You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan),
dhai’ful iiman (lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).

Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya


Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang
benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-
orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa
dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah
masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab
mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya
mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun
sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.

Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhai’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang
yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak
kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk
menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka
tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon
kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk
minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau selalu merujuk kepada para
dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.

Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang
menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti
jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman,“Dan apabila mereka melakukan
perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan
yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.’ Katakanlah,
‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa
kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-A’raf:
28).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian syirik dalam Islam?


2. Apa saja macam-macam syirik?
3. Apa penyebab terjadinya syirik pada manusia?
4. Bagaimana tindakan Rasulullaah dalan mena
BAB II

A. Pengertian Syirik

Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan
yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.[1] Orang yang melakukan
syirik disebut musyrik. Seorang musyrik melakukan suatu perbuatan terhadap
makhluk (manusia maupun benda) yang seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan
kepada Allah seperti menuhankan sesuatu selain Allah dengan menyembahnya,
meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan perbuatan lain yang
tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT.

Perbuatan syirik termasuk dosa besar. Allah mengampuni semua dosa yang dilakukan
hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Firman Allah SWT:

‫ك بظظه عويعثغفظير عماً يدوعن ىعذلظ ع‬


ً‫ك لظعمثن يععشاًيء ُ عوعمثن ييثشظرثك ظباًللظ فعقعظد اثفتععرىى إظثثمماً ععظظيِمما‬ ‫اع عل يعثغفظير أعثن ييثشعر ع‬
‫إظلن ل‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar. (QS. An-Nisaa’: 48)

B. Macam-macam Syirik

Dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya, syirik dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Syirik Akbar (Syirik Besar)


Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah. Syirik akbar
dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Zahirun Jali (tampak nyata), yakni perbuatan
kepada tuhan-tuhan selain Allah atau baik tuhan yang berbentuk berhala, binatang,
bulan, matahari, batu, gunung, pohon besar, sapi, ular, manusia dan sebagainya.
Demikian pula menyembah makhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin dan malaikat.

Yang kedua yaitu syirik akbar Bathinun Khafi (tersembunyi) seperti meminta
pertolongan kepada orang yang telah meninggal. Setiap orang yang menaati makhluk
lain serta mengikuti selain dari apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
berarti telah terjerumus kedalam lembah kemusyrikan. Firman Allah SWT:
‫ق ٌ عوإظلن اللشممعيِاًظطيِعن لعييِوُيحمموُعن إظلعممىى أعثولظيِعمماًئظظهثم لظيِيعجمماًظديلوُيكثم ْ عوإظثن أع ع‬
‫طثعتييممموُهيثم‬ ‫عوعل تعأثيكيلوُا ظملماً لعثم ييثذعكظر اثسيم ل‬
‫اظ ععلعثيِظه عوإظنلهي لعفظثس ق‬
‫إظنليكثم لعيمثشظريكوُعن‬

Artinya: “…dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi
orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-An’am: 121).

2. Syirik Asghar (Syirik Kecil)


Syirik asghar termasuk perbuatan dosa besar, akan tetapi masih ada peluang diampuni
Allah jika pelakunya segera bertobat. Seorang pelaku syirik asghar dikhawatirkan
akan meninggal dunia dalam keadaan kufur jika ia tidak segera bertaubat.

Contoh-contoh perbuatan syirik asghar antara lain:

Bersumpah dengan nama selain Allah[2]


Sabda rasulullah SAW: ‫ك‬ ‫ف بظعغثيِظر ى ا‬
‫اظ فعقعثدعكفععراعثواعثشعر ع‬ ‫عوعمثن عحلع ع‬

Artinya: “Dan barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka dia
telah kufur atau syirik”. (HR. Tirmidzi).[3]

Memakai azimat
Memakai azimat termasuk perbuatan syirik karena mengandung unsur meminta atau
mengharapkan sesuatu kepada kekuatan lain selain Allah.

Sabda rasulullah SAW: ‫ك‬ ‫عمثن تعععلل ع‬


‫ق تعظمثيِعمةمفعقعثداعثشعر ع‬

Artinya: “Barangsiapa menggantungkan azimat, maka dia telah berbuat syirik”. (HR.
Ahmad).[4]

Mantera
Mantera yaitu mengucapkan kata-kata atau gumam-gumam yang dilakukan oleh
orang jahiliyah dengan keyakinan, bahwa kata-kata atau gumam-gumam itu dapat
menolak kejahatan atau bala dengan bantuan jin.

Sabda rasulullah SAW: ‫اظلن الررثقٮععوُالتلعماً ٮٮظعم عوالتلعوُلعةعظشثر ق‬


‫ك‬

Artinya: ”Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik”.
(HR. Ibnu Hibban).

3. Sihir
Sihir termasuk perbuatan syirik karena perbuatan tersebut dapat menipu atau
mengelabui orang dengan bantuan jin atau setan. Dan dalam sebuah hadits
‫عمثن ععقععديعثقعدةمثيلم نعفع ع‬
‫عوعمثن عسعحعرفعقعثداعثشعر ع‬٬‫ت فظثيِعهاًفعقعثدعسعحعر‬
disebutkan:‫ك‬

Artinya: “Barangsiapa yang membuat suatu simpul kemudian dia meniupinya, maka
sungguh ia telah menyihir. Barangsiapa menyihir, sungguh ia telah berbuat syirik”.
(HR. Nasa’i).

