You are on page 1of 21

HUKUM DAN KEBIJAKAN RMIK

“ Kebijakan SIMRS “

Dosen Pembimbing :
Gamasiano A, S.KM, M.Kes
Disusun oleh :

Ameng Bagus Suprayogy (G41170679)


Ike Puspa Adityas (G41170848)
Dwi Kharisma Putri (G41171150)
Ratih Rahmawati (G41171159)
Thursina Fatih Ulum M (G41171255)
Siti Nur Faidah (G41171330)

Golongan B
Semester 3

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2018
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 3


BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB 2 ................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
2.1 Pengertian SIMRS .................................................................................................. 6
2.2 Kebijakan Pada SIMRS ......................................................................................... 7
2.3 Peran SIMRS......................................................................................................... 14
2.4 Keamanan SIMRS ............................................................................................... 17
BAB 3 ............................................................................................................................... 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 19
3.2 Saran ....................................................................................................................... 19
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 20
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul "Kebijakan SIMRS".

Adapun makalah " Kebijakan SIMRS " ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatannya. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “Kebijakan


SIMRS" ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca dan dapat dijadikan sumber literasi. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.
Terima kasih.

Jember, November 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah pusat pelayanan kesehatan sangat penting dalam


masyarakat yaitu melakukan sebuah pelayanan harus berdasarkan melalui
pendekatan kesehatan (promotiv,preventif,kuratif dan rehabiltatif) dan
dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rumah sakit
juga dituntut meningkatkan kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dengan
tidak mengurangi misi sosial yang diembannya. Sebuah kualitas rumah sakit dapat
berpengaruh pada citra rumah sakit tersebut.
Di era informasi ini, rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan
strategis pada internal organisasi, manajemen, dan SDMnya serta harus mampu
secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas agar dapat menjadi organisasi yang
responsif, inovatif, efektif, efisien dan tentu saja menguntungkan bagi pemilik
modal. Hal ini berdampak pada manajerial rumah sakit yang mengembangkan
strategis salah satunya adalah peranan system informasi manajemen di rumah
sakit.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah sistem komputer
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan
kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi
untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Saat ini Sistim
Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer rumah sakit (SIMRS) merupakan
sarana pendukung yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan mutlak untuk
mendukung pengelolaan operasional rumah sakit
Menurut Abdul Kadir (2003, p114) Sistem Informasi Manajemen (SIM)
adalah system informasi yang digunakan untuk mendukung operasi, manajemen
dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi biasanya, SIM menyediakan
informasi untuk operasi organisasi. Rumah Sakit juga mempunyai SIM yang
biasanya disebut SIMRS.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian SIMRS ?
2. Kebijakan apa saja yang terdapat pada SIMRS ?
3. Bagaimanakah peran SIMRS dijalankan ?
4. Bagaimana Keamanan pada SIMRS?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian,
kebijkan serta peran dari SIMRS, sehingga akan mendapatkan gambaran umum
tentang SIMRS. Penyusunan makalah ini juga dapat dijadikan bahan litelatur
untuk pembaca sehingga dapat menambah pengetahuan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian SIMRS

Sistem adalah kumpulan elemen yang berintegarasi untuk mencapai tujuan


tertentu. Sedangkan, informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Kualitas dari suatu informasi
tergantung dari tiga hal, yaitu: akurat, tepat waktu dan basis data.
Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data,
informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia
yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan
atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS
adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk
jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi
Kesehatan (PERMENKES RI No 82 Tahun 2013).
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan himpunan
atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan saling berkaitan serta saling
ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha menyajikan
informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna menunjang proses
fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam memberikan
pelayanan kesehatan di RumahSakit.
SIMRS saat ini ditujukan untuk menunjang fungsi perencanaan dan evaluasi
dari penampilan kerja RS, antara lain adalah jaminan mutu pelayanan rumah sakit
yang bersangkutan, pengendalian keuangan dan perbaikan hasil kerja RS tersebut,
kajian dalam penggunaan dan penaksiran permintaan pelayanan kesehatan RS
oleh masyarakat, perencanaan dan evaluasi program RS, penyempurnaan laporan
RS sertauntuk kepentingan pendidikan dan penelitian.
2.2 Kebijakan Pada SIMRS

