You are on page 1of 2

PENDAHULUAN

Konjungtivitis adalah proses inflamasi akibat infeksi atau non-infeksi pada konjungtiva
yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi.1 Selain memberikan
keluhan yang khas pada anamnesis seperti gatal, pedih, seperti ada pasir, rasa panas juga memberi
gejala yang khas di konjungtiva, dan sekret. Jika meluas ke kornea timbul silau dan ada air mata
nrocos (epifora). Gejala objektif paling ringan adalah hiperemi dan berair sampai berat dengan
pembengkakan bahkan nekrosis. Bangunan yang sering tampak khas lainnnya adalah folikel,
flikten dan sebagainya.2
Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data perkiraan jumlah
penderita penyakit mata di Indonesia 10% dari seluruh golongan umur penduduk per tahun dan
pernah menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama,
konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%).3 Konjungtivitis
menduduki peringkat 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009. Dari 135.749
pasien yang berkunjung ke poli mata, 73% adalah kasus konjungtivitis.4
Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, klamidia, alergi atau imunologik, jamur, parasit, kimia atau iritatif, etiologi yang
tidak diketahui, bersama penyakit sistemik.3 Konjungtivitis bakteri akut didefinisikan sebagai
konjungtivitis yang berlangsung kurang dari 3 minggu, dan merupakan penyakit mata yang paling
sering ditemui oleh dokter umum. Konjungtivitis bakteri akut dapat disebabkan oleh S. aureus,
Staphylococcus epidermidis, H. influenzae, Streptococcus pneumoniae, Streptococus viridans,
Moraxella catarrhalis dan bakteri gram negative dari usus.5
Konjungtivitis bakteri mudah menular dari satu mata ke mata sebelahnya dan juga mudah
menular ke orang lain melalui kontak langsung dan benda yang kontak dengan mata.
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung
selama 10-14 hari, sedangkan jika diobati memadai berlangsung 1-3 hari, kecuali konjungtivitis
stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronis).6
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D., Asbury, T. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2015

2. Vaughan D, Asbury T, Riordan P. Ocular and orbital trauma. Dalam: General


Ophthalmology, Chapter 19. 17th ed. McGraw Hill Company: USA. 2007

3. Ilyas S, Sukardi I, Harmani B, Sudiro SH, Gondowiardjo TD. Prosedur Diagnostik


dan Penatalaksanaan Pengobatan di Sub Bagian Kornea, Lensa, dan Bedah
Refraktif. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI. 2010. hal. 23-31

4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009: 10 Besar Penyakit Rawat
Jalan Tahun 2009. Jakarta: KEMENKES RI. 2010. diakses pada 5 November 2018
dari http://www.Depkes.go.id.

5. Abdurrauf, M. Jurnal: Memutus Mata Rantai Penularan Konjungtivitis Bakteri Akut.


Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2. RSU Lirboyo Kediri. 2016

6. lyas, S., Yulianti, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : FKUI. 2014

You might also like