Professional Documents
Culture Documents
Kelas: IV
1. Fatmawati
Lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada 1854, Teuku Umar adalah salah
satu pahlawan nasional Indonesia. Tercatat, pria yang diyakini memiliki taktik
unik melawan penjajah ini pernah memimpin perang gerilya di Aceh sejak
tahun 1873 sampai 1899. Teuku Umar sendiri merupakan keturunan
Minangkabau. Kakeknya, Datuk Makdum Sati, dikenal berjasa terhadap Sultan
Aceh.
Teuku Umar kecil memiliki sifat pemberani. Selain itu ia juga dikenal
cerdas dan pang menyerah, serta memiliki hobi berkelahi. Ketika berusia 19
tahun dan diangkat sebagai keuchik Daya Meulaboh, terjadi perang Aceh.
Teuku Umar lantas bergabung bersama para pejuang di kampungnya hingga
Aceh Barat.
Teuku Umar sempat berdamai dengan Belanda tahun 1883. Namun satu
tahun kemudian perang kembali tersulut di antara keduanya. 9 tahun kemudian
tepatnya 1893, Teuku Umar mulai menemukan cara untuk mengalahkan
Belanda dari 'dalam'. Ia lantas berpura-pura menjadi antek Belanda. Aksi ini
sampai membuat Cut Nyak Dien marah besar karena bingung dan malu.
Atas jasanya menundukkan beberapa pos pertahanan di Aceh, Teuku
Umar mendapat kepercayaan Belanda. Ia lalu diberi gelar Johan Pahlawan dan
diberi kebebasan untuk membentuk pasukan sendiri berjumlah 250 orang
tentara dengan senjata lengkap dari Belanda. Pihak Belanda tidak tahu, kalau
itu hanya akal-akalan Teuku Umar semata yang telah berkolaborasi dengan
para pejuang Aceh sebelumnya. Tak lama kemudian, Teuku Umar malah diberi
lagi tambahan 120 prajurit dan 17 panglima termasuk Pangleot sebagai tangan
kanannya. 30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda. Di
sinilah ia kemudian melancarkan serangan berdasarkan siasat dan strategi
perang miliknya. Bersama pasukan yang sudah dilengkapi 800 pucuk senjata,
25.000 peluru, 500 kg amunisi dan uang 18 ribu dolar, Teuku Umar yang
dibandu Teuku Panglima Polem Muhammad Daud dan 400 orang pengikutnya
membantai Belanda. Tercatat, ada 25 orang tewas dan 190 luka-luka dari pihak
Belanda.
Gubuernur Deykerhof sebagai pengganti Gubernur Ban Teijn yang
telah memberi kepercayaan kepada Teuku Umar selama ini merasa sakit hati
karena telah dikhianati Teuku Umar. Ia lantas memerintahkan Van Heutsz
bersama pasukan besarnya untuk menangkap Teuku Umar. Serangan
mendadak ke daerah Meulaboh itulah yang merenggut nyawa Teuku Umar. Ia
ditembak dan gugur di medan perang, tepatnya di Kampung Mugo, pada 10
Februari 1899. Lebih dari 70 tahun kemudian, pemerintah Indonesia
menganugerahi Teuku Umar sebagai pahlawan nasional lewat SK Presiden No.
087/TK/1973 tanggal 6 November 1973. Nama pahlawan pemberani ini juga
dijadikan nama jalan di kota-kota besar.
3. Ki hajar dewantara
Ia pun juga membuat semboyan yang terkenal yang sampai sekarang dipakai
dalam dunia pendidikan Indonesia yaitu :