 15 - 49 tahun pada tahun 1988 menjadi
2,99 pada tahun 1993.
28
Penundaan usia kawin baik bagi pria maupun wanita akan memperlambat
kelahiran anak pertama. Kawin pada usia muda memperpanjang masa reproduksi dan
mengarah kepada tingkat kelahiran yang tinggi. Oleh karena itu berbagai usaha ke arah
peningkatan usia kawin perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Untuk itu perlu diusahakan
agar laki-laki menikah serendah rendahnya pada usia 25 tahun, sedangkan wanita pada
usia 20 tahun. Dalam hubungan ini usaha-usaha penerangan dan konsultasi perkawinan
akan terus ditingkatkan sehingga tercapai tujuan peningkatan umur perkawinan.
Sementara itu penerangan perkawinan juga diberikan kepada mereka yang akan
melangsungkan perkawinan agar bersedia menunda kelahiran anak pertamanya.
Penundaan perkawinan dan kelahiran anak pertama juga akan memberikan
dampak pada peningkatan sumber daya manusia. Mereka yang kawin pada usia yang
lebih dewasa akan melahirkan anak yang lebih sehat dan dapat merawat anaknya secara
lebih baik dan sehat. Dengan demikian, anak-anak yang dilahirkan tersebut diharapkan
mempunyai kualitas yang lebih baik dan merupakan sumber daya manusia yang lebih
tangguh.
Peningkatan peranan wanita akan berpengaruh positif pada penundaan usia
perkawinan dan ini berarti akan menurunkan tingkat kelahiran. Oleh karena itu
kebijaksanaan dan usaha peningkatan peranan wanita dalam pembangunan terus
dilaksanakan. Dalam kaitan ini maka partisipasi organisasi-organisasi wanita dalam
berbagai aspek pembangunan kependudukan akan terus didorong.
b. Penurunan Tingkat Kematian
Usaha-usaha pembangunan kependudukan secara keseluruhan telah dapat
meningkatkan tingkat harapan hidup dari 56 tahun pada tahun 1983 menjadi 63 tahun
pada tahun 1988. Di samping itu, tingkat kematian khususnya kematian bayi juga sudah
me nurun, yaitu dari 90 bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1983 menjadi 58 per
1.000 kelahiran pada tahun 1988. Walaupun demikian, tingkat kematian bayi tersebut
masih dira sakan terlalu tinggi sehingga usaha penurunannya masih terus dilaksanakan
selama Repelita V. Dalam Repelita V secara nasional tingkat kematian bayi diharapkan
dapat diturunkan dari 58 per 1.000 kelahiran pada akhir Repelita IV menjadi sekitar 50
per 1.000 kelahiran pada akhir Repelita V. Sasaran penurunan tingkat kematian bayi ini
akan dibarengi dengan penurunan tingkat kematian kasar dari 7,9 per 1.000 penduduk
pada tahun 1988 menjadi sekitar 7,5 per 1.000 penduduk pada tahun 1993. Sementara itu,
29
angka harapan hidup waktu lahir diharapkan meningkat dari 63 tahun pada tahun 1988
menjadi sekitar 65 tahun pada tahun 1993.
c. Peningkatan Mutu Penduduk
Peningkatan status gizi penduduk amat penting peranannya dalam pencapaian
sasaran-sasaran kependudukan. Kebijaksanaan di bidang pangan dan gizi secara umum
ditujukan bagi pening -katan upaya penyediaan pangan dan penganekaragaman pola kon
-sumsi pangan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan gizi pendu duk yang semakin
bermutu secara merata. Namun secara khusus dalam rangka menurunkan tingkat
kematian dan memperpanjang tingkat harapan hidup, maka kebijaksanaan pangan dan
perbaik an gizi terutama ditujukan bagi peningkatan keadaan gizi kelompok-kelompok
tertentu yang mengalami penyakit kekurangan gizi, yaitu penyakit kurang kalori protein,
kekurangan vi tamin A, gondok endemik dan anemia gizi besi. Kelompok sasaran usaha-
usaha tersebut adalah golongan penduduk rawan gizi termasuk anak balita, ibu hamil dan
menyusui dan anak-anak sekolah dasar, baik di kota maupun di desa, serta golongan
masyarakat berpendapatan rendah.
