You are on page 1of 34

Anatomi Sistem Neurologis

A. Pengertian
Sistem saraf merupakan sistem fungsional dan stuktural yang saling
terorganisasi dan paling kompleks. Sistem ini memengaruhi fungsi tubuh, baik
secara fisiologis maupun psikologis. (Joyce M. Black, 2014).
Secara umum sistem saraf mengendalikan aktivitas tubuh yang cepat
seperti kontraksi otot. Daya kepekaan dan daya hantaran merupakan sifat
utama dari makhluk hidup dalam bereaksi terhadap perubahan sekitarnya.
Rangsangan ini yang dinamakan stimulus. Reaksi yang dihasilkan dinamakan
respons. (Syaifuddin, 2011)
Sistem saraf adalah satu oran yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan
pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengendalian
pekerja otot. (Setiadi, 2007)
Dalam sistem saraf diketahui bahwa serabut saraf menghungkan setiap
bagian tubuh dengan susunan saraf pusat. Impuls yang dibangkitkan karena
rangsangan pada bagian kulit lengan dan tangan akan dirambatkan melalui
serabut dendrit menuju sel neuron sensori yang berada di sumpul saraf dekat
medulla spinalis, yang selanjutnya diteruskan melalui serabut aksonya ke
dalam medulla spinalis. Impuls tersebut membawa sinyal atau pesan tentang
rangsangan yang diperoleh, apakah panas, dingin, sakit, atau rabaan. Pesan ini
diteruskan ke oak untuk dihayati dan disadari apa jenis dan sifat rangsangan
tersebut. Pada anak yang mengalami keelakaan tersebut rupanya tidak
mengalami cedera pada lintasan sensori dan daerah lengan dan tangan sampai
susunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). (Koes Irianto, 2014)
Sel saraf beserta tonjolan-tonjolannya, akson dan dendrit, membentuk
neuron. Tonjolan yang panjang pada sel saraf dinamakan serat saraf atau
ringkasnya disebut saraf. Sel saraf merupakan tempat asal serat saraf, artinya
serat saraf tumbuh dari sel saraf pada embrio. Hal ini penting untuk nutrisnya.

1
Serat saraf tidak berfungsi lagi dan mengalami degenerasi bila hubungan
dengan sel asalnya diputuskan. (J. H. Green)
Susunan saraf pusat terdiri dari otak sampai medulla spinalis. Masing-
masing dilindungi oleh tulang tengkorak dan kolumna vertebralis. Susunan
saraf pusat merupakan sistem sentral pengontrol tubuh yang menerima,
menginterpretasi dan mengintegrasi semua stimulus, serta menyampainkan
impuls saraf ke otot dan kelenjar. (Satyanegara, 2014)
B. Fungsi sistem saraf
Secara garis besar sistem saraf mempunyai 4 (empat) fungsi, yaitu: (Koes
Irianto, 2014)
1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh
melalui saraf sensori (Afferent Sensory Pathway).
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf
pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik di tingka medulla spinalis mampu
di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban (respon)
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent
Motorik Pathway) ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi
dari tindakan.
C. Sel Pada Sistem Saraf
Jaringan saraf terdiri atas neuroglia dan neuron (seperti pada pembuluh
darah dan jaringan ikat). Neuron bertanggung jawab pada komunikasi dan
neuroglia memberikan dukungan pada aktivitas neuron. Otak dan medulla
spinalis menyusun SSP. (Arif Muttaqin, 2011)
1. Neuron
Susunan saraf pusat manusia terdiri atas sekitar 100 miliar neuron. Neuron
adalah suatu sel saraf dan dan merupakan unit anatomi dan fungsional
sistem persarafan.
a. Struktur Neuron

2
Neuron-neuron dapat mempunyai berbagai bentuk dan ukuran yang
berbeda; salah satunya adalah tipe neuron multipolar yang merupakan
jenis yang paling banyak terdapat di dalam sistem saraf pusat.
b. Badan Sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nucleus yang di
dalamnya terdapat nukleolus. Di sekelilingnya terdapat perikarion yang
berisi neurofilamen yang berkelompok yang disebut neurofibril. Di
luarnya terhubungkan dengan dendrit dan akson yang memberikan
dukungan terhadap proses-proses fisiologis.
c. Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju badan
sel. Merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan
menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks serebri dan
serembellum, dendrit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang
disebut tonjolan dendrit. Neuron tertentu juga mempunyai akson fibrosa
yang panjang yang berasal dari daerah yang agak tebal di badan sel,
yaitu akson hilok (bukit akson).
d. Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar
dari badan sel disebut akson.
Dendrit dan akson, secara kolektif sering disebut sebagai serabut
saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan,
dan meneruskan pesan-pesan naural disebabkan sifat khusus membrane
sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan
elektrokimia.
(Arif Muttaqin, 2011)
2. Neuroglia
Sel Glia, secara umum disebut sebagai neuroglia memberikan dukungan
struktural pada neuron. Jumlah sel ini sangat banyak, dengan rasio sel glia:
neuron mencapai 50:1. Sel glia juga mengontrol konsentrasi ion di
lingkungan ekstraselular dan berkontribusi pada transport nutrien, gas, dan

3
sampah metabolik antara neuron dan sistem vascular dan CSS. Secara
klinis, sel-sel ini bertanggung jawab pada perkembangan beberapa tumor
intracranial. Terdapat empat tipe sel neurolglia. (Figur A&P 16-9). Selain
fungsi di atas, tiap sel glia memiliki fungsi spesifik khusus. (Joyce M.
Black, 2014).
a. Astrosit memberi suplai nutrien pada neuron. Astrosit memiliki kontak
khusus dengan pembuluh darah pada membran pia-glia dan
membentuk sawar darah otak. Astrosit tampakanya merupakan sel
pada SSP yang berespon terhadap trauma otak dengan membentuk
jaringan parut.
b. Oligodendrosit merupakan analog sel Schwann di sistem saraf tepi
(SST). Sel ini membungkus akson dan bagian spiral dan membran sel
ini membentuk lapisan yang disebut myelin. Bagian paling luar sel
Schwann juga membentuk neurilema, suatu lapisan yang membungkus
lapisan mielin. Neurilema penting untuk regenerasi sel saraf.
c. Microglia merupakan sel fagositik pengembara dan berhubungan
dengan makrofag. Sel ini memfagosit produk dari neuron yang
mengalami cedera.
d. Sel ependimal melapisi ventrikel, pleksus koroideus dan kanalis
sentralis yang berjalan sepanjang medulla spinalis. Sel ini membuat
membran selapis sel yang mengatur difusi substansi antar cairan
inerstisial dan CSS.

4
D. Sistem Saraf Pusat
Otak dan medulla spinalis merupakan sistem saraf pusat (SSP). SSP terdiri atas
tiga divisi fungsional utama: (Joyce M. Black, 2014).
a. Otak dengan fungsi luhur, atau korteks serebral
b. Otak dengan fungsi lebih rendah (ganglia basal, thalamus, hipotalamus,
otak tengah, pons, medulla, serebelum)
c. Medulla spinalis
Struktur-struktur ini dilindungi oleh kerangka tulang keras, tiga lapis
membran, cairan peredam, dan sawar darah otak maupun sawar darah medulla
spinalis
1. Otak
Otak merupakan organ paling besar dan paling kompleks pada sistem saraf.
Otak terdiri atas lebih dari 100 miliar neuron dan serabut terkait. Jaringan
otak memiliki konsistensi seperti gelatin. Organ semisolid ini memiliki
berat 1.400 g (sekitar 3 pon) pada dewasa. (Joyce M. Black, 2014).