Kebijakan – kebijakan tentang SIMRS merupakan wewenang tiap rumah


sakit, oleh karena itu setiap rumah sakit memiliki kebijakan – kebijakan mengenai
SIMRS sendri yang tentunya berbeda-beda. Namun tetap dalam pembuatan
kebijakan SIMRS tiap rumah sakit mengacu pada atau berlandaskan peraturan
pemerintah. Peraturan pemerintah yang mengatur tentang SIMRS tercantum pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013.

Tata kelola sistem informasi yang baik harus selaras dengan fungsi, visi, misi
dan strategi organisasi. Secara generik fungsi Rumah Sakit (menurut WHO tahun
1957), memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif
maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga
dan lingkungan, Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan
serta untuk penelitian biososial. Rumah sakit juga merupakan pusat pelayanan
rujukan medik spsialistik dan sub spesialistik dengan fungsi utama menyediakan
dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitasi pasien). Dengan demikian secara umum sistem informasi
Rumah Sakit harus selaras dengan bisnis utama (core bussines) dari Rumah Sakit
itu sendiri, terutama untuk informasi riwayat kesehatan pasien atau rekam medis
(tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang diberikan kepada pasien), informasi kegiatan operasional (termasuk
informasi sumber daya manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank
data.

Dengan demikian secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus selaras
dengan bisnis utama (core bussines) dari Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk
informasi riwayat kesehatan pasien atau rekam medis (tentang indentitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
pasien), informasi kegiatan operasional (termasuk informasi sumber daya
manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank data.
Keberhasilan implementasi sistem informasi bukan hanya ditentukan oleh
teknologi informasi tetapi juga oleh faktor lain, seperti proses bisnis, perubahan
manajemen, tata kelola IT dan lain-lainnya. Karena itu bukan hanya teknologi
tetapi juga kerangka kerja secara komprehensif sistem informasi Rumah Sakit.

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun


2013 Pasal 5 disebutkan bahwa pada SIMRS meliputi:

a. Pelayanan Utama (Front Office)


Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu
dengan lainnya), tetapi secara umum/generik memiliki prosedur
pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses pendaftaran, proses
rawat (jalan atau inap) dan proses pulang (seperti pada gambar
berikut) :

Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses
rawat dan pulang. Selama proses perawatan, pasien akan
menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan tindakan dari unit-
unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive,
diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat
order/pesanan dari dokter (misalnya berupa resep untuk farmasi,
formulir lab dan sejenisnya) dan perawat.

Jadi dokter dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis
Rumah Sakit (seluruh order berasal dari mereka). Karena itu kami
menyebutkan inti sistem ini sebagai order communation system.

b. Pelayanan Administratif (Back-Office)


Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik
(manusia, uang, mesin/alat kesehatan/aset, material seperti obat,
reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai dan sejenisnya).
Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat
proses umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan,
pemeliharaan stok/inventory, pengelolaan Aset, pengelolaan SDM,
pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya).
Proses back office ini berhubungan/link dengan proses pada front
office, digambarkan berikut ini.