Pendidikan penting peranannya dalam usaha mencapai sasaran-sasaran
kependudukan terutama melalui perubahan sikap dan perilaku terhadap suatu tatanan
kehidupan yang baru. Kesadaran dan kemampuan yang dibutuhkan dalam rangka
melaksa nakan cara hidup sehat, pengendalian kelahiran, peningkatan kemampuan dan
kualitas sumber daya manusia, serta keserasian antara kependudukan dan lingkungan
hidup, dapat dipercepat peningkatannya melalui pendidikan. Sejalan dengan itu maka
usaha-usaha di bidang pendidikan terus ditingkatkan.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam Repelita V adalah meningkatnya jumlah
penduduk yang memerlukan sarana dan pra-sarana sekolah menengah. Dalam hubungan
ini akan dilaksanakan perluasan kesempatan belajar pada tingkat pendidikan me nengah
dengan meningkatkan daya tampung pendidikan formal dan non formal, serta
meningkatkan partisipasi perguruan swasta.
Sejalan dengan hal tersebut, akan ditingkatkan pula daya tampung,
produktivitas dan kualitas pendidikan tingkat sekolah lanjutan atas, kejuruan,
politeknik dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan
peningkatan kualitas manusia serta sumber daya manusia.
30
Usaha-usaha peningkatan pendidikan dan keterampilan juga diarahkan pada
kemampuan untuk meningkatkan perluasan lapangan kerja dan partisipasi produktif
angkatan kerja guna mengu rangi beban ketergantungan. Di samping itu usaha-usaha
peme rataan pendapatan dan kesempatan kerja tersebut diharapkan akan dapat
mengurangi motivasi ke arah keinginan mempunyai anak dalam jumlah yang banyak.
Sejalan dengan itu, dalam rangka pengendalian kelahiran serta peningkatan mutu sumber
daya manusia langkah-langkah dan kebijaksanaan pembangunan bagi perluasan lapangan
kerja dan pemerataan pendapatan di lanjutkan dan ditingkatkan.
Masalah kependudukan merupakan masalah jangka panjang sehingga
pemecahannya pun memerlukan waktu yang lama. Di samping itu keadaan penduduk
Indonesia yang muda juga menuntut peningkatan kesadaran akan masalah kependudukan
dari generasi muda. Dalam hubungan ini GBHN menekankan agar pendidikan
kependudukan, termasuk keluarga berencana, ditingkatkan sehingga menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, terutama generasi muda.
Usaha di bidang pendidikan kependudukan yang telah dilaksanakan dalam
Repelita-repelita sebelumnya akan dimantap kan dalam Repelita V. Untuk itu pendidikan
kependudukan di integrasikan kedalam berbagai pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan formal dan pendidikan non formal. Melalui pendidikan kependudukan,
maka setiap anak didik diharapkan memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan
tingkah laku yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh
pertambahan penduduk terhadap kehidupan manusia. Sejalan dengan hal tersebut
perlu pula dikembangkan sikap kemandirian, kewiraswastaan dan swakarsa di
kalangan generasi muda, khususnya di kalangan anak didik melalui metode dan isi
pendidikan.
Adapun lembaga terkait yang berperan dalam peningkatan mutu kehidupan
manusia ini:
a. Pemerintah
Pemerintah selaku aparat yang menjadi ujung tombak dalam membina
masyarakat untuk menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya pengendalian
laju pertumbuhan penduduk dewasa ini. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
pemerintah diantaranya dengan penetapkan peraturan mengenai Keluarga
31
Berencana (KB), menetapakan program-program kerja pemerintah baik jangka
panjang maupun jangka pendek.
c. Sekolah
Sekolah sebagai salah satu tempat yang paling memungkinkan untuk
pemberian penyuluhan maupun sosialisasi mengenai masalah-masalah yang
dihadapi dewasa ini misalnya masalah pertumbuhan penduduk yang
mempengaruhi permasalahan bangsa diantaranya masalah kriminalitas,
pengangguran dan lain-lain. Di sekolah guru sebagai orang yang paling dianggap
sebagai orang yang paling penting dalam pemberian dan pengarah diharapakan
dapat membantu pemerintah dalam pelaksanaan program-program yang telah di
rencanakan.