a. Serebrum
Serebrum terbagi oleh suatu lekukan dalam (fisura longitudinalis)
menjadi dua bagian yang disebut hemisfer serebri. Suatu fisura berjalan
transversal memisahkan serebrum dari serebelum. Lapisan paling luar
serebrum disebut sebagai korteks serebri, meemiliki tebal 2-5 mm.
Langsung di bawah korteks ini, terdapat traktus asosiasi dengan
beragam ketebalan yang terletak di atas traktus komisura yang disebut
sebagai korpus kalosum. (Joyce M. Black, 2014).
Korteks serebri tersusun atas substansia grisea (didominasi oleh
badan sel saraf dan dendrti) yang terbentuk dalam kelokan-kelokan,

5
atau girus. Sekitar 75% badan sel saraf otak terletak di korteks.
Lekukan dangkal di antara girus (sulkus) membagi korteks serebri
menjadi lima lobus: frontalis, parietalis, oksipitalis, temporalis, dan
sentral (insula). (Joyce M. Black, 2014).
Tiap lobus parietalis berkolaborasi posterior dari sulkus sentral
Rolando dan mengandung area reseptif somatik (taktil) primer dan area
asosiasi somatik (taktil). Girus postsentralis dan bagian anterior lobus
parietalis merupakan area reseptif primer (interpretasi) untuk sensasi
taktil (seperti suhu, sentuhan, tekanan). Area asosiasi menempati sisa
lobus parietalis. Pembentukan konsep dan abstraksi dilakukan oleh area
asosiasi parietal. Area parietal kanan juga dominan untuk orientasi
spasial dan kesadaran akan ukuran dan bentuk (stereognosis) dan posisi
tubuh (propriosepsi). Area parietal kiri membantu orientasi kanan-kiri
dan matematika.
Tiap lobus oksipitalis mengandung area reseptif visual primer
(interpretasi) dan area asosiasi visual. Korteks visual primer terletak
pada sisi sulkus kalkarin. Area selain korteks visual primer pada lobus
oksipitalis adalah area asosiasi visual. Memori visual disimpan pada
area ini yang memberikan kontribusi pada kemampuan kita mengenali
secara visual dan memahami lingkungan kita
Tiap lobus temporalis terletak di bawah (inferior) sulkus lateralis.
Lobus temporalis mengandung area reseptif auditori primer
(interpretasi) dan area asosiasi auditori. Memori bahasa disimpan di
area asosiasi auditori lobus temporalis kiri. Semua memori suara selain
bahasa (musik, suara aneka binatang, suara lain) disimpan di area
auditori lobus termporalis kanan. Kerusakan area ini akan
menyebabkan seseorang tidak dapat memahami bahasa yang diucapkan
atau ditulis atau mengenal musik atau suara lingkungan yang lain. Sel
yang memfasiliasi pemahaman bahasa terletak di area wernicke.
Lobus sentral (insula) terletak di dalam sulkus lateral dan
dikelilingi lobus frontalis, parietalis, dan temporalis. Serabut saraf

6
untuk pengecapan melalui lobus perietalis menuju lobus insula. Banyak
serabut asosiasi menuju bagian lain dari korteks serebri melalui lobus
ini. (Joyce M. Black, 2014).

b. Hipokampus
Hipokampus merupakan bagian dari daerah medial pada lobus
temporalis, berperan penting dalam proses mengingat (memori), suatu
fenomena yang kompleks. Terdapat tiga tingkatan memori: (Joyce M.
Black, 2014).
1) Memori jangka pendek (baru saja) akan hilang setelah beberapa
detik atau menit.
2) Memori jangka menengah berlangsung selama beberapa hari dan
akan hilang.
3) Memori jangka panjang (lama) disimpan dan berlangsung seumur
hidup.
Teori mengenai dasar fisiologis memori menyebutkan pesan
neuronal reverberasi menyebabkan memori jangka panjang.
Hipokampus membantu konversi memori jangka pendek menjadi
jangka menengah dan jangka panjang dalam thalamus. Serabut asosiasi
pada lobus frontalis, parientalis, temporalis, dan oksipitalis dan
diensefalon penting untuk memori jangka panjang. (Joyce M. Black,
2014).
c. Ganglia Basal
Ganglia basal merupakan massa inti subkortikal yang berasal dari
telenfesalon. Ganglia ini merupakan kumpulan sen neuron untuk
membantu koordinasi gerakan ototo dengan mekanisme penyampaian

7
segala informasi yang diperolehnya dari korteks serebri dan kemudian
dikembalikan lagi ke korteks motorik.
Ganglia basal terdiri atas beberapa struktur substansia grisea
subkortikal yang terkubur di dalam hemisfer serebri. Struktur ini adalah
putamen, nucleus kaudatus, substansia nigra, nucleus subtalamikus, dan
globus palidus. Ganglia basal berperan sebagai stasiun pemroses yang
menghubngkan kortkes serebri ke nucleus thalamus. Hampir smeua
serabut motorik dan sensorik menghubungkan korteks serebri dan
medulla spinalis berjalan melalui jaras substansia alba dekat nucleus
kaudatus dan ganglia putamen. Jaras ini dikenal sebagai kapsula
interna. Ganglia basal bersama dengan traktus kortikospinal penting
untuk mengontrol aktivitas motorik kompleks. (Joyce M. Black, 2014).
d. Diensefalon
Diensefalon tersusun atas thalamus dan hipotalamus. Sepasang talami
terletak di antara hemisfer serebri dan superior terhadap batang otak.
Substansia grisea mengelilingi tepi lateral ventrikel ketiga. Hipotalamus
membentuk lantai dan dinding ventrikel ketiga. Struktur penting lain di
dalam dan dekat diensefalon adalah: (1) traktus optikus dan kiasma
optikus, (2) kelenjar pituitari pada lantai diensefalon, dan (3) kelenjar
pineal pada atap diensefalon.
Talamus menyalurkan smeua informasi asendens (sensorik) kecuali
penghidu menuju ke sel kortikal. Hipotalamus mengatur fungsi sistem
saraf autonom (SSA) seperi denyut jantung, tekanan darah,
keseimbangan air dan elektrolit, motilitas lambung dan usus, suhu
tubuh, lapar, berat badan, dan siklus tidur-terjaga. Struktur ini juga
berperan sebagai regulator kelenjar pituitari dengan melepaskan faktor
pelepas yang akan menstimulasi atau menghambat produk kelenjar
pituitary. (Joyce M. Black, 2014).
e. Sistem Limbik
Sistem limbik terdiri atas banyak nukleri, termasuk sebagian dari
bagian medial lobus frontalis dan temporalis (hipokampus), talamus,

8
hipotalamus, dan ganglia basal. Bagian ini berperan sebagai pusat
perasaan dan kontrol ekspresi emosional (rasa takut, marah, senang,
sedih). Sistem limbik (komponen lobus temporalis) juga menerima
serabut saraf dari dan bulbus olfaktorius sehingga berperan penting
dalam interprestasi bau-bauan. (Joyce M. Black, 2014).
f. Batang otak
Batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla oblongata.
Struktur ini terdiri atas jaras asendens, formasio retikularis, dan jaras
desendens motorik dan autominik. (Joyce M. Black, 2014).
g. Formasio Retikularis
Formasio retikularis tersusun atas rangkaian kompleks substansia grisea
(nuklei), jaras reticular asendens dan jaras reticular desendens. Nuklei
formasio retikularis memanjang dari bagian superior medulla spinalis
menuju diensefalon dan berkomunikasi dengan gengalia basal serebrum
dan serebelum.
Formasio retikularis membantu pengaturan gerakan motorik
skeletal dan refleks spinal. Struktur ini juga menyaring informasi
sensorik yang menuju ke korteks serebri, sekitar 99% informasi
sensorik dianggap tidak esensial. Satu komponen formasio retikularis
yaitu sistem aktivitas reticular asendens (asendens reticular activating
system [ARAS]) mengontrol siklus tidur-terjaga dan kesadaran. (Joyce
M. Black, 2014).
h. Serebelum
Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum
menempati fosa kranialis posterior dan diatapi tentorium-serebeli, yang
merupakan lipatan dura meter yang memisahkan dari lobus osipitalis
serebri. (Evelyn C. Pearce, 2011)
Serebelum terdiri atas substansia alba dan grisea. Korteks serebeli
merupakan lapisan tipis substansia grisea yang tersusun atas girus yang
dalam dan panjang, berjalan paralel yang disebut folia dan dipisahkan
oleh sulkus sereberalis. Fisura dalam membagi serebelum menjadi tiga