4. Peramalan
Yang dimaksud peramalan ialah menentukan dan memberitahukan tentang hal-hal
yang ghaib pada masa-masa yang akan datang baik itu dilakukannya dengan ilmu
perbintangan, dengan membaca garis-garis tangan, dengan bantuan jin dan
sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:

‫س يشثعبعةمظمعن الرنيجثوُظم فعقعظداثقتعبع ع‬


‫س يشثعبعةمظمعن السسثحظر‬ ‫عمظن اثقتعبع ع‬

Artinya: “Barangsiapa yang mempelajari salah sat ilmu perbintangan, maka ia telah
mempelajari sihir”. (HR. Abu Daud). Yamg dimaksud ilmu perbintangan dalam hadits
ini bukanlah ilmu perbintangan yang mempelajari tentang planet yang dalam ilmu
pengetahuan disebut astronomi.

5. Dukun dan tenung


Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa
datang, atau memberitahukan apa yang tersirat dalam naluri manusia. Adapun tukang
tenung adalah nama lain dari peramal atau dukun, atau orang-orang yang mengaku
bahwa dirinya dapat mengetahui dan melakukan hal-hal yang ghaib, baik dengan
bantuan jin atau setan, ataupun dengan membaca garis tangan. Dalam sebuah hadits
diterangkan:

‫ايمم عليِممه وسمملم يعيقمثوُيل عمممثن اعتعممى عكاًظهمناًفععسمأ علعهي ععممثن‬ ‫اظ صلى ى ا‬ ‫ت عريسثوُعل ى ا‬ ‫ضعى ى ا‬
‫ عسظمع ي‬: ‫اي ععثنهي قاً ععل‬ ‫ععثن عوا ٮظلعةعثبظن اثلعثسقعظع عر ظ‬
‫صلدقعهي بظعماًعقاًعل عكفععر‬ ‫ت ععثنهي التلثوُبعةياعثربعظعثيِعن لعثيِلعةمفعاً ظثن ع‬
‫عشثيءءعحعجبع ث‬

Artinya: “Dari Wailah bin Asqa’i ra berkata: aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: Barangsiapa datang kepada tukang tenung lalu menanyakan tentang
sesuatu, maka terhalanglah tobatnya selama empat puluh hari. Dan bila mempercayai
perkataan tukang tenung itu, maka kafirlah ia”. (HR. Thabrani).

6. Bernazar kepada selain Allah


Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang bernazar kepada selain Allah. Misalnya
seseorang bernazar, “Jika aku sembuh dari penyakit aku akan mengadakan sesajian ke
makam wali”. Perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang sesat.

Firman Allah SWT:

‫ظاًلظظميِعن ظمثن أعثن ع‬


‫صاًءر‬ ‫اع يعثعلعيمهي ٌ عوعماً ظلل ل‬
‫عوعماً أعثنفعثقتيثم ظمثن نعفعقعءة أعثو نععذثرتيثم ظمثن نعثذءر فعإ ظلن ل‬

Artinya: “Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim tidak ada
seorang penolongpun baginya”. (QS. Al-Baqarah: 270).[5]

7. Riya
Riya adalah beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji atau dilihat
orang. Riya termasuk syirik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:‫ف ععلعثيِيكيم‬ ‫اعثخَعوُ ي‬
‫ف عماًعاخَاً ع ي‬
‫ك اثلع ث‬
‫صعغعرفعيس ٮظعل ععثنهي فععقاًعل السرعياًيء‬ ‫السشثر ع‬

Artinya: “Sesuatu yang amat aku takuti yang akan menimpa kamu ialah syirik kecil.
Nabi ditanya tentang hal ini, maka beliau menjawab, ialah Riya”. (HR. Ahmad).[6]

Menurut klasifikasi umum, syirik dibagi menjadi empat macam yaitu:


1. Syirku Al-‘Ilmi. Inilah syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka
mengagungkan ilmu sebagai maha segalanya. Mereka tidak mempercayai
pengetahuan yang diwahyukan Allah. Sebagai contoh mereka mengatakan
bahwa manusia berasal dari kera.
2. Syirku At-Tasarruf. Syirik jenis ini pada prinsipnya disadari atau tidak oleh
pelakunya, menentang bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali atas
penghidupan manusia berada di tangan-Nya. Mereka percaya adanya
“perantara” itu mempunyai kekuasaan. Contohnya adalah kepercayaan bahwa
Nabi Isa anak Tuhan, percaya pada dukun, tukang sihir atau sejenisnya.
3. Syirku Al- Ibadah. Inilah syirik yang menuhankan pikiran, ide-ide atau fantasi.
Mereka hanya percaya pada fakta-fakta konkrit yang berasal dari pengalaman
lahiriyah. Misalnya seorang atheis memuja ide pengingkaran terhadap
berbagai bentuk kegiatan.
4. Syirku Al-‘Addah. Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul. Sebagai contoh
percaya bahwa angka 13 itu adalah angka sial sehingga tidak mau
menggunakan angka tersebut, menghubungkan kucing hitam dengan
kejahatan, dan sebagainya.

