You are on page 1of 15

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

UPTD PUSKESMAS JEULINGKE


PERIODE 05 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2018

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik


di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

disusun oleh :

CUT YENNI NURLISA (1607101030013)

SUCI FITRI YANTI (1607101030019)

WENY NORALITA (1607101030020)

Pembimbing:

drg. Juwairiyah Nasution, M.Kes


dr. Asti Marningsih
dr. Meutia Salni
dr. Putri Hidayati Aziz

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK
SENIOR UPTD PUSKESMAS JEULINGKE
PERIODE 05 November – 17 November 2018

Disusun Oleh:
CUT YENNI NURLISA (1607101030013)

SUCI FITRI YANTI (1607101030019)

WENY NORALITA (1607101030020)

iajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan


Klinik Senior
pada Bagian Family Medicine Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD Puskesmas Jeulingke
Banda Aceh

Disahkan Oleh :

Pembimbing I Pembimbing Pembimbing III


II November 2018
Banda Aceh,

dr. Asti Marningsih dr. Meutia Salni dr. Putri Hidayati Aziz
NIP. 19831005 201412 2 001 NIP. 19870302 201403 2 004

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Jeulingke

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas
Drg. Juwairiyah Jeulingke
Nasution, M.Kes
NIP. 19690729 199803 2 007

Kepala Bagian Family Medicine

Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si


NIP. 19831012 201404 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pelayanan Kesehatan di
UPTD Puskesmas Jeulingke periode 05 November 2018 – 17 November 2018.
Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman Islamiyah juga kepada sahabat dan
keluarga beliau.

Kami berterima kasih kepada kepala UPTD Puskesmas Jeulingke beserta


seluruh staf yang telah banyak membimbing kami mulai dari pelaksanaan tugas
hingga pembuatan laporan ini, juga kepada teman sejawat dokter muda yang telah
turut memberikan kontribusinya sehingga semua tugas dapat dilaksanakan dengan
baik.

Kami menyadari banyak kekurangan yang ada pada tulisan ini, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dan
perbaikan dimasa yang akan datang.

Banda Aceh, November 2018

Penulis
LAMPIRAN I
PROMOSI KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN RHEUMATOID ARTRITIS DI
POSYANDU USILA JEULINGKE BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN
Penyakit rheumatoid arthritis (RA) merupakan salah satu penyakit
autoimun berupa inflamasi arthritis pada pasien dewasa. Rasa nyeri pada
penderita RA pada bagian sinovial sendi, sarung tendon, dan bursa akan
mengalami penebalan akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi
tulang disekitar sendi hingga dapat menyebabkan kecacatan. Namun
demikian, kebanyakan penyakit rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan
kambuh kembali secara berulang- ulang sehingga menyebabkan kerusakan
sendi secara menetap pada penderita rheumatoid arthritis.1
Menurut Arthritis Foundation (2015), sebanyak 22% atau lebih dari 50
juta orang dewasa di Amerika Serikat berusia 18 tahun atau lebih didiagnosa
arthritis. Dari data tersebut, sekitar 3% atau 1,5 juta orang dewasa mengalami
RA. Rheumatoid Arthritis terjadi pada 0,5-1% populasi orang dewasa di negara
maju. Prevalensi RA di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nainggolan (2010), jumlah penderita RA di Indonedsia tahun 2009 adalah 23,6%
sampai 31,3%.2
Di Indonesia sendiri kejadian penyakit ini lebih rendah dibandingkan
dengan negara maju seperti Amerika. Prevalensi kasus rheumatoid arthritis di
Indonesia berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% sementara di Amerika mencapai
3%. Angka kejadian rheumatoid arthritis di Indonesia pada penduduk dewasa
(di atas 18 tahun) berkisar 0,1% hingga 0,3%. Pada anak dan remaja
prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah penderita
rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang. 3
Rheumatoid Arthritis umumnya sering terjadi di tangan, sendi siku, kaki,
pergelangan kaki dan lutut. Nyeri dan bengkak pada sendi dapat berlangsung
dalam waktu terus-menerus dan semakin lama gejala keluhannya akan semakin
berat. Keadaan tertentu, gejala hanya berlangsung selama beberapa hari dan
kemudian sembuh dengan melakukan pengobatan. Rasa nyeri pada persendian
berupa pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran
klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis. Persendian dapat teraba hangat,
bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit.3

II. NAMA KEGIATAN


Penyuluhan mengenai “Rheumatoid Arthritis” di Posyandu Usila
Puskesmas Jeulingke, Banda Aceh.

