Professional Documents
Culture Documents
Terdapat 3 periode:
A. Periode 1945 – 1950
- Sangat singkat, antara bulan November 1945 – Desember 1949 (4 Tahun).
- Terdapat 5 pemerintahan.
- Sementara, antara bulan Desember 1949 – September 1950
Federasin (Konsep Kmgraan), pemerintahan bersifat PARLEMENTER, di pimpin oleh HATTA, atau
massa KABINET HATTA.
Kabinet ini :
Konsentrasi pada penyatuan politis wilayah Indonesia ke dalam negara Indonesia Serikat.
Tindakan utama (penting) : REFORMASI MONETER melalui “Devaluasi mata uang secara
serempak dan pemotongan (arti harfiah) uang yang beredar pada bulan Maret.
B. Periode DEMOKRASI PARLEMENTER (1950 – 1959)
- Disebut juga periode Demokrasi Liberal.
- Berakhir pada Juli 1959
Denkrit Presiden Soekarno “kembali ke UUD’45” (September 1950 – 5 Juli 1959) (9 Tahun).
- Ada 7 pemerintahan :
1. Kabinet Natsir (September 1950 – Maret 1951)
Kabinet I dalam negara Kesatuan RI.
Syafruddin Prawiranegara (Mentri Keuangan).
Sumitro D. (Mentri Perdagangan dan Industri).
Pada masa ini ekspor terdorong kuat, sehingga mampu mengatasi kesulitan neraca pembayaran,
sekaligus penerimaan pemerintah naik.
Import diliberalisasikan untuk menekan harga 1 umum di dalam negeri.
Kredit untuk perusahaan asing di perketat, untuk pribumi di perlunak.
1 kali terumuskan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian).
Bercorak Sosialis – Pragmatis.
2. KABINET SUKIMAN (April 1951 – Februari 1952)
- Nasional De Javasche Bank : Bank Indonesia (22 Mei 1951).
- Memburuknya situasi fiskal.
- Eksport menurun, akibat bom Korea.
- Dihapusnya sistem kurs berganda (Multiple Exchange Rate System).
- Surplus anggaran berbalik menjadi defisite besar.
- Jatuh karena isu penandatanganan persetujuan keamanan bersama dengan AS.
3. KABINET WILOPO (April 1952 – Juni 1953)
- Konsep anggarannya berimbang (Balanced Budget) dalam APBN.
- Import di perketat, diberlakukan pembayaran dimuka.
- Rasionalisasi angkatan bersenjata melalui modernisasi dan pengurangan personil.
- Menekan pengeluaran pemerintah, > 25% pengeluaran total tahun sebelumnya.
- Cadangan devisa merosot tajam.
- Melanjutkan RUP, program banteng
Membentuk suatu kelas menengah nasional dengan membatasi alokasi impor hanya kepada
pengusaha 1 Nasional. (Diskriminatif – Rasial)
4. KABINET ALI I (Agustus 1953 – Juli 1955)
- Defisite baik dalam anggaran belanja maupun dalam neraca pembayaran.
- Melindungi importer pribumi.
- Kegagalan fiskal.
- Terjadinya kegoncangan kabinet berdampak pada kurang suksesnya upaya pengendalian laju
uang yang beredar, dan tindakan restabilisasi di arahkan pada pembatasan import.
5. KABINET BURHANIDDIN (Agustus 1955 – Maret 1956)
- Dikenal dengan sebutan Kabinet Interim.
- Tindakan penting:
Liberalisasi Import (Politik Rasialisme terhadap Importer dihapuskan.
Pembayaran di muka atas impor
- Nilai rupiah naik 8% terhadap emas.
- Konsisten melaksanakan RUP.
- Membentuk Dewan alat-alat pembayaran luar negeri.
6. KABINET ALI II (April 1956 – Maret 1957)
- Merosotnya cadangan devisa akibat penyeludupan.
- Defisite besar dalam anggaran.
- Dicairkan sertifikat pendorong ekspor.
- Penerimaan bantuan dari IMF US$55 Juta.
- Pengajuan UU tentang penanaman Modal Asing.
- Dihentikan Program Banteng oleh presiden Soekarno.
- Dicanangkan RLT (Rencana Lima Tahun 1956 – 1960), dengan tujuan untuk mendorong
industri dasar, jasa pelayanan umumum dan sektor publik.