9
lobus, tetapi pembagian fungsional serebelum terdiri dari hemisfer
kanan dan kiri yang disebut sebagai vermis. Kelanjutan dura mater yang
disebut falkus serebeli memisahkan kedua hemisfer.
Serebelum mengintergrasikan informasi sensoris berkaitan dengan
posisi bagian tubuh, koordinasi grakan otot skelet dan mengatur
kekuatan otot yang penting untuk keseimbangan dan postur. Tiga
pasang traktus saraf (pedunkulus serebelaris) berperan sebagai jaras
komunikasi. (Joyce M. Black, 2014).
2. Medula Spinalis
Medulla spinalis bersambung dengan medulla oblongata di atas. Medulla
memiliki panjang sekitar 45 cm, menempati dua pertiga atas canalis
vertevralis, dan berakhir pada tingkat vertebrae lumbalis I dan II dengan
mengecil membentuk kerucut. Kerucut ini dihubungkan dengan coccygeus
oleh filum terminale, pita jaringan ikat yang ditutupi oleh meningen. Organ
ini terdiri dari serat saraf pada bagian luar (substansia alba) dan massa sel
saraf berbentuk H (substansia grisea) pada bagaian tengah. Canalis centralis
yang kecil berjalan melalui substansia grisea. (John Gibson, 2003)
Medulla spinalis, bagian dari SSP yang dikelilingi dan dilindungi oleh
kolumna vertebralis, berlanjut ke medulla dan di dalamnya terdapat suatu
kanalis vertebralis (ruang di dalam kolumna vertebralis) pada 2/3 atas
medulla spinalis, medulla spinalis kaudalis berakhir di suatu struktur
berbentuk kerucut yang disebut konus medularis setinggi vertebra lumbal I
(L-1) dan lumbal kedua (L-2). Medulla spinalis dibagi menjadi empat area:
(1) medulla servikalis, (2) medulla torakalis, (3) medulla lumbalis, dan (4)
medulla sakral (konus medularis). (Joyce M. Black, 2014).
Di dalam medulla spinalis, substansia grisea berbentuk kupu-kupu
(kebanyakan tidak mengalami mielinisasi) dikelilingi oleh substansia alba
yang sebagain besar mengalami mielinisasi. Substansia alba mengandung
traktus asendens dan desenden yang menghantarkan impuls saraf antara
otak dan sel di luar SSP. Badan sel saraf pada subtansia grisea
dikelompokkan menjadi kelompok nuklei dan lamina (kelompok atau

10
kolumna yang terdiri atas sel-sel). Traktus pasa substansia alba tersusun
menjadi tiga pasang kolumna: lateralis, posterior, dan anterior. (Joyce M.
Black, 2014).
a. Jaras Asenden dan Desenden
Jaras asenden (sensorik) membawa informasi dari medulla spinalis
menuju otak. Sebagai contoh, traktus spinotalamikus membawa
informasi sensorik dari medulla spinalis ke talamus. Setelah bersinaps
di talamus, informasi derelai ke regio-regio otak seperti lobus parietalis.
Jaras desenden (motorik) membawa sebagian besar sinyal eferen ke
medulla spinalis. Traktus kortikospinal (saraf motorik atas) merupakan
traktus desenden melintas dari lobus frontalis korteks serebri menuju
neuron motorik di medulla spinalis. Saraf motorik bawah merupakan
sel-sel yang dimulai dari kornu anterior medulla spinalis menuju ke
saraf spinal ke sel otot. Traktus propriospinal terletak di dalam medulla
spinalis.
Banyak traktus berkomunikasi dengan korteks serebri secara
menyilang (decussate) tapi tidak semua menyilang pada tempat yang
sama. Istilah kontralateral dimaksudkan sisi yang berlawanan pada
tubuh dan digunakan untuk mendeskripsikan traktus yang menyilang
(sering pada medulla) dan asenden atau desenden; traktus ipsilateral
(sisi yang sama) tidak menyilang. Sebagai contoh, traktus sensorik
(termasuk traktus spinotalamikus) anterior, posterior, dan traktus
spinoserebelar anterior) menyilang di medulla kemudian naik ke
korteks serebri. Oleh karena itu saraf sensorik pada kortkeks serebri
menginterpretasikan stimulus sensoris pada sisi kontralateral tubuh.
Traktus korikospinal lateralis (traktus piramidalis) menyilang pada
medulla saat desenden dari lobus frontalis korteks serebri menuju
medulla spinalis. Traktus spinoserebelar posterior merupakan traktus
ipsilateral dan mengoordinasikan fungsi muscular pada sisi yang sama
pada tubuh. Penyilangan traktus spionalatamikus unik. (Joyce M.
Black, 2014).

11
b. Fungsi medulla spinalis: (Syaifuddin, 2011)
1) Medulla spinalis: pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang
datang mengaktifkan keluaran motorik secara langsung tanpa
campur tangan otak. Fungsi ini terlihat pada kerja refleks spinal,
untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan
tubuh.
2) Sebagai pusat perantaraan: antara susunan saraf tepi otak (susunan
saraf pusat), semua komando motorik volunter dari otak ke otot-otot
tubuh yang dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat motorik
spinal. Pusat motorik spinal akan memeproses sinyal sebagaimana
mestinya sebelum mengirimkannya ke otot. Sinyal sensoris dari
reseptor perifer ke pusat otak harus terlebih dahulu
dikomunikasikan ke pusat sensorik di medulla spinalis. Pada
medulla spinalis sinyal sensoris sebagian besar diproses dan
diintegrasikan sehingga medulla spinalis merupakan tempat
komunikasi dua arah antara otak dan medulla spinalis.
E. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf terpi atau perifer terdiri atas semua neuron selain yang ada pada
otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri atas jaras serabut saraf di
antara sistem saraf tepi dan semua struktur yang jauh di bagian-bagian tubuh.
Termasuk di dalam sistem saraf tepi adalah 12 pasang saraf kranial dan 31
pasang saraf spinal.
Saraf yang menghantarkan impuls ke otak dan medula spinalis disebut
neuron sensorik (aferen). Saraf yang menghantarkan impuls menjauhi otak
dan medula spinalis disebut neuron motorik (eferen). Kebanyakan saraf
tercampur, memiliki komponen sensorik dan motorik. (Joyce M. Black, 2014)
1. Susunan Saraf Somatik
Sistem saraf somatik disebut juga dengan sistem saraf sadar. Proses yang
dipengaruhi saraf sadar, berarti anda dapat memutuskan untuk
menggerakkan atau tidak menggerakan bagian-bagian tubuh di bawah
pengaruh sistem ini. misalnya ketika kita mendengar bel rumah berbunyi,

12
isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menerjemahkan pesan
tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu
dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu. (Koes Irianto,
2014)
Sistem saraf somatis terdiri atas: (1) Saraf otak (saraf kranial), saraf
otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati
lubang yang terdapat pad atulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12
pasang, (2) Saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), saraf sumsum
tulang belakang berjumlah 31 pasang. Saraf sumsum tulang belakang
berfungsi untuk meneruskan implus dari reseptor ke sistem saraf pusat
juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot rangka
tubuh. (Koes Irianto, 2014)
a. Saraf otak (Saraf Kranial)
Dua belas pasang saraf kranial berasal dari otak. Kebanyakan saraf
kranial tersusun atas neuron motorik dan sensorik, walaupun ada saraf
kranial yang hanya membawa impuls sensorik. Kecuali saraf
olfaktorius dan optikus, yang memiliki nuklei di bawah serebrum,
semua nuklei saraf kranial terletak di batang otak. (Joyce M. Black,
2014)
Tipe dan Fungsi Saraf Kranial
Uruta
n Nama Fungsi Tipe
Saraf
I Olfaktorius Olfaksi (penghidu) Sensorik
II Opikus Penglihatan Sensorik
Okulomotorius Gerakan mata Motorik
ekstraokular Parasimpatis
III Pengangkatan kelopak Motorik
mata
Konstriksi pupil