Proses-proses bisnis tersebut di atas yang melibatkan data-data


terstruktur, yang dapat dikelola dengan relational database
management system, selain itu terdapat proses bisnis yang melibatkan
data yang tidak terstruktur seperti alur kerja, surat diposisi, email,
manajemen proyek, kolaborasi, team work, manajemen dokumen dan
sejenisnya.
c. Arsitektur Infrastruktur

Kebutuhan infrastruktur jaringan komputer kedepan bukan hanya


untuk kebutuhan Sistem informasi RS saja, tetapi juga harus mampu
digunakan untuk berbagai hal, seperti jalur telepon IP, CCTV,
Intelegent Building, Medical Equipment dan lain-lain. Untuk
mendukung pelayanan tersebut, maka infrastruktur jaringan
komunikasi data yang disyaratkan adalah:
1. Meningkatkan unjuk kerja dan memudahkan untuk melakukan
manajemen lalu lintas data pada jaringan komputer, seperti
utilisasi, segmentasi jaringan, dan security.
2. Membatasi broadcase domain pada jaringan, duplikasi IP
address dan segmentasi jaringan menggunakan VLAN (virtual
LAN) untuk setiap gedung dan atau lantai.
3. Memiliki jalur backbone fiber optik dan backup yang berbeda
jalur, pada keadaan normal jalur backup digunakan untuk
memperkuat kinerja jaringan/redudant, tapi dalam keadaan
darurat backup jaringan dapat mengambil alih kegagalan
jaringan.
4. Memanfaatkan peralatan aktif yang ada, baik untuk
melengkapi kekurangan sumber daya maupun sebagai backup.
5. Dianjurkan pemasangan oleh vendor jaringan yang
tersertifikasi (baik perkabelan maupun perangkat aktif).
6. Dokumentasi sistem jaringan lengkap (perkabelan,
konfigurasi, uji coba, dan sejenisnya) baik hardcopy maupun
softcopy.
7. Mengingat penggunaan jaringan yang komplek kedepan, maka
perangkat aktif mengharuskan pengelolaan bertingkat, seperti
adanya:
 Core switch yang merupakan device vital dalam local
area network di Rumah Sakit dimana core switch ini
sebagai bacbone lan dan sentral switch yang berperan
dalam prosessing semua paket dengan memproses atau
men-switch traffic secepat mungkin).
 Distribution switch yang merupakan suatu device
antara untuk keperluan pendistribusian akses antar core
switch dengan access switch pada masing-masing
gedung, dimana antara sebaiknya distribution switch
dan core switch terhubung melalui fiber optic.
 Acces switch yang merupakan suatu device yang
menyediakan user port untuk akses ke network.
d. Arsitektur Data
Untuk menghindari pulau-pulau aplikasi dan memudahkan
Kementerian Kesehatan mengolah data yang homogen, maka perlu
dibuat arsitektur data yang baik, untuk mengakomodir kebutuhan
informasi para pengguna. Beberapa aspek harus diperhatikan dalam
membangun arsitektur data:
1. Kodefikasi Kodefikasi selain keharusan untuk
otomatisasi/komputerisasi, juga diperlukan untuk integrasi
dan penglolaan lebih lanjut seperti statistik.
2. Mapping Karena sering berbeda keperluan kodefikasi data,
maka diperlukan mapping data untuk integrasi dan
pengelolaan lebih lanjut, misalnya mapping kodefikasi
antara tarif dengan kode perkiraan/chart of account,
mapping kode kabupaten/kota dengan provinsi dan
sejenisnya.
3. Standar pertukaran data antar aplikasi Beberapa software
aplikasi yang terpisah, membutuhkan standard pertukaran
data agar dapat berkomunikasi satu aplikasi dengan lainnya.
Seperti Heath Level 7 (HL7), DICOM, XML dan
sejenisnya.
4. Database Desain struktur database, sebaiknya mengacu
pada best practice database Rumah Sakit dan mengambil
dari sumber terbuka serta mempertimbangkan kebutuhan
informasi stakeholder terkait.
e. Arsitektur Aplikasi
Mengingat kompleksnya proses bisnis pada Rumah Sakit, berikut ini
gambaran arsitektur minimal dan variabel SIMRS yang dapat
mengakomodir kebutuhan informasi.
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2013 Pasal 5 disebutkan bahwa :

