You are on page 1of 11

LAPORAN KASUS

NEURALGIA PASKA HERPETIK


Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal

Disusun oleh :
Azif Zilal Fauqi 30101306891
Fadhila Nurrahma 30101306938

Pembimbing :
dr. Nurul Kawakib, Sp.KK
dr. Nur Aeni Mulyaningsih, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Neuralgia paska herpetik (PHN) merupakan komplikasi yang serius dari herpes zooster
yang sering terjadi pada orang tua. Menurut Dworkin, 1994, mendefinisikan neuralgia post
herpetika sebagai nyeri neuropatik yang menetap setelah onset ruam (atau 3 bulan setelah
penyembuhan herpes zoster). Sesuai dengan definisi sebelumnya maka The International
Association for Study of Pain (IASP) menggolongkan neuralgia paska herpetika sebagai nyeri
kronik yaitu nyeri yang timbul setelah penyembuhan usai atau nyeri yang berlangsung lebih
dari tiga bulan tanpa adanya malignitas. 1,2,3
Neuralgia paska herpetik disebabkan oleh infeksi virus herpes zooster. Herpes Zooster
adalah infeksi virus yang terjadi senantiasa pada anak-anak yang biasa disebut dengan
varicella (chicken pox). Tipe Virus yang bersifat patogen pada manusia adalah herpes virus-3
(HHV-3), biasa juga disebut dengan varisella zoster virus (VZV). Virus ini berdiam di
ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis terutama nervus kranialis V
(trigeminus) pada ganglion gasseri cabang oftalmik dan vervus kranialis VII (fasialis) pada
ganglion genikulatum. 4,5,6,7,8
Neuralgia paska herpetik (NPH) merupakan sindrom nyeri neuropatik yang sangat
mengganggu akibat infeksi Herpes zoster. NPH biasanya terjadi pada populasi usia
pertengahan dan usia lanjut serta menetap hingga bertahun-tahun setelah penyembuhan erupsi
(cacar). Sejumlah pendekatan dilakukan untuk mengatasi nyeri akibat zoster, menghambat
progresivitasnya menuju NPH. Beberapa dari pendekatan ini terbukti efektif namun NPH
masih saja merupakan sumber rasa frustrasi bagi pasien dan dokter.9
NPH umumnya didefinisikan sebagai nyeri yang timbul lebih dari 30 hari setelah
onset (gejala awal) erupsi zoster terjadi. Nyeri umumnya diekspresikan sebagai sensasi
terbakar (burning) atau tertusuk-tusuk (shooting) atau gatal (itching), bahkan yang lebih berat
lagi terjadi allodinia (rabaan atau hembusan angin dirasakan sebagai nyeri) dan hiperalgesia
(sensasi nyeri yang dirasakan berlipat ganda). Pada pasien dengan NPH, biasanya terjadi
perubahan fungsi sensorik pada area yang terkena. Nyeri umumnya dipresipitasi oleh gerakan
(allodinia mekanik) atau perubahan suhu (allodinia termal). Sementara pada penelitian
lainnya dinyatakan bahwa derajat defisit sensorik berhubungan dengan beratnya nyeri. Selain
itu, pasien dengan NPH lebih cenderung mengalami perubahan sensorik dibanding penderita
dengan zoster yang sembuh tanpa neuralgia.10
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kendal
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 20 Juni 2017

1. ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 20 Juni 2017,
pukul 09.45 WIB di Poli Kulit RSUD H. Soewondo Kendal.

KELUHAN UTAMA
Rasa nyeri dan gatal pada wajah sisi kiri.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan dirasakan pasien sejak satu bulan yang lalu sebelum berobat
ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD H. Soewondo Kendal. Rasa nyeri,
panas terbakar dan gatal terasa mulai dari kepala bagian atas, mata kiri, wajah
sebelah kiri, telinga kiri, hingga leher. Keluhan pernah diobati, pasien
mengeluh riwayat demam dan muncul vesikel pada wajah sebelah kiri sekitar
1 bulan yang lalu. Dua minggu yang lalu vesikel berubah menjadi bula dan
pecah menjadi krusta, sejak itu pula keluhan sensasi nyeri pada wajah muncul.
Keluhan tersebut sangat mengganggu aktivitas pasien terutama saat tidur pada
malam hari. Serangan bisa terjadi 5 kali dalam sehari.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Hipertensi
- Diabetes Mellitus
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


- Tidak ada di dalam keluarganya yang menderita keluhan serupa

2. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

- Keadaan umum : Cukup

- Kesadaran : Composmentis

- Status gizi : Baik

- TB : 130 cm

- BB : 55 kg

- Tekanan darah : 180/100 mmHg

- HR (Nadi) : 95x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

- RR (Laju napas) : 20x/menit, reguler

- Suhu : 370C

STATUS INTERNUS

- Kepala : Krusta, makula hiperpigmentasi dan hipopigmentasi

pasca inflamasi

- Rambut : Abu-abu, ditemukan patahan rambut di daerah lesi

- Mata : konjungtiva anemis (-), ikterik (-), edema palpebra (-)

- Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-), deformitas (-)

- Telinga : Bentuk normal, discharge (-), nyeri tekan (-)

- Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), stomatitis (-)


- Tenggorokan : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-)

- Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Ekstremitas : Edema (-), akral dingin (-)

STATUS DERMATOLOGIK

- Lokasi : Wajah dan kepala bagian kiri

- Eflorensi : Krusta, makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi

pasca inflamasi

- Distribusi : Lokalisata

3. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Darah rutin

- Gula Darah Sewaktu

- Pemeriksaan neurologis pada nervus trigeminus

- EMG mengevaluasi kelainan sistem saraf periferal.


4. DIAGNOSIS BANDING

- Sefalgia primer tipe migren

- Sefalgia primer tipe kluster

- Neuralgia pasca herpetik

5. DIAGNOSIS KERJA

- Neuralgia pasca herpetik

6. PENATALAKSANAAN

- Medikamentosa :

1. Pregabalin caps 2x1 50mg

2. Asam mefenamat tab 3x1 500mg

3. Vitamin B-Kompleks tab 1x1

4. Cetrizin tab 1x1 5mg

5. Lorazepam tab 1x1 1mg

6. Kompres NaCl 0,5% 2x1

- Nonmedikamentosa :

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab penyakit tersebut.

2. Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat kambuh sewaktu-waktu.

3. Meminta pasien untuk konsisten mengkompres lesi dengan NaCl agar

krusta cepat mengelupas dengan sendirinya.

4. Meminta pasien untuk tidak menggaruk lesi bila gatal.

7. PROGNOSIS

- Quo ad sanam : dubia ad sanam

- Quo ad vitam : ad bonam

- Quo ad kosmetikan : dubia ad malam


- Quo ad functionam : dubia ad sanam
BAB III
PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan status dermatologik