13
Troklearis Gerakan mata Sensorik
IV
ekstraokular
Trigeminus
- Bagian Sensasi somatik kornea, Sensorik
oftalmikus membran mukosa nasal,
wajah
Sensasi somatik wajah, Sensorik
2/
V - Bagian rongga mulut, 3

maksilaris anterior lidah, gigi


Sensasi somatik bagian Motorik
bawah wajah
- Bagian Mastikal (mengunyah) Motorik
mandibularis
VI Abdusens Gerakan mata lateral Motorik
VII Fasialis Ekspresi Wajah Sensorik
Vestibulokoklearis
VIII - Vestibularis Keseimbangan Sensorik
- Koklearis Pendengaran Sensorik
Glosofaringeus Pengecap, 1/3 posterior Sensorik
IX lidah, sensasi faringeal
Menelan Motorik
Vagus Sensasi faring, laring, Sensorik
telinga luar
Menelan Motorik
X
Aktivitas sistem saraf Parasimpatis
parasimpatis visera
abdomen dan toraks
XI Asesorius spinalis Gerakan leher dan bahu Motorik
XII Hipoglosus Gerakan lidah Motorik

Tabel Tipe dan Fungsi Saraf Kranial (Joyce M. Black, 2014)

14
b. Saraf sumsum tulang (Saraf Spinal)
Saraf spinal berkembang dari serangkaian radiks saraf yang berkumpul
di lateral medulla spinalis. Tiap saraf spinal terdiri atas radiks dorsalis
(sensori)dan radiks ventralis (motorik) yang bergabung membentuk
saraf spinal. Radiks dorsalis berasal dari posterolateral medulla
spinalis. Radiks ventralis berasal dari anterolateral medulla spinalis.
Terdapat 31 pasang saraf spinal : 8 pasang saraf sevikal, 12 pasang
saraf torakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sakral, dan 1
pasang saraf koksigeal. Area spesifik reseptor sensorik tiap radiks
dorsalis disebut sebagai dermatom sensoris. (Joyce M. Black, 2014).
Indra somatik merupakan saraf yang mengumpulkan informasi
sensoris dari tubuh. Indra ini berbeda dengan indra khusus (penglihatan,
penghiduan, pendengaran, pengecapan, dan keseimbangan). Indra simatif
dapat digolongkan menjadi tiga jenis: (Joyce M. Black, 2014).
a. Indra somatik mekanoreseptif, yang dirangsang oleh pemindahan
mekanisme sejumlah jaringan tubuh, meliputi indra raba, tekanan,
tekanan yang menentukan posisi relatif dan kecepatan gerakan
berbagai bagian tubuh.
b. Indra termoreseptor, mendeteksi panas dan dingin
c. Indra nyeri, digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan,
perasaan kompleks karena menyertakan sensasi perasaan dan emosi.
(Syaifuddin, 2011)
2. Susunan Saraf Otonom

15
Sistem saraf otonom merupukan bagian dari susunan saraf tepi yang
bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara ototmatis. Sistem saraf
otonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut,
pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi. (Koes Irianto, 2014)
Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu: (1)
Sistem saraf simpatik dan (2) Sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf
simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis
(berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau kelenjar
yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda. (Koes Irianto, 2014)
Saraf yang mempersarafi alat-alat dalam tubuh seperti kelenjar,
pembuluh darah, paru, lambung, usus dan ginjal. Alat ini mendapat dua
jenis persarafan otonom yang fungsinya saling bertentangan kalau yang
satu merangsang yang lainnya menghambat dan sebaliknya, kedua susunan
saraf ini disebut saraf simpatis dan saraf parasimpatis. (Syaifuddin, 2011)
Fungsi saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit,
pembuluh darah, dan organ viseral dengan cara merangsang pergerakan
otot polos dan kelenjar eksokrin, regulasi otonom dibawa oleh serabut
saraf simpatis dan parasimpatis. (Syaifuddin, 2011)
a. Saraf Simpatis
Saraf simpatis terletak di dalam kornu lateralis medulla spinalis servikal
VIII sampai lumbal I. Dari sini keluar akson yang mengikuti saraf
motoris di dalam radiks anterior. Setelah keluar dari kanalis vertebralis
saraf simpatis keluar dari radiks motoris dan masuk ke dalam trunkus
simpatikus yang merupakan suatu rantai ganglia simpatis yang terdapat
di sebelah kiri dan kanan kolumna vertebralis.
Trunkus simpatikus kiri dan kanan pada daerah sakral bagian
bawah bergabung menjadi satu dalam ganglion. Pada daerah servikal
terdapat tiga buah ganglia yaitu ganglia stelatum, ganglia servikalis
media, dan ganglia servikal superior. Di dalam trunkus simpatikus
saraf simpatis langsung bersinapsis, berjalan ke atas dan ke bawah,

16
keluar dari ganglion simpatis bergabung kembali dengan nervus spinal.
Pada bagian abdomen saraf simpatis melewati trunkus simpatikus
membentuk saraf perifer tersendiri. Saraf simpatis berasal dari torakal V
sampai IX membentuk nervus splanknikus mayor yang berasal dari
torakal X, XI, XII membentuk nervus splanknikus minor.
Setelah keluar dari ganglion mesenterikus superior saraf ini
membentuk jala saraf yang disebut pleksus solaris. Saraf simpatis yang
berasal dari torakal V sampai IX mengurus persarafan semua alat-alat
yang berada di dalam rongga abdomen. Saraf torakal I sampai IV
mengurus jantung dan paru. Alat-alat dalam kepala mendapat
persarafan simpatis yang berpusat pada kornulateralis medulla spinalis
servikal VIII dan torakal I. Saraf ini berjalan ke atas dan dalam trunkus
simpatikus bersinaps. Salah satu ganglion servikal berjalan mengikuti
percabangan arteri karotis komunis, mempersarafi pembuluh darah
muka, kelenjar keringat, kelenjar ludah, kelenjar air mata, dan pupil.
(Syaifuddin, 2011)
Fungsi sistem saraf simpatik: (1) Mempercepat denyut jantung, (2)
memperlebar pembuluh darah, (3) Memperlebar bronkus, (4)
Mempertinggi tekanan darah, (5) Memperlambat gerak peristaltis, (6)
Memperlebar pupil, (7) Menghambat sekresi empedu, (8) Menurunkan
sekresi ludah, (9) Meningkatkan sekresi adrenalin. (Koes Irianto, 2014)
b. Saraf parasimpatis
Saraf parasimpatis mengurus konstriksi pupil berjalan dengan nucleus
okulomitorius dan bersinaps di ganglion siliare yang terdapat di dalam
orbita dan memepersarafi pupil. Saraf parasimpatis mengurus sekresi
kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, dan kelenjar submandibularis
serta kelenjar mukosa rongga hidung. Pusat saraf ini terdapat dalam
pons varoli bagian bawah.
Saraf yang mengurus kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung
berpusat pada nuklei maksilaris. Saraf-sarafnya keluar bersama nervus
fasialis kemudian berjalan dalam nervus petrous superfisialis mayor,

17
bersipnasis di ganglion spenopalatinum mengurus kelenjar air mata dan
kelenjar mukosa hidung.
Saraf yang mengurus kelenjar ludah sublingualis dan
submandibularis berpusat pada nukelus salivaktorius superior. Saraf ini
mengikuti nervus VII, kemudian berjalan di dalam korda timpani,
bergabung dengan nervus lingualis kemudian bersinapsis di ganglion
submandibularis. Dari ganglion ini berjalan saraf II ke kelenjar yang
disarafinya yaitu glandula submandibularis dan glandula sublingualis.
(Syaifuddin, 2011)
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan
dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf
simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada
sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung. (Koes
Irianto, 2014)