7. KABINET DJUANDA (Maret 1957 – Agustus 1959)
- Disebut Kabinet Karya.
- Disebut juga Kabinet Kerja Darurat Ekstra Parlementer
- Bersifat terpimpin.
- Cikal bakal demokrasi terpimpin.
PELITA II
Pelita II berlangsung pada tanggal 1 April 1974 – 31 Maret 1979.
Pelita II menekan pada peningkatan standar hidup bangsa Indonesia. Tujuan tersebut di wujudkan
dengan menyediakan pangan, sandang, dan papan yang lebih baik, meningkatkan pemerataan
kesejahteraan; dan menyediakan lapangan kerja.
PELITA III
Pelita III dimulai tanggal 1 April 1979 – 31 Maret 1989.
Pelita ini menekankan pada sektor pertanian untuk mencapai swasemada pangan dan pemantapan
industri yang mengolah bahan dasar atau bahan baku menjadi bahan jadi. Pelita II meningkat 27,4%
di banding pelita sebelumnya. Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tinggal 26,9% dari
jumlah penduduk tahun 1980.
PELITA IV
Pelita IV dimulai 1 April 1984 – 31 Maret 1989.
Pelita ini menekankan pada sektor pertanian untuk mempertahankan swasembada pangan sekaligus
meningkatkan industri yang dapat memproduksi mesin – mesin untuk industri ringan maupun berat.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tinggal 16,4% dari jumlah penduduk tahun 1987.
PELITA V
Pelita dimulai tanggal 1 April 1989 – 31 Maret 1994.
Pelita ini menekankan pada sektor industri yang didukung oleh pertumbuhan yang mantap di sektor
pertanian.
PELITA VI
Pelita VI dimulai 1 April 1994 – 31 Maret 1999.
Pelita VI merupakan awal pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua (PJPT II). Pada tahap ini
bangsa Indonesia memasuki proses Tinggal Landas menuju terwujudnya masyarakat maju, adil dan
mandiri. Pelita VI menitik beratkan pada bidang ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan
pertanian serta bidang pembangunan lainnya guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
PEMERINTAHAN TRANSISI
Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya
ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan
terjadinya demostrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai
wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto smakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian
memicu kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh
Indonesia. Dibawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih
untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Pemerintahan transisi merupakan peralihan antara pemerintahan zaman Soeharto ke pemerintahan
B.J. Habibie.
Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan transisi memiliki karakteristik sebagai
berikut :
- Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada pertengahan 1997, pada saat itu dari Rp 2.500
menjadi Rp 2.650 per dollar AS. Sejak masa itu keadaan rupiah menjadi tidak stabil.
- Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin parah dan menjadi krisis ekonomi yang kemudian
memunculkan krisis politik terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
- Pada awal pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut pemerintahan reformasi. Namun,
ternyata pemerintahan baru ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, sehingga kalangan masyarakat
lebih suka menyebutnya sebagai masa transisi karena KKN semakin menjadi, banyak kerusuhan.
PEMERINTAHAN REFORMASI
Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru kemudian disusul
dengan era reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya
hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang
telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan
keadaan.
Pemerintahan presiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan manuver-
manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk
mengendalikan stabilitas politik.
2. Masa Kepemimpinan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 1999 kondisi perekonomian
Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif walaupun
tidak jauh dari 0% dan pada tahun 2000 proses pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik
lagi dengan laju pertumbuhan hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan tingkat
suku bunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan bahwa kondisi moneter di dalam negeri sudah
mulai stabil.
Akan tetapi, ketenangan masyarakat setelah terpilihnya Presiden Indonesia keempat tidak berlangsung
lama. Presiden mulai menunjukkan sikap dan mengeluarkam ucapan-ucapan kontroversial yang
membingungkan pelaku-pelaku bisnis. Presiden cenderung bersikap diktator dan praktek KKN di
lingkungannya semakin intensif, bukannya semakin berkurang yang merupakan salah satu tujuan dari
gerakan reformasi. Ini berarti bahwa walaupun namanya pemerintahan reformasi, tetapi tetap tidak
berbeda dengan rezim orde baru. Sikap presiden tersebut juga menimbulkan perseteruan dengan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang klimaksnya adalah dikeluarkannya peringatan resmi kepada
Presiden lewat Memorandum I dan II. Dengan dikeluarkannyab Memorandum II jadi dilaksanakan
pada bulan Agustus 2001.
