Professional Documents
Culture Documents
“ Kebijakan SIMRS “
Dosen Pembimbing :
Gamasiano A, S.KM, M.Kes
Disusun oleh :
Golongan B
Semester 3
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul "Kebijakan SIMRS".
Adapun makalah " Kebijakan SIMRS " ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatannya. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian,
kebijkan serta peran dari SIMRS, sehingga akan mendapatkan gambaran umum
tentang SIMRS. Penyusunan makalah ini juga dapat dijadikan bahan litelatur
untuk pembaca sehingga dapat menambah pengetahuan.
BAB 2
PEMBAHASAN
Tata kelola sistem informasi yang baik harus selaras dengan fungsi, visi, misi
dan strategi organisasi. Secara generik fungsi Rumah Sakit (menurut WHO tahun
1957), memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif
maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga
dan lingkungan, Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan
serta untuk penelitian biososial. Rumah sakit juga merupakan pusat pelayanan
rujukan medik spsialistik dan sub spesialistik dengan fungsi utama menyediakan
dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitasi pasien). Dengan demikian secara umum sistem informasi
Rumah Sakit harus selaras dengan bisnis utama (core bussines) dari Rumah Sakit
itu sendiri, terutama untuk informasi riwayat kesehatan pasien atau rekam medis
(tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang diberikan kepada pasien), informasi kegiatan operasional (termasuk
informasi sumber daya manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank
data.
Dengan demikian secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus selaras
dengan bisnis utama (core bussines) dari Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk
informasi riwayat kesehatan pasien atau rekam medis (tentang indentitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
pasien), informasi kegiatan operasional (termasuk informasi sumber daya
manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank data.
Keberhasilan implementasi sistem informasi bukan hanya ditentukan oleh
teknologi informasi tetapi juga oleh faktor lain, seperti proses bisnis, perubahan
manajemen, tata kelola IT dan lain-lainnya. Karena itu bukan hanya teknologi
tetapi juga kerangka kerja secara komprehensif sistem informasi Rumah Sakit.
Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses
rawat dan pulang. Selama proses perawatan, pasien akan
menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan tindakan dari unit-
unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive,
diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat
order/pesanan dari dokter (misalnya berupa resep untuk farmasi,
formulir lab dan sejenisnya) dan perawat.
Jadi dokter dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis
Rumah Sakit (seluruh order berasal dari mereka). Karena itu kami
menyebutkan inti sistem ini sebagai order communation system.
a. Redudansi Data, pencatatan data medis yang sama dapat terjadi berulang-
ulang sehingga menyebabkan duplikasi data dan ini berakibat
membengkaknya kapasitas penyimpanan data. Pelayanan menjadi lambat
karena proses retreiving (pengambilan ulang) data lambat akibat
banyaknya tumpukan berkas.
b. Unintegrated Data, penyimpanan dan pengelolaan data yang tidak
terintegrasi menyebabkan data tidak sinkron, informasi pada masing-
masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.
c. Out of date Information, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus
direkap secara manual maka penyajian informasi menjadi terlambat dan
kurang dapat dipercaya kebenarannya
d. Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan
kejenuhan hal ini berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses
pencatatan dan pengolahan data yang dilakukan secara manual terlebih
lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah sangatlah besar. Pemasukan
data yang tidak sinkron untuk pasien atau barang yang sama tentu saja
akan meyulitkan pengolahan data dan tidak jarang berdampak pada
kerugian materi yang tidak sedikit bagi rumah sakit.
a. Keamanan fisik
1. Kebijakan hak akses pada ruang data center/server
2. Kebijakan penggunaan hak akses komputer untuk user pengguna
b. Keamanan Jaringan
1. Keamanan jaringan (network security) dalam jaringan komputer
sangat penting dilakukan untuk memonitor akses jaringan dan
mencegah penyalahgunaan sumber daya jaringan yang tidak sah.
Tugas keamanan jaringan dikontrol oleh administrator jaringan.
2. Segi-segi keamanan didefinisikan sebagai berikut:
Informasi (data) hanya bisa diakses oleh pihak yang memiliki
wewenang.
Informasi hanya dapat diubah oleh pihak yang memiliki
wewenang.
Informasi tersedia untuk pihak yang memiliki wewenang
ketika dibutuhkan.
Pengirim suatu informasi dapat diidentifikasi dengan benar dan
ada jaminan bahwa identitas yang didapat tidak palsu.
Pengirim maupun penerima informasi tidak dapat menyangkal
pengiriman dan penerimaan pesan.
c. Keamanan Aplikasi
Untuk memenuhi syarat keamanan sebuah sistem informasi, maka sistem
harus memenui syarat-syarat sebagai berikut:
1. Keamanan aplikasi harus mendukung dan mengimplementasikan
protokol keamanan dalam melakukan transfer data (seperti: SSL,
TLS)
2. Aplikasi harus memungkinkan masing-masing user dapat
didentifikasikan secara unik, baik dari segi nama dan perannya.
3. Akses melalui metode akses remote dapat berfungsi dengan baik
melalui aplikasi client (yaitu melalui VPN, modem, wireless, dan
sejenisnya).
4. Aplikasi dapat berfungsi dengan baik pada software anti-virus yang
digunakan saat ini.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penutup Berdasarkan apa yang sudah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
sudah waktunya para pengelola rumah sakit menyadari pentingnya Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) untuk diaplikasikan di rumah sakit
mereka. Dalam era informasi ini, dimana persaingan semakin ketat, kompetitif
dan global, pengaruhnya bukan hanya dirasakan oleh perusahaan bisnis semata
melainkan juga oleh dunia pelayanan kesehatan (rumah sakit). Hanya rumah sakit
yang mampu beradaptasi dengan dunia baru ini akan dapat bertahan hidup.
Rumah sakit itu harus mampu memberikan layanan yang cepat, nyaman dan
berkualitas. Layanan seperti itu hanya mungkin dilakukan jika proses pengelolaan
rumah sakit dilakukan dengan bantuan SIMRS. Sistem ini mendukung tercapainya
pengelolan rumah sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel. Selain hal tersebut,
SIMRS juga harus memiliki kebijakan saat SIMRS digunakan di rumah sakit yang
diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2013 agar kemanan SIMRS terjamin kemananya dan tidak disalahgunakan peran
SIMRS.
3.2 Saran
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, dapat menambah pengetahuan
bagi mahasiswa Rekam Medik tentang Kebijakan SIMRS di rumah sakit.
Daftar Pustaka