32
BAB III
PEMBAHASAN
A. Matriks Perbandingan Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam, Barat, dan Indonesia
Tabel 1. Perbandingan Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam, Barat, dan Indonesia
Pandangan Islam Pandangan Barat Pandangan Indonesia
Ontology Ontology Ontology
1. Manusia sebagai hamba Allah (Abd Allah) 1. Pandangan psikoanalitik 1. Kemampuan menyadari diri
2. Manusia sebagai al-Nas Hakikatnya manusia digerakkan oleh dorongan- 2. Kemampuan bereksistensi
3. Manusia sebagai khalifah Allah dorongan dari dalam dirinya yang bersifat 3. Pemilikkan kata hati (Conscience of Man)
4. Manusia sebagai Bani Adam instingtif. 4. Moral dan aturan
5. Manusia sebagai al-Insan 2. Pandangan humanistic 5. Kemampuan bertanggung jawab
Manusia memiliki dorongan-dorongan dari 6. Rasa kebebasan
Epistemology dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya 7. Kesediaan melakukan kewajiban dan
1. Manusia sebagai hamba Allah (Abd Allah) mencapai tujuan yang positif. menyadari hak
Mengabdi dan taat kepada Allah, dalam hal: 3. Pandangan Martin Buber 8. Kemampuan menghayati kebahagian
a. Ucapan Manusia adalah sebuah eksistensi atau
b. Perbuatan keberadaan yang memiliki potensi namun Epistemology
c. Keikhlasan hati dibatasi oleh kesemestaan alam 1. Kemampuan menyadari diri
2. Manusia sebagai al-Nas 4. Pandangan bahavioristik Melalui kemampuan ini manusia betul-betul
Manusia sebagai makhluk sosial, yang Manusia sebagai makhluk yang reaktif dan mampu menyadari bahwa dirinya memiliki ciri
membutuhkan manusia dan hal lainnya di luar tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor yang khas atau karakteristik diri.
dirinya. Sesuai dengan Surat An-Nisa’ ayat 1 dari luar dirinya, yaitu lingkungannya. 2. Kemampuan bereksistensi
5. Pandangan mekanistik Manusia punya kebebasan dalam ke‘beradaan’
Semua benda yang ada di dunia ini termasuk nya
makhluk hidup dipandang sebagai sebagai 3. Pemilikkan kata hati
mesin, dan semua proses termasuk proses Kata hati akan melahirkan kemampuan untuk
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertaqwalaha psikologi pada akhirnya dapat diredusir menjadi membedakan kebaikan dan keburukan serta kata
33
Pandangan Islam Pandangan Barat Pandangan Indonesia
kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu proses fisik dan kimiawi. hati merupakan petunjuk bagi moral dan
dari seorang diri, dan dari padanya Allah 6. Pandangan Organismik perbuatan.
menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Manusia sebagai suatu keseluruhan (gestalt), 4. Moral dan aturan
Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan yang lebih dari pada hanya penjumlahan dari Perbuatan yang merupakan wujud dari kata hati.
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah bagian-bagian. Pada hakikatnya manusia bersifat Moral juga biasa disebut dengan etika.
kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya aktif, keutuhan yang terorganisasi dan selalu 5. Kemampuan bertanggung jawab
kamu saling meminta satu sama lain dan berubah. Manusia yang memiliki rasa tanggung jawab,
peliharalah hubungan silaturahim. 7. Pandangan Konstektual baik itu tanggung jawab kepada Tuhan,
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Manusia tidak independent, melainkan masyarakat ataupun pada dirinya sendiri.
mengawasi kamu.” merupakan bagian dari lingkungannya. Manusia 6. Rasa Kebebasan
3. Manusia sebagai khalifah Allah adalah individu yang aktif dan organisme sosial. Kebebasan yang dimaksud di sini adalah rasa
Manusia sebagai penguasa yang mengatur apa bebas yang harus sesuai dengan kodrat manusia.