Selama pemerintahan reformasi, praktis tidak ada satu pun masalah di dalam negeri yang dapat
terselesaikann dengan baik. Berbagai kerusuhan sosial yang bernuansa disintegrasi dan sara terus
berlanjut, misalnya pemberontakan Aceh, konflik Maluku, dan pertikaian etnis di Kalimantan Tengah.
Belum lagi demonstrasi buruh semakin gencar yang mencerminkan semakin tidak puas mereka
terhadap kondisi perekonomian di dalam negeri, juga pertikaian elite politik semakin besar.
Selain itu, hubungan pemerintah Indonesia dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid dengan IMF juga
tidak baik, terutama karena masalah amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia;
penerapan otonomi daerah, terutama menyangkut kebebasan daerah untuk pinjam uang dari luar
negeri; dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaannya. Tidak tuntasnya revisi tersebut
mengakibatkan IMF menunda pencairan bantuannya kepada pemerintah Indonesia, padahal roda
perekonomian nasional saat ini sangat tergantung pada bantuan IMF. Selain itu, Indonesia terancam
dinyatakan bangkrut oleh Paris Club (negara-negara donor) karena sudah kelihatan jelas bahwa
Indonesia dengan kondisi perekonomiannnya yang semakin buruk dan defisit keuangan pemerintah
yang terus menerus membengkak, tidak mungkin mampu membayar kembali utangnya yang sebagian
besar akan jatuh tempo tahun 2002 mendatang. Bahkan, Bank Dunia juga sempat mengancam akan
menghentikan pinjaman baru jika kesepakatan IMF dengan pemerintah Indonesia macet.
Ketidakstabilan politik dan sosial yang tidak semakin surut selama pemerintahan Abdurrahman
Wahid menaikkan tingkat country risk Indonesia. Ditambah lagi dengan memburuknya hubungan
antara pemerintah Indonesia dan IMF. Hal ini membuat pelaku-pelaku bisnis, termasuk investor asing,
menjadi enggan melakukan kegiatan bisnis atau menanamkan modalnya di Indonesia. Akibatnya,
kindisi perekonomian nasional pada masa pemerintahan reformasi cenderung lebih buruk dari pada
saat pemerintahan transisi. Bahkan, lembaga pemeringkatan Internasional Moody’s Investor Service
mengkonfirmasi bertambah buruknya country risk Indonesia. Meskipun beberapa indikator ekonomi
makro mengalami perbaikan, namun karena kekhawatiran kondisi politik dan sosial, lembaga rating
lainnya (seperti Standard & Poors) menurunkan prospek jangka panjang Indonesia dari stabil ke
negatif.
Kalau kondisi seperti ini terus berlangsung, tidak mustahil tahun 2002 ekonomi Indonesia akan
mengalami pertumbuhan jauh lebih kecil dari tahun sebelumnya, bahkan bisa kembali negatif.
Pemerintah tidak menunjukkan keinginan yang sungguh-sungguh (political will) untuk menyelesaikan
krisis ekonomi hingga tuntas dengan prinsip once and for all. Pemerintah cenderung
menyederhanakan krisis ekonomi dewasa ini dengan menganggap persoalannya hanya terbatas pada
agenda masalah amandemen UU Bank Indonesia, desentralisasi fiskal, restrukturisasi utang, dan
divestasi BCA dan Bank Niaga. Munculnya berbagai kebijakan pemerintah yang controversial dan
inkonsistens, termasuk pengenaan bea masuk impor mobil mewah untuk kegiatan KTT G-15 yang
hanya 5% (nominal 75%) dan pembebasan pajak atas pinjaman luar negeri dan hibah, menunjukkan
tidak adanya sense of crisis terhadap kondisi riil perekonomian negara saat ini.