(1) SIMRS harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah dan


Pemerintah Daerah serta merupakan bagian dari Sistem Informasi
Kesehatan.
(2) Pengintegrasian dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk
kemampuan komunikasi data (interoperabilitas).
(3) SIMRS harus memiliki kemampuan komunikasi data (interoperabilitas)
dengan:
a. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAK BMN)
b. Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS);
c. Indonesia Case Base Group’s (INACBG’s);
d. Aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemerintah; dan
e. Sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
(4) Kemampuan komunikasi data (interoperabilitas) dengan Sistem Informasi
dan Manajemen Barang Milik Negara (SIMAK BMN) sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a, paling sedikit mencakup pengkodean
barang.
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2013 Pasal 6 disebutkan bahwa :

(1) Arsitektur SIMRS paling sedikit terdiri atas:


a. kegiatan pelayanan utama (front office);
b. kegiatan administratif (back office); dan
c. komunikasi dan kolaborasi
(2) Selain arsitektur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit dapat
mengembangkan SIMRS dengan menambahkan arsitektur pendukung
yang berupa Picture Archiver System (PACS), Sistem Manajemen
Dokumen (Document Management System), Sistem Antar Muka Peralatan
Klinik, serta Data Warehouse dan Bussines Intelegence.

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013


Pasal 7 disebutkan bahwa :

SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus memenuhi 3 (tiga)


unsur yang meliputi keamanan secara fisik, jaringan, dan sistem aplikasi.

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013


Pasal 7 disebutkan bahwa :

Penyelenggaraan SIMRS harus dilakukan oleh unit kerja struktural atau


fungsional di dalam organisasi Rumah Sakit dengan sumber daya manusia
yang kompeten dan terlatih.

2.3 Peran SIMRS

Pengelolaan data Rumah Sakit sesungguhnya cukup besar dan kompleks,


baik data medis pasien maupun data-data administrasi yang dimiliki oleh rumah
Sakit sehingga bila dikelola secara konvensional tanpa bantuan SIMRS akan
mengakibatkan beberapa hal berikut:

a. Redudansi Data, pencatatan data medis yang sama dapat terjadi berulang-
ulang sehingga menyebabkan duplikasi data dan ini berakibat
membengkaknya kapasitas penyimpanan data. Pelayanan menjadi lambat
karena proses retreiving (pengambilan ulang) data lambat akibat
banyaknya tumpukan berkas.
b. Unintegrated Data, penyimpanan dan pengelolaan data yang tidak
terintegrasi menyebabkan data tidak sinkron, informasi pada masing-
masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.
c. Out of date Information, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus
direkap secara manual maka penyajian informasi menjadi terlambat dan
kurang dapat dipercaya kebenarannya
d. Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan
kejenuhan hal ini berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses
pencatatan dan pengolahan data yang dilakukan secara manual terlebih
lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah sangatlah besar. Pemasukan
data yang tidak sinkron untuk pasien atau barang yang sama tentu saja
akan meyulitkan pengolahan data dan tidak jarang berdampak pada
kerugian materi yang tidak sedikit bagi rumah sakit.

Dengan bantuan SIMRS, kelemahan diatas dapat di kurangi bahkan


dihindari. SIMRS membuat fungsi dari bagian perawatan lebih
dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara profesional,
fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan pemberian
potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga medis tidak perlu
memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan
pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama
untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis
tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara positif kinerja
para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit secara keseluruhan.

Proses entri data penggunaan tindakan medis di masukkan ke sistem


komputer oleh operator dari setiap unit yang terintegrasi dengan bagian
keuangan sehingga data akan selalu terbarukan hal ini menutup kemungkinan
terjadinya manipulasi data disaat pasien akan membayar biaya perawatan.
Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian diskon maupun subsidi perawatan
dapat dilakukan secara arif oleh direksi berdasarkan pertimbangan posisi
keuangan rumah sakit yang didapat dengan cepat dan tepat berdasarkan
informasi yang disajikan oleh sistem informasi.