yang ada di bumi dan harus mampu Epistemology 7. Kesediaan melakukan kewajiban dan menyadari
memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk 1. Pandangan psikoanalitik hak
kemaslahatannya. Sesuai dengan Surat Shad ayat Dasar epistemology hakikat manusia menurut Manusia memiliki kewajiban dan hak. Manusia
26 pandangan psikoanalitik adalah tingkah laku baru bisa mempunyai rasa kebebasan apabila ia
seorang manusia diatur dan dikontrol oleh telah melaksanakan kewajibannya dengan baik
kekuatan psikologis yang memang ada dalam dan mendapatkan haknya secara adil.
diri manusia. 8. Kemampuan menghayati kebahagiaan
2. Pandangan humanistic Kebahagian bisa diartikan sebagai kumpulan
Dasar epistemology hakikat manusia menurut dari rasa gembira, senang, nikmat yang dialami
Artinya: “Hai Daud, sesungguhnya Kami pandangan humanistic adalah manusia itu terus oleh manusia. Kebahagian seorang manusia
menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka berubah dan berkembang untuk menjadi pribadi dipengaruhi oleh rasa dan akal pikiran.
bumi, maka berilah keputusan di antara manusia yang lebih baik dan lebih sempurna.
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa 3. Pandangan Martin Buber Aksiologi
nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari Dasar epistemology hakikat manusia menurut 1. Kemampuan menyadari diri
jalan Allah. …” pandangan Martin Buber adalah perbuatan Dapat membuat manusia sadar akan potensi diri,
4. Manusia sebagai Bani Adam ataupun perkataan manusia tidak bisa diprediksi. bisa beradaptasi dengan lingkungannya, serta
Manusia adalah keturunan Adam dan bukan Manusia bisa melakukan hal benar ataupun hal mengembangkan aspek sosialitas diluar dirinya.
berasal dari hasil evolusi dari makhluk lain salah.
34
Pandangan Islam Pandangan Barat Pandangan Indonesia
seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin, 2. Kemampuan bereksistensi
sesuai dengan Surat Al-A’raf ayat 26-27 4. Pandangan Behavioristik Manusia mampu menjadi manajer bagi
Dasar epistemology hakikat manusia menurut lingkungannya dan mampu mengatasi masalah
pandangan behavioristic adalah manusia dalam hidupnya dan siap menyambut masa
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku depannya.
dilingkungannya. 3. Pemilikan kata hati
5. Pandangan Mekanistik Manusia akan memiliki kecerdasan akal budi
Dasar epistemology hakikat manusia menurut sehingga mampu membuat keputusan yang
pandangan mekanistik adalah manusia benar atau yang salah
disamakan/ disetarakan dengan mesin, dimana 4. Moral dan aturan
potensi manusia itu hanya bisa diaktivasi oleh Manusia memiliki peraturan yang kuat dalam
Artinya : “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami kekuatan dari luar dirinya hidupnya, sehingga mampu mewujudkanya
telah menurunkan kepadamu pakaian untuk 6. Pandangan Organismik dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan
menutup auratmu dan pakaian indah untuk Dasar epistemology hakikat manusia menurut nilai-nilai moral tersebut.