Fenomena makin rumitnya persoalan ekonomi ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) antara 30 Maret 2000 hingga 8 Maret 2001
menunjukkan growth trend yang negatif. Dalam perkataan lain, selama periode tersebut IHSG
merosot hingga lebih dari 300 poin yang disebabkan oleh lebih besarnya kegiatan penjualan dripada
keegiatan pembelian dalam perdagangan saham didalam negeri. Hal ini mencerminkan semakin tidak
percayanya pelaku bisnis dan masyarakat terhadap prospek perekonomian Indonesia, paling tidak
untuk periode jangka pendek.
Pada masa kepemimpinan preside Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti
untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang
diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme),
pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah
presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.
Dimasa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada
gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak
investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya
pembangunan nasional.
Meski ekonomi Indonesia mengalami banyak perbaikan, seperti nilai mata tukar rupiah yang lebih
stabil, namun Indonesia pada masa pemerintahannya tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti
dalam bidang-bidang lain.
BAB 2
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
2. Kegiatan konsumsi
Seperti halnya yang telah kalian pelajari pada bab 8 mengenai pelaku-pelaku ekonomi, pemerintah
juga berperan sebagai pelaku konsumsi. Pemerintah juga membutuhkan barang dan jasa untuk
menjalankan tugasnya. Seperti halnya ketika menjalankan tugasnya dalam rangka melayani
masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau jalan raya.
Tentunya pemerintah akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan
sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk menjalankan
tugasnya. Contoh-contoh mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah masih banyak,
seperti membeli barang-barang untuk administrasi pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai
pemerintah, dan sebagainya.
3. Kegiatan distribusi
Selain kegiatan konsumsi dan produksi, pemerintah juga melakukan kegiatan distribusi. Kegiatan
distribusi yang dilakukan pemerintah dalam rangka menyalurkan barang-barang yang telah diproduksi
oleh perusahaanperusahaan negara kepada masyarakat. Misalnya pemerintah menyalurkan sembilan
bahan pokok kepada masyarakat-masyarakat miskin melalui BULOG. Penyaluran sembako kepada
masyarakat dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah harus lancar. Apabila kegiatan distribusi tidak
lancar akan memengaruhi banyak faktor seperti terjadinya kelangkaan barang, harga barang-barang
tinggi, dan pemerataan pembangunan kurang berhasil. Oleh karena itu, peran kegiatan distribusi
sangat penting.
1. PELAKU EKONOMI
Jika dalam ilmu ekonomi mikro kita mengenal tiga pelaku ekonomi, yaitu:
1. Pemilik Faktor Produksi
2. Konsumen
3. Produsen
Lalu dalam ekonomi makro kita mengenal empat pelaku ekonomi, yaitu:
1. Sektor Rumah Tangga
2. Sektor Swasta
3. Sektor Pemerintah
4. Sektor Luar Negeri
Dalam perekonomian indonesia dikenal tiga pelaku ekonomi pokok, yaitu:
1. Koperasi
2. Sektor Swasta
3. Sektor Pemerintahan
yang saling berhubungan satu sama lain. Sesuai dengan konsep Trilogi pembangunan (pertumbuhan,
pemerataan, dan kestabilan ekonomi), maka masing-masing pelaku tersebut memiliki prioritas fungsi
sebagai berikut: koperasi yaitu pemerataan hasil ekonomi, sektor swasta yaitu pertumbuhan kegiatan
ekonomi,dan sektor pemerintah BUMN yaitu kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi.
Segala bentuk perselisihan dalam kegiatan ekonomi juga hendaknya diselesaikan dengan cara
musyawarah dan dengan cara-cara yang bijaksana tidak dengan pemaksaan dan kekerasan. Pada
akhirnya, tujuan akhir yang ingin dicapai adalah membentuk keadilan sosial tanpa memperlebar
jurang antara si kaya dan si miskin.
Dalam UUD 1945 pasal 33, dijelaskan panduan dalam menjalankan roda perekonomian Indonesia.
Pada pasal 1, dijelaskan perkonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas dasar
kekeluargaan. Jadi, Perekonomian yang ada di dunia ini, di organisasikan secara berbeda-beda . di
Indonesia bentuk organisasi perekonomian sangat di pengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan,
pandangan politik, dan ideologi ekonomi dari masyarakat tersebut .