Contoh Perilaku Orang yang Berbuat Syirik


Pada masa pemerintahan Fir’aun, dari kaum Fir’aun kita dapat menarik pelajaran
bahwa yang disebut syirik bukan hanya sikap seseorang yang mengagung-agungkan
sesuatu dari kalangan sesama makhluk, termasuk sesama manusia (kultus), tetapi
syirik juga meliputi sikap mengagung-agungkan diri sendiri kemudian menindas
harkat dan martabat sesama manusia, seperti tingkah diktator dan tiran. Sebagaimana
firman Allah SWT:

‫ت أعنلهي عل إظ ىلعهع إظلل‬ ‫عوعجاًعوثزعناً بظبعظني إظثسعراظئيِعل اثلبعثحعر فعأ عثتبعععهيثم فظثرععثوُين عويجينوُيدهي بعثغميِاً عوععثدموا ْ عحتلىى إظعذا أعثدعرعكهي اثلعغعر ي‬
‫ق عقاًعل آعمثن ي‬
‫ت بظظه بعينوُ إظثسعراظئيِعل عوأععناً ظمعن اثليمثسلظظميِعن‬‫اللظذيِ آعمنع ث‬
Artinya: “Dan ini sama sekali tidak dalam ‘kegagalan’ atau ‘keperkasaan’, melainkan
justru dalam kehinaan yang lebih mendasar, karena dia diperhamba oleh nefsunya
sendiri untuk berkuasa dan menguasai orang lain. Inilah keadaan Fir’aun yang
kemudian mengalami hukum Tuhan yang tragis dan dramatis, dan dia baru insyaf
setelah malapetaka menimpa, namun sudah terlambat.” (QS. Yunus: 90).

C. PENYEBAB TERJADINYA SYIRIK PADA MANUSIA


Di antara faktor yang menyebabkan timbulnya syirik adalah sebagai berikut :

1. Mengagumi dan mengagungkan sesuatu

Secara fitrah manusia suka mengagumi kepahlawanan, sesuatu yang agung dan
luar biasa. Dari rasa kagum ini muncul keinginan untuk mengagungkan. Pada
dasarnya mengagumi dan mengagungkan sesuatu itu bukanlah suatu cacat dan tidak
membahayakan keimanan. Bahkan dalam beberapa hal mengagumi dan
mengagungkan atau menghormati itu diperintahkan, seperti mengagumi dan
mengagungkan atau menghormati kedua orang tua, mengagungkan Rasulullah saw.
dan mengagungkan ulama. Namun penyimpangan akan terjadi manakala
mengagungkan itu dilakukan secara berlebih-lebihan yang membawa kepada kultus,
yaitu memberikan sebagian sifat-sifat yang hanya dimiliki Allah kepada makhluk.
Dari penyimpangan inilah banyak timbul kemusyrikan dalam sejarah umat manusia.
Sebagai contoh kaum Nabi Nuh as. mempunyai beberapa patung berhala yang mereka
jadikan tuhan yang disembah, seperti Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Yaghuts, Ya'uq dan
Nasr ini dulunya nama orang-orang sholeh yang hidup di antara zaman nabi Adam
dan nabi Nuh. Mereka punya para pengikut yang meneladani kehidupan mereka.
Setelah mereka wafat, para pengikutnya itu berkata : Seandainya mereka kita gambar
atau kita bikin patung, tentu kita akan lebih khusyu' dalam beribadah jika kita ingat
mereka. Lalu para pengikut itupun membuat gambar atau patung orang-orang shaleh
tersebut. Ketika para pengikut itu meninggal dunia, datanglah generasi berikutnya.
Kepada generasi ini, Iblis membisikkan dengan mengatakan : Orang-orang tua kamu
dulu menyembah mereka dan meminta hujan kepada mereka. Akhirnya merekapun
menyembah gambar-gambar atau patunpatung yang dibikin orang-orang tua mereka.
Dalam hal ini Allah berfirman :
‫( عوعقاًيلوُا عل‬22) ‫( عوعمعكيروا عمثكمرا يكلباًمرا‬21) ‫صثوُظني عواتلبعيعوُا عمثن لعثم يعظزثدهي عماًليهي عوعولعيدهي إظلل عخَعساًمرا‬
‫ب إظنلهيثم عع ع‬
‫عقاًعل ينوُقح عر س‬
(23) ‫ق عونعثسمرا‬ ‫ث عويعيعوُ ع‬ ‫تععذيرلن آعلظهعتعيكثم عوعل تععذيرلن عومادا عوعل يسعوُامعاً عوعل يعيغوُ ع‬
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakai-ku, dan telah
mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya
melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka
berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu
dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan
pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". (QS. Nuh/71 : 21-23)

