Professional Documents
Culture Documents
1 Entamoeba histoytica
1. Diagnosa klinik
2. Diagnosa laboratorium
4. Test imunologi
a. Gejala klinik yaitu diare yang terjadi ± 10 kali sehari disertai demem dan sindrome disentri.
b. Laboratorium dengan ditemukannya E. Hystolitica stadium hystolitica pada tinja encer yang
bercampur darah . Pada pemeriksaan darah terjadi leukositosis.
a. Gejala klinik: diare bergantian dengan koptipasi. Jika terjadi eksaserbasi akut, biasanya terjadi
sindroma disentri.
b. Laboratorium, menemukan E. Hystolitica stadium kista padfa tinja yang agak padat. Pada
pemeriksaan ini lebih sulit untuk menemukan parasit ini, maka perlu dilakukan pemeriksaan
berulang sampai tiga kali. Dapat pula dilakukan sigmoidoskopi dan reaksi serologi.
3. Amoebiasis hepatitis
a. Pemeriksaan klinik, penderita datang dengan kesakitan, membungkuk seperti menggendong perut
sebelah kanan, disertasi demam, berat badan menurun atau nafsu makan berkurang. Pada palpasi
hati teraba hati yang membesar dengan nyeri tekan.
b. Laboratorium, darah ditemukan leukositosis. Pada biopsi dasar abses ditemukan E. Hystolitica
stadium hystolitica. Pada aspirasi nanah dapat ditemukan E. Hystolitica stadium hystolitica. Bila tidak
ditemukan, dapat dilakukan test serologi yaitu test haemaglutinasi dan test immunologi.
4. Amoebiasis paru
a. Pemeriksaan klinik sukar dibedakan dengan infeksi paru lainnya, hal ini karena tidak ada laporan
mengenai gejala klinik yang khas dari amoebiasis paru.
b. Laboratorium, sputum penderita yang berasal dari penyebaran amoebiasis secara hematogen
akan ditemukan E. Hystolitica stadium hystolitica.
3.1.2 Entamoeba coli
Entamoeba coli bukan merupakan golongan yang patogen baik terhadap manusia maupun hewan
(hidup komensal di usus besar).
Diagnosa ditegakan dengan menemukan bentuk trofozoit atau bentuk kista dalam tinja
Pengobatan
Karena Entamoeba coli bukan merupakan bakteri patogen (flora normal), maka tidak ada
pengobatan untuk Entamoeba coli.
Epidemiologi
Karena pada sediaan basah organisme ini sulit dibedakan dengan amoeba lain yang berukuran
hampir sama, identifikasinya dilakukan dengan sediaan pulasan permanen. Dengan pengukuran
yang akurat akan lebih memastikan diagnosa.
Pengobatan
Tidak ada sistem pengobatan untuk Entamoeba hartmani karena spesies Rhizopoda jenis ini bukan
merupakan organisme yang patogen pada manusia
Sama seperti Entamoeba hartmani, Iodamoena butschlii juga bukan merupakan ameba patogen
pada tubuh manusia atau tidak berbahaya dan hanya hidup komensal di usus besar.
Gambaran klinis
Karena Iodamoeba butschlii bukan merupakan ameba yang patogen, maka tidak menyababkan
penyakit sehingga tidak ada gejala klinis yang dapat ditemukan sebagai akibat dari Iodamoeba
butschlii.
Meski kistanya dapat diidentifikasikan dengan sediaan basah, terutama bila vakuol dipulas dengan
iodium, trofosoitnya sulit dideteksi dan diidentifikasi tanpa sediaan pulasan permanen.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan untuk Iodamoeba butschlii karena tidak bersifat patogen.
3.1.5 Dientamoeba fragilis
Infeksi oleh Dientamoeba fragilis disebut Dientamoebiasis,dengan gejala nyeri di bagian perut,
penurunan berat badan, diare, anoreksia, mual-mual, dan demam. Jika infeksi sudah kronis, gejala
yang muncul akan berlangsung hingga lebih dari dua bulan.
Gambaran klinis
Ciri – ciri orang yang terinfeksi Dientamoeba fragilis akan mengalami penurunan berat badan, diare,
anorexia, nyeri di bagian perut, mual, serta demam dalam waktu yang cukup lama.
Diagnosa tergantunbg dari teknik pengumpulan dan teknik prosesing yang benar ( paling sedikit
disiapkian 3 spesimen tinja ).
Morfologi masanya terbatas, sehingga pemerikisaan tinjanya harus segera diawetkan/ fiksatif
setelah defekasi. Yang penting dibuat pilasan permanen dan diperiksa dengan mikroskop obyektif
100x + oil emersi
Diagnosa pasti dilakukan berdasarkan pulasan pernmanen, kista dapat diidentifikasi berdasarkan
pemeriksaan basah sepertiteknik konsentrasi dan flotasi. Kariosom keempat intinya sangat refraktil
pada sediaan basah.
Entamoeba gingivalis sebelumnya dianggap parasit yang komensal, sampai akhirnya beberapa
peneliti menemukan bahwa E. gingivalis bersifat patogen yaitu dapat memfagosit sel darah putih
dan sel darah merah.
Diagnosa ditemukan dalam pulasan permanen, dimana fragmen inti dari sel darah putih dapat
terlihat dalam vakuola makanan yang biasanya lebih besar dari pada E. Hystolitica, karena E,
gingivalis merupakan satu-satunya spesies yang hanya memfagosit sel lekosit.