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang pandangan organismik adalah manusia memiliki 5. Kemampuan bertanggung jawab
paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian kemampuan aktualisasi diri melalui Dapat membuat manusia berpikir sebelum
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga pengembangan potensi yang telah ada pada diri bertindak, karena akan ada tanggung jawab yang
mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah manusia. akan diembannya jika melakukan sesuatu atau
kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah 7. Pandangan Konstekstual memutuskan sesuatu
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga…” Dasar epistemology hakikat manusia menurut 6. Rasa kebebasan
5. Manusia sebagai al-Insan pandangan konstekstual adalah manusia tidak Manusia bebas berbuat selama perbuatan itu
a. Manusia memiliki potensi yang diberikan bisa hidup sendiri, melainkan membutuhkan tetap sesuai dengan kata hati yang baik maupun
Allah kepadanya untuk dikembangkan, bantuan dari orang lain sebagai organisme sosial. moral atau etika
seperti kemampuan berbicara, kemampuan 7. Kesediaan melakukan kewajiban dan menyadari
menguasai ilmu pengetahuan Aksiologi hak
b. Manusia sebagai al-Insan menggambarkan 1. Pandangan psikoanalitik Dapat membuat hidup manusia menjadi teratur
manusia dengan segala totalitasnya secara Dalam hidupnya, semua tindakan dan ucapan dan sesuai dengan aturan yang berlaku di
biologis. Struktur postur tubuh manusia manusia dapat diatur oleh dirinya sendiri. lingkungannya. Karena menyadari akan
terlihat demikian sempurna, serasi, dan Sehingga dapat membuat dirinya sebagai kewajiban dan haknya sebagai manusia
harmonis manusia tau mana yang akan dilakukan dan tidak 8. Kemampuan menghayati kebahagiaan
35
Pandangan Islam Pandangan Barat Pandangan Indonesia
6. Manusia sebagai makhluk biologis (al-Basyar) untuk dilakukan Manusia akan lebih mensyukuri nikmat Tuhan
Manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara 2. Pandangan humanistic yang telah diberikan dalam hidupnya
umum terikat kepada kaedah umum makhluk Manusia dapat menentukan nasibnya sendiri,
biologis seperti berkembang biak, mengalami dan manusia akan menjadi makhluk individu dan
fase pertumbuhan dan perkembangan, serta makhluk sosial
memerlukan makanan untuk hidup, dan pada 3. Pandangan Martin Buber
akhirnya mengalami kematian Dasar aksiologi hakikat manusia menurut
pandangan Martin Buber adalah manusia dalam
Aksiologi kehidupannya, bisa menjadi orang benar ataupun
1. Manusia sebagai hamba Allah (Abd Allah) orang yang salah. Tergantung bagaimana si
Manusia sebagai hamba Allah dengan bertaat dan manusia menanggapi hal hal yang terjadi di
mengabdi kepada Allah menjadikannya sebagai kehidupannya.
manusia yang taat, patuh, dan mampu melakoni 4. Pandangan behavioristic
perannya sebagai hamba yang hanya Dasar aksiologi hakikat manusia menurut
mengharapkan ridha Allah pandangan behavioristic adalah lingkungan
2. Manusia sebagai al-Nas mempunyai peranan penting dalam membentuk
Manusia sebagai al-Nas (makhluk sosial) watak manusia. Manusia berbuat sesuai norma
membutuhkan manusia dan hal lain diluar dirinya yang berlaku di lingkungan hidupnya
untuk mengembangkan potensi yang ada dalam 5. Pandangan mekanistik
dirinya agar dapat menjadi bagian dari Dasar aksiologi hakikat manusia menurut
lingkungan soisal dan masyarakatnya pandangan mekanistik adalah potensi manusia
3. Manusia sebagai khalifah Allah tidak bisa dikembangkan oleh manusia itu
Manusia sebagai pengatur di bumi untuk dapat: sendiri, melainkan membutuhkan bantuan dari
a. Memakmurkan bumi luar dirinya karena manusia diibaratkan sebagai
Manusia harus mengeksplorasi kekayaan mesin yang membutuhkan bantuan untuk
bumi untuk dapat dimanfaatkan oleh semua diaktivasi.
umat manusia di bumi, dengan tetap menjaga 6. Pandangan organismic
kekayaan agar tidak punah Dasar aksiologi hakikat manusia menurut
b. Memelihara bumi pandangan organismic adalah manusia memiliki
Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu banyak potensi yang ada dalam dirinya, sehingga
36
Pandangan Islam Pandangan Barat Pandangan Indonesia
merusak dan menghancurkan alam demi mampu untuk menghadapi permasalahan yang
kepentingan sesaat ada dikehidupannya
4. Manusia sebagai Bani Adam 7. Pandangan kontekstual
Manusia sebagai keturunan Adam untuk dapat Dasar aksiologi hakikat manusia menurut
membina hubungan persaudaraan antar sesama pandangan konstekstual adalah manusia dapat
manusia dan menyatakan bahwa semua manusia berbaur dan berkomunikasi dengan orang lain
berasal dari keturunan yang sama. Manusia yang ada di lingkungannya.
dengan latar belakang sosial kultural, agama,
bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai
sama, dan harus diperlakukan dengan sama.