2. Cenderung mengimani yang konkrit dan lalai mengimani yang abstrak

Dalam diri manusia terdapat dua kecenderungan fitrah yang sempurna. Pertama,
kecenderungan mengimani yang bersifat nyata atau konkrit, yakni yang dapat
ditangkap oleh indera baik penglihatan, pendengaran, ciuman, rasa atau sentuhan.
Kedua, kecenderungan mengimani yang ghaib, yakni yang tidak tertangkap oleh
indera. Kalau kecenderungan pertama di atas selain dimiliki oleh manusia, juga oleh
makhluk lain, namun kecenderungan kedua khusus dimiliki oleh manusia. Inilah
karunia, kemuliaan dan sekaligus keistimewaan yang diberikan Allah kepada
manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain.
Namun fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk mengimani yang
ghaib ini sedikit demi sedikit akan pudar jika tidak diperhatikan dan diberikan
santapan yang baik berupa dzikir kepada Allah dan taqarrub kepada-Nya melalui amal
shaleh. Dengan demikian manusia mulai lalai mengimani yang ghaib dan sedikit demi
sedikit cenderung hanya mengimani yang bersifat nyata.
Pada tahap pertama dari kelalaian ini, seorang musyrik tidak mengingkari
adanya Allah, tapi ia mencari bentuk nyata yang menurut khayalannya bisa
ditambahkan sebagian sifat-sifat Allah seperti memberikan manfaat dan bahaya,
mengetahui yang ghaib, mengendalikan urusan bersama-sama dengan Allah.
Sekalipun ia mengetahui bahwa Allah adalah Pencipta, tidak ada satu makhlukpun
yang menyamainya, namun ia mengklaim bahwa seseorang ( Nabi, wali Allah, atau
orang shalih), malaikat, jin, atau berhala mampu memberikan manfaat atau bahaya,
mengabulkan permohonan, melapangkan rezeki bagi yang dikehendakinya,
mengetahui yang ghaib dan menyampaikannya kepada orang yang mampu
menerimanya.
Contoh bentuk di atas adalah orang-orang Arab jahiliyah, mereka mengetahui
bahwa Allah itu ada dan sebagai Pencipta, namun mereka menyekutukan Allah
dengan jin, malaikat, berhala yang mereka sembah, mereka menyangka bahwa
sembahan-sembahan itu dapat mendekatkan diri kepada Allah. Begitu juga orang-
orang Yahudi dan Nasrani yang mengklaim bahwa Uzair dan Isa bin Maryam adalah
anak Allah.
Dan pada tahap akhir, kelalaian di atas dapat membawa seseorang untuk
mengingkari adanya Allah. Hal ini seperti yang terjadi pada orang-orang Mesir Kuno
pada zaman Fir’aun yang mengklaim bahwa dewa Ra adalah sebagai pencipta,
pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, dan yang membangkitkan dan
menghisab manusia pada hari kiamat. Begitu juga kepercayaan orang-orang Majusi
yang mengatakan bahwa Ahura Mazda adalah Allah. Sama dengan itu juga orang-
orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa bin Maryam adalah Allah. Juga orang-
orang Yahudi yang berkata kepada nabi Musa bahwa nereka tidak beriman kepada
beliau sebelum melihat Allah secara terang-terangan. Mereka juga menyembah anak
sapi dan menjadikannya sebagai tuhan.

3. Dikuasai nafsu

Di antara penyakit yang meninmpa fitrah manusia dan membawa kepada


kemusyrikan ialah selalu mengikuti kehendak hawa nafsu. Hal ini karena ketika fitrah
manusia bersih dan lurus, ia akan menerima segala ajaran Allah denga ridha, dan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakannya sebagai bentuk
penghambaan kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Namun ketika
seseorang dapat dikalahkan hawa nafsunya, maka iapun merasa sempit untuk
menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah dan lebih cenderung untuk
mengikuti hawa nafsunya. Mereka cenderung menolak pedoman ajaran-ajaran yang
bersumber dari Allah sekalipun hati kecil mereka mengakuinya bahwa itu adalah
benar. Karena kalau mereka mengakui, mereka harus melaksanakan ajaran-ajaran
Allah itu, sedangkan mereka tidak suka melaksanakannya, karena hawa nafsu
menguasai mereka sehingga mereka merasa berat melaksanakannya. Oleh karena itu
mereka mengingkari bahwa ajaran Allah itu benar, dan membuat ajaran atau aturan
yang tidak ditentukan Allah, kemudian mereka mengklaim atau mengaku bahwa
ajaran yang mereka buat itu adalah ajaran yang benar, dan lebih tepat untuk diikuti
dari pada ajaran atau hukum yang ditetapkan Allah. Dengan demikian mereka jatuh
pada bentuk syirik taat dan mengikuti. Dalam hal ini Allah berfirman :
‫اع عل يعثهظديِ اثلقعثوُعم‬
‫اظ إظلن ل‬ ‫ك عفاًثعلعثم أعنلعماً يعتلبظيعوُعن أعثهعوُاعءهيثم عوعمثن أع ع‬
‫ضرل ظملمظن اتلبععع هععوُاهي بظعغثيِظر هيمدى ظمعن ل‬ ‫فعإ ظثن لعثم يعثستعظجيِيبوُا لع ع‬
‫ال ل‬
‫ظاًلظظميِعن‬
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya
mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih
sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk
dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang zalim. (QS. Al-Qashash/28 : 50)