III. TUJUAN KEGIATAN


1. Menjelaskan tentang definisi Rheumatoid Arthritis
2. Menjelaskan tentang penyebab Rheumathoid Arthritis
3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala Rheumathoid Arthtris
4. Menjelaskan tentang cara mengatur diet pada pasien Rheumathoid Arthritis

IV. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN


Penyuluhan kesehatan ini dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Rabu/ 07 November 2018
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Posyandu Usila, Gampong Pineung, Banda Aceh
Topik : Mengenal Rheumathoid Arthritis

V. PESERTA KEGIATAN
Kegiatan ini diikuti oleh warga lansia Gampong Pineung Banda Aceh
yang datang untuk mengikuti kegiatan posyandu usila.

VI. METODE PENYULUHAN


Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara komunikasi
langsung kepada warga yang mengikuti kegiatan posyandu usila, dilakukan
penyuluhan dengan materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan sebelumnya
berupa slide powerpoint dan memberi kesempatan interaksi tanya jawab sesudah
materi penyuluhan selesai disampaikan. Metode kegiatan penyuluhan dibagi
dalam 3 tahap yaitu :
a. Tahap pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta
Setelah memberi salam dan perkenalan pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi
disampaikan.
b. Penyampaian Materi
Materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu penyajian berupa
power point.

c. Penutup
Setelah penyampaian materi, penyaji dan peserta melakukan diskusi tanya
jawab.

VII. MATERI PENYULUHAN


A. Pengertian Rheumatoid Arthritis
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi. Menurut American College of Rheumatology
(2012), rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang
menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan serta keterbatasan gerak dan
fungsi banyak sendi.1,4

B. Etiologi
Penyebab pasti rheumatoid arthritis tidak diketahui, diperkirakan
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem
reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus. Menurut Smith dan Haynes (2002), ada beberapa faktor
risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita rheumatoid arthritis yaitu :2
1). Faktor genetik
Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan terjadinya
rheumatoid arthritis sangat terkait dengan faktor genetik. Delapan puluh
persen orang kulit putih yang menderita rheumatoid arthritis
mengekspresikan HLA-DR1 atau HLA-DR4 pada MHC yang terdapat di
permukaan sel T. Pasien yang mengekspresikan antigen HLA-DR4 3,5 kali
lebih rentan terhadap rheumatoid arthritis.2
2). Usia dan jenis kelamin
Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita
daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan ini diasumsikan
karena pengaruh dari hormon namun data ini masih dalam penelitian.
Wanita memiliki hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem imun.
Onset rheumatoid arthritis terjadi pada orang- orang usia sekitar 50 tahun.2
3). Infeksi
Infeksi dapat memicu rheumatoid arthritis pada host yang mudah
terinfeksi secara genetik. Virus merupakan agen yang potensial memicu
rheumatoid arthritis seperti parvovirus, rubella, EBV, borellia burgdorferi.3
4) Lingkungan
Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat memicu rheumatoid
arthritis seperti merokok.
Ada beberapa teori penyebab rheumatoid arthritis antara lain infeksi
streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus, endokrin,
autoimun, metabolik dan faktor genetik serta faktor pemicu lainnya. Pada saat
ini, rheumatoid arthritis diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.3,4

C. Patogenesis
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan
komponen self dan non-self. Kasus rheumatoid arthritis sistem imun tidak
mampu lagi membedakan keduanya dan menyerang jaringan sinovial serta
jaringan penyokong lain. Inflamasi berlebihan merupakan manifestasi utama
yang tampak pada kasus rheumatoid arthritis. Inflamasi terjadi karena adanya
paparan antigen. Antigen dapat berupa antigen eksogen, seperti protein virus
atau protein antigen endogen.4
Paparan antigen akan memicu pembentukan antibodi oleh sel B. Pada
pasien rheumatoid arthritis ditemukan antibodi yang dikenal dengan
Rheumatoid Factor (RF). Rheumatoid Factor mengaktifkan komplemen
kemudian memicu kemotaksis, fagositosis dan pelepasan sitokin oleh sel
mononuklear sehingga dapat mempresentasikan antigen kepada sel T CD4+.
Sitokin yang dilepaskan merupakan sitokin proinflamasi dan kunci terjadinya
inflamasi pada rheumatoid arthritis seperti TNF-α, IL-1 dan IL-6. Aktivasi sel
T CD4+ akan memicu sel-sel inflamasi datang ke area yang mengalami
inflamasi. Makrofag akan melepaskan prostaglandin dan sitotoksin yang akan
memperparah inflamasi. 4,5