Hal tersebut merupakan sebagian dari kemampuan SIMRS yang


terintegrasi, disamping keuntungan lain seperti pencatatan rekam medis
elektronik yang terintegrasi, kecepatan pelayanan administratif, sistem kendali
gudang yang baik, fungsi finansial yang efisien dan tepat, pembuatan laporan-
laporan baik keuangan dan perawatan dapat disajikan dengan cepat, akurat dan
bagus.
2.4 Keamanan SIMRS

a. Keamanan fisik
1. Kebijakan hak akses pada ruang data center/server
2. Kebijakan penggunaan hak akses komputer untuk user pengguna
b. Keamanan Jaringan
1. Keamanan jaringan (network security) dalam jaringan komputer
sangat penting dilakukan untuk memonitor akses jaringan dan
mencegah penyalahgunaan sumber daya jaringan yang tidak sah.
Tugas keamanan jaringan dikontrol oleh administrator jaringan.
2. Segi-segi keamanan didefinisikan sebagai berikut:
 Informasi (data) hanya bisa diakses oleh pihak yang memiliki
wewenang.
 Informasi hanya dapat diubah oleh pihak yang memiliki
wewenang.
 Informasi tersedia untuk pihak yang memiliki wewenang
ketika dibutuhkan.
 Pengirim suatu informasi dapat diidentifikasi dengan benar dan
ada jaminan bahwa identitas yang didapat tidak palsu.
 Pengirim maupun penerima informasi tidak dapat menyangkal
pengiriman dan penerimaan pesan.

c. Keamanan Aplikasi
Untuk memenuhi syarat keamanan sebuah sistem informasi, maka sistem
harus memenui syarat-syarat sebagai berikut:
1. Keamanan aplikasi harus mendukung dan mengimplementasikan
protokol keamanan dalam melakukan transfer data (seperti: SSL,
TLS)
2. Aplikasi harus memungkinkan masing-masing user dapat
didentifikasikan secara unik, baik dari segi nama dan perannya.
3. Akses melalui metode akses remote dapat berfungsi dengan baik
melalui aplikasi client (yaitu melalui VPN, modem, wireless, dan
sejenisnya).
4. Aplikasi dapat berfungsi dengan baik pada software anti-virus yang
digunakan saat ini.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penutup Berdasarkan apa yang sudah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
sudah waktunya para pengelola rumah sakit menyadari pentingnya Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) untuk diaplikasikan di rumah sakit
mereka. Dalam era informasi ini, dimana persaingan semakin ketat, kompetitif
dan global, pengaruhnya bukan hanya dirasakan oleh perusahaan bisnis semata
melainkan juga oleh dunia pelayanan kesehatan (rumah sakit). Hanya rumah sakit
yang mampu beradaptasi dengan dunia baru ini akan dapat bertahan hidup.
Rumah sakit itu harus mampu memberikan layanan yang cepat, nyaman dan
berkualitas. Layanan seperti itu hanya mungkin dilakukan jika proses pengelolaan
rumah sakit dilakukan dengan bantuan SIMRS. Sistem ini mendukung tercapainya
pengelolan rumah sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel. Selain hal tersebut,
SIMRS juga harus memiliki kebijakan saat SIMRS digunakan di rumah sakit yang
diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2013 agar kemanan SIMRS terjamin kemananya dan tidak disalahgunakan peran
SIMRS.

3.2 Saran
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, dapat menambah pengetahuan
bagi mahasiswa Rekam Medik tentang Kebijakan SIMRS di rumah sakit.
Daftar Pustaka

Handiwidjojo Wimmie. 2009. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.


Penerbit Jurnal EKSIS.
https://media.neliti.com/media/publications/78723-ID-none.pdf diakses pada
Jumat, 23 November 2018 21.05 WIB

Rusdinncuhi. 2013. Sistem informasi manajemen rumah sakit. www.scribd.com


https://www.scribd.com/document/329067903/Makalah-Sistem-Informasi-
Manajemen-Rumah-Sakit diakses pada 24 November 2018 03.30 WIB

You might also like