4. Sombong dalam beribadah kepada Allah

Sombong juga merupakan penyakit yang dapat menimpa fitrah manusia


sehingga ia menyimpang dari bentuknya yang lurus dan menjatuhkannya dalam
kemusyrikan. Sombong ada beberapa derajat, dimulai dari menganggap remeh
terhadap manusia dan berakhir dengan tidak mau beribadah kepada Allah.
Pada umumnya sifat sombong terdapat pada jiwa orang yang berhasil
memperoleh kesenangan kehidupan dunia, seperti harta, jabatan, kekuasaan, ilmu
pengetahuan dan semacamnya. Namun sifat sombong bisa juga menimpa setiap jiwa
yang sakit sekalipun dari kalangan orang yang paling rendah.
Al-Qur’an menjelaskan kepada kita bahwa kesombongan dapat menyebabkan
kufur dan syirik, sebagaimana dalam kisah Namrudz :
‫ت‬ ‫ت عقاًعل أععناً أيثحظيِي عوأيظميِمم ي‬
‫ك إظثذ عقاًعل إظثبعراظهيِيم عربسعي اللظذيِ ييثحظيِي عوييظميِ ي‬‫اي اثليمثل ع‬
‫أعلعثم تععر إظعلى اللظذيِ عحاًلج إظثبعراظهيِعم ظفي عربسظه أعثن آععتاًهي ل‬
‫اي عل يعثهظديِ اثلقعثوُعم ال ل‬
‫ظاًلظظميِعن‬ ‫ت اللظذيِ عكفععر عو ل‬ ‫ب فعبيظه ع‬‫ت بظعهاً ظمعن اثلعمثغظر ظ‬‫ق فعأث ظ‬
‫س ظمعن اثلعمثشظر ظ‬
‫عقاًعل إظثبعراظهيِيم فعإ ظلن ل ث‬
‫اع يعأظتي ظباًللشثم ظ‬
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya
(Allah) Karena Allah Telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan).
ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,"
orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata:
"Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari
barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah/2 : 258)
Tentang kisah Fir’aun, Allah berfirman :
‫( فعممأ ععراهي اليعممةع‬19) ‫ك فعتعثخعشممى‬
‫ع‬ ‫ث‬ ‫( عوأعثهممظديع ع‬18) ‫ك إظعلى أعثن تععزلكممى‬
‫ك إظلعممى عربسمم ع‬ ‫( فعقيثل هعثل لع ع‬17) ‫طعغى‬ ‫ب إظعلى فظثرععثوُعن إظنلهي ع‬ ‫اثذهع ث‬
‫( فعأ ععخَعذهي ل ي‬24) ‫( فععقاًعل أععناً عرربيكيم اثلعثععلى‬23) ‫( فععحعشعر فععناًعدى‬22) ‫( ثيلم أعثدبععر يعثسععى‬21) ‫صى‬
‫امم‬ ‫ب عوعع ع‬ ‫( فععكلذ ع‬20) ‫اثليكثبعرى‬
(25) ‫لوعلى‬ ‫نععكاًعل اثلعظخَعرظة عوا ث ي‬
(17) "Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia Telah melampaui batas, (18)
Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan
diri (dari kesesatan)". (19) Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya
kamu takut kepada-Nya?" (20) Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang
besar. (21) Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. (22) Kemudian dia
berpaling seraya berusaha menantang (Musa). (23) Maka dia mengumpulkan
(pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (24) (seraya)
berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (25) Maka Allah mengazabnya
dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Nazi’at/79: 17-25)
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa kesombongan merupakan fenomena
umum :
‫صيدوظرظهثم إظلل ظكثبقر عماً هيثم بظعباًلظظغيِظه عفاًثستعظعثذ ظباًللظ إظنلهي هيعوُ اللسظميِيع‬
‫طاًءن أععتاًهيثم إظثن ظفي ي‬
‫اظ بظعغثيِظر يسثل ع‬
‫ت ل‬
‫إظلن اللظذيعن ييعجاًظديلوُعن ظفي آععياً ظ‬
‫صيِير‬‫اثلبع ظ‬
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa
alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah
(keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka
mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi Maha
Melihat. (QS. Ghafir/40 : 56)

5. Adanya para penguasa yang memperbudak manusia untuk kepentingan mereka


sendiri.