5. Manusia sebagai al-Insan
a. Dengan mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya manusia bisa dengan mudah
menjalankan hidupnya.
b. Dengan struktur tubuh yang sempurna,
manusia dapat bergerak dengan lincah dan
dapat mengatur posisi tubuhnya. Sehingga
dapat melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan dirinya.
6. Manusia sebagai makhluk biologis (al-Basyar)
Dasar aksiologis manusia sebagai makhluk
biologis (al-Basyar) ialah dapat meneruskan
keturunannya.
Analisis Penulis
Berdasarkan uraian hakikat manusia menurut pandangan Islam, Barat, dan Indonesia, disimpulkan bahwa hakikat manusia itu adalah jika dari sisi penciptaannya
adalah makhluk yang sempurna karena dibekali dengan akal dan nafsu. Maka dengan akal itulah manusia itu akan selalu berfikir tentang
kelangsungan hidupnya dan generasinya. Selain itu, dilihat dari sisi sosial tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain. Antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut, muncul berbagai interaksi dan kegiatan dalam
kehidupan manusia (hablumminnanas).
37
Pandangan Islam Pandangan Barat Pandangan Indonesia
38
B. Matriks Perbandingan Hakikat Pendidikan Menurut Pandangan Islam, Barat, dan Indonesia
Tabel 2. Perbandingan Hakikat Pendidikan Menurut Pandangan Islam, Barat, dan Indonesia
Pandangan Islam Pandangan Barat Pandangan Indonesia
Ontology Ontology Ontology
Pendidikan pada hakikatnya adalah Tazkiyatu- 1. Prof. Lodge 1. Pendidikan merupakan proses interaksi
Nafs. Tazkiyatun-nafs sebagai konsep dasar Pendidikan dalam arti luas ialah semua manusiawi yang ditandai keseimbangan antara
pendidikan Islam akan menempatkan pendidikan pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pada landasan asasi pembentukan karakter generasi adalah pendidikan atau pendidikan adalah hidup pendidik;
Robbani yang berakhlakul karimah sebagaimana 2. Burbacher 2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek
dicita-citakan semua pihak. Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik didik menghadapi lingkungan yang mengalami
dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian perubahan yang semakin pesat;
Epistemology dirinya dengan alam, dengan teman dan alam 3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan
1. Proses tazkiyatun-nafs harus berisi aktivitas- semesta. pribadi dan masyarakat;
aktivitas yang mampu membawa peserta didik 3. John Dewey 4. Pendidikan berlangsung seumur hidup;
mengenal Allah melalui aktivitas fikir dan dzikir Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan
dalam setiap keadaan. proses penggalian dan pengolahan pengalaman prinsip-prinsip ilmu
2. Proses tazkiyatun-nafs harus berisi aktivitas secara terus-menerus.
yang mampu mengasah kecerdasan intelektual Epistemology
dan kecerdasan emosi siswa. Epistemology Peserta didik mencoba untuk mencari tahu
3. Proses tazkiyatun-nafs berisi kegiatan Hakikat pendidikan menurut John Dewey, secara fenomena tentang dunia fisik. Perilaku yang terkait
pembersihan nafsaniyah siswa sifat-sifat fujur epistemology ialah mampu membuat subjek didik dengan akal termasuk membuat koneksi ke dunia
dan dalam waktu yang bersamaan mampu untuk menafsirkan dan memaknai rangkaian nyata atau pengalaman hidup, koordinasi beberapa
mengembangkan sifat-sifat taqwa yang sudah pengalamannya. Dengan cara menyesuaikan representasi, mengingat solusi, dan menyelesaikan
ditanamkan Allah pada saat penyempurnaan kurikulum, model pembelajaran, peserta didik, dan masalah sebagai salah satu yang masuk akal untuk
nafsinnya. guru sesuai dengan pembelajaran yang digunakan memecahkan. Selain itu, untuk meningktat kualitas
pada saat itu. Seperti pada kurikulum 2013, guru kehidupan pribadi dan masyarakat peserta didik,
Aksiologi berperan sebagai fasilitator, peserta didik yang dapat diterapkan dengan membiasakan peserta
1. Membantu manusia mengasah kecerdasan berperan aktif dalam pembelajaran, dengan salah satu didik untuk selalau bersyukur (mengingat Tuhan
spritual agar mampu mengingat kembali dan model pembelajaran yang dapat digunakan ialah YME) dalam pembelajaran, dengan berdoa
39
Pandangan Islam Pandangan Barat Pandangan Indonesia
memelihara perjanjian imaniyah sehingga discovery learning. sebelum dan sesudah belajar.