18
Fisiologi Sistem Saraf

A. Pengolahan Informasi
Informasi yang masuk sedemikian rupa sehingga terjadi reaksi motorik yang
tepat. Lebih dari 99% dari semua informasi sensoris terus dibuang karena tidak
peting. , misalnya orang menyadari bagian tubuh yang bersentuhan dengan
pakaian atau tidak menyadari tekanan pada tempat duduk ketika sedang duduk.
Perhatian ditujukan pada suatu objek khusus dalam lapangan penglihatan dan
bunyi yang terus menerus biasanya dipindahkan ke latar belakang. Bila
informasi sensoris penting telah dipilih disalurkan ke dalam daerah motorik
otak yang tepat untuk menimbulkan reaksi yang diinginkan.
Sinaps sebagai tempat hubungan satu neuron dengan neuron berikutnya
untuk mengatur penghantaran isyarat, menentukan arah penyebaran isyarat
saraf di dalam sistem saraf. Beberapa neuron bereaksi terhadap perangsangan
dengan sejumlah besar impuls sedangkan yang lain bereaksi terhadap beberapa
impuls saja. Sinaps melakukan suatu tindakan selektif, sering menghambat
isyarat lemah dan meneruskan isyarat kuat, tidak menyalurkan isyarat ke
berbagai arah tetapi hanya ke satu arah saja.
Hanya sebagian kecil informasi sensoris penting yang menyebabkan reaksi
motorik segera. Sebagian besar sisanya disimpan untuk mengatur kegiatan
motorik di masa yang akan datang dan digunakan dalam proses berpikir.
Penyimpanan ini terjadi dalam korteks serebri tetapi tidak semuanya karena
daerah basal otak dan medulla spinalis dapat menyimpan sejumlah kecil
informasi.
Penyimpanan informasi merupakan proses daya ingat dan fungsi sinaps
yaitu setiap kali sesuatu isyarat sensoris tertentu melalui serangkaian sinaps.
Sinaps yang bersangkutan menghantarkan isyarat yang sama pada kesempatan
berikutnya. Proses ini disebut fasilitasi. Bila isyarat sensoris tersebut melalui
sinaps-sinaps berulang-ulang, ia akan menjadi demikian terfasilitasi, sehinga
isyarat dari pusat pengatur di otak menyebabkan hantaran impuls melalui
rangkaian sinaps yang sama. Meskipun input sensoris tidak terangsang,

19
menyebabkan orang mengalami perasaan yang asli meskipun sebenarnya itu
hanya merupakan suatu ingatan mengenai perasaan tersebut. (Syaifuddin,
2011)
Peranan sinaps dalam mengolah informasi. Sinaps adalah tempat
hubungan satu neuron dengan neuron berikutnya, dan oleh karena itu,
merupakan suatu tempat yang menguntungkan untuk mengatur penghantaran
isyarat. Sinaps menentukan arah penyebaran isyarat saraf di dalam sistem saraf.
Beberapa sinap menghantarkan isyarat dari satu neuron ke neuron lain dengan
mudah, sedangkan sinaps lain sulit mengantarkan isyarat. Juga, isyarat fasilitasi
dan inhibisi dari daerah lain di dalam sistem saraf dapat mengatur kegiatan
sinaptik, kadang-kadang mengaktifkan sinaps tersebut untuk penghantaran
isyarat dan saat lain mentak-aktifkannya. (Guyton 2012)
B. Sinaps
Sinaps merupakan suatu daerah kontak khusus santara satu neuron dengan
neuron yang lain, anatara satu neuron dengan alat-alat efektor atau antara dua
serat otot. Impuls yang terdapat di suatu neuron akan diteruskan ke neuron
yang lain. Termpat terjadinya penghantaran impuls disebut sinaps. Daerah-
daerah sinaps memungkinkan adanya hubungan fungsional dan interaksi yang
erat antara satu neuron dengan neuron yang lain. Celah sinaps adalah hubungan
antara satu sel saraf dengan sel saraf yang lain tempat terjadinya pemindahan
impuls. (Syaifuddin, 2011)
Jenis hubungan sinaps:
1. Sinaps interneuronal: Hubungan kontak fungsional anatra dua neuron.
2. Sinaps neuromuscular: Hubungan kontak fungsional antara satu neuron
dengan satu slel otot atau satu serat otot.
3. Sinaps neuroglandurar: Hubungan kontak antara satu neuron dengan satu
kelenjar.
Dalam susunan saraf pusat hanya ada sinaps interneural biasa, di singkat
sinaps. Hubungan natra neuron ini dijumpai dalam berbagai bentuk
keanekaragaman dalam gelembung sinaps, morfologi membran. Dan hubungan
antara membran.

20
Sinaps kimiawi yang singkat dengan sinapsis, merupakan hubungan kontak
fungsiomal antar-neuron dalam susunan saraf pusat. Impuls saraf dihantarkan
melalui daerah sinaps dalam satu arah tertentu yang ditentukan oleh pemadatan
susunan membrane dan adanya gelembung-gelembung sinaptik pada elemen
presinaptik. Komponen sinaptik ditandai dengan adanya gelembung berbentuk
bulat atau pipih.
Proses hantaran impuls melalui sinaps harus mengikuti serentetan peristiwa
fisika dan kimia dan mengalami sederetan proses sebelumnya yang dapat
menimbulkan potensial aksi di sel postsinaps. Penghantaran impuls melalui
sinaps mudah dipengaruhi oleh obat-obatan dan zat kimia. Proses penghantaran
secara kimiawi melibatkan serangkaian langkah-langkah pembentukan
neurotransmitter, penyimpanan, pembesaran, reaksi dengan reseptornya, dan
penghentian pengaruhnya. Apabila hal ini terjadi pada suatu sinaps listrik
hubungan anatra sel postesinaps dan presinaps sangat erat sehingga potensial
aksi dapat langsung memengaruhi membran sel postsinpas, sehingga potensial
aksi dapat langsung terjadi. (Syaifuddin, 2011)
C. Refleks
Refleks adalah respons yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi
di luar kehendak. Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap
perubahan lingkungan baik dalam maupun luar organisme yang melibatkan
sistem saraf pusat dalam memberikan jembatan (respons) terhadap rangsangan.
(Syaifuddin, 2011)
Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya
kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan
adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap
berbagai perubahan di luar dan di dalam tubuh disertai adaptasi terhadap
perubahan tersebut. Dengan demikian seberapa besar peran sistem saraf pusat
dapat mengatur kehidupan organisme. (Syaifuddin, 2011)
1. Lengkung Refleks
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung
refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks:

21
a. Reseptor rangsangan sensoris, peka terhadap suatu rangsangan (mis,
kulit)
b. Neuron aferan (sensoris), dapat mengantarkan impuls menuju ke
susunan saraf pusat (medulla spinalis/batang otak).
c. Pusat saraf (pusat sinaps), tempat integrasi masuknya sensoris dan
dianalisis kembali ke neuron eferen.
d. Neuoron eferen (motorik), menghantarkan impuls ke perifer.
e. Alat efektor, merupakan tempat terjadinya reaksi yang diawali oleh
suatu serat otot atau kelenjar.
Reseptor adalah suatu struktus khusus yang peka terhadap suatu bentuk
energy tertentu dan dapat mengubah bentuk energy itu menjadi aksi-aksi
potensial listrik atau impuls-impuls saraf. Efektor adalah percabangan akhir
serat-serat eferen (motorik) di dalam otot serat lintang, otot polos, dan kelenjar
(alat efektor).
2. Jenis Refleks
Refleks dapat dikelompokkan dalam berbagai tujuan. Refleks
dikelompokkan berdasarkan:
a. Tata letak reseptor yang menerima rangsangan:
1) Refleks eksteroseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor
permukaan tubuh.
2) Refleks interoreseptif (viseroreseptif), timbul karena rangsangan
pada alat dala atau pembuluh darah (mis., dinding, kandung kemih
dan lambung)
3) Refleks proreseptif, timul karena rangsangan pada reseptor otot
rangka, tendo dan sendi unuk keseimbangan sikap.
b. Bagian saraf pusat yang terlibat:
1) Refleks spinal, melibatkan neuron di medulla spinalis
2) Refleks kortikal, melibatkan neuron di medulla oblongata
3) Refleks kortikal, melibatkan neuron di korteks serebri.
c. Jenis atau ciri jawaban