Di antara penyebab syirik yang terpenting dalam sejarah kehidupan manusia


adalah adanya para penguasa diktator atau penguasa yang berbuat sewenang-wenang
(thaghut), yang ingin memperbudak dan menundukkan manusia untuk kepentingan
dan hawa nafsu mereka sendiri. Dengan demikian mereka menolak untuk berhukum
dengan hukum dan aturan Allah. Merekapun membuat hukum dan aturan sendiri yang
tidak disyari'atkan Allah, sehingga mereka menentukan halal dan haram sesuai dengan
keinginan dan kehendak hawa nafsu mereka. Kemudian hukum dan aturan yang
mereka buat itu dipaksakan kepada manusia karena kekuasaan yang mereka miliki.
Para penguasa tersebut ketika mereka membuat aturan dan hukum yang
dipaksakan untuk dilaksanakan rakyatnya, pada kenyataannya mereka menjadikan diri
mereka sebagai tuhan-tuhan yang disembah selain Allah; karena hanya Allah lah
yang berhak menentukan hukum dan aturan, di mana hanya Allah lah yang
menciptakan dan hanya Dia yang Maha Mengetahui.
Jadi Allah SWT. dengan penciptaan dan pengendalian-Nya terhadap seluruh
makhluk, dan dengan ilmu-Nya yang sempurna terhadap segala sesuatu adalah yang
paling berhak mengatakan ini halal dan itu haram, ini baik dan itu tidak baik, ini boleh
dan itu tidak boleh. Jika ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya mempunyai hak
untuk menentukan halal dan haram, boleh dan tidak boleh, maka berarti telah
menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah, bahkan telah menjadikan dirinya sebagai
tuhan selain Allah. Dan orang yang mengikutinya dalam hal itu berarti ia telah
mempersekutukannya dalam beribadah bersama Allah, atau menyekutukannya selain
Allah.
Para penguasa yang disebut al-Qur'an dengan " al-mala' " atau para para
pemuka inilah yang pertama kali mendustakan para rasul seperti para pembesar dari
kaum nabi Hud sebagaimana disebutkan dalam surat al-A'raf : 65-66 :
‫( عقاًعل اثلعمعلي اللظذيعن عكفعيروا ظمثن قعثوُظمظه‬65) ‫اع عماً لعيكثم ظمثن إظلعءه عغثيِيرهي أعفععل تعتليقوُعن‬
‫عوإظعلى ععاًءد أععخَاًهيثم يهوُمدا عقاًعل عياً قعثوُظم اثعبييدوا ل‬
(66) ‫ك ظمعن اثلعكاًظذظبيِعن‬ ‫ك ظفي عسعفاًهعءة عوإظلناً لعنعظينر ع‬ ‫إظلناً لعنععرا ع‬
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum `Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka
mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" Pemuka-pemuka yang kafir dari
kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam
keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-
orang yang berdusta". (QS. Al-A’rof/7 : 65-66)

D. Akibat Perbuatan Syirik

Adapun akibat negatif yang ditimbulkan dari syirik, antara lain:

Sulit menerima kebenaran. Firman Allah SWT:


‫اي ععلعىى قييلوُبظظهثم عوععلعىى عسثمظعظهثم ْ عوععلعىى أعثب ع‬
‫صاًظرظهثم ظغعشاًعوةق ْ عولعهيثم عععذا ق‬
‫ب ععظظيِقم‬ ‫عخَتععم ل‬

“Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah
tertutup, dan mereka akan mendapat adzab yang berat.” (QS. Al-Baqarah: 7).
Hati orang-orang syirik tertutup untuk menerima kebenaran baik yang datangnya dari
Allah dan Rasul-Nya. Menurut Ibnu Jarir, ketertutupan hati orang syirik itu lantaran
dari sifat kesombongan dan penentangannya terhadap kebenaran yang disampaikan
kepadanya. Orang-orang syirik yang mendustakan ayat-ayat Allah dideri peringatan
atau tudak sama saja bagi mereka, karena hati mereka buta.

Munculnya perasaan bimbang dan ragu. Firman Allah SWT:


‫ب أعظليِقم بظعماً عكاًينوُا يعثكظذيبوُعن‬
‫ضاً ْ عولعهيثم عععذا ق‬ ‫ض فععزاعدهييم ل‬
‫اي عمعر م‬ ‫ظفي قييلوُبظظهثم عمعر ق‬
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu, dan mereka
mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10). Menurut
pendapat Ibnu Abbas, penyakit hati orang syirik adalah perasaan bimbang dan ragu
(syak), kegoncangan batin seperti inilah yang menjadikan mereka merasa gelisah.
Hatinya tidak pernah tenang, merasa tidak puas dengan harta, jabatan yang mereka
miliki.

Hanya akan memperoleh kesenangan sementara. Kesenangan hidup di dunia yang


diperoleh orang-orang musyrik sifatnya sementara, di akhirat kelah akan mendapatkan
siksa yang pedih. Meskipun ketika hidup di dunia mereka dalam keadaan miskin dan
sengsara, lebih-lebih jika mereka kaya, bagi mereka hal itu tetap merupakan
keuntungan dan kesenangan karena mereka mengikuti hawa nafsunya.
Amalan dan harta yang yang dinafkahkan sia-sia. Amalan yang dinafkahkan orang-
orang musyrik adalah sia-sia (tidak diberi pahala oleh Allah), apa yang dimilikinya
tidak akan dapat digunakan untuk menebus siksa di akhirat kelak, sebagaimana firman
Allah SWT:

‫ظلعيمووُاا عأنفيعسهيثم فعأ عثهلععكثتهي ُ عوعماً ع‬


‫ظلععمهييم ٱللي‬ ‫ث قعثوُءم ع‬ ‫صرِر أع ع‬
‫صاًبع ث‬
‫ت عحثر ع‬ ‫عمثعيل عماً يينفظيقوُعن ظفى ىهعظذظه ٱثلعحيِعىوُظة ٱلردثنعيِاً عكعمثعظل ظري ء‬
‫ح ظفيِعهاً ظ‬
‫ى‬
‫عولعظكثن عأنفيعسهيثم يع ث‬
‫ظلظيموُعن‬

“Perumpaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin
yang mengandung hawa sangat dingin yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum
yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi
mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.” (QS. Ali Imran: 117).