manusia benar-benar mengenal Allah sebagai
Tuhannya. Aksiologi Aksiologi
2. Membantu manusia membersihkan Dasar aksiologi dari hakikat pendidikan menurut Dasar aksiologi hakikat pendidikan ialah
nafsaniyahnya dari segala potensi fujur dengan John Dewey ialah dapat membuat peserta didik aktif 1. Dapat mengasah kemampuan peserta didik
mengembangkan potensi taqwa menjadi energi dalam pembelajaran. Dapat menafsirkan dan dalam menghubungkan antara pembelajaran
kinetik dalam kehidupan insan kamil. memaknai rangkaian pengalaman pembelajaran yang dengan dunia nyata
3. Membantu manusia mengasah kecerdasan didapat selama menggunakan model pembelajaran. 2. Dapat membantu peserta didik dalam
intelektual dan kecerdasan emosi sehingga menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
mampu mempelajari ayat-ayat Allah (Quraniyah dengan pembelajaran
dan kauniyah). 3. Peserta didik mendapatkan wawasan baru,
berupa pengalaman yang nyata.
4. Membantu mengasah kemampuan spiritual
peserta didik.
Analisis Penulis
Berdasarkan uraian hakikat pendidikan menurut pandangan Islam, Barat, dan Indonesia, disimpulkan bahwa hakikat pendidikan itu adalah berkesinambungan,
menyeluruh, membuat terjadinya perubahan dari tidak tau menjadi tau dan dari tidak baik menjadi baik. Selain itu hakikat pendidikan itu adalah interaksi antara
manusia dengan lingkungan sekitarnya, mampu meningkatkan kualitas kehidupan dan pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan juga mampu mengasah
kemampuan spiritual peserta didik.
40
C. Matriks Peranan Manusia Dan Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Kehidupan
Tabel 3. Peranan Manusia Dan Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Kehidupan
Peranan Manusia Peranan Pendidikan
Manusia dalam peningkatan mutu kehidupan berperan sebagai perencana, Pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
pelaksana dan sekaligus sebagai pengawas. Untuk bisa berperan sebagai perencana, Dengan adanya pendidikan, dapat menghasilkan lulusan yang
pelaksana, dan pengawas dibutuhkan manusia yang berkualitas. Manusia yang bermutu. Untuk dapat meningkatkan mutu kehidupan, terlebih
berkualitas yaitu manusia yang mampu untuk mengembangkan potensi-potensi dahulu perlu ditingkatkan sumber daya manusia melalui
yang dimilikinya secara optimal dan seimbang sehingga potensi-potensi tersebut pendidika. Berikut ini merupakan pendidikan yang berorentasi
dapat diakutualisasikan dalam kehidupan berupa tingkah laku dan perbuatan; mutu meliputi:
Dalam rangka meningkatkan kualitas manusia sebagai sumberdaya 1. Keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari angka
pembangunan Emil Salim (1991) mengemukakan perlunya penekanan terhadap partisipasi murid tetapi lebih pada tingkat literasi yang
beberapa segi kualitas manusia yang meliputi : dikuasai,
1. Kualitas spiritual 2. Sekolah tidak diukur dari menterengnya fasilitas fisik serta
Yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Untuk proses kurikuler yang dijalankan, melainkan dari kualitas dan
mengembangkan kepribadian manusia memerlukan cara peribadatan untuk kuantitas lulusannya.