yang ada. NPH memiliki gejala nyeri yang timbul lebih dari 30 hari setelah onset (gejala
awal) erupsi zoster terjadi. Nyeri umumnya diekspresikan sebagai sensasi terbakar (burning)
atau tertusuk-tusuk (shooting) atau gatal (itching), bahkan yang lebih berat lagi terjadi
allodinia (rabaan atau hembusan angin dirasakan sebagai nyeri) dan hiperalgesia (sensasi
nyeri yang dirasakan berlipat ganda). Pada pasien dengan NPH, biasanya terjadi perubahan
fungsi sensorik pada area yang terkena. Nyeri umumnya dipresipitasi oleh gerakan (allodinia
mekanik) atau perubahan suhu (allodinia termal).10 Pada anamnesis didapatkan rasa nyeri,
panas terbakar dan gatal pada kepala sisi kiri. Pasien mengeluh 1 bulan yang lalu muncul
vesikel beserta eritem, 2 minggu yang lalu vesikel berubah menjadi bula dan krusta
bersamaan dengan pertama kalinya muncul keluhan nyeri dan gatal pada lesi. Rasa panas,
gatal, nyeri dirasakan dari kepala sisi kiri merambat hingga telinga dan leher. Serangan
tersebut terjadi 5 kali dalam sehari, per serangan berdurasi beberapa menit saja. Pasien
mengeluh hal tersebut sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan krusta, makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pasca inflamasi. Pasien sudah
memeriksakan diri sebelumnya dan langsung datang ke poli kulit RSUD Soewondo Kendal.
Berdasarkan kronologi keluhan pasien, kasus ini memiliki diagnosis banding yaitu
sefalgia tipe migren, sefalgia tipe kluster , dan neuralgia pasca herpetik. Migren merupakan
sakit kepala berdenyut yang hanya terjadi di salah satu sisi, bisa di sebelah kanan saja atau
sebelah kiri saja. Gejala lain dari migraine antara lain : nyeri kepala yang timbul sangat hebat,
nyeri pada mata, sensitif terhadap cahaya, bau, dan suara, mual dan muntah. Biasanya dengan
tetap melakukan aktivitas, maka keluhan yang dirasakan pasien akan semakin bertambah
berat. Keluhan migraine ini dapat berlangsung selama beberapa jam, namun ada yang sampai
beberapa hari. Sedangkan kluster lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Nyeri
kepala jenis ini seringkali terjadi berulang, muncul secara tiba-tiba dan keluhan yang
dirasakan semakin memberat. Sering disertai dengan keluhan tambahan seperti mata berair,
hidung tersumbat atau hidung berair pada salah satu sisi yang sama dengan kelemahan salah
satu sisi kepala. Selama serangan muncul, pasien merasa sangat tidak bertenaga dan tidak
nyaman, selalu ingin berbaring. Gejala dari Sefalgia kluster mirip dengan migraine,
perbedaannya adalah penyebab dari sefalgia kluster tidak diketahui sedangkan penyebab dari
migraine diketahui. Penyebab dari sefalgia kluster diduga berkaitan dengan faktor genetik.6
Dua diagnosis banding tersebut dapat disingkirkan mengingat nyeri kepala dikarenakan oleh
paska terkena herpes zooster sudah memasuki tahap penyembuhan dengan menyisakan krusta
dan gejala yang pasien alami lebih mengarah ke neuralgia paska herpetic (NPH).
Penatalaksanaan NPH dapat dilakukan medikamentosa dan nonmedikamentosa.
Terapi medikamentosa pasien diberi penanganan topikal dan sistemik. Topikal yaitu berupa
kompres NaCl pada lesi. Obat sistemik yang diberikan meliputi obat golongan antihistamin
(cetrizin), ansiolitik (lorazepam), NSAID (asam mefenamat), vitamin (B-kompleks),
analgetik (pregabalin). Tindakan nonmedikamentosa berupa edukasi terhadap pasien
mengenai penyakit NPH itu sendiri.11
Prognosis pada kasus ini yaitu Quo ad sanam adalah dubia ad sanam, Quo ad vitam
adalah ad bonam, Quo ad kosmetikan adalah dubia ad malam, Quo ad functionam adalah
dubia ad sanam.
BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus dengan diagnosis neuralgia pasca herpetic pada pasien Ny. R
berusia 57 tahun. Pada anamnesis didapatkan perasaan nyeri, panas terbakar serta gatal di
daerah kepala sisi kiri, merambat ke mata, leher, dan telinga. Serangan terjadi 5 dalam sehari
dan sangat mengganggu aktivitas harian pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan krusta,
makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pasca inflamasi pada kepala sisi kiri.
Penalaksanaan pada kasus NPH dapat dilakukan dengan cara medikamentosa atau
nonmedikamentosa. Penatalaksanaan nonmedikamentosa berupa edukasi terhadap pasien
mengenai penyakit NPH. Penyakit tersebut dapat kambuh sewaktu-waktu apalagi jika
imunitas turun, jika terjadi serangan jangan digaruk namun cukup dibiarkan saja karena akan
hilang dengan sendirinya dalam hitungan menit. Medikamentosa yang diberikan yaitu
meliputi obat golongan antihistamin (cetrizin), ansiolitik (lorazepam), NSAID (asam
mefenamat), vitamin (B-kompleks), analgetik (pregabalin).
Prognosis pada kasus ini yaitu Quo ad sanam adalah dubia ad sanam, Quo ad vitam
adalah ad bonam, Quo ad kosmetikan adalah dubia ad malam, Quo ad functionam adalah
dubia ad sanam.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Martin. Ilmiah : Neuralgia Paska Herpetika. 2008. [online]


http://www.perdossijaya.org/perdossijaya/index.php?option=com_content&view=s
ection&id=7&layout=blog&Itemid=63 – 92k –
2. Tanra, H. Suplement : Nyeri Suatu Rahmat Sekaligus Sebagai Tantangan. Bidang
Ilmu Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar
2005; 26 (3) 75-83
3. K. K. Sra, MD and S. K. Tyring, MD, PhD, MBA. Treatment of Postherpetic
Neuralgia. USA : 2008; (29) [on line] http:// Skin Therapy Letter .com
4. McElveen, W. A., dkk. Emedicine : Postherpetic Neuralgia. 2008. [on line] http//:
1143066-overview.html
5. Djuanda, A dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Penyakit Virus. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011; (2): 110
6. Sidharta, P Neurologi Klinis Dalam Prakteku umum . Jakarta : Dian Rakyat.2010
7. Mayo Foundation For Medical Education And Research. Post Herpetic Neuralgia.
2009 [on line].http://www.mayoclinic.com/health/postherpetic-neuralgia/DS00277
8. U. S. National library of Medicine and The National Institute of health. Medical
Encyclopedia : Neuralgia.2009. [on line]. http://medlineplus.com
9. Nicholson B. Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic Pain. The
American Journal of Managed Care. Juni 2006. p256-61
10. Richeimer S. Understanding neuropathic pain. [online] 2007 [cited 2008 February
8]. Diakses dari : http://www.spineuniverse.com
11. Zeltzer L. The use of topical analgesics in the treatment of neuropathic pain:
12. mechanism of action, clinical efficacy, and psychologic correlates. [online] 2009
[cited 2008 Februari 8] : [2 screens]. Diakses dari: http://www.medscape.com

You might also like