D. Diagnosis
Diagnosis RA di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut
American College of Rheumatology/European League Against Rheumatism
2010 yaitu:

Pada pasien dengan skor kurang dari 6 dan tidak diklasifikan sebagai RA
kondisinya dapat dinilai kembali dan mungkin krierianya dapat terpenuhi.3,4

E. Tatalaksana
Terapi non Farmakologi
Terapi non-farmakologi untuk rheumatoid arthritis meliputi latihan,
istirahat, pengurangan berat badan dan pembedahan:
 Latihan
Penelitian menunjukkan bahwa olahraga sangat membantu mengurangi rasa
sakit dan kelelahan pada pasien rheumatoid arthritis serta meningkatkan
fleksibilitas dan kekuatan gerak. Tiga jenis olahraga yang disarankan adalah
latihan rentang gerak, latihan penguatan dan latihan daya tahan (aerobik).
Aerobik air adalah pilihan yang sangat baik karena dapat meningkatkan
jangkauan gerak dan daya tahan, juga dapat menjaga berat badan dari sendi-
sendi tubuh bagian bawah. 6,7
 Istirahat
Istirahat merupakan komponen esensial pada terapi non-farmakologi RA.
Istirahat dapat menyembuhkan stres dari sendi yang mengalami peradangan dan
mencegah kerusakan sendi yang lebih parah. Tetapi terlalu banyak istirahat
(berdiam diri) juga dapat menyebabkan imobilitas, sehingga dapat menurunkan
rentang gerak dan menimbulkan atrofi otot. 6,7
 Menurunkan berat badan
Menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi stres pada sendi
dan dapat mengurangi nyeri. Menjaga berat badan tetap ideal juga dapat
mencegah kondisi medis lain yang serius seperti penyakit jantung dan diabetes.
Pasien hendaknya mengkonsumsi makanan yang bervariasi, dengan
memperbanyak buah dan sayuran, protein tanpa lemak dan produk susu rendah
lemak. Berhenti merokok akan mengurangi risiko komplikasi rheumatoid
arthritis.6,7
 Pembedahan
Jika terapi obat gagal mencegah atau memperlambat kerusakan sendi,
tindakan pembedahan mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki sendi
yang rusak. Pembedahan dapat membantu mengembalikan kemampuan
penggunaan sendi, mengurangi rasa sakit dan mengurangi kecacatan.7

Terapi Farmakologi
Ada dua kelas obat yang digunakan untuk mengobati RA, yaitu obat fast
acting (lini pertama) dan obat slow acting (lini kedua). Obat- obat fast acting
digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan, seperti aspirin dan
kortikosteroid sedangkan obat-obat slow acting adalah obat antirematik yang
dapat memodifikasi penyakit (DMARD), seperti garam emas, metotreksat dan
hidroksiklorokuin yang digunakan untuk remisi penyakit dan mencegah
kerusakan sendi progresif, tetapi tidak memberikan efek anti-inflamasi.7
Pengobatan dengan DMARD sebaiknya dimulai selama 3 bulan pertama
sejak diagnosis rheumatoid arthritis ditegakkan. Kombinasi dengan NSAID
dan/atau kortikosteroid dapat diberikan untuk mengurangi gejala. Pengobatan
dengan DMARD sejak dini dapat mengurangi mortalitas. DMARD yang paling
sering digunakan adalah metotreksat, hidroksiklorokuin, sulfasalazin dan
leflunomid. Metotreksat lebih banyak dipilih karena menghasilkan outcome yang
lebih baik jika dibandingkan dengan obat lain. Metotreksat juga lebih ekonomis
jika dibandingkan dengan agen biologik. Obat lain yang efikasinya mirip dengan
metotreksat adalah leflunomid.7,8,9
Agen biologik yang mempunyai efek DMARD juga dapat diberikan
pada pasien yang gagal dengan terapi DMARD. Agen ini dirancang untuk
memblokir aksi zat alami yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh, seperti
faktor TNF, atau IL-1. Zat-zat yang terlibat dalam rheumatoid arthritis adalah
reaksi kekebalan tubuh abnormal sehinggga perlu dihambat untuk memperlambat
reaksi autoimun sehingga dapat meringankan gejala dan memperbaiki kondisi
secara keseluruhan. Agen biologik yang biasa digunakan adalah obat-obat anti-
TNF (etanercept, infliximab, adalimumab), antagonis reseptor IL-1 anakinra,
modulator kostimulasi abatacept dan rituximab yang dapat mendeplesi sel B
periferal.8,9,10