2. PERANAN BUMN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Kedudukan / Peranan BUMN dalam sistem perekonomian Indonesia, antara lain :
1. Bahwa perusahaan Negara sebagai unit ekonomi yang tidak terpisah dari sistem ekonomi
Indonesia perlu segera disesuaikan pengaturan dan pembinaannya menurut isi dan jiwa ketetapan
MPR sementara Nomor XXIII/MPRS/1966.
2. Bahwa dalam kenyataannya terdapat Usaha Negara dalam bentuk Perusahaan Negara berdasarkan
UU Nomor 19 Tahun 1960 yang dirasakan kurang efisien, sehingga dipandang perlu untuk segera
ditertibkan kembali.
Sebagaimana diutarakan Mohammad Hatta bahwa azas”kekeluargaan” sebagaimana tercermin dalam
ayat (1) Pasal 33 UUD 1945 tersebut, harus kita beri penafsiran lain untuk sektor modern. Dalam
sektor modern, bentuk-bentuk demokrasi ekonomi yang berdasarkan ” kekeluargaan ” dapat terjelma
dalam bentuk-bentuk misalnya sebagai berikut :
1. Mengembangkan koperasi di antara buruh dan karyawan, koperasi adalah wahana untuk
meninggikan kesejahteraan buruh dan meningkatkan kecerdasannya lewat pendidikan buruh dan
sebagainya.
2. Menumbuhkan “hubungan perburuhan” (industrial relation) yang sesuai dengan asas-asas
kekeluargaan itu, dimana antara buruh dan pengusaha terjalin semangat kekeluargaan.
3. Dalam Bentuk lain mungkin dikemudian hari perusahaan swasta akan menjual sebagian saham-
sahamnya kepada masyarakat, juga kepada buruh dan karyawannya. Mungkin koperasi simpan-
pinjam diantara buruh/karyawannya dapat menjadi pemegang saham.
4. Mungkin di kemudian hari buruh bisa mendapat hak untuk ikut mengatur perusahaan dimana ia
bekerja, seperti halnya yang terjadi di beberapa negara Eropa.
Bentuk-bentuk sebagaimana tersebut di atas adalah demokrasi ekonomi yang berdasarkan
kekeluargaan. Demikianlah dalam rangka menerjemahkan apa yang terkandung dalam penjelasan
Pasal 33 UUD 1945 tersebut , yang merupakan landasan konstitusioanal dalam kehidupan
perekonomian Indonesia yang berdasarkan “kekeluargaan”, diciptakan Undang-undang Nomor 12
Tahun 1969 tentang Pokok-pokok perkoperasian.
A. PERJAN adalah bentuk badan usaha milik negara yg seluruh modalnya dimiliki oleh
pemerintah. Perjan ini berorientasi pelayanan pd masyarakat, Sehingga selalu merugi. Sekarang sudah
tdk ada perusahaan BUMN yg menggunakan model perjan karena besarnya biaya ukt memelihara
perjan-perjan tersebut. Contoh Perjan: PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) kini berganti menjadi
PT.KAI
Maksud dan Tujuan PERJAN adalah:
• menyelenggarakan kegiatan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan masyarakat umum, berupa
penyediaan jasa pelayanan yang bermutu tinggi dan tidak semata-mata mencari keuntungan.
• Untuk mendukung pembiayaan dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) PP No.12 Tahun 1998, PERJAN dapat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
yang berkaitan dengan bidang pelayanan yang bersangkutan.
B. PERUM adalah perjan yg sudah diubah. Tujuannya tdk lagi berorientasi pelayanan tetapi sudah
profit oriented. Sama seperti Perjan, perum di kelola oleh negara dgn status pegawainya sbg Pegawai
Negeri. Namun perusahaan masih merugi meskipun status Perjan diubah menjadi Perum, sehingga
pemerintah terpaksa menjual sebagian saham Perum tersebut kpd publik (go public) & statusnya
diubah menjadi persero.
C. PERSERO adalah salah satu Badan Usaha yg dikelola oleh Negara atau Daerah. Berbeda dgn
Perum atau Perjan, tujuan didirikannya Persero yg pertama adl mencari keuntungan & yg kedua
memberi pelayanan kpd umum. Modal pendiriannya berasal sebagian atau seluruhnya dari kekayaan
negara yg dipisahkan berupa saham-saham. Persero dipimpin oleh direksi. Sedangkan pegawainya
berstatus sbg pegawai swasta. Badan usaha ditulis PT (Persero).