22
1) Refleks motorik, efektornya berupa otot dengan jawaban berupa
relaksasi/kontraksi otot.
2) Refleks sekretorik, efektornya berupa kelenjar dengan jawaban
berupa peningkatan atau penurunan sekresi kelenjar
3) Refleks vasomotor, efektornya barupa pembuluh darah dengan
jawaban berupa vasodilatasi/vasokonstruksi
d. Timbulnya refleks. Refleks telah timbul sejak lahir. Ada juga dapat
diperlihakan setelah memenuhi peryaratan yang diperlukan dan refleks
yang terakhir didapat selama makhluk berkembang berupa pengalaman
hidup.
Berdasarkan hal tersebut refleks dibagi dalam:
1) Refleks tak-bersyarat, refleks yang dibawa sejak lahir, bersifat
mantap tidak pernah berubah, dan dapat ditimbulkan bila ada
rangsangan yang cocok (mis., bayi menghisap jari)
2) Refleks bersyarat, di dapat selama pertumbuhan berdasarkan
pengalaman hidup dan memerlukan proses belajar, mempunyi ciri-
ciri bersifat individual (seseorang memiliki tetapi orang lain belum
tentu), tidak menetap, dapat diperkuat dan dapat hilang, dapat timbul
oleh berbagai jenis rangsangan. Pada beberapa jenis reseptor asal
disusuli oleh rangsangan bersyarat.
e. Jumlah neuron yang terlibat:
1) Refleks monosinaps, melalui satu sinaps dan dua neuron (satu
neuron aferen, satu neuron eferen) yang langsun berhubungan pada
saraf pusat. Contohnya, refleks regang
2) Refleks polisinaps, melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa
interneuron yang menghubungkan neuron aferen dengan neuron
eferen. Semua refleks lebih dari satu sinaps kecuali refleks tegang.
3. Fisiologi Refleks
Bila kita melihat kegiatan biolistrik di masing-masing bagian pada suatu
lengkung refleks, akan didapati:

23
a. Potensial generator yang timbul karena pemberian rangsangan.
Besar/kecilnya potensial ini bergantung pada kuat/ringannya
rangsangan. Pada reseptor tidak timbul potensial aksi tetapi potensial
generator berupa polarisasi
b. Potensial aksi pertama timbul baru terlihat pada neuron eferen,
dihantarkan sepanjang neuron eferen dengan kecepatan bergantung pada
sifat serat aferen.
c. Pada pusat saraf impuls dari serat aferen akan dihantarkan ke neuron
lainnya melalui sinaps diteruskan ke neuron lain, akan mengalami
perlambatan pusat (sentral delay).
d. Impuls yang sampai di pusat eferen akan diteruskan dalam bentuk
potensial aksi. Kegiatan listrik ini diteruskan hingga sampai pada
hubungan serat eferen dan efektor.
e. Bila efektor berupa otot, selanjutnya di sel otot akan timbul potensial
aksi yang dapat menyebabkan kontaksi otot.
Dengan penjelasan ini dapat diketahui bahwa berbagai bentuk kegiatan
biolistrik dapat ditemukan sepanjang lengkung refleks.
Hantaran impuls dibedakan menjadi:
a. Hantaran orthdodromik. Pengantaran kegiatan mulai dari reseptor
hingga efektor yang melalui aferen, saraf pusat, dan eferen. Hantaran
impuls dapat pula berlangsung dari reseptor ke efektor tanpa melalui
saraf pusat, karena saraf aferen mempunyai cabang, langsung
berhubungan dengan organ lain yang dapat dipengaruhi.
b. Hantaran antidromik. Penghantaran impuls yang membalik tidak melalui
saraf pusat. Refleks ini tidak melalui sistem saraf pusat dan disebut
refleks akson karena hanya melalui akson saja.
D. Reseptor Sensoris
Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensoris yang mendeteksi
rangsangan sensoris seperti sentuhan, suara, cahaya, dingin dan hangat.
Mekanisme dasar reseptor ini mengubah rangsangan sensoris menjadi isyarat
saraf sebagimana rangsangan sensoris dan kekuatan dideteksi oleh otak.

24
Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan kekhususan tinggi. Dengan alat
ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energy di lingkungan
dalam dan lingkungan luar. (Syaifuddin, 2011)
Jenis reseptor sensoris:
1. Mekanoreseptor: Reseptor mekanik dari berbagai kelompok reseptor
sensoris yang mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel di dekat
reseptor (mis., kulit, otot rangka, persendiaan, dan organ viseral).
2. Termoreseptor: Mendeteksi perubahan suhu. Beberapa reseptor mendeteksi
suhu dingin dan panas yang merupakan aliran saraf bebas dalam kulit dan
sensitif akan berubahan suhu dalam darah.
3. Nosiseptor: Mendeteksi nyeri, biasanya disebabkan kerusakan fisik maupun
kerusakan kimia, terdapat dalam hipotalamus otak.
4. Reseptor elektromaknetik: Mendeteksi perubahan cahaya pada retina mata.
Perubahan cahaya akan membuat perubahan gelombang spectrum
elektromaknetik
5. Kempreseptor: Mendeteksi pengecapan dalam mulut, bau dalam hidung,
kadar oksigen dalam darah arteri, osmolitas cairan tubuh, konsentrasi
karbon dioksida, dan faktor bahan kimia tubuh.
Tiap jenis reseptor sangat peka terhadap satu jenis rangsangan, dirancang
tidak bereaksi atau hampir tidak bereaksi terhadap intensitas normal dari
rangsang sensoris lainnya. Tiap jaras saraf berakhir pada suatu tempat spesifik
dalam susunan saraf pusat. Jenis sensasi yang dirasakan, bila suatu serabut
saraf dirangsang, ditentukan oleh daerah khusus di dalam sistem saraf ini yang
ditujukan oleh serabut tersebut. Misalnya, jika suatu serabut nyeri dirangsang,
orang akan merasa nyeri tanpa memperhatikan jenis rangsang apa yang
merangsang serabut itu. kekhususan serabut saraf untuk mengirim hanya satu
modalitas sensasi saja yang disebut prinsip jalur. (Syaifuddin, 2011)
Jalur somatosensoris (rasa somatic) dihantarkan oleh dua sistem:
1. Spinotalmikus, menyalurkan impuls sensorik dari kulit (superficial).
a. Jaras spinotalmikus ventralis, menyalurkan rasa raba dan tekan. Neuron
I bersinaps ke kornu posterior, menyeberang ke kontralateral, masuk ke