mencapai kualitas spiritual umum yaitu taqwa. 3. Standardisasi kualitas lulusan secara nasional, adalah lebih
2. Kualitas kemasyarakatan dan kualitas berbangsa penting dari pada standardisasi kurikulum dan sarananya.
Masyarakat Indonesia bersifat majemuk, sehingga diperlukan keterikatan 4. Adanya kepedulian yang tinggi terhadap mutu, yang
lintas kelompok sebagaimana tercermin dalam kualitas bermasyarakat dan manifestasinya adalah dilakukannya manajemen mutu
berbangsa. Sebagai indikasi kualitas ini adalah kesetiakawanan sosial, tanggung (quality control, quality assurance, and quality
jawab dan disiplin sosial. improvement).
3. Kualitas kekaryaan Mutu kehidupan manusia yang dipengaruhi adanya
Kualitas kekaryaan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pribadi pendidikan dapat dalam bentuk pengendalian pertumbuhan
(kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman sikap kerja), faktor penduduk. Pengendalian pertumbuhan penduduk dapat berupa:
lingkungan dalam organisasi (situasi kerja, kepemimpinan), dan faktor lingkungan 1. Penurunan tingkat kelahiran
luar organisasi (nilai-nilai sosial, keadaan ekonomi dan lain-lain). 2. Penurunan tingkat kematian
Ketiga kualitas tersebut di atas perlu dikembangkan pada diri manusia. 3. Peningkatan mutu penduduk
Dengan pengembangan ketiga kualitas tersebut akan dihasilkan manusia yang
taqwa, memiliki kepekaan sosial dan menjadi pribadi yang mandiri
41
Peranan Manusia Peranan Pendidikan
Analisis Penulis
Berdasarkan peranan manusia dan pendidikan terhadap peningkatan mutu kehidupan yang telah diuraikan, disimpulkan bahwa antara manusia dan
pendidikan memiliki kaitan yang tidak bisa dipisahkan dalam meningkatkan mutu kehidupan. Karena untuk dapat meningkatkan mutu kehidupan,
dibutuhkan manusia yang berkualitas agar dapat berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas. Manusia yang berkualitas dapat dihasilkan dari
pendidikan yang bermutu. Untuk dapat meningkatkan mutu kehidupan, terlebih dahulu ditingkatkan pendidikan sehingga dapat menghasilkan manusia
yang berkualitas.
42
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hakikat manusia menurut pandangan Islam, Barat, dan Indonesia disimpulkan bahwa jika
dari sisi penciptaannya adalah makhluk yang sempurna karena dibekali
dengan akal dan nafsu. Maka dengan akal itulah manusia itu akan selalu
berfikir tentang kelangsungan hidupnya dan generasinya. Selain itu, dilihat
dari sisi sosial tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain. Antara manusia
yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tersebut, muncul berbagai interaksi dan kegiatan dalam
kehidupan manusia (hablumminnanas).
2. Menurut pandangan Barat, Islam, dan Indonesia bahwa hakikat pendidikan
itu adalah berkesinambungan, menyeluruh, membuat terjadinya perubahan
dari tidak tau menjadi tau dan dari tidak baik menjadi baik. Selain itu hakikat
pendidikan itu adalah interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitarnya,
mampu meningkatkan kualitas kehidupan dan pendidikan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan juga mampu mengasah kemampuan spiritual
peserta didik.
3. Manusia dan pendidikan memiliki kaitan yang tidak bisa dipisahkan dalam
meningkatkan mutu kehidupan. Karena untuk dapat meningkatkan mutu
kehidupan, dibutuhkan manusia yang berkualitas agar dapat berperan sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas. Manusia yang berkualitas dapat
dihasilkan dari pendidikan yang bermutu. Untuk dapat meningkatkan mutu
kehidupan, terlebih dahulu ditingkatkan pendidikan sehingga dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas.
B. Saran
Jika dilihat dari hakikat manusia dan hakikat pendidikan itu sendiri, ada
baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta mendalami kajian dari
hakikat manusia dan hakikat pendidikan tersebut.
43
DAFTAR PUSTAKA
44