Orang musyrik dinilai sebagai makhluk terburuk. Allah menilai orang-orang musyrik
dengan penilaian yang sangat rendah. Orang-orang musyrik itu seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih rendah dan sesat daripada binatang.
Menjadi musuh Allah. Perbuatan musyrik menyebabkan murka Allah SWT,
sebagaimana firman Allah:

‫اع ععيدرِو لظثلعكاًفظظريعن‬


‫عمثن عكاًعن ععيدماوا ظللظ عوعمعلئظعكتظظه عويريسلظظه عوظجثبظريعل عوظميِعكاًعل فعإ ظلن ل‬

Artinya: “…..maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-
Baqarah: 98).

Dijanjikan mendapat siksa neraka. Allah menerangkan dalam firman-Nya:

‫ت يويجوُهيهيثم أععكفعثرتيثم بعثععد ظإيعماًنظيكثم فعيذويقوُا اثلعععذا ع‬


‫ب بظعماً يكثنتيثم تعثكفييروعن‬ ‫ض يويجوُهق عوتعثسعوُرد يويجوُهق ُ فعأ علماً اللظذيعن اثسعوُلد ث‬
‫يعثوُعم تعثبيِع ر‬

“Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram.
Adapun orang-orang yang berwajah hitan muram (kepada mereka dikatakan),
mengapa kamu syirik setelah beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan
kekafiranmu itu.” (QS. Ali Imran: 106).

E. Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik

Seseorang yang dapat membebaskan dirinya dari perbuatan syirik memiliki pengaruh
dalam kehidupan manusia secara nyata, antara lain:

Mengangkat manusia ke derajat paling tinggi dan mulia.


Mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
Membuat manusia menjadi suci dan benar
Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan
khusus dengan siapapun atau apapun yang menyebabkan rusaknya iman.
Tidak mudah putua asa dengan keadaan yang dihadapi.
Menumbuhkan keberanian dalam diri manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang
membuat manusia menjadi pengecut, yaitu takut mati, dan pemikiran yang
menyatakan bahwa ada orang lain selain Allah yang dapat mencabut nyawanya.
Mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki,
dan iri hati.
Menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.

F. Tindakan Rasulullah dalam Menangkal Syirik

Upaya Nabi SAW dalam menjaga kemurnian tauhid dari perkataan dan
perbuatan yang menodainya, yang membuat kemurnian tauhid menurun dan
berkurang. Hal seperti itu banyak terdapat dalam banyak hadist Nabi SAW.
Sementara, Rasulullah SAW sangatlah menyayangi umatnya, sangat ingin agar kita
terhindar dari kesyirikan. Karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi was sallam
berupaya menutup pintu-pintu kesyirikan, dengan cara sebagai berikut :
1. Tidak berlebihan dalam memuji dan mengagungkan Nabi SAW
Seperti sabda beliau :” janganlah kalian berlebihan memujiku seebagaimana
orang – orang nasrani berlebihan memuji putera Maryam. Aku ini tiada lain adalah
hamba. Maka katakanlah hamba Allah dan Rosul – Nya”.
Beliau SAW membenci kalau mereka mengarahkan pujian kepada beliau
karena menjerumuskan mereka kepada sikap berlebih – lebihan terhadapnya. Beliau
memberi kabar bahwa mengarahkan pujian kepada orang yang dipuji –walau memang
begitu adanya- termasuk perbuatan syetan, karena senang memuji kepadanya akan
membawanya kepada sikap membanggakan diri, dan itu menafikkan kesempurnaan
tauhid. Ibadah tidak akan tegak kecuali dengan berputar pada porosnya, yaitu
ketundukan yang amat sangat dalam kecintaanya yang paling tinggi.
2. Beliau melarang kita dari melakukan perbuatan menjadikan kuburan sebagai
tempat ibadah dan Larangan menjadikan kubur beliau sebagai ‘ied (tempat
yang didatangi berulang-ulang).
Syaikhul islam rahimahullahu berkata, “kata Al – ‘Id merupakan kata benda
(sebutan) terhadap pertemuan umum yang kembali terulang yang berlaku menurut
kebiasaan, baik kembali dengan kembalinya tahun, minggu, bulan, dan lain
sebagainya.”
Ibnu Al Qayyin rohimahullahu berkata: “ Al ‘Id adalah sesuatu yang biasa
didatangi dan dituju, baik berupa masa ataupun tempat. Jika berupa nama tempat
maka ia adalah tempat yang dimaksudkan didalamnya untuk berkumpul, dijadikan
tempat ibadah dan sebagainya, sebagimana masjidil Haram, Minna, Musdalifah,
Padang Arafah dan al Masya’ir yang dijadikan oleh Allah sebagai ‘Id bagi kaum
Hunafa’(orang orang yang lurus), sebagaimana pula dia menjadikan hari – hari ibadah
di tempat - tempat tersebut sebagai ‘Id.
Dan dalam hal ini rosulullah melarang untuk melakukan perbuatan
menjadikan kuburan sebagi tempat ibadah dan melarang kuburan beliau untuk di
jadikan sebagi tempat ‘Id sebagaimana sabdaNya ; Dari Abu Hurairah
radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:“jangan
jadikan rumah kalian sebagai kuburan, dan jangan jadikan kuburanku sebagai Id,
bershalawatlah kepadaku karena shalawat kalian akan sampai kepadaku dimanapun
engkau berada”.

3. Larangan bersafar menuju tempat yang dianggap berkah kecuali tiga


masjid.