25
trakstus spinotalamikus ventralis. Neuron II bersinap di daerah 1, 2, 3
Brodmann
b. Jaras spinotalmikus lateralis, menyalurkan rasa sakit dan suhu. Neuron
I bersinaps di sbustansia gelatinosa, neuron II menyeberang ke sisi
kontralateral dan masuk ke traktus spinotalmikus lateralis bersinaps
dengan neuron III di nuklei ventroposterolateral talamus berakhir di
daerah area 1, 2, 3 Brodmann
2. Sistem kolumna dorsalis, menyalurkan impuls sensorik motorik bagian
dalam dari otot dan tendo, menyalurkan rasa somatic berupa rasa gerak
sikap, diskriminasi 2 titik dan getaran. Terdiri dari dua sistem yaitu:
a. Fasikulus grasilis: Aferen masuk melalui segmen sakral dan lumbal
membawa impuls dari tubuh dan ekstremitas bagian bawah. Neuron I
bersinaps dengan neuron II di daerah medulla oblongata kemudian
neuron II menyeberang ke sisi kontralateral dan berjalan ke dalam
sinaps dengan neuron III berakhri pada area 3, 1, 2 Brodmann.
b. Fasikulus guneatus: Aferen masuk melalui segmen torakal dan servikal
neuro I bersinaps dengan neuron II di medulla oblongata. Neuron II
menyeberang ke sisi konralateral berjalan dalam lemnikus medialis
selnajutnya sama dengan fasikulus grasilis.
(Syaifuddin, 2011)
E. Pengaturan Motorik
Kegiatan motorik bawah sadar yang diintegrasikan dalam medulla spinalis dan
batang otak terutama bertanggung jawab untuk daya gerakan. Gerakan
volunteer sederhana aau kompleks dapat dilaksanakan oleh struktur motor di
otak besar, terutama area korteks di depan sulkus sentralis. Jika seseorang
menderita kecelakaan trauma berat pada korda spinalis makan terlihat
gangguan kendali motorik otot yang diinervasi oleh segmen saraf di tempat
yang mengalami kerusakan. Ia akan kehilangan kemampuan menggerakkan
anggota tubuh atas dan bawah secara volunteer meskipun gerak kepala lidah
dan mata masih dikendalikan oleh saraf kranial dan batang otak. (Syaifuddin,
2011)

26
Puncak peranan dari sistem saraf adalah pengendalian berbagai aktibitas
tubuh. Kemampuan ini dapat dicapai melalui pengendalian:
1. Kontraksi otot rangka seluruh tubuh
2. Kontraksi otot polos viseral
3. Sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin
Seluruh aktivitas pengendalian ini disebut fungsi motorik sistem saraf.
Sedangkan otot dan kelenjar adalah efektor karena ia melakukan fungsi yang
ditetapkan oleh isyarat saraf.
Korteks motorik primer menyebabkan kontraksi otot di dalam berbagai
bagian tubuh bila dirangsang. Rangsangan korteks motorik paling lateral
menyebabkan kontraksi otot yang berhubungan dengan gerakan menelan,
menguyah, dan gerakan wajah. Perangsangan bagian tengah garis korteks
motorik membengkok ke dalam fisura longitudinal menyebabkan kontraksi
tungkai, kaki, dan jari kaki.
Koterks motorik asosiasi (premotorik) terletak langsung di depan korteks
mototik primer yang bertugas membuat program gerakan volunteer kompleks
dan mengaktifkan otot-otot yang diperlukan untuk gerakan. Rangsangan listrik
pada korteks serebri di depan korteks motorik primer menimbulkan kontraksi
kompleks kelompok otot atau gerakan berirama seperti mengayun tungkai ke
depan dan ke belakang, koordinasi gerakan mata, gerakan mengunyah,
menelan, dan posisi sikap.
Korteks premotorik melukiskan kemampuan khusus mengatur gerakan
terkoordinasi yang meliputi banyak otot secara serentak. Hal ini terjdai karena:
1. Mempunyai hubungan neuron subkortikal yang panjang dengan daerah
asosiasi sensoris lobus parietal
2. Mempunyai hubungan subkortikal langsung dengan korteks motorik primer
3. Berhubungan dengan daerah-daerah dalam talamus yang bersebelahan
dengan daerah talamikus dan korteks motorik primer.
4. Daerah premotorik mempunyai banyak hubungan langsung dengan ganglia
basalis.
(Syaifuddin, 2011)

27
F. Sensasi Somatik
Kemampuan seseorang untuk mendiagnosis berbagai penyakit bergantung pada
pengetahuan mengenai berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri dapat
dialihkan dari suatu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Nyeri adalah
suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bila jaringan sedang rusak
yang menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut.
(Syaifuddin, 2011)
Sifat Nyeri:
1. Nyeri tertusuk: Bila suatu jarum ditusukkan ke dalam kulit dirasakan
daerah kulit mengalami irirtasi kuat.
2. Nyeri terbakar: Nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar merupakan jenis
nyeri yang paling kuat menyebabkan penderitaan.
3. Pegal: Suatu nyeri dalam dengan berbagai tingkat gangguan dan intensitas
rendah di daerah tubuh yang tersebar luas dapat, bersatu menjadi suatu
sensasi yang sangat tidak enak.
Reseptor nyeri di dalam kulit dan jaringan merupakan ujung saraf bebas
yang tersebar luas dalam lapisan superficial kulit. Jaringan dalam tertentu tidak
dipersarafi secara luas oleh ujung nyeri tetapi mendapatkan persarafan yang
lemah. Setiap kerusakan jaringan yang tersebar luas menyebabkan pegal pada
daerah ini.
Perangsangan sangat ringan pada ujung saraf nyeri bila dihambat dengan
anastesi atau dengan menekan saraf fenomena geli atau gatal akan lenyap.
Sensasi gatal dapat dibangkitkan melalui refleks menggaruk dan berkurangnya
gatal dapat terjadi dengan menggaruk, garukan yang kuat menimbulkan rasa
nyeri.
Nyeri dan berbagai visera perut dan dada merupakan salah satu dari
beberapa criteria yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan,
dan gangguan visera lain. Pada umumnya visera tidak mempunyai reseptor
sensoris untuk modalitas sensasi selain nyeri. Nyeri viseral berbeda dnegan
nyeri permukaan. Jenis kerusakan sangat teralokasi, pada visera jarang
menyebabkan nyeri hebat. (Syaifuddin, 2011)

28
G. Sensasi Suhu
Manusia dapat merasakan berbagai gradasi dingin dan gradasi panas, progesif
dingin dari sejuk ke dingin sampai membekukan, progresif panas dari hangat
ke panas sampai panas membakar. Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis
organ akhir yaitu reseptor dingin, reseptor hangat, dan dua subtipe reseptor
nyeri (reseptor nyeri dingin dan reseptor nyeri panas).
Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulitr. Pada
titik yang terpisah masing-masing mempunyai diameter stimulasi sekitar 1 mm.
Pada bagian terbesar tubuh jumlah reseptor hangat tiga kali jumlah reseptor
dingin.
Bila suatu reseptor suhu mengalami perubahan tiba-tiba ia menjadi
terangsang dengan kuat tetapi perangsangan ini menghilang dengan cepat. Pada
menit pertama secara progresif lebih lambat selama setengah jam berikutnya
beradaptasi tetapi tidak seluruhnya. Bila suhu kulit turun secara aktif, oran
merasa jauh lebih dingin, jika suhu meningkat secara aktif ia merasa jauh lebih
hangat daripada yang dirasakan pada suhu yang sama.
Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolic, karena
suhu mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan
suhu 10 derejat Celsius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh
perangsangan tidak langsung, tetapi perangsangan kimia dari ujung saraf
tersebut karena diubah oleh suhu.
Isyarat suhu ditransmisikan dalam lintasan yang hampir sama dengan
nyeri, dengan memasuki medulla spinalis. Isyarat dihantarkan oleh beberapa
segmen ke atas atau ke bawah, kemudian diproses neuron medulla spinalis,
akhirnya memasuki serat suhu yang panjang menyeberang ke traktus
spinotalamikus ke anterkolateralis. Beberapa isyarat suhu dihantarkan ke
korteks somestetik dari kompleks ventrobasal suatu neuron dalam daerah
sensoris somestetik yang bereaksi terhadap rangsangan dingin dan hangat
dalam daerah kulit tertentu. (Syaifuddin, 2011)