VIII. TANYA JAWAB DENGAN PESERTA


1. Apa perbedaan penyakit rematik dengan asam urat ?
Jawab :
Secara klinis, perbedaan antara rematik dan asam urat adalah lokasi
peradangan yang terjadi. Penyakit asam urat terjadi ketika kadar asam urat
berlebihan dan terkumpul di sendi, tulang dan jaringan tubuh. Nyeri pada asam
urat biasanya muncul secara mendadak dan dirasakan pada jempol kaki, atau
persendian kaki. Nyeri bisa dirasakan hanya di salah satu kaki atau keduanya.
Sedangkan, rematik yang disebabkan oleh peradangan kronis umumnya
menyebabkan nyeri pada sendi-sendi di kedua sisi tubuh, diikuti kekakuan sendi.
Rematik bisa disertai pembengkakan, merah, dan teraba panas pada daerah yang
nyeri. Namun gejala tersebut juga bisa ditemukan pada penderita asam urat.
Rematik merupakan penyakit autoimun yang umumnya disebabkan oleh
faktor genetik. Sejauh ini pemicu munculnya gejala rematik belum diketahui
secara jelas, namun diduga berhubungan dengan infeksi virus dan kebiasaan
merokok. Sedangkan asam urat seringkali disebabkan oleh terlalu banyak
mengonsumsi makanan kaya purin, seperti daging, jeroan, ikan, kerang, roti
gandum, dan sereal.

IX. PENUTUP

Penyuluhan telah dilakukan kepada orang tua yang berada di Puskesmas


Jeulingke Banda Aceh. Penyuluhan dilakukan di area posyandu Usila Gampong
Pineung Banda Aceh. Penyuluhan diikuti dengan tanya jawab antara peserta ke
presentator baik secara pribadi maupun didepan publik. Tanggapan para peserta
penyuluhan cukup baik dan antusias dalam mendengarkan materi ini dikarenakan
beberapa dari anggota keluarga peserta yang mengeluhkan pernah menderita
Rheumatoid Athtritis. Adapun harapan yang ingin dicapai dengan adanya
penyuluhan ini adalah peserta dapat mengetahui tentang penyakit Rheumatoid
Athtritis, serta dapat menerapkan pola hidup sehat, sehingga dapat menurunkan
angka terjadinya penyakit Rheumatoid Athtritis di wilayah kerja Puskesmas
Jeulingke Banda Aceh.

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Aletaha D, Neogi, Silman J, Funovits, Felson T. Rhematoid Arthritis
Collaborative Initiative. Arthritis Rheum. 62: 2569 – 2581. 2010
2. Alldredge, B.K., Corelli, R.L, Ernst, M.E, Guglielmo, B.J, Jacobson, P.A, and
Kradjan, W.A. Koda-Kimble and Young’s Applied Therapeutics The Clinical
Use of Drugs. Lippincott Williams & Wilkins Pennsylvania, United States of
America. 2013.
3. American College of Rheumatology Subcommittee Reumatoid
Arthritis. Guidelines for the Management of Rematoid Arthritis. 46: 328-46.
2012.
4. Arthritis Foundation, Arthritis Foundation Scientific Strategy 2015-
2020, http://www.arthritis.org /Documents/arthritis foundation- scientific-
strategy. 2015.

5. Brooke MP. Rheumalology. Med Journal Australia.160: 374-377.2014.

6. Mohanraj VJ and Y. Chen Nanoparticles-A Review. Tropical Journal of


Pharmaceutical Research 5 (1): 561-573.2006.

7. Nikolas, S. Fatigue in Rheumatoid Arthritis: from Patient Experience to


Measurement. Thesis, University of Twente. 2012.

8. Perhimpunan Rematologi Indonesia. Diagnosis dan Pengelolaan Artritis


Reumatoid. Perhimpunan Reumaologi Indonesia, Bandung.2014.
XI. DOKUMENTASI KEGIATAN
Disetujui Oleh :

November, 16 November 2018

Pembimbing I Pembimbing Pembimbing III


II November 2018
Banda Aceh,

dr. Asti Marningsih dr. Meutia Salni dr. Putri Hidayati Aziz
NIP. 19831005 201412 2 001 NIP. 19870302 201403 2 004

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Jeulingke
Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Jeulingke

Drg. Juwairiyah Nasution, M.Kes


NIP. 19690729 199803 2 007

You might also like