Anggapan adanya tempat-tempat keramat seperti masjid-masjid, kuburan-


kuburan wali atau petilasan-petilasan tertentu telah mendorong sebagian orang dengan
sengaja mempersiapkan bekal untuk melakukan perjalanan jauh (safar) menuju
tempat tersebut, baik sendirian ataupun berombongan. Mereka berkeyakinan tempat-
tempat itu bisa berperan menjadikan doa dan ibadah menjadi lebih mustajab
(terkabul) daripada di tempat-tempat selainnya. Karenanya merekapun
mengkhususkan beribadah di sana terlebih lagi bila itu adalah kuburan orang-orang
shalih atau wali, mereka bahkan bisa beri’tikaf dan bermalam hingga berhari-hari.
Secara umum melakukan perjalanan jauh atau safar tidaklah dilarang di dalam Islam
bahkan Islam mengajarkan adab safar. Akan tetapi sengaja bersafar ke suatu tempat
hanya untuk melakukan peribadatan khusus di sana, seperti fenomena di atas adalah
perbuatan terlarang yang bertentangan dengan hadits Nabi yang dikenal dengan hadits
“Syaddur Rihal”. Nabi bersabda,

‫ عوعمثسظجظد اثلعثق ع‬٬‫ عمثسظجظد اثلعحعراظم‬:‫عل تيعشرد السرعحاًيل إظلل إظعلى ثععلثعظة عمعساًظجعد‬
ِ‫ عوعمثسظجظدي‬٬‫صى‬
“Tidaklah diikat pelana unta (tidak dilakukan perjalanan jauh safar) kecuali menuju
tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Al-Aqsha, dan masjidku (Masjid Nabawi).”
(HR. al-Bukhari, no. 1197, dari Abu Sa’id al Khudri).
Ibnu Hajar al-Asqalany asy-Syafi’i berkata, “Yang dimaksud dengan
(‫)عولع تيعشرد السرعحاًيل‬
adalah larangan bersafar menuju selainnya (tiga masjid itu). Ath-Thibi berkata,
“Larangan dengan gaya bahasa bentuk penafian (negasi) seperti ini lebih tegas
daripada hanya kata larangan semata, seolah-olah dikatakan sangat tidak pantas
melakukan ziarah ke selain tempat-tempat ini.”(Fathul Bari, 3/64).
Tiga masjid tersebut lebih utama daripada masjid lainnya, dikarenakan
ketiganya itu masjid para nabi.Masjidil Haram kiblat kaum muslimin dan tujuan
berhaji, Masjidil Aqsha kiblat kaum terdahulu dan masjid Nabawi masjid yang
terbangun di atas ketakwaan [lihat Fathul Bari, 3/64].
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Syirik yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan tertentu
atau juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang mempercayai hal
tersebut dinamakan Musyrik. Sedangkan orang musyrik itu adalah orang yang
mempersekutukan.

Pengertian Musyrik menurut istilah yaitu orang yang menyembah dan mengakui
adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah, baik Zat, Sifat,
ataupun perbuatan-Nya.

Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh karena
itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan kita
terbawa kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik kecil
dapat berubah menjadi syirik besar.
DAFTAR PUSTAKA

Subhani, Ja’far, Tauhid Dan Syirik, (Bandung: Mizan, 1996).

Wahhab, Muhammad Bin Abdul, Tegakkan Tauhid Tumbangkan Syirik, (Yogyakarta:


Mitra Pustaka, 2000).

Tim Penyusun, Akidah Akhlak al-Hikmah, (Surabaya: Akik Pusaka, 2008).

http://almanhaj.or.id

[1] Tim Penyusun, Akidah Akhlak al-Hikmah, (Surabaya: Akik Pusaka, 2008), 28.

[2] Ja’far Subhani , Tauhid Dan Syirik, (Bandung: Mizan, 1996), 230.

[3] HR. At-Tirmidzi (no. 1535) dan al-Hakim (I/18, IV/297), Ahmad (II/34, 69, 86)
dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Al-Hakim berkata: Hadits ini shahih
menurut syarat al-Bukhari dan Muslim. Dan disepakati oleh adz-Dzahabi.

[4] Muhammad Bin Abdul Wahhab, Tegakkan Tauhid Tumbangkan Syirik,


(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), 54.

[5] Ibid., 81.

[6] HR. Ahmad (V/428-429) dari Shahabat Mahmud bin Labid Radhiyallahu ‘anhu.
Berkata Imam al-Haitsami di dalam Majma’uz Zawaa’ij (I/102): “Rawi-rawinya
shahih”. Dan diriwayatkan juga oleh ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 4301),
dari Shahabat Rafi bin Khadiij Radhiyallahu ‘anhu. Imam al-Haitsami dalam
Majma’uz Zawaa-ij (X/222) berkata: “Rawi-rawinya shahih” Dan hadits ini
dihasankan oleh Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam Bulughul Maram. Dishahihkan juga
oleh Syaikh Ahmad Muham-mad Syakir dalam tahqiq Musnad Imam Ahmad (no.
23521 dan 23526).

[7]http://abufathirabbani.blogspot.com/2012/11/syirik-pengertian-sebab-sebab-dan-
jenis.html

You might also like