29
H. Fungsi Luhur
Korteks limbic merupakan korteks serebri sekitar hilus hemisfer serebral dari
lobus frontalis ke struktur limbik yang berdekatan. Fungsi sistem limbik
berperan sebagai jawaban sistem saraf otonom dan sistem saraf somatic:
1. Fungsi penghidu: Komponen emosional dari fungsi penghidu merasa
senang bila mencium bau wangi tertentu.
2. Perilaku makan: Pusat makan dan kenyang terdapat pada hipotalamus,
merasa puas setelah makan enak.
3. Perilaku seksual: Dipengaruhi oleh faktor psikis dan sosial, dientukan oleh
hormone testosteron pada laki-laki dan hormone estrogen pada wanita.
Pada laki-laki, kerusakan bilateral amigdala atau daerah sekitarnya
menimbulkan hiperseksualitas. Kerusakan hipotalamus anterior pada
wanita mengakibatkan hiposeksual. Perilaku keibuan (maternal behavior)
terletak pada girus singuli bagian retrosplienial korteks limbik.
4. Takut, lari, atau menghindar. Ekpresi somatic melihat ke kanan atau ke kiri
ekspresi otonom pupil dilatasi, frekwensi jantung naik, tekanan darah naik.
Perangsangan amigdala dan hipotalamus menyebabkan rasa takut . bila
amigdala rusak, hilanglah rasa takut dan dapat terjadi pada penyakit jiwa
yang agresif
5. Marah, berkelahi, dan menyerang. Perangsangan amigdala dan hipotalamus
akan menimbulkan rasa marah. Kerusakan neokorteks timbulkan marah
meskipun rangsangan ringan.
6. Motivasi, berpua rangsangan tak-bersyarat. Motivasi hilang jika dirangsang
bagian lateral hipotalamus posterior dan midbrain dorsal.
7. Ingatan (jangka pendek dan panjang [amnesia, Alzheimer])
8. Fungsi belajar. Daerah wrnicke bagian ujung posterior girus tenporalis
superior penting untuk pengertian informasi, pendengaran, dan penglihatan.
Daerah Broca (area 44 Brodmann) menerima informasi dari daerah
Wenicke melalui fasikulus arquarta, membuat pola kegiatan yang terperinci
diteruskan ke korteks motorik sehingga menyebabkan gerakan yang
terkoordinasi dari bibir, lidah, dan laring yang disbeut bicara.

30
Girus angularis di belakang Wernicke memproses informasi dari kata-kata
yang dibaca dalam bentuk kata-kata yang didengar. Gangguan fungsi bahasa
yang disebabkan gangguan penglihatan dan pendengaran (paralisis motorik)
disebut afasia. Kerusakan daerah Broca menyebabkan afasia motorik, bicara
tidak lancar atau lambat. Kerusakan daerah Wernicke menyebabkan penderita
banyak bicara, gramatika kacau, dan gangguan pada pengertian kata-kata yang
diucapkan (afasia sensorik). (Syaifuddin, 2011)
I. Pengaturan Gerak dan Sikap
Neuron ini dipengaruhi oleh impuls-impuls dari berbagai tingkat susunan saraf
pusat. Sususan saraf pusat dari segmen medulla spinalis yang sama maupun
yang lebih tinggi melalui interneuron atau sistem eferen ke muscle spindle
kembali ke medulla spinalis melalui aferen.
Semua masukan impuls dari berbagai tingkat susunan saraf pusat (medulla
spinalis, medulla oblongata, dan korteks serebri) akan mengatur sikap tubuh
dan memungkinkan terjadinya gerak yang terkoordinasi. Berbagai masukan
motorik neuron menghasilkan tiga aktivitas dasar motorik:
1. Gerak terampil atas kemampuan
2. Penyesuaian sikap tubuh yang mendasari gerakan
3. Koordinasi gerak otot menghasilkan gerak halus dan tepat
Mekanisme ekstrapiramidal berhungan dengan sikap integrasi pada berbagai
tingka susunan saraf pusat. Respons motorik yang rumit akan diintegrasikan
pada tingkat susunan saraf pusat yang tinggi dengan persarafan yang rumit.
Sikap dan keseimbangan tubuh dapat dipertahankan karena adanya interaksi
anatara berbagai refleks yang kompleks meliputi tiga proses:
1. Sikap static/sikap tonik. Sikap berdiri di atas kedua kaki dicapai melalui
dua fiksasi persendian oleh kontraksi simultan otot ekstensor dan otot
fleksor. Untuk mempertahankan sikap statis yang optimal diperlukan
keutuhan korteks serebri dan basal ganglia. Refleks medulla spinalis saja
tidak cukup untuk membentuk sikap berdiri yang baik. Peran neuron
motorik dan neuron eferen sama pada tonus otot serta pengaturan refleks
regang oleh pusat supreaspinal. Untuk membentuk sikap dengan tonus otot

31
yang normal minimal dibutuhkan bagian depan midbrain. Untuk reaksi
yang kuat positif dan negatif membutuhkan keutuhan basal ganglia dan
korteks serebri.
2. Koreksi terhadap perubahan kecil pda posisi tubuh merupakan rentetan
respons yang timbul akibat perubahan posisi tubuh yang disebut refleks
righting. Refleks yang intergrasinya terjadi pada midbrain berguna untuk
mempertahankan posisi berdiri yang normal dengan kepala tetap tegak.
Reseptor yang mendeteksi perubahan tubuh ialah:
a. Alat vestibular, terdapat pada telinga dalam, penting untuk
mempertahankan sikap, terdapat dua jenis organ dengan fungsi yang
berbeda – urtikulus dan sakulus untuk mendeteksi posisi kepala
terhadap tarikan gravitasi; kanalis semisirkulasi untuk mendeteksi
percepatan yang memengaruhi posisi kepala. Kanalis semisirkularis
juga membantu mengontrol arah gerakan bola mata. Nukleus
vestibularis berhubungan dengan nukleus nervus III, mengontorl
gerakan bola mata dengan serebelum dengan motorik spinal.
b. Proprioseptor pada otot, tendo, dan sendi leher, bekerja membantu
perubahan yang terdapat pada otot dan sensi leher. Pada waktu posisi
kepala berubah tubuh dapat menyusaikan diri dengan posisi kepala.
c. Proprioseptor pada otot, tendo, ligamentum, dan sendi seluruh tubuh,
terutama sekitar kolumna vertebralis dan tungkai, serta reseptor raba
dan tekan pada telapak kaki. Reseptor ini penting untuk mengenal
posisi berbagai bagian tubuh, perbaikan posisi tubuh diawali
rangsangan pada reseptor regang pada otot, ligamentum dan sendi
berupa perubahan panjang serta tegangan ototo ekstensor maupun
fleksor.
Refleks statokinetik berfungsi untuk mempertahankan sikap tubuh pada
waktu melakukan gerakan sehingga distribusi beban merata dan otot-otot
berada dalam keadaan seimbang sesuai dengan gerakan yang bersangkutan.
Reseptor pada alat vestibular yang berfungsi untuk mempertahanakan sikap
statis terhadap tarikan gravitasi ialah organ otot pada urtikulus dan sakulus,

32
yang mempertahankan posisi tegak pada waktu bergerak. Kanalis
semisirkularis menjadi lebih perperan, demikian juga refleks mata. Reseptor
penglihatan dan reseptor proprioseptif pada otot dan sendi terutama pada
kepala dan leher penting dalam mempertahankan sikap pada waktu
bergerak. (Syaifuddin, 2011)

33
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan & Kebidanan, Ed.4, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Joyce M. Black, ddk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah, Ed 8. Singapore:


Elsevier

Arif Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Koes Irianto. 2014. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta

J. H. Green. Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia. Tengerang: Binarupa Aksara


Publisher

Evelyn C. Pearce. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Grarmedia Pustaka Utama

Jonh Gibson. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Arthur C. Guyton. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Satyanegara, dkk. 2014. Ilmu Bedah Saraf edisi 5. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

34

You might also like