Maksud dan Tujuan PERSERO adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah untuk
menyelenggarakan usaha sebagai berikut:
• Mengelola hutan sebagai ekosistem sesuai karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang
optimal bagi PERSERO dan masyarakat sejalan dengan tujuan pengembangan wilayah
• Melestarikan dan meningkatkan mutu sumber daya hutan dan mutu lingkungan hidup
• Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa yang bermutu
tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan memupuk keuntungan.
• Usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan PERSERO.
4. PERANAN KOPERASI
Badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi denga melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan. pemerataan hasil ekonomi pertumbuhan kegiatan ekonomi kestabilan yang
mendukung kegiatan ekonomi.
Sulit mewujudkan keamanan yang sejati, jika masyarakat hidup dalam kemiskinan dan tingkat
pengangguran yang tinggi. Sulit mewujudkan demokrasi yang sejati, jika terjadi ketimpangan
ekonomi di masyarakat, serta sulit mewujudkan keadilan hukum jika ketimpangan penguasaan
sumberdaya produktif masih sangat nyata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran koperasi
antara lain :
• Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khusunya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
• Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
• Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional.
• Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha
bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
c. Angkatan Kerja
Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja dan pengangguran.
e. Bekerja
Bekerja yaitu kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu.
Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Kegiatan bekerja
ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang
lalu sementara tidak aktif bekerja, misal karena cuti, sakit dan sejenisnya.
Di beberapa negara, konsep bekerja didasarkan atas kebiasaan (Gainful Worker Concept). Konsep ini
menentukan seseorang apakah bekerja atau tidak berdasarkan kebiasaannya (usual activity). Konsep
ini tidak memakai batasan waktu tertentu
f. Pengangguran
Terdapat dua definisi pengangguran yaitu definisi standar dan definisi luas (relaxed). Pengangguran
definisi standar yaitu meliputi penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
pekerjaan/mempersiapkan suatu usaha. Sedangkan pengangguran definisi luas juga mencakup
penduduk yang tidak aktif mencari kerja tetapi bersedia/siap bekerja.
Sejak tahun 2001, definisi pengangguran yang digunakan oleh Sakernas adalah definisi luas, sehingga
pengangguran mencakup empat kriteria yaitu: mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, putus
asa/merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged worker) dan sudah diterima bekerja
tapi belum mulai bekerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Baik yang sudah bekerja maupun
belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Menurut ketentuan pemerintah indonesia, penduduk
yang sudah memasuki usia kerja adalah berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun. Akan tetapi tidak
semua penduduk yang memasuki usia kerja termasuk angkatan kerja. Sebab penduduk yang tidak akif
dalam kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Misalnya ibu rumah tangga,
pelajar, mahasiswa dsb.
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65
tahun. Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat.
Tenaga kerja secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu Tenaga Kerja Jasmani dan Tenaga Kerja
Rohani.
Tenaga kerja Jasmani terdiri dari :
• Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang pendidikan yang tinggi.
Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.
• Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan pengalaman. Misalnya
sopir, montir dsb.
• Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam pekerjaannya tidak
memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih dahulu. Misalnya tukag sapu, tukang sampah dsb.
Kesempatan kerja adalah memenfaatkan sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa.
Kegiatan ekonomi di masyarakat membutuhkan tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja itu dapat
juga di sebut sebagai kesempatan kerja ( demand for labor ).
Semakin meningkat pembangunan, semakin besar pula kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini berarti
semakin besar pula pemintaan akan tenaga kerja. Sebalik nya, semakin besar jumlah penduduk,
semakin besar pula kebutuhan akan lowongan pekerjaan ( kesempatan kerja ).
Begitu pula dengan perusahaan. Sebelum memutuskan merekrut pegawai atau karyawan baru,
perusahaan sering kali mempertimbangkan dan memerlukan sejumlah kriteria berkaitan dengan
kondisi si pelamar tersebut. Kriteria bagi angkatan kerja untuk dapat memasuki dunia kerja antara
lain;
1) Jenis dan tingkat pendidikan
2) Keahlian khusus yang di miliki calon
3) Kejujuran, sikap, penampilan, serta kepribadian
4) Pengalaman kerja
5